Ringkasan Filsafat Ilmu
Ringkasan Filsafat Ilmu
FILSAFAT ILMU
OLEH
NIM
: LIANASARI
: 06012681318020
PROGRAM
STUDI
PENDIDIKAN
BAHASA
INGGRIS
PASCASARJANA UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2013
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis persembahkan kehadirat Allah Maha Besar
yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan ringkasan buku Filsafat Ilmu karangan Jujun Sumantri ini dengan
baik.
Ringkasan buku Filsafat Ilmu ini disusun sebagai salah satu tugas dalam
mata kuliah Filsafat Ilmu pada Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris,
Pascasarjana Universitas Sriwijaya.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah
Filsafat Ilmu, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menulis
ringkasan ini.
Penulis menyadari bahwa tak ada gading yang tak retak, demikian pula
dengan ringkasan ini, yang belum sempurna dan masih banyak kekurangan.
Mudah-mudahan ringkasan ini bermanfaat bagi para pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I KEARAH PEMIKIRAN FILSAFAT.......
10
19
BAB I
KE ARAH PEMIKIRAN FILSAFAT
Pertanyaan:
1. Apakah itu sebenarnya arti dari filsafat?
2. Apa sajakah karakteristik orang berpikir secara filsafat?
3. Apakah yang sebenarnya ditelaah oleh filsafat?
4. Apa saja cabang-cabang filsafat?
5. Apakah itu sebenarnya filsafat ilmu?
Ringkasan jawaban dari pertanyaan:
a. Pengertian Filsafat
Pengetahuan dimulai dengan rasa ingin tahu, kepastian dimulai dengan
rasa ragu-ragu dan filsafat dimulai dengan kedua-duanya. Berfilsafat didorong
untuk mengetahui apa yang telah kita tahu dan apa yang kita belum tahu.
Berfilsafat berarti berendah hati bahwa tidak semuanya akan pernah kita ketahui
dalam kesemestaan yang seakan tak terbatas ini. Berfilsafat tentang ilmu berarti
kita berterus terang kepada diri kita sendiri apakah sebenarnya yang saya ketahui
tentang ilmu? Apakah cirri-cirinya yang hakiki yang membedakan ilmu dengan
pengetahuan-pengetahuan lainnya yang bukan ilmu? Mengapa kita mesti
mempelajari ilmu ? Dsb. Orang yang berfilsafat dapat diumpamakan sebagai
seseorang yang berpijak di bumi sedang tengadah ke bintang-bintang , ia ingin
mengetahui hakikat dirinya dalam kemestaan alam, Filsafat adalah ilmu yang
berusaha mencari sebab yang sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu berdasarkan
pikiran/ rasio belaka.
b. Karakteristik Orang Berpikir Secara Filsafat
Ada tiga karakteristik berpikir filsafat yang pertama adalah sifat
menyeluruh. Yang kedua adalah sifat mendasar. Yang ketiga adalah sifat
spekulatif.
1) Menyeluruh
Karakteristik berpikir filsafat secara menyeluruh artinya adalah tidak puas
mengenali ilmu hanya dari segi pandang ilmu itu sendiri. Misalnya, seorang
ilmuwan tidak puas lagi mengenai ilmu hanya dipandang dari segi ilmu itu
sendiri. Dia ingin melihat hahikat ilmu dalam konstelasi pengetahuan yang
lainnya. Dia ingin tahu kaitan ilmu dengan moral. Kaitan ilmu dengan
agamanya. Dia ingin yakin apakah ilmu itu membawa kebahagian kepada
dirinya.
2) Mendasar
e. Filsafat Ilmu
Filsafat ilmu merupakan bagian dari epistimologi yang secara spesifik
mengkaji hakikat ilmu (pengetahuan ilmiah). Filsafat Ilmu dibagi menjadi filsafat
ilmu-ilmu alam dan filsafat ilmu-ilmu social, namun tidak terdapat perbedaan
yang prinsipil antara ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu social dimana keduanya
memiliki cirri-ciri keilmuan yang sama. Filsafat ilmu merupakan telaahan secara
filsafat yang ingin menjawab beberapa pertanyaan mengenai hakikat ilmu seperti:
Obyek apa yang ditelaah ilmu? Bagaimana ujud yang hakiki dari
obyek tersebut? Bagaimana hubungan antara obyek tadi dengan
daya tangkap manusia (seperti berpikir, merasa dan mengindera
yang membuahkan pengetahuan? Pertanyaan-pertanyaan ini
merupakan landasan ontologism.
