Anda di halaman 1dari 23

Bab 3.

Aset tetap

PENDAHULUAN
Dalam SAK-EKTAP yang di atur oleh IAI (2009: 68),aset tetap adalah asset
berwujud yang di miliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang
atau jasa, untuk disewakan ke pihak lain,atau untuk tujuan administratif dan
diharapkan akan digunakan lebih dari satu periode. SAK menggunakan istilah asset
tetap, tetapi dalam perpajakan tidak menggunakan istilah aset tetap. Istilah yang
digunakan dalam SAK memang berbeda dengan istilah yang digunakan dalam
ketentuan peraturan perpajakan.
Sedangkan menurut pajak,sesuai dengan pasal 11 UU PPh Nomor 36 Tahun
2008, aset tetap adalah harta berwujud yang dapat di usutkan dan terletak atau berada
di Indonesia, dimiliki dan di pergunakan untuk mendapatkan, menagih, dan
memelihara penghasilan yang merupakan objek pajak serta mempunyai masa manfaat
lebih dari 1 tahun.
Aset tetap yang di peroleh dengan pembelian dalam bentuk siap pakai dicatat
sejumlah harga beli ditambah dengan biaya-biaya yang terjadi pada saat perolehan
atau konstruksi dan/atau jika dapat di terapkan,jumlah yang dapat diatribusikan ke
aset pada saat pertama kali diakui sesuai dengan persyaratan tertentu dalam SAKETAP. Biaya-biaya tersebut seperti biaya pengiriman, biaya bongkar muat, biaya
pemasangan, biaya professional, bea masuk, pajak masukan yang tidak boleh di
kreditkan, dan lain-lain di tambahkan ke dalam harga perolehan. Sementara setiap
potongan dagang dan rabat di kurangkan dari harga perolehan.
A SEWA
Akuntansi
Dalam SAK-ETAP yang diatur oleh IAI (2009: 83-88), klasifikasi sewa adalah
sebagai berikut.

48

Bab 3. Aset tetap

Sewa pembiayaan (finance lease)


Suatu sewa diklasifikasikan sebagai sewa pembiayaan, apabila sewa tersebut
mengalihkan secara subtansional seluruh manfaat dan resiko kepemilikan aset.Ciriciri sewa adalah:
Sewa mengalihkan kepemilikan aset kepada lessee pada akhir masa sewa.
a

Lessee mempunyai opsi untuk membeli aset pada harga yang cukup
rendah di bandingkan dengan nilai wajar pada tanggal opsi mulai dapat di
laksanakan sehingga awal sewa dapat di pastikan bahwa opsi memang

akan di laksanakan.
maka sewa adalah untuk sebagian umur ekonomis aset meskipun hak
milik tidak di alihkan yaitu masa sewa atau lenih 75% umur ekonomis aset

sewakan.
pada awal sewa, nilai kini dari jumlah pembayaran sewa miimum secara
subtansional mendekati nilai wajar aet sewaan yaitu pembayaran sewa

minimum sama atau lebih dari 90% nilai wajar aset sewakan dan
aset sewaan bersifat khusus dan dimana hanya lessee yang dapat
menggunakanya tanpa perlu modifikasi secara material.

Sewa Operasi
Sewa diklasifikasikan sebagai sewa operasi, apabila dalam sewa tersebut tidak

mengalihkan secara subtansial seluruh mafaat dan resiko kepemilikan aset.


a

Transaksi jual dan sewa-balik (sales and leaseback)


Transaksi jual dan sewa-balik harus di perlakukan sebagai dua transaksi yang

terpisah yaitu transaksi penjualan dan transaksi sewa. Selisih atara harga jual dan nilai
buku aset yang di jual harus diakui sebagai keuntungan dan kerugian yang di
tangguhka harus di lakukan secara proposional dengan beban penyusutan aset sewaan
49

Bab 3. Aset tetap

(apabila termasuk jenis sewa pembiayaan) atau secara proposional dengan beban
sewa (apabila termasuk jenis sewa operasi).
Klasifikasi sewa dibuat pada awal masa sewa dan tidak berubah selama masa
sewa berlangsung, kecuali lessee dan lessor sepakat mengubah persyaratan sewa
dimana klasifikasi sewa harus dievaluasi ulang.
b

Laporan Keuangan Lessee

2
a

Sewa pembiayaan
pada awal masa sewa pembiayaan, lessee akan mencatat aset dan kewajiban
sewa pembiayaan dalam neraca sebagai nilai tunai dari seluruh pembayaran
sewa di tambah nilai residu (harga opsi) yang harus dibayar oleh lessee pada

akhir masa sewa


tingkat diskonto yang digunakan untuk menentukan nilai tunai dari
pembayaran sewa adalah tingkat bunga yang di bebankan oleh lessee atau

tingkat bunga yang berlaku pada awal masa sewa.


sewa pembiayaan menimbulkan beban penyusutan untuk aset sewaan
berdasarkan umur mafaat aset sewaan dan beban bunga berdasarkan tingkat

bynga yang di perhitungkan dalam setiap periode akuntansi.


jika tidak ada kepastian yang memadai bahwa lesse akan mendapatkan hak
kepemilikan pada akhir masa sewa, makan aset sewaan harus di usutkan
selama jangka waktu yang lebih pendek antara masa sewa dengan umur

manfaat aset sewaan.


apabila aset sewaan dibeli sebelum berakhirnya masa sewa,maka perbedaan
pembayaran yang dilakukan dengan sisa kewajiban diakui sebagai
keberuntungan dan kerugian pada periode terjadinya.

