Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
:: KOAS EMERGENSI ::
KELOMPOK I
RUMAH SAKIT KARTIKA HUSADA
2013
Disusun Oleh:
Trifonia Steffi O
Peni
Asa Rairisti
Abang Anton
Ernywaty
Agus Darmanto
Siti Fatimah
(I11108042)
(I11108046)
(I11108052)
(I11108061)
(I11108063)
(I11108067)
(I11108072)
Dibimbing oleh:
dr. Eldy Jimmy Saragih
dr. Erwin Wijatmiko
(NIP. 197706152008121001)
(NIP. 11100003690883)
Pontianak,
Februari 2013
Tim Penyusun
:: DAFTAR ISI ::
Hipertensi pada kehamilan
Luka bakar
Diagnosis banding demam
Perbedaan Demam dengue dan Demam berdarah dengue
Derajat Demam berdarah dengue
Komplikasi Demam berdarah dengue
Indikasi transfusi pada DBD
Derajat dehidrasi pada dewasa (Skor Daldiyono)
Rehidrasi
Dehidrasi anak dan tatalaksana
Foto serial pada trauma
Indikasi CT Scan pada cedera kepala
FAST
Burr Hole
Floating Prostat
Beda epistaksis karena perdarahan lokal dan intrakranial
Prosedur washout
Prosedur Rectal Toucher
Perbedaan Ileus obstruktif dan Paralitik
Terapi cairan pada ileus tanpa dehidrasi
Traube space
PPOK
CKD (Chronic Kidney Diseases)
Terapi Antibiotik pada ISK
3
4
5
8
9
10
11
12
13
14
15
18
19
21
26
28
29
30
33
35
36
37
38
44
45
46
49
54
56
meliputimeliputi
epidermis
seluruh
dan sebagian
tebal kulit
dermis,
dan lapisan yang lebih dalam me
Terbatas pada lapisan epidermis (surperficial),
inflamasi(+),
bua(-),eksudasi(+),
nyeri (-)
bula(+)
kulit hipermik
nyeri(+)
penyembuhan
lama
bulla(-), vesikel (-)
nyeri(-)
penyembuhan spontan
mengenai
hampir
seluruh
dermis
dan sisa-sisa jaringanepitel tinggal se
mengenai bagian
epidermis
dan
lapisanbagian
atas dari
corium/dermis.
folikel rambut, kelenjarkeringat, kelenjar sebacea tinggal sedikit.
folikel rambut,
sembuh>satu
bulan.
kelenjar sebecea
masih banyak.
sembuhspontan10-14hr
:: LUKA BAKAR ::
Ringan
Luka bakar derajat II <15 %
Luka bakar derajat II < 10 % pada anak an
Luka bakar derajat III < 2 %
Sedang
Luka bakar derajat II 15-25 %
Luka bakar derajat II 10-20 % pada anak a
Luka bakar derajat III < %10 %
Berat
Luka bakar derajat II >25 %
Luka bakar derajat II >20 % pada anak ana
Luka bakar derajat III > %10
Luka bakar mengenai tangan, wajah, telinga, mata, kaki dan
- Luka bakar dengan cedera inhalasi, listrik, disertai t
Penatalaksanaan:
1. Diwajibkan memakai sarung tagan steril bila melakukan pemeriksaan penderita.
2. Bebaskan pakaian yang terbakar.
3. Dilakukan pemeriksaan yang teliti dan menyeluruh untuk memastikan adanya trauma lain
yang menyertai.
4. Bebaskan jalan napas. Pada luka bakar dengan distress jalan napas dapat dipasang
endotracheal tube. Traheostomy hanya bila ada indikasi.
5. Pemasangan intraveneous kateter yang cukup besar dan tidak dianjurkan pemasanga scalp
vein. Diberikan cairan ringer Laktat dengan jumlah 30-50 cc/jam untuk dewasa dan 20-30
cc/jam untuk anak anak di atas 2 tahun dan 1 cc/kg/jam untuk anak dibawah 2 tahun.
6. Dilakukan pemasangan Foley kateter untuk monitor jumlah urine produksi. Dicatat jumlah
urine/jam.
7. Di lakukan pemasangan nosogastrik tube untuk gastric dekompresi dengan intermitten
pengisapan.
8. Untuk menghilangkan nyeri hebat dapat diberikan morfin intravena dan jangan secara
intramuskuler.
9. Diberikan tetanus toksoid bila diperlukan. Pemberian tetanus toksoid booster bila penderita
tidak mendapatkannya dalam 5 tahun terakhir.
10. Pencucian Luka di kamar operasi dalam keadaan pembiusan umum. Luka dicuci debridement
dan di disinfektsi dengan salvon 1 : 30. Setelah bersih tutup dengan tulle kemudian olesi
dengan Silver Sulfa Diazine (SSD) sampai tebal. Rawat tertutup dengan kasa steril yang
tebal. Pada hari ke 5 kasa di buka dan penderita dimandikan dengan air dicampur Salvon 1 :
30
11. Eskarotomi adalah suatu prosedur atau membuang jaringan yang mati (eskar)dengan teknik
eksisi tangensial berupa eksisi lapis demi lapis jaringan nekrotik sampai di dapatkan
permukaan yang berdarah.
12. Fasiotomi dilakukan pada luka bakar yang mengenai kaki dan tangan melingkar, agar bagian
distal tidak nekrose karena stewing.
13. Penutupan luka dapat terjadi atau dapat dilakukan bila preparasi bed luka telah dilakukan
dimana didapatkan kondisi luka yang relative lebih bersih dan tidak infeksi. Luka dapat
menutup tanpa prosedur operasi. Secara persekundam terjadi proses epitelisasi pada luka
bakar yang relative superficial.
14. Untuk luka bakar yang dalam pilihan yang tersering yaitu split tickness skin grafting. Split
tickness skin grafting merupakan tindakan definitive penutup luka yang luas. Tandur alih
kulit dilakukan bila luka tersebut tidak sembuh - sembuh dalam waktu 2 minggu dengan
diameter > 3 cm.
Baxter Formula:
Hari
I
Dewasa
RL 4cc x BB x Luas luka bakar/
24 jam
II
i/2 hari I
Anak
Ringer Laktat: Dextran = 17 : 3
2 cc x berat badan x % luas luka ditambah
kebutuhan faal.
Beri sesuai kebutuhan faal
(Sumber: Buku Ajar Ilmu Bedah edisi 2, FKUI)
demam
Pneumonia
1 minggu: infeksi virus, malaria, demam dengue,Pielonefritis
leptospirosis
2 minggu: demam tifoid
Cholecystitis
Liver abses
UTI
Infeksi pelvis
dll
Sistemik TB
Keganasan: limfoma, leukemia, myel
Autoimun: RA, SLE
Drug induce
Metabolik
HIV
Psikologis
pleura,
asites,
hiponatremia.
hipoproteinemia,
10
4. Derajat IV Demam, perdarahan spontan, disertai atau tidak disertai hepatomegali dan
ditemukan gejala syok (renjatan) yang sangat berat dengan tekanan darah dan denyut nadi
yang tidak terdeteksi.
(Sumber: Ilmu Penyakit dalam FKUI)
menyebabkan kerusakan banyak organ, terjadi pemakaian trombosit & protein dari factor
pembekuan yang bermanifestasi perdarahan dengan gejala kinis petekie, ekimosis,
hematuria, melena, epistaksis, hemoptisis, perdarahan gusi, perdarahan otak, gagal ginjal
akut, iskemik fokal dan gangren dapat diberikan transfuse heparin.
3. Bila terjadi factor-faktor pembekuan (PT, PTT memanjang), berikan transfuse FFP
(Frozen Fresh Plasma)
4. Bila hemoglobin < 10 g %, diberi transfuse PRC (Packed Red Cell)
(*Petunjuk tatalaksana DBD Dinkes)
CM
RINGAN-SEDANG
CM, lemas, gelisah
Rasa haus
Nadi
Normal
Normal
(teraba penuh)
Sangat haus
Normal-meningkat
(penuh-lemah)
13
BERAT
Apatis, tidak sadar,
letargi
Tidak dapat minum
Takikardi
(lemah/tdk teraba)
Mata
Turgor kulit
Urine output
Normal
Baik
Normal-menurun
TATALAKSANA DEHIDRASI
1. Dehidrasi minimal (<5%)
2. Dehidrasi ringan-sedang (5-10%)
3. Dehidrasi berat (>10%)
Sedikit cekung
< 2 detik
Menurun
Sangat cekung
>2 detik
Minimal
:: REHIDRASI ::
14
Klasifikasi
Dehidrasi Berat
Dehidrasi Ringan/Sedang
Tanda-Tanda/Gejala
Terdapat dua atau lebih dari tanda di
bawah ini:
Letargis/tidak
Mata cekung
Tidak bisa minum atau malas
minum
Cubitan kulit perut kembali sangat
lambat ( 2 detik)
Terdapat dua atau lebih tanda di
bawah ini:
Rewel, gelisah
Mata cekung
Minum dengan lahap, haus untuk
Cubitan kulit kembali lambat
Tatalaksana
Rencana Terapi C
Rencana Terapi B
Catatan: larutan intravena terbaik adalah larutan Ringer Laktat (disebut pula larutan Hartman
untuk penyuntikan). Tersedia juga larutan Ringer Asetat. Jika larutan Ringer Laktat tidak
tersedia, larutan garam normal (NaCl 0.9%) dapat digunakan. Larutan glukosa 5% (dextrosa)
tunggal tidak efektif dan jangan digunakan.
Beri tablet zinc bila disertai diare:
Ajari ibu berapa banyak zinc yang harus diberikan kepada anaknya:
o Di bawah umur 6 bulan : tablet (10 mg) per hari
o Umur 6 bulan ke atas : 1 tablet (20 mg) per hari
Selama 10 hari
Ajari ibu cara memberi tablet zinc:
o Pada bayi: larutkan tablet zinc pada sendok dengan sedikit air matang, ASI perah
atau larutan oralit.
o Pada anak-anak yang lebih besar: tablet dapat dikunyah atau dilarutkan.
Ingatkan ibu untuk memberi tablet zinc kepada anaknya selama 10 hari penuh.
16
17
19
GCS < 13 tanpa adanya intoksikasi alkohol atau fraktur tulang tengkorak.
GCS <14 dengan adanya fraktur tulang tengkorak.
Pupil yang berdilatasi unilateral pada keadaan AMS
Depressed Skull Fraktur
Defisit neurologik fokal
Pasien cedera kepala yang membutuhkan ventilasi
:: KRITERIA MASUK RUMAH SAKIT PADA CEDERA KEPALA RINGAN ::
20
:: INDIKASI CT SCAN::
Resiko tinggi untuk intervensi bedah
1. GCS < 15 setelah 2 jam cedera
2. Curiga adanya fraktur terbuka atau fraktur
depresi tengkorak
3. Usia > 65 tahun
4. Muntah lebih dari 2 episode
5. terdapat tanda fraktur basis cranii
(hemotimpanum, raccoon eyes, otorrhea,
rhinorrhea)
21
22
Alogaritma Ultrasonografi (FAST) pada trauma tumpul abdomen dengan hemodinamik stabil.
(Sistolik 90 mmHg)
Teknik Pemeriksaan 5
Untuk mencari cairan abdominal tranducer ditempatkan pada empat posisi dasar yaitu :
Perihepatik dan pada celah hepatorenal
Perisplenic
Pervis
24
Pericardium
Perbandingan berbagai Metode Diagnostik untuk mengevaluasi Trauma tumpul dan Tajam
Abdomen
25
Sumber:
1. Mackersie RC. Abdominal Trauma, in : Norton AJ, Boliinger B, Chang, Lowry, Mulvihil,
Pass, dll (editor). Surgery Basic Science and Clinical Evidence Vol. 1. New York :
Springer-Verlag inc; 2001. Hal. 825-45.
2. Rozycki GS, Ochner GM, Feliciano, Thomas B, Boulanger BR, Davis FE, dll. Early
Detection of Hemoperitoneum by Ultrasound Examination of the Right Upper Quadrant.
J of Trauma. 1998; 45:878-83.
3. Fabian TC, Croce MA. Abdominal Trauma, Including Indications for Celiotomy in
Trauma. Feliciano DV. Editors. Ed. 3. London : Appleton S Lange Co; 1991. Hal 441459.
4. Fukuda M, Cogrove DO. Abdominal Ultrasound A Basic TextBook. Tokyo : IgakuShoin
Ltd; 1997. Hal. 1-45.
5. Alexander Ng. Trauma Ultrasonography The FAST and Beyond. Trauma.org. 2001; 6:12
URL http//trauma.org./us/html.2001.
26
:: BURR HOLE ::
Pada pasien trauma, adanya trias klinis yaitu penurunan kesadaran, pupil anisokor dengan
reflek cahaya menurun dan kontralateral hemiparesis merupakan tanda adanya penekanan
brainstem oleh herniasi uncal dimana sebagian besar disebabkan oleh adanya massa ektra aksial.
Burr hole merupakan suatu alat diagnostik untuk mengetahui ada tidaknya perdarahan ektra
aksial tersebut, yang bila hasilnya positif dapat dilakukan dengan kompresi awal sebelum
tindakan Craniotomy defenitif dilakukan. Dengan makin berkembang dan meluasnya
penggunaan CT scan kepala, tindakan Burr hole diagnostik jadi jarang dilakukan. Namun untuk
RS daerah dimana fasilitas CT Scan tidak ada, dapat merupakan tindakan live saving yang
dilakukan oleh dokter bedah.
Indikasi :
Adanya cedera sistemik yang memerlukan operasi emergensi, dimana CT scan kepala
tidak bisa dilakukan
Teknik Operasi :
Pasien diposisikan supine dengan kepala dimiringkan sehingga lkasi yang akan dibuka
terletak diatas, dan dibawah bahu diletakan gulungan kain untuk membantu perutaran
kepala.
Burr hole pertama dilakukan dedaerah temporal 2 cm diatas arkus zigoma, 2 cm didepan
tragus. Insisi kulit dilakukan secara tajam sehingga tulang, setelahnya infiltrasi dengan
Pehacain.
Perdarahan dari arteri superfisial temporalis derawat dengan kauter atau ligasi, kemudian
dipasang retraktor secara otomatis.
Dilakukan burr hole menggunakan bor atau drill hingga menembus tulang temporal dan
tampak duramater.
Pemilihan lokasi :
o Ipsilateral dengan pupil yang pertama kali midriasis, atau kontralateral dengan
hemiparesis
o Bila tidak adatanda lateralisasi dilakukan pada daerah dibawah fraktur tulang atau
pada jejas SCALP yang bermakna
o Bila penderita koma tanpa tanda yang jelas, dilakukan pertama pada sisi kiri
sebagai hemisfer dominan.
27
28
:: FLOATING PROSTAT ::
Adalah terdorongnya prostat kea rah cranial atau caudal yang diakibatkan oleh trauma
maupun suatu penyakit.
Floating prostat dapat ditemukan dengan melakukan pemeriksaan colok dubur (rectal
toucher). Biasanya akan didapatkan perabaan prostat mobile. Floating prostat biasa ditemukan
pada trauma uretra.
Jika terdapat floating prostat pada pemeriksaan colok dubur, maka ini merupakan
kontraindikasi tindakan pemasangan kateter urin karena hal terebut dapat menyebabkan
kerusakan uretra lebih parah / perdarahan massif.
29
Hasil positif jika resapan darah pada kasa bercampur dengan CSS, memberikan gambaran
darah yang dikelilingi resapan bening (basah yang menyebar). Kemungkinan darah
bercampur dengan CSS.
Hasil negatif jika resapan pada kain murni hanya darah, tidak dikelilingi cairan resapan
bening.
30
6.
7.
8.
9.
32
33
2. Palpasi Prostat:
Waktu melakukan palpasi prostat, buli-buli harus kosong.
Dilakukan pada posisi knee-elbow posisi atau left lateral posisi.
Gunakan telunjuk yang telah diberi pelicin dan masukan perlahan ke anus.
Perabaan prostat normalnya kenyal dan elastis. Teraba lobus medial yang dibatasi oleh
sulkus medial. Telusuri sulkus kebawah maka akan teraba bagian yang lunak berarti
kita telah sampai pada pool bawah prostat sampai pada uretra membranous, yang pada
masing-masing sisinya kadang teraba kelenjer bulbouretra (Cowper), sedangkan bila
kita telusuri keatas teraba pool atas prostat dan vesikula seminalis.Keadaan yang akan
ditemukan:
Dalam keadaaan normal vesikula seminalis ini tidak teraba.
Dalam keadaan prostatitis kronis, prostat teraba membesar, agak panas dan nyeri
tekan.
Pada keganasan prostat yang asimptomatik yang lokasinya pada lobus lateral yang
dalam dan lobus medius tidak dapat diraba melalui rectal. Bila terletak pada
permukaan kapsul teraba nodul, konsistensi keras, dalam keadaan lanjut prostat
irreguler, sulkus medianus obliterasi dan kadang ukuran prostat membesar.
(Sumber: Hamilton Bailey : Demonstration of Phisical Signs in Clinical
Surgery Ed 17: 1992 rev.2008 : ELBS: Great Britain)
35
Etiologi
Diagnosis
Anamnesis
Ileus Obstruktif
Ileus Paralitik
Keadaan dimana usus
Penyumbatan mekanis pada usus
gagal/tidak mampu melakukan
sehungga menutup dan mengganggu
kontraksi peristaltik
jalanya isi usus.
Adhesi (perlekatan usus
Neurologik:
- Pasca operasi
halus)
- Kerusakan medula spinalis
Hernia inkarserata eksternal
(inguinal, femoral, umbilikal, - Keracunan timbal kolik ureter
- Iritasi persarafan splanknikus
insisional, atau
- Pankreatitis
parastomal)
Metabolik:
Neoplasma
- Gangguan keseimbangan
Intususepsi usus halus
elektrolit (terutama hipokalemia)
Penyakit Crohn
- Uremia
Volvulus
- Komplikasi DM
- Penyakit sistemik seperti SLE,
Batu empedu yang masuk ke
sklerosis multipel
ileus
Benda asing, seperti bezoar. Obat-obatan
- Narkotik
Divertikulum Meckel
- Antikolinergik
Fibrosis kistik
- Katekolamin
- Fenotiasin
- Antihistamin
Infeksi
- Pneumonia
- Empiema
- Urosepsis
- Peritonitis
- Infeksi sistemik berat lainnya
Iskemia usus
Nyeri abdomen, muntah,
distensi, kegagalan BAB
(konstipasi) & buang gas
Inspeksi
Distensi abdomen
Perkusi
Hipertimpani
Timpani
36
Palpasi
masa abdominal
Auskultasi
Radiologi
Diagnosis
37
38
:: PPOK ::
KLASIFIKASI PPOK(dikutip dari GOLD 2010)
39
Derajat II(PPOK
sedang)
Derajat III(PPOK
Berat)
KARAKTERISTIK
REKOMENDASI PENGOBATAN
Hindari faktor pencetus
Vaksinasi influenza
VEP1 / KVP < 70
a. Bronkodilator kerja singkat (SABA, antikolinergik
%VEP1 80%
kerja pendek) bila perlu
Prediksi
b. Pemberian antikolinergik kerja lama sebagai terapi
pemeliharaan
VEP1 / KVP < 70
1. Pengobatan reguler dengan
Kortikosteroid
%50% VEP1
bronkodilator:
inhalasi bila
80% Prediksi
a. Antikolinergik kerja lama uji steroid
dengan atau tanpa
sebagai terapi
positif
gejala
pemeliharaan
b. LABA
c. Simptomatik
2. Rehabilitasi
VEP1 / KVP < 70%;
1. Pengobatan reguler dengan 1 atau Kortikosteroid
30% VEP1 50%
lebih bronkodilator:
inhalasi bila
prediksiDengan atau
a. Antikolinergik kerja lama uji steroid
40
tanpa gejala
Derajat IV(PPOK
sangat berat)
sebagai terapi
positif atau
pemeliharaan
eksaserbasi
b. LABA
berulang
c. Simptomatik
2. Rehabilitasi
1. Pengobatan reguler dengan 1 atau lebih
bronkodilator:
a. Antikolinergik kerja lama sebagai terapi
pemeliharaan
b. LABA
c. Pengobatan komplikasi
d. Kortikosteroid inhalasi bila memberikan
respons klinis atau eksaserbasi berulang
2. Rehabilitasi
3. Terapi oksigen jangka panjang bila gagal nafas
4. Pertimbangkan terapi bedah
41
Keterangan:
Kortikosteroid hanya diberikan pada penderita dengan uji steroid positif. Uji steroid
positif apabila dengan pemberian steroid oral selama 10-14 hari menunjukan perbaikan
gejala klinis dan fungsi paru
SABA: short acting beta 2 angonist; LABA: long acting beta 2 angonist
42
43
IDT/ISK
Nebulizer
(mg)
Oral (mg)
Vial Injeksi
Lama Kerja
(Jam)
40-80
18
0,25-0,50
6-8
24
100-200
100-200
250-500
10
0,5-2,0
2,5-5,0
5-10
0,03-0,05
2-4
2,5-5
0,25-0,5
4-6
4-6
4-6
6-8
4,5-12
150-300
50-100
12
24
12
200 + 20
4-8
75 + 15
50/125 + 25
2,5 + 0,5
4-8
12
80/160 +
4,5
-
12
-
200
100-400
44
240
4-6
Bervariasi,
bisa sampai
24 jam
46
Defisini
Hipoglikemia ditandai dengan menurunnya kadar glukosa darah < 60 mg/dL. atau kadar glukosa
darah ,<80 mg/dL,dengan gejala klinis. Hipoglikemia pada DM terjadi karena;
- Kelebihan obat / dosis obat ; terutama insulin ,atau obat hipoglikemia oral.
- Kebutuhan tubuh akan insulin yang relatif menurun ; gagal ginjal kronik pasca persalinan.
- Asupan makan tidak adekuat ; jumlah kalori atau waktu makan tidak tepat
- Kegiatan jasmani berlebihan.
Bila terdapat penurunan kesadaran pada penyandang diabetes harus selalu dipikirkan
kemungkinan terjadinya hipoglikemia. Hipoglikemia paling sering disebabkan oleh penggunaan
sulfonilurea dan insulin. Hipoglikemia pada usia lanjut merupakan suatu hal yang harus
dihindari, mengingat dampaknya yang fatal atau terjadinya kemunduran mental bermakna pada
pasien. Perbaikan kesadaran pada DM usia lanjut sering lebih lambat dan memerlukan
pengawasan yang lebih lama.
Gejala dan tanda klnis.
- Stadium parasimpatik ; lapar,mual,tekanan darah turun.
- Stadium gangguan otak ringan ; lemah lesu ,sulit bicara ,kesulitan menghitung sementara.
- Stadium simpatik; keringat dingin pada muka ,bibir atau tangan gemetar.
- Stadium gangguan otak berat ;tidak sadar,dengan atau tanpa kejang
- Pemeriksaan fisik ; pucat,diaphoresis,tekanan darah ,frekuensi denyut jantung ,penurunan
kesadaran ,deficit neurologik fokal transient.
- Trias whipple untuk hipoglikemia secara umum;
1,gejala yang konsisten dengan hipoglikemia
2,kadar glukosa plasma rendah
3,Gejala mereda setelah kadar glukosa plasma meningkat.
Pemeriksaan penunjang
Kadar glukosa darah (GD) ,tes fungsi ginjal ,tes fungsi hati ,C- peptide
Terapi
Stadium permulaan ( sadar )
-
Berikan gula murni 30 gram ( 2 sendok makan ) atau sirop /permen atau gula murni ( bukan
pemanis pengganti gula atau gula diit /gula diabetes ) dan makanan yang mengandung
karbohidrat.
Hentikan obat hipoglikemik sementara
Pantau glukosa darah sewaktu tiap 1-2 jam
Pertahankan GD sekitar 200 mg/dL ( bila sebelumnya tidak sadar)
Cari penyebab
Stadium lanjut (koma hipoglikemia atau tidak sadar dan curiga hipoglikemia );
- Diberikan larutan destrosa 40% sebanyak 2 flakon (=50 mL)bolus intra vena ,
- Diberikan cairan dekstrosa 10 % per infuse ,6 jam perkolf
- Periksa GD sewaktu (GDs) ,kalau memungkinkan dengan glukometer ;
-
(Sumber:
2006)
PERKENI,
49
:: APPENDISITIS ::
50
1. Pengertian
2. Etiologi
3. Patofisiologi
4. Gejala Klinis
5. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan
Penunjang
Skor
Nyeri berpindah
Anoreksia
Mual-muntah
Nyeri lepas
Peningkatan suhu > 37,3 o C
1
1
Keterangan
Total skor: 10
Keterangan Alavarado score :
- Dinyatakan appendicitis akut bila > 7 point
Modified Alvarado score (Kalan et al) tanpa
observasi of Hematogram:
- 1 4 dipertimbangkan appendicitis akut
- 5 6 possible appendicitis tidak perlu
operasi
- 7 9 appendicitis akut perlu pembedahan
Penanganan berdasarkan skor Alvarado :
- 1 4 : observasi
- 5 6 : antibiotic
- 7 10 : operasi dini
:: ASMA::
Klasifikasi derajat asma berdasarkan gambaran klinis secara umum pada orang dewasa:
52
Obat-obat asma:
Tahap 1
Tahap 2
perlu
Ditemukan gejala asma dan eksaserbasi atau perburukan yang
pengobatan dengan
pengontrol
dapat
Tahap 4
asma
Tahapan setelah tahap 3 dimana harus dinilai apakah gejala
54
dimana
ALat
Kanul nasal
Sungkup muka
sederhana
Kecepatan aliran
1 L/menit
2 L/menit
3 L/menit
4 L/menit
5 L/menit
Max :6 L/menit
6-10 L/menit
55
% oksigen
21-24
25-28
29-32
33-36
37-40
41-44
35-60
6 L/menit
7 L/menit
8 L/menit
9 L/menit
10-15 L/menit
60
70
80
90
95-100
4-8 L/menit
10-12 L/menit
24-35
40-50
Tabel 2.
Nilai oksimetri
denyut (%)
95 - 100
90 - < 95
85 - < 90
Arti klinis
Dalam batas
normal
Hipoksia ringansedang
Hipoksia sedangberat
Pilihan alat
suplementasi O2
O2 4 L/menit
Sungkup muka
sederhana
Sungkup muka
dengan
reservoir O2
Ventilasi
dibantu
Indikasi
Pasien yang
dicurigai SKA
< 85
Hipoksemia berat
yang mengancam
nyawa
Ventilasi dibantu
56
Sakit kritis,
kesadaran
masih baik,
ventilasi
adekuat tetapi
membutuhkan
O2 konsentrasi
tinggi
Sebelum ada
indikasi
intubasi
endotrakea;
edema paru
akut, asma
akut, PPOK
atau pasien
tidak sadar
tetapi ventilasi
adekuat
dengan refleks
batuk masih
ada
Sumber : Karo, Santoso, dkk. 2012. Buku Panduan Kursus Bantuan Hidup Lanjut
ACLS Indonesia. Jakarta : Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskuler Indonesia
(PERKI)
Gejala klinis
Foto rontgen
GAGAL JANTUNG
KANAN
Sisi jantung kanan tidak
mampu mengosongkan
volume darah dengan
adekuat sehingga tidak dapat
mengakomodasi darah secara
normal kembali dari sirkulasi
vena
Pitting edema
Hepatomegali
Distensi vena jugularis
Asites
Anoreksia dan mual
Lemah
nokturia
Kardiomegali (pembesaran
57
atrium kanan)
ventrikel kiri
Kongesti vaskuler paru
Laboratorium
Spesifik gangguan fungsi Spesifik analisis gas darah
hepar : AST/SGOT
: alkalosis respiratori ringan
meningkat, ALT/SGPT, PT
(dini), hipoksemia dengan
memanjang
peningkatan pCO2 (akhir)
EKG
Tidak spesifik tergantung penyebab awal :
Normal pada 10 % kasus
Gelombang Q patologis
Abnormalitas ST T
Hipertrofi ventrikel kiri
Bundle branch block
Fibrilasi atrium
Sumber : Buku Ajar Kardiologi FKUI
58