Untuk membedakan jenis pengetahuan yang satu dari pengetahuan lainnya
maka pertanyaan yang dapat diajukan adalah: apa yang dikaji oleh pengetahuan
itu (ontologi)? Bagaimana caranya mendapatkan pengetahuan tersebut
(epistemologi)? Serta untuk apa pengetahuan itu dipgunakan (aksiologi)? Dengan
mengetahui ketiga jawaban pertanyaan tersebut maka dengan mudah kita dapat
membedakan berbagai jenis pengetahuan yang terdapat dalam khasanah
kehidupan manusia.
Kesimpulan:
Dari ringkasan diatas dapat disimpulkan bahwa ketika seorang manusia mulai
berpikir tentang hakikat sesuatu yang ada dimuka bumi ini, maka secara tidak
disadari oleh dirinya sendiri dia telah berpikir secara filsafat. Ketika berpikir
secara filsafat seseorang tersebut akan berpikir secara menyeluruh, mendasar, dan
mulai berspekulasi terhadap kebenaran sesuatu yang ada. Dengan demikian berarti
filsafat itu menelaah segala masalah yang mungkin dapat dipikirkan oleh manusia.
Filsafat itu sendiri mengkaji tiga segi yakni logika, etika, estetika yang kemudian
berkembang lagi menjadi cabang-cabang filsafat yang lebih spesifik diantaranya
filsafat ilmu. Filsafat ilmu itu sendiri merupakan bagian dari cabang filsafat yaitu
epistimologi yang secara spesifik mengkaji hakikat ilmu (pengetahuan ilmiah).
Filsafat ilmu inilah yang membantu manusia untuk nantinya berpikir secara
ilmiah.
BAB II
DASAR-DASAR PENGETAHUAN
Pertanyaan
1. Apakah itu sebenarnya hakikat penalaran?
2.
3.
4.
5.
terdapat dua cara pokok bagi manusia untuk mendapatkan pengetahuan yang
benar. Yang pertama adalah mendasarkan diri kepada rasio dan yang kedua
mendasarkan diri kepada pengalaman. Kaum rasionalis mendasarkan diri kepada
rasio dan kaum empirisme mendasarkan diri kepada pengalaman. Kaum rasionalis
mempergunakan metode deduktif dalam menyusun pengetahuannya. Dapat
dikatakan bahwa ide bagi kaum rasionalis adalah bersifat apriori dan pengalaman
yang didapatkan manusia lewat penalaran rasional.
Berlainan dengan kaum rasionalis maka kaum empiris berpendapat bahwa
pengetahuan manusia itu bukan didapatkan lewat penalaran yang abstrak namun
lewat penalaran yang konkret dan dapat dinyatakan lewat tangkapan panca indra.
Disamping rasionalisme dan empirisme masih terdapat cara untuk mendapatkan
pengetahuan yang lain. Yang penting untuk kita ketahui adalah intuisi dan wahyu.
Intuisi merupakan pengetahuan yang didapatkan tanpa melalui proses penalaran
tertentu. Intuisi bersifat personal dan tidak bisa diramalkan. Sebagai dasar untuk
menyusun pengetahuan secara teratur maka intuisi ini tidak dapat diandalkan.
Wahyu merupakan pengetahuan yang disampaikan oleh Tuhan kepada manusia.
e. Kriteria Kebenaran
Tidak semua manusia mempunyai persyaratan yang sama terhadap apa yang
dianggapnya benar. Oleh sebab itu ada beberapa teori yang dicetuskan dalam
melihat kriteria kebenaran.
1. Teori koherensi.
Teori ini merupakan menyatakan bahwa pernyataan dan kesimpulan yang
ditarik harus konsinten dengan pernyataan dan kesimpulan terdahulu yang
dianggap benar. Secara sederhana dapat disimpulkan bahwa berdsarkan teori
koherensi suatu pernyatan dianggap benar bila pernyataan tersebut bersifat
koheren atau konsisten dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya yang
dianggap benar. Matematika adalah bentuk pengetahuan yang penyusunannya
dilakukan pembuktian berdsarkan teori koheren.
2. Teori korespondensi.
Bagi penganut teori korespondensi, suatu pernyataan adalah benar jika
materi pengetahuan yang dikandung pernyataan itu berkorespondensi
(berhubungan) dengan obyek yang dituju oleh pernyataan tersebut.
3. Teori Pragmatis
Bagi seorang pragmatis, kebenaran suatau pernyataan diukur dengan
kriteria apakah pernyataan tersebut bersifat fungisional dalam kehidupan
praktis. Artinya, suatu pernyataan adalah benar, jika pernyataan itu atau
BAB III
ONTOLOGI
Pertanyaan:
1. Apa itu sebenarnya ontologi?
2. Hakikat apa yang dikaji dalam ontologi?
3. Sebutkan dan jelaskan aliran-aliran dalam ontologi!
4. Sebutkan dan jelaskan beberapa cakupan ontologi!
Ringkasan jawaban dari pertanyaan:
Ontologi merupakan salah satu kajian filsafat. Kata ontologi berasal dari
bahasa Yunani, yaitu On=being, dan Logos=logic. Jadi, ontologi adalah The
Theory of Being Qua Being (teori tentang keberadaan sebagai keberadaan).
Menurut bahasa, Ontologi berasal dari bahasa Yunani yaitu : On/Ontos =
ada, dan Logos = ilmu. Jadi, ontologi adalah ilmu tentang yang ada. Sedangkan
menurut istilah Ontologi adalah ilmu yang membahas tentang hakikat yang ada,
yang merupakan ultimate reality baik yang berbentuk jasmani/konkret maupun
rohani/abstrak. Ontologi membahas tentang yang ada, yang tidak terikat oleh satu
perwujudan tertentu. Membahas tentang yang ada, yang universal, dan
menampilkan pemikiran semesta universal. Berupaya mencari inti yang temuat
dalam setiap kenyataan, dan menjelaskan yang ada yang meliputi semua realitas
dalam semua bentuknya. Menurut Aristoteles, ontologi adalah ilmu yang
menyelidiki hakekat sesuatu atau tentang sesuatu yang ada, keberadaannya atau
eksistensinya atau yang disebut dengan metafisika berarti menyelidiki tentang
makna yang ada (keberadaannya) manusia, benda, alam semesta (kosmologi),
kehidupan atau hubungan manusia (antropologi).
Adapun hakekat apa yang dikaji (landasan terdasar) dalam ontologi, yaitu:
10
11
12
atau gagasan tanpa penumpu yang diperlukan untuk menumpu gagasan lain
yang akan muncul kemudian.
3. Peluang
Peluang secara sederhana diartikan sebagai probabilitas. Peluang 0.8
secara sederhana dapat diartikan bahwa probabilitas untuk suatu kejadian
tertentu adalah 8 dari 10 (yang merupakan kepastian). Dari sudut keilmuan
hal tersebut memberikan suatu penjelasan bahwa ilmu tidak pernah ingin dan
tidak pernah berpretensi untuk mendapatkan pengetahuan yang bersifat
mutlak. Tetapi ilmu memberikan pengetahuan sebagai dasar bagi manusia
untuk mengambil keputusan, dimana keputusan itu harus didasarkan kepada
kesimpulan ilmiah yang bersifat relatif. Dengan demikan maka kata akhir dari
suatu keputusan terletak ditangan manusia pengambil keputusan itu dan
bukan pada teori-teori keilmuan.
4. Batas Penjelajahan Ilmu
Ilmu memulai penjelajahannnya pada pengalaman manusia dan berhenti
di batas pengalaman manusia. Apakah ilmu mempelajari hal ihwal surga dan
neraka? Jawabnya adalah tidak; sebab surga dan neraka berada di luar
jangkauan pengalaman manusia. Baik hal-hal yang terjadi sebelum hidup kita,
maupun apa-apa yang terjadi sesudah kematian kita, semua itu berada di luar
penjelajahan ilmu.
Mengapa ilmu hanya membatasi daripada hal-hal yang berbeda dalam
batas pengalaman kita? jawabnya terletak pada fungsi ilmu itu sendiri dalam
kehidupan manusia: yakni sebagai alat pembantu manusia dalam
menanggulangi masalah-masalah yang dihadapinya sehari-hari. Persoalan
mengenai hari kemudian tidak akan kita nyatakan kepada ilmu, melainkan
kepada agama, sebab agamalah pengetahuan yang mengkaji masalah-masalah
seperti itu.
Ilmu membatasi lingkup penjelajahannya pada batas pengalaman
manusia juga disebabkan metode yang dipergunakan dalam menyusun yang
telah teruji kebenarannya secara empiris. Sekiranya ilmu memasukkan daerah
di luar batas pengalaman empirisnya, bagaimana kita melakukan pembuktian
secara metodologis? bukankah hal ini merupakan suatu kontradiksi yang
menghilangkan keahlian metode ilmiah?
Kalau begitu maka sempit sekali batas jelajahan ilmu, kata seorang,
Cuma sepotong dari sekian permasalahan kehidupan. Memang demikian,
jawab filsuf ilmu, bahkan dalam batas pengalaman manusia pun, ilmu hanya
berwenang dalam menentukan benar atau salahnya suatu pernyataan. Tentang
baik dan buruk, semua (termasuk ilmu) berpaling kepada sumber-sumber
13
moral; tentang indah dan jelek, semua (termasuk ilmu) berpaling kepada
pengkajian estetik. Ilmu tanpa (bimbingan moral) agama adalah buta,
demikian kata Einstein.
Kesimpulan:
Dari ringkasan diatas dapat disimpulkan bahwa Ontologi membahas tentang
yang ada, yang tidak terikat oleh satu perwujudan tertentu. Membahas tentang
yang ada, yang universal, dan menampilkan pemikiran semesta universal.
Berupaya mencari inti yang temuat dalam setiap kenyataan, dan menjelaskan yang
ada yang meliputi semua realitas dalam semua bentuknya. Ontologi juga
membahas apa yang ingin kita ketahui, seberapa jauh kita ingin tahu, atau dengan
perkataan lain suatu pengkajian mengenai yang ada
BAB IV
EPISTEMOLOGI
CARA MENDAPATKAN PENGETAHUAN YANG BENAR
Pertanyaan:
1. Apa itu pengetahuan?
2. Apa itu sebenarnya Epistemologi?
3. Jelaskan bagaimana prosedur dalam mendapatkan pengetahuan!
4. Apa itu pengetahuan ilmiah?
5. Jelaskan tiga fungsi pengetahuan ilmiah dan struktur pengetahuan ilmiah!
Ringkasan jawaban dari pertanyaan:
14
a. Pengetahuan
Pengetahuan pada hakikatnya merupakan segenap apa yang kita
ketahui tentang suatu obyek tertentu. Termasuk didalamnya adalah ilmu.
Setiap jenis pengetahuan memiliki ciri-ciri yang spesifik mengenai apa
( ontologi ), bagaimana ( epistemologi ) dan untuk apa ( aksiologi ). Ilmu
mempelajari alam sebagaimana adanya dan terbatas pada lingkup pengalaman
kita. Usaha untuk mengetahui gejala ualam sudah dimulai sejak dulu kala
melalui mitos. Tahap selanjutnya yaitu dengan mengembangkan pengetahuan
yang mempunyai kegunaan praktis dan berakar pada pengalaman berdasarkan
akal sehat yang didukung oleh metode mencoba-coba. Perkembangan ini
menyebabkan tumbuhnya pengetahan yang disebut seni terapan. Akal sehat
dan coba-coba mempunyai peranan penting dalam usaha manusia untuk
menemukan penjelasan mengenai berbagai gejala alam. Perkembangan
selanjutnya adalah tumbuhnya rasionalisme yang secara kritis
mempertanyakan dasar-dasar pikiran yang bersifat mitos. Lalu berkembang
lagi kearah empirisme yang menyatakan bahwa pengetahuan yang benar itu
didasarkan kepada kenyataan pengalaman.
b. Epistemologi
Epistemologi berasal dari kata Yunani, episteme dan logos. Episteme
biasa diartikan pengetahuan dan kebenaran dan logos diartikan pikiran, kata,
atau teori. Epistemologi secara etimologi dapat diartikan teori pengetahuan
yang benar dan lazimnya hanya disebut teori pengetahuan yang dalam bahasa
inggrisnya menjadi theory of knowledge:
Epistemologi dapat didefinisikan sebagai cabang filsafat yang
mempelajari asal mula atau sumber, struktur, metode dan sahnya
(validitasnya) pengetahuan. Dalam epistemologi, pertanyaan pokoknya
adalah apa yang dapat saya ketahui?
Persoalan-persoalan dalam epistemologi adalah sebagai berikut.
1. Bagaimanakah manusia dapat mengetahui sesuatu?
2. Dari mana pengetahuan itu dapat diperoleh?
3. Bagaimanakah validitas pengetahuan a priori (pengetahuan pra
pengalaman) dengan pengetahuan a posteriori (pengetahuan purna
pengalaman)
c. Prosedur dalam mendapatkan pengetahuan
Metode ilmiah merupakan prosedurdalam mendapatkan pengetahuan
yang disebut ilmu. Jadi ilmu merupakan ilmupengetahuan yang didapatkan
lewat metode ilmiah.Tidak semua pengetahuan dapatdisebut ilmu sebab ilmu
merupakan pengetahuan yang cara mendapatkannya harusmemenuhi syarat-
15
16
17
Yyang merupakan asumsi dasar yang kebenarannya kita terima tanpa dituntut
pembuktiannya.
Kesimpulan:
Dari ringkasan diatas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan pada
hakikatnya merupakan segenap apa yang manusia ketahui tentang suatu obyek
tertentu. Ketika seseorang mulai berpikir bagaimana cara mendapatkan atau
menarik kesimpulan dari kebenaran suatu pengetahuan maka hal tersebut
merupakan bagian dari filsafat yang disebut epistemolgi. Epistemologi adalah
bagaimana cara mendapatkan kebenaran dari pengetahuan. Untuk mendapatkan
atau menarik kesimpulan dari pengetahuan maka seseorang harus melewati suatu
proses yang dinamakan metode ilmiah. Pada proses ini seseorang di tuntut untuk
berpikir secara ilmiah. Alur berpikir yang tercakup dalam metode ilmiah dapat
dijabarkan dalam beberapa langkah yang mencerminkan tahap-tahap dalam
kegiatan ilmiah yaitu: (1) Perumusan masalah; (2) Penyusunan kerangka berpikir:
(3) Perumusan hipotesis; (4) Pengujian hipotesis; (5) Penarikan kesimpulan.
Setelah melakukan tahapan tersebut barulah seseorang bisa mendapatkan
pengetahuan.
BAB V
SARANA BERPIKIR ILMIAH
Pertanyaan:
1. Apa itu sebenarnya sarana berpikir Ilmiah?
2. Sebutkan beberapa macam sarana berpikir ilmiah!
3. Berikan penjelasan mengenai bahasa sebagai sarana berpikir ilmiah!
4. Berikan penjelasan mengenai logika sebagai sarana berpikir ilmiah!
5. Berikan penjelasan mengenai matematika sebagai sarana berpikir ilmiah!
6. Apakah itu sifat kuantitatif matematika dan matematika sebagai sarana
berpikir deduktif?
7. Berikan penjelasan mengenai statistika sebagai sarana berpikir ilmiah!
8. Apakah itu statistika sebagai sarana berpikir induktif?
18
19
2. LOGIKA
Logika adalah sarana untuk berpikir sistematik, valid dan dapat
dipertanggungjawabkan. Dalam arti luas logika adalah sebuah metode dan
prinsip-prinsip yang dapat memisahkan secara tegas antara penalaran yang
benar dengan penalaran yang salah. Karena itu, berpikir logis adalah berpikir
sesuai dengan aturan-aturan berpikir. Berpikir membutuhkan jenis-jenis
pemikiran yang sesuai.
Logika dapat di sistemisasi dalam beberapa golongan:
Menurut Kualitas dibagi dua, yakni Logika Naturalis (kecakapan
berlogika berdasarkan kemampuan akal bawaan manusia) dan Logika
Artifisialis (logika ilmiah) yang bertugas membantu Logika Naturalis dalam
menunjukkan jalan pemikiran agar lebih mudah dicerna, lebih teliti, dan lebih
efisien.
Menurut Metode dibagi dua yakni Logika Tradisional yakni logika
yang mengikuti aristotelian dan Logika Modern
Menurut Objek dibagi dua yakni Logika Formal (deduktif dan
induktif) dan Logika Material.
3. MATEMATIKA
Dalam abad ke-20 ini, seluruh kehidupan manusia sudah menggunakan
matematika, baik matematika sangat sederhana hanya menghitung satu, dua,
tiga, sampai yang sangat rumit. Fungsi matematika dan fungsi bahasa
berhubungan dengan ilmu pengetahuan.
20
21
22
BAB VI
AKSIOLOGI
NILAI KEGUNAAN ILMU
Pertanyaan:
1. Apa itu sebenarnya aksiologi?
2. Apa itu kaitan antara ilmu dan moral?
3. Bagaimana tanggung jawab sosial seorang ilmuan terhadap suatu ilmu jika
dilihat dari segi aksiologi?
4. Jelaskan fenomena perkembangan nuklir dan apa yang seharusnya
dilakukan seorang ilmuwan menghadapi hal tersebut?
5. Jelaskan juga fenomena revolusi genetika!
Ringkasan jawaban dari pertanyaan:
a. Aksiologi
23
24
terbebas dari nilai. Ilmu itu sendiri netral dan para ilmuwanlah yang
memberikan nilai. Dalam menghadapi masalah social, seorang ilmuwan yang
mempunyai latarbelakang pengetahuan yang cukup harus menempatkan
masalah tersebut pada proporsi ang sebenarnya dan menjelaskanya lepada
masyarakat dalam bahasa yang dapat dicerna. Dengan kemampuan yang
dimiliki oleh seorang ilmuwan maka harus dapat mempengaruhi opini
masyarakat terhadap masalah-masalah yang seyogiyanya mereka safari.
Dibidang etika, tanggungjawab seorang ilmuwan bukan lagi memberikan
informasi tetapi memberikan contoh.
Seorang ilmuan mempunyai tanggung jawab sosial di bahunya. Bukan
saja karena ia adalah warga masyarakat yang kepentingannya terlibat secara
langsung dengan di masyarakat yang yang lebih penting adalah karena dia
mempunyai fungsi tertentu dalam keberlangsungan hidup manusia. Sampai
ikut bertanggung jawab agar produk keilmuannya sampai dan dapat
dimanfaatkan oleh masyarakat. Sikap sosial seorang ilmuan adalah konsisten
dengan proses penelaahan keilmuan yang dilakukan. Sering dikatakan bahwa
ilmu itu bebas dari sistem nilai. Ilmu itu sendiri netral dan para ilmuanlah
yang memberikannya nilai agar ilmu tersebut bisa digunakan untuk hal-hal
yang bermanfaat.
d. Fenomena Nuklir dan Pilihan Moral
Seorang ilmuwan secara moral tidak akan membiarkan hasil
penemuanya untuk menindas bangsa lain meskipun yang menggunakan itu
adalah bangsanya sendiri. Seperti halnya yang terjadi pada Albert Einstein
diperintahkan untuk membuat bom atom (nuklir) oleh pemerintah negaranya.