Sewa Operasi

50

Bab 3. Aset tetap

Pembayaran sewa merupakan beban sewa yang di akui berdasarkan metode garis
lurus selama masa sewa, meskipun pembayaran sewa di lakukan dalam jumlah yang
tidak sama setiap periode.
a

Laporan keuangan lessor

Sewa pembiayaan
1

pada awal masa sewa pembiayaan,aset yang di sewakan oleh lessor harus
di perlakukan sbagai penanam neto sewa, yang terjadi dari jumlah piutang
sewa di tambah nila residuyang akan diterima oleh lessor pada akhir masa
sewa dikurangi dengan pendapatan sewa yang belum di akui dan

simpanan jaminan.
Selisih antara piutang sewa di tambah nila residu dengan harga perolehan

aset yang disewakan di akui sebagai pendapatan sewa yang belum diakui.
Pendapatan sewa yang belum diakui harus di dialokasikan secara
konsisten sebagai pendapatan tahun berjalan berdasarkan suatu tingkat

pembalian erkala atas penanaman neto sewa.


Apabila aset yang disewakan dihula sebelum berakhirnya masa sewa,maka
perbedaan antara harga jual dengan penanaman neto sewa pada saat
penjualan dilakuka harus di akui sebagai keuntungan atau kerugian pada
periode terjadinya

Sewa Operasi
1 Pembayaran sewa merupakan pendapatan sewa yang harus diakui dan di
ukur berdasarkan metode garis lurus selama masa sewa, meskipun
pembayaran sewa mungkin di lakukan dalam jumlah yang tidak sama
2

setiap periode.
Aset yang di sewakan harus disusutkan.

51

Bab 3. Aset tetap

Apabila asetdisewakan dijual, maka perbedaan antara nilai buku dan harga
jual harus di akui sebagai keuntungan atau kerugian pada periode
terjadinya.

Perpajakan
Dalam KMK-1169/KMK.01/1991 dirumuskan bahwa sewa guna Usaha (SGU)
adalah suatu kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal, baik
secara SGU dengan hak opsi (finance lease) maupun SGU tanpa hak opsi (operating
lease)untuk di pergunakan oleh lessee selama jangka waktu tertentu berdasrakn
secara berkala.selain itu,perlakuan perpajakan untuk SGU diatur pula dalam SE29/PJ.42/1992 jo.SE-02//PJ.31/1993.
Jenis SGU yang diakui menurut perpajakan hanya ada 2, yaitu:
a) Sewa guna usaha dengan hak opsi (finance lease)
Kegiatan SGU di golongkan sebagai SGU dengan hak opsi apabila memenuhi
karakteristik sebagai berikut.
1 Jumlah pembayaran SGU selama masa SGU pertama ditambah dengan
nilai sisa barang modal, harus dapat menutup harga perolehan barang
2

modal dan keuntungan lessor.


Masa SGU di tetapkan sekurang-kurangnya 2 tahun untuk barang modal
golongan 1, 3 tahun untuk barang modal golongan II dan III, dan 7 tahun

untuk golongan bangunan, (SE-10/PJ.42/1994 jo. SE-129/PJ/2010)


Perjanji SGU memuat ketentuan mengenai opsi bagi lessee.
Ketiga criteria di atas harus di penuhi seluruhnya agar transaksi SGU

dapat di golongkan sebagai SGU dengan hak opsi bagi perusahaan


pembiayaan yang ada di dalam negeri. Tetapi, untuk kepentingan perpajakan
maka transaksi yang di alkukan dengan perusahaan pembiayaan luar negeri
dapat di katagorikan sebagai SGU dengan hak opso, apabila memenuhi
persyaratan yang sesuai dengan KMK-1169/KMK.01/1991.

52

Bab 3. Aset tetap

B SEWA GUNA USAHA TANPA HAK OPSI (oprating lease)


Kriteria suatu transaksi digolongkan sebagai SGU tanpa hak opsi adalah sebagai
berikut.
a

Jumlah pembayaran SGU selama periode SGU pertama tidak dapat


menutupi harga perolehan aset tetap yang di-SGU-kan di tambah

keuntungan yang di perhitungkan oleh lessor.


Perjanjian SGU tidak memuat ketentuan tentang opsi untuk lessee
Kedua syarat di atas menandakan bahwa suatu SGU di golongkan sebagai
SGU tanpa hak opsi, apabila lessor benar-benar tidak berniat menjual aset
tetap tersebut dan hanya ingin menyewakannya saja. Jadi,SGU tanpa hak
opsi adalah sewa menyewa biasa, karena kepemilikan aset tetap masih
berada di tangan lessor sehingga yang berhak menyusutkan aset tetap
lessor.

Menurut Mansur dan Wardoyo (2004), SGU dengan hak opