SARI
Daerah survei berada di daerah Riso - Kalimbua, Kabupaten Polewali Mandar, Provinsi Sulawesi Barat.
Tatanan tektonik termasuk ke dalam jalur magmatik Sulawesi bagian barat dengan lingkungan magmatik. Secara geologi, stratigrafi batuan didominasi oleh batuan Vulkanik yang menindih batuan Sedimen
Pra-Tersier.
Manifestasi berupa air panas dengan temperatur 50C, pH netral, dan alterasi batuan dengan tipe alterasi
argilik. Fluida bertipe bikarbonat dan berada pada zona partial equilibrium. Temperatur reservoir diambil
melalui perhitungan geotermometer Silika (156C) dan fluida panas Andau bertipe klorida dengan perhitungan geotermometer Na-K 138C, termasuk entalpi menengah.
Nilai anomali gaya berat tinggi dan magnet rendah terkonsentrasi disekitar Pandanpangreng bagian utara,
juga didukung nilai tahanan jenis rendah yang masih membuka ke utaranya.
Sumber panas diperkirakan berasal dari batuan vulkanik Kuarter yang berumur Plistosen. Daerah prospek
panas bumi berdasarkan data terpadu di bagi dua yaitu di utara Pandanpangreng mencapai luas potensi
sumber daya hipotetis 18 km2 , termasuk sumber daya hipotetis sebesar 41 MWe dan di sekitar Andau 2
km2 untuk kelas sumber daya spekulatif sebesar 20 MWe.
PENDAHULUAN
Panas bumi merupakan salah satu sumber energi terbarukan yang menjadi energi
alternatif bagi pemenuhan kebutuhan energi
nasional. Meningkatnya kebutuhan akan energi
listrik menjadikan panas bumi sebagai salah
satu ujung tombak yang dicanangkan pemerintah untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Upaya yang diperlukan di sektor penyediaan
sumber daya panas bumi meliputi kegiatan
inventarisasi, eksplorasi geosain, kajian kepanasbumian, sampai kegiatan estimasi potensi
energi panas bumi. Pemilihan lokasi daerah panas bumi Riso Kalimbua, Kabupaten
Polewali Mandar, Sulawesi Barat (Gambar 1)
dilakukan sebagai tindak lanjut dari hasil inventarisasi dan permintaan daerah. Adapun survey
ini dilakukan dengan metode geologi, geokimia
dan geofisika yang difokuskan di sekitar lokasi
manifestasi.
HASIL PENYELIDIKAN
Geologi
Daerah Riso berada pada lempeng Benua Asia
bagian timur yang diperkirakan pada PraTersier merupakan bagian dari Kalimantan.
Terpisahnya antara Kalimantan dan Sulawesi
bagian barat saat ini dikarenakan terjadinya
rifting di Selat Makasar yang berarah barat
timur, hipotesis tersebut didukung oleh data
gaya berat dan aeromagnetik di Selat Makasar.
Secara detail daerah penyelidikan umumnya
tersusun oleh produk vulkanik tua, namun
I.6
GEOKIMIA
Hasil analisis kimia air daerah Riso menunjukkan kandungan ion-ion seperti bikarbonat
(HCO3), klorida (Cl), sulfat (SO4), Natrium (Na)
dan K (Kalium) pada mata air panas daerah
Riso-Kalimbua cukup dominan dibandingkan
unsur-unsur lainnya. Diagram segitiga Cl-SO4HCO3 untuk mata air panas Riso-Kalimbua
dan Kondo termasuk ke dalam tipe air bikarbonat sedangkan mata air panas Andau-Mappili
dan Palembongan termasuk ke dalam tipe
air klorida (Gambar 2.9-2a). Diagram segitiga
I.6
Na/1000-K/100-Mg (Gambar 2.9-2b) menunjukkan mata air panas Riso Kalimbua (Riso
Kalimbua -1, Riso Kalimbua -2, Riso Kalimbua -3), Andau Mappili dan Kondo berada pada
zona partial equilibrium. Diagram segitiga ClLi-B (Gambar 2.9-2c) memperlihatkan bahwa
kelompok mata air panas Riso Kalimbua (Riso
Kalimbua -1, Riso Kalimbua -2, Riso Kalimbua
-3), Andau Mappili, Palembongan dan Kondo
cenderung ke arah Cl-B. Hal tersebut menunjukkan bahwa lingkungan pemunculan mata
air panas berada diantara batuan sedimen dan
vulkanik. (Gambar 3)
Kandungan Hg di atas nilai ambang batas (>80
ppb) , yaitu berkisar antara 99 131 ppb merupakan daerah anomali. Areal anomalinya berada
di sekitar daerah manifestasi panas bumi Riso
Kalimbua. Pola penyebaran Hg secara umum
terkonsentrasi pada bagian tengah daerah
penyelidikan yaitu sekitar pemunculan mata
air panas Riso-Kalimbua di wilayah Desa Riso
dan Kalimbua dan menyebar ke utara ke arah
Kondo-Pallata.
Perkiraan temperatur bawah permukaan
daerah mata air panas Riso Kalimbua (Riso
Kalimbua -1, Riso Kalimbua -2, Riso Kalimbua
-3), Andau Mappili, Palembongan dan Kondo
dengan menggunakan geotermometer SiO 2
(conductive-cooling) rata-rata berkisar antara
127-156 oC dan menggunakan geotermometer
Na/K Giggenbach rata-rata berkisar antara
115 - 139 oC dimana menunjukkan temperatur
relatif cukup tinggi. Estimasi temperatur bawah
permukaannya berdasarkan geotermometer
Na-K adalah sebesar 156 oC.
I.6
GEOFISIKA
Gaya berat
Hasil anomali Bouguer memperlihatkan nilai
anomali berkisar antara 38 mgal sampai 72
mgal, dimana pola anomalinya memiliki suatu
rentang anomali Bouguer dan gradien anomali
yang relatif cukup besar. Pada peta anomali
bouguer di bawah ini memiliki nilai densitas yaitu berkisar 2,67 gr/cm3. Hasil sebaran
anomali Regional ini memperlihatkan arah
kelurusan yang pada umumnya berarah baratdaya timurlaut. Pada peta anomali regional
memperlihatkan nilai densitas berkisar 2,67
gr/cm3. Hasil peta sebaran Anomali Sisa ini
lebih mempertegas lagi keberadaan kelurusankelurusan yang dikenali dari anomali Bouguer.
Sebaran anomali Sisa ini (Gambar 4) yang
merupakan hasil ekstraksi anomali Bouguer
dengan bidang polimomial orde-2. Dari sebaran
anomali sisa ini tidak terlihat jelas adanya
indikasi sumber panas yang memperlihatkan
anomali tinggi yang dapat diperkirakan sebagai
sumber panasnya (heat sources).
Geomagnet
Harga intensitas total (IGRF) di titik BS daerah
penyelidikan (-3.290 LS dan dan 119.240 BT dengan ketinggian 334 meter) adalah 42421.1 nT,
harga inklinasi -23.770 dan harga deklinasinya
= 1.400. Nilai kerentanan magnet batuan di daerah penyelidikan berkisar antara 0.02 sampai
0.04 x 10-3 cgs. Anomali Magnet Hasil Upward
Continuation (UWC), Reduction to Pole (RTP) dan
Reduction to Equator (RTE) menunjukan pada
ketinggian 200, 400, dan 600 meter memperlihatkan pola delineasi secara umum baik hasil
RTP ataupun hasil RTE berarah baratdayatimurlaut dan hampir baratlaut-tenggara. Nilai
anomali magnet rendah hasil RTP secara konsisten terdapat dibagian barat dan utara daerah
survei. Anomali magnet sedang masih mendominasi daerah survei, sedangkan anomali
tinggi berada di bagian selatan dan timur daerah
survei berupa kontur menutup. Peta anomali
magnet total (Gambar 5) memperlihatkan Nilai
anomali magnet total dengan kisaran nilai
antara -750 s/d 500 nT. Anomali Magnet Total
hasil Reduction To Pole/ Upward Continuation
600 meter dan hasil Pseudo Gravity memberikan nilai sebaran yang mirip dengan anomali
magnet reduction to pole, dimana sebaran rendahnya bersesuaian dengan sebaran anomali
magnet rendah, dan sebaliknya.
Geolistrik
Pengukuran di daerah panas bumi Riso terdiri
atas 6 lintasan yaitu lintasan A s/d F,pengukuran
mapping yang berarah baratdaya-timurlaut
dengan jumlah titik sebanyak 63 titik. Pengukuran sounding telah dilakukan pada sebanyak 12
titik yang tersebar di beberapa titik amat pada
lintasan-lintasan B s/d E. Peta tahanan jenis
AB/2 1000 m (Gambar 6) menunjukkan anomali
rendah ( < 150 ) Ohm-m tetap konsisten muncul di sebelah timur di dekat mata air panas di
lintasan D membuka ke arah timur serta di sebelah timurlaut lintasan A dan B dan di sebelah
Tenggara, di lintasan E di titik E-6500 membuka
ke arah lintasan F dan disebelah timur lintasan
F, secara umum pola konturnya tetap membuka ke arah luar derah penyelidikan.
PEMBAHASAN
Pembentukan sistem panas bumi berhubungan
dengan lingkungan vulkanik Kuarter, walaupun
sebagai basemen merupakan batuan sedimen
tua bagian dari Formasi Latimojong. Sistem
panas bumi Riso diinterpretasikan terbentuk diawali terjadinya transfer panas secara
konduktif pada batuan vulkanik dengan jenis
andesitik dari produk Palebangan yang berumur Pliosen dan juga memanaskan fluida
secara konvektif yang berasal dari air meteorik
yang masuk kedalam zona resapan pada satuan
morfologi vulkanik curam menuju reservoir
panas bumi. Fluida yang terpanaskan muncul
dalam bentuk mata air panas dengan pH netral
bertipe bikarbonat di daerah limpasan melalui
zona sesar Riso / rekahan ke permukaan. Fluida
hidrotermal mengalami kontak dengan batuan
di sekitar manifestasi sehingga batuan terubah
menjadi mineral baru berupa alterasi batuan
yang termasuk dalam zona argilik dimana ubahan tersebut dapat berfungsi sebagai batuan
penudung. (Gambar 7)
Di daerah Andau, Mappili terbentuk sistem
panas bumi Andau yang posisinya terletak di
bagian barat daya dari sistem panas bumi Riso,
dan diperkirakan terpisahkan oleh keberadaan
sesar Totongan. Transfer panas untuk sistem panas bumi Andau kemungkinan berasal
dari munculnya kubah vulkanik dasitik yang
umurnya belum diketahui umurnya.
Data geologi daerah Panas Bumi Riso menunjukkan adanya batuan yang memiliki sifat
impermeabel dengan kandungan mineral lempung jenis montmorilonit yang muncul di
daerah Tapango. Batuan alterasi yang terbentuk
I.6
merupakan tipe argilik. Alterasi tersebut muncul pada batuan sedimen batulempung. Data
tersebut dijadikan sebagai interpretasi bahwa
batuan penudung dari sistem panas bumi Riso
salah satunya berasal dari alterasi zona argilik.
Data tahanan jenis nilai sedang diperoleh di
bagian Pandanpangreng ke utara dengan nilai
150 ohmm. Diduga sebagai nilai batuan pada
pembentuk reservoir produk vulkanik Pangreng
yang berumur Tersier. Intensitas rekahan yang
sangat kuat menghasilkan zona permeabel
sebagai tempat terkonsetrasinya fluida panas
dikedalaman. Batuan tua yang telah mengalami deformasi pada periode Mio-Plio dan
Plio-Plisto akan membentuk suatu zona lolos
air yang memiliki nilai permeabilitas tinggi.
Kedalaman batuan reservoir (top reservoir) bila
diasumsikan untuk daerah Sulawesi lain seperti di Lilli-Sepporaki (Polewali Mandar) dan
Bora di Sulawesi Tengah kemungkinan < 1000
m.
Batuan yang diperkirakan sebagai sumber
panas pada sistem panas bumi Riso-Kalimbua
berkaitan dengan batuan vulkanik dengan jenis
Andesit produk Palebangan. Hasil pentarikhan
umur batuan pada lava andesit Palebangan 1
adalah 1.9 0.2 juta tahun, atau pada kala Plistosen bawah atau pada zaman Kuarter (Lab,
PSG, 2011).
Daerah Riso Kalimbua memiliki daerah resapan yang cukup luas. Areal ini berfungsi sebagai
suplai masuknya air meteorik ke dalam akifer.
Disini terjadi proses pencampuran air reservoir dan air permukaan yang diindikasikan oleh
munculnya manifestasi berupa batuan alterasi
disertai air panas bertemperatur sedang (51oC),
I.6
pH netral, dengan konsentrasi SiO2 yang rendah, terletak pada zona tipe air bikarbonat. Hal
tersebut menunjukkan air panas mengalami
sidikit pencampuran dengan air permukaan
yang menyusup melalui zona poros maupun
rekahan batuan. Air panas Riso maupun Andau
masih berada pada partial equlibrium, sebagai
indikasi sedikit sekali pengaruh air permukaan
pada pembentukan mata air panas, terlihat
dari hasil kandungan isotop akibat pengaruh
interaksi antara fluida dengan batuan dalam
keadaan panas sebelum bercampur dengan air
permukaan (meteoric water).
Nilai pendugaan temperatur reservoir, pada air
panas daerah sistem panas bumi Riso Kalimbua sebagai hasil plotting geotermometer NaK
(mengacu Giggenbach, 1988), diperoleh nilai
temperatur sekitar 156 oC. Nilai tersebut diperkirakan sebagai temperatur reservoir sistem
panas bumi Riso dengan entalpi menengah ke
rendah.
Sebaran area prospek panas bumi Riso-Kalimbua berdasarkan hasil penelitian metode
geologi dan geokimia terdapat di bagian tengah
di sekitar Tapango. Area prospek ini didukung
oleh hasil kombinasi peta kerapatan struktur
digabung dengan hasil metode geokimia dan
geofisika (gambar 8).
Estimasi Potensi dengan menggunakan metode
perhitungan volumetrik, daerah prospek panas
bumi Riso yang memiliki luas wilayah prospek
14 km2 dengan temperatur reservoir sebesar
156C dan temperatur cut-off sebesar 120C
memiliki potensi panas bumi sebesar 41 MWe
pada kelas sumber daya hipotetik.
DAFTAR PUSTAKA
KESIMPULAN
Djuri, Sudjatmiko, dkk, 1998, Peta Geologi Lembar Majene dan Bagian Barat Lembar Palopo,
Sulawesi, Edisi Kedua
I.6
I.6
I.6
I.6
I.6
I.6
I.6