Einstein waktu itu memihak Sekutu karena anggapanya bahwa sekutu
mewakili aspirasi kemanusiaan. Jika sekutu kalah maka yang akan muncul
adalah rezim Nazi yang tidak berperikemanusiaan.
Untuk itu, seorang ilmuwan tidak boleh berpaku tangan. Dia harus
memilih sikap: berpihak kepada kemanusiaan atau tetap bungkam? Seorang
ilmuan tidak boleh menyembunyikan hasil penemuannya, apapun juga
bentuknya dari masyarakat luas serta apapun juga konsekuensi yang akan
terjadi dari penemuannya itu. Seorang ilmuwan tak boleh memutarbalikkan
penemuannya bila hipotesisnya yang dijunjung tinggi yang disusun diatas
kerangka pemikiran yang terpengaruh preferensi moral ternyata hancur
berantakan karena bertentangan dengan fakta-fakta pengujian.
e. Revolusi Genetik
Revolusi Genetika merupakan babak baru dalam sejarah keilmuan
manusia sebab sebelum ini ilmu tidak pernah menyentuh manusia sebagai
25
objek penelaahan itu sendiri. Hal ini bukan berarti bahwa sebelumnya tiada
ada penelaahan ilmiah yang berkaitan dengan jasad manusia, tentu saja
banyak sekali, namun penelaahan-penelaahan ini dimaksudkan untuk
mengembangkan ilmu dan teknologi, dan tidak membidik langsung manusia
sebagai objek penelaahan mengenai jantung manusia, maka hal ini
dimaksudkan untuk mengembangkan ilmu dan teknologi yang berkaitan
dengan penyakit jantung. Atau dengan kata lain, upaya kita diarahkan untuk
mengembangkan pengetahuan yang memungkinkan kita dapat mengetahui
segenap pengetahuan yang berkaitan dengan jantung, dan diatas pengetahuan
itu dikembangkan teknologi yang berupa alat yang dapat memberi
kemudahan bagi kita untuk menghadapi gangguan-gangguan jantung.
Dengan penelitian genetika maka masalahnya menjadi sangat lain,
kita tidak lagi menelaah organ-organ manusia dalam upaya untuk
menciptakan teknologi yang memberikan kemudahan bagi kita, melainkan
manusia itu sendiri sekarang menjadi obyek penelahan yang akan
menghasilkan bukan lagi teknologi yang memberikan kemudahan, melainkan
teknologi untuk mengubah manusia itu sendiri. Apakah perubahan-perubahan
yang dilakukan diatas secara moral dapat dibenarkan.
Kesimpulan:
Dari ringkasan diatas dapat disimpulkan bahwa aksiologi adalah kegunaan
ilmu pengetahuan bagi kehidupan manusia, kajian tentang nilai nilai khususnya
etika. Ilmu menghasilkan teknologi yang akan diterapkan pada masyarakat.
Teknologi dalam penerapannya dapat menjadi berkah dan penyelamat bagi
manusia, tetapi juga bisa menjadi bencana bagi manusia. Disinilah pemanfaatan
pengetahuan dan teknologi harus diperhatikan sebaik baiknya. Dalam filsafat
penerapan teknologi meninjaunya dari segi aksiologi keilmuan.Seorang ilmuwan
mempunyai tanggungjawab agar produk keilmuwan sampai dan dapat
dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat.
26
BAB VII
ILMU DAN KEBUDAYAAN
Pertanyaan:
1. Jelaskan hubungan antara manusia dan kebudayaan!
2. Jelaskan hubungan antara ilmu dan kebudayaan nasional!
3. Sebutkan nilai-nilai ilmiah dalam pengembangan kebudayaan nasional!
4. Jelaskan mengenai dua pola kebudayaan!
Ringkasan jawaban dari pertanyaan:
a. Manusia dan Kebudayaan
Kebudayaan didefenisikan untuk pertama kali oleh E.B Taylor pada
tahun 1871, lebih dari seratus tahun yang lalu, dalam bukunya primitive
Culture dimana kebudayaan diartikan sebagai keseluruhan yang mencakup
27
28
29
30