Anda di halaman 1dari 7

Pokok Bahasan 1 : Konsep dasar perawatan traksi

1.1 Pengertian
Traksi adalah Suatu pemasangan gaya tarikan pada bagian tubuh. Traksi digunakan untuk
meminimalkan spasme otot; untuk mereduksi, mensejajarkan, dan mengimobilisasi fraktur; untuk
mengurangi deformitas, dan untuk menambah ruangan diantara kedua permukaan patahan tulang. Traksi
harus diberikan dengan arah dan besaran yang diinginka untuk mendapatkan efek terapeutik. Faktorfaktor yang mengganggu keefektifan tarikan traksi harus dihilangkan (Smeltzer & Bare, 2001 )
1.2 Tujuan
1)

Untuk mengurangi dan untuk immobilisasi fraktur tulang agar terjadi pemulihan

2)

Untuk mempertahankan kesejajaran tulang yang tepat

3)

Untuk mencegah cidera dari jaringan lunak

4)

Untuk memperbaiki, mengurangi, atau mencegah deformitas

5)

Untuk mengurangi spaseme otot dan nyeri

1.3 Indikasi
1) Traksi rusell digunakan pada pasien fraktur pada plato tibia
2) Traksi buck, indikasi yang paling sering untuk jenis traksi ini adalah untuk mengistirahatkan sendi
lutut pasca trauma sebelum lutut tersebut diperiksa dan diperbaiki lebih lanjut
3) Traksi Dunlop merupakan traksi pada ektermitas atas
4) Traksi horizontal diberikan pada humerus dalam posisi abduksi, dan traksi vertical diberikan pada
lengan bawah dalm posisi flexsi.
5) Traksi kulit Bryani sering digunakan untuk merawat anak kecil yang mengalami patah tulang paha
6) Traksi rangka seimbang ini terutama dipakai untuk merawat patah tulang pada korpus pemoralis orang
dewasa
7) Traksi 90-90-90 pada fraktur tulang femur pada anak-anak usia 3 tahun sampai dewasa muda
1.4 Kontraindikasi
1)

Hipermobilitas

2)

Efusi sendi

3)

Inflamasi

4)

Fraktur humeri dan osteoporosis

1.5 Jenis Traksi


1.5.1 Skin Traksi
Traksi kulit (skin traksi) adalah menarik bagian tulang yang fraktur dengan menempelkan plaster
langsung pada kulit untuk mempertahankan bentuk, membantu menimbulkan spasme otot pada bagian
yang cedera dan biasanya digunakan untuk jangka pendek (48 -72 jam). Traksi kulit menunjukkan
dimana dorongan tahanan diaplikasikan kepada bagian tubuh yang terkena melalui jaringan 7 lunak.
1.5.2 SkeletalTraksi
Traksi skeletal adalah traksi yang digunakan untuk meluruskan tulang yang cedera dan sendi panjang
untuk mempertahankan traksi, memutuskan pins (kawat) ke dalam. Traksi ini menunjukkan tahanan
dorongan yang di aplikasikan langsung ke skeleton melalui pins, wire atau buat yang telah dimasukkan
kedalam tulang. Untuk melakukan ini berat yang besar dapat digunakan. Traksi skeletal digunakan untuk
fraktur yang tidak stabil, untuk mengontrol rotasi dimana berat lebih besar dari 25 kg dibutuhkan dan
fraktur membutuhkan traksi jangka panjang.
Pokok Bahasan 2 : Ceklist Prosedur Perawatan traksi
No

Uraian Kegiatan

Pre Interaksi
Persiapan Alat:
Skin traksi kit
k/p pisu cukur
k/p balsam perekat
k/p alat rawat luka
katrol dan pulley
beban
K/p Bantalan conter traksi
k/p bantal kasur
gunting
bolpoint untuk penanda/ marker
Persiapan alat pada traksi kulit :
Bantal keras (bantal pasir )

Keterangan

Bedak kulit
Kom berisi air putih
Handuk
Sarung tangan bersih
Persiapan alat pada traksi skeletal :
Zat pembersih untuk perawatan pin
Set ganti balut
Salep anti bakteri (k/p)
Kantung sampah infeksius
Sarung tangan steril
Lidi kapas
Povidone Iodine (k/p)
Kassa steril
Piala ginjal

Orientasi
1. Berikan salam dengan menyebut nama
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan
3. Menjaga privacy

Tahap Kerja
Pelaksanaan prosedur
Mencuci tangan
Memakai handschoen
Mengatur posisi tidur pasien supinasi
Bila ada luka dirawat dan ditutup kassa
Bila banyak rambut k/p di cukur
Beri tanda batas pemasangan plester gips menggunakan bolpoint
k/p beri balsam perekat
Ambil skintraksi kit lalu rekatkan plester gips pada bagian medial dan lateral kaki secara simetris dengan
tetap menjaga immobilisasi fraktur

Pasang katrol lurus dengan kaki bagian fraktur


Masukkan tali pada pulley katrol
Sambungkan tali pada beban ( 1/7 BB = maksimal 5 kg
k/p pasang bantalan contertraksi atau bantal penyangga kaki
Atur posisi pasien nyaman dan rapikan
Beritahu pasien bahwa tindakan sudah selesai dan pesankan untuk manggil perawat bila ada keluhan

TRAKSI KULIT
Cuci tangan dan pasang sarung tangan
Cuci, keringkan dan beri bedak kulit sebelum traksi dipasang kembali
Lepas sarung tangan
Anjurkan klien untuk menggerakkan ekstremitas distal yang terpasang traksi
Berikan bantalan dibawah akstremitas yang tertekan
Berikan penyokong kaku (foot plates) dan lepaskan setiap 2 jam lalu anjurkan klien latihan ekstremitas
bawah untuk fleksi, ekstensi dan rotasi
Lepas traksi setiap 8 jam atau sesuai instruksi

TRAKSI SKELETAL
Cuci tangan
Atur posisi klien dalam posisi lurus di tempat tidur untuk mempertahankan tarikan traksi yang optimal
Buka set ganti balut, cairan pembersih dan gunakan sarung tangan steril
Bersihkan pin serta area kulit sekitar pin, menggunakan lidi kapas dengan teknik menjauh dari pin (dari
dalam ke luar)
Beri salep anti bakteri jika diperlukan sesuai protokol RS
Tutup kassa di lokasi penusukan pin
Lepas sarung tangan
Buang alat alat yang telah dipakai ke dalam plastik khusus infeksius
Cuci tangan
Anjurkan klien menggunakan trapeze untuk membantu dalam pergerakan di tempat tidur selama ganti alat
dan membersihkan area punggung/ bokong
Berikan posisi yang tepat di tempat tidur

Terminasi
1.Bereskan alat dan rapikan tempat tidur
2. Lepas handscoon dan cuci tangan
3.Evaluasi hasil kegiatan (subjektif dan objektif)
4. Berikan umpan balik positif pada klien
Dokumentasi
1. Catat tindakan yang dilakukan
2. Catat respon klien
3. Catat kulit dan cairan yang keluar dari kulit sekitar traksi jika menggunakan traksi kulit

A. Pengkkajian Keperawatan
Dampak psikologik dan fisiologik masalah musculoskeletal, alat traksi, dan imobilitas harus
diperhitungkan. Traksi membatasi mobilitas dan kemandirian seseorang. Peralatannya sering terlihat
mengerikan, dan pemasangannya tampak menakutkan. Kebingungan, disorientasi, dan masalah perilaku
dapat terjadi pada pasien yang terkungkung pada tempat terbatas selama waktu yang cukup lama. Maka
tingkat ansietas pasien dan respon psikologis terhadap traksi harus dikaji dan dipantau. Bagian tubuh yang
ditraksi harus dikaji. Status neurovaskuler (misal : warna, suhu, pengisian kapiler, edema, denyut nadi,
perabaan, kemampuan bergerak) dievaluasi dan dibandingkan dengan ekstremitas yang sehat. Integritas
kulit harus diperhatikan.
Pengkajian fungsi system tubuh harus dilengkapi sebagai data dasar dan perlu dilakukan pengkajian terus
menerus. Imobilisasi dapat menyebabkan terjadinya masalah pada system kulit, respirasi, gastrointestinal,
perkemihan, dan kardiovaskuler. Masalah tersebut dapat berupa ulkus akibat tekanan, kongesti paru, statis
pneumonia, konstipasi, kehilangan nafsu makan, satis kemih dan infeksi saluran kemih. Adanya nyeri
tekan betis, hangat, kemerahan, atau pembengkakan atau tanda human positif (ketidaknyamanan pada
betis ketika kaki didorsofleksi dengan kuat) mengarahkan adanya trombosis vena dalam. Identifikasi awal
masalah yang telah muncul dan sedang berkembang memungkunkan intervensi segera untuk mengatasi
masalah tersebut.
B. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan pada pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan utama paasien karena traksi dapat
meliputi yang berikut :
1. Kurang pengetahuan mengenai program terapi

2. Ansietas yang berhubungan dengan status kesehatan dan alat traksi


3. Nyeri dam ketidaknyamanan yang berhubungan dengan traksi dan imobilisasi.
4. Kurang perwatan diri : makan, hygiene, atau toileting yang berhubungan dengan traksi
5. Gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan proses penyakit dan traksi
C. Intervensi
1. Dorong klien latihan aktif untuk daerah yang dapat dilakukan
Dorong klien pada aktivitas terapeutik dan pertahankan rangsangan lingkungan. Ex : TV, radio,
kunjungan keluargaKaji derajat imobilitas yang dihasilkan karena adanya traksi dan perhatikan persepsi
klien terhadap imobilisasi
2. Tingkatkan bagian tubuh yang sakit dengan meninggikan kaki tempat tidur
Berikan tindakan kenyamanan (contoh : sering ubah posisi, pijatan punggung) dan aktivitas terapeutik.
Dorong penggunaan teknik manajemen stres (contoh: nafas dalam, visualisasi) dan sentuhan terapeutik
Berikan pijatan lemah pada area luka sesuai toleransi bila balutan telah dilepas
Selidiki keluhan nyeri luka, kemajuan yang tak hilang dengan analgesik
Berikan obat sesuai indikasi, contoh: analgesik, relaksan otot
Berikan pemanasn lokal sesuai indikasi
3. Ubah posisi dengan sering geraka pasien dengan perlahan-lahan dan beri bantalan pada tonjolan
tulang dengan pelindung
Beri penguatan pada balutan awal sesuai dengan indikasi. Gunakan teknik aseptik dengan tepat
Pertahankan klien tetap kering. Bebas keriput
Anjurkan klien menggunakan pakaian katun longgar
4. Kaji hambatan terhadap partisipasi terhadap perawatan diri
Berikan waktu yang cukup untuk melakukan tugas-tugas dan tingkatkan kesabaran
Antisipasi kebutuhan kebersihan dan bantu klien sesuai dengan kebutuhan
5. Dorong ekspresi ketakutan masalah klien
Diskusikan tindakan keamanan
Dorong klien untuk menggunakan manajemen stres. Ex: bimbinan imajinasi, nafas dalam
6. Instruksikan klien, keluarga untuk melakukan perawatan mandiri

Dorong klien melakukan program latihan berkesinambungan


Tekankan diet seimbang dan pemasukan cairan yang adekuat
Anjurkan penghentian merokok
Indentifikasi tanda gejala yang memerlukan evaluasi medik.
Ex: edema, eritema, dsb
REFERENSI

Kozier Barbara. Snyder Shirlee.dkk,2009,Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis, Edisi 5 ,EGC,Jakarta.

Mutaqqin Arif.2011.Buku Saku Gangguan Muskuloskeletal, Jakarta:EGC

Ningsih, Nurma & Lukman. 2011. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Muskuloskeletal, Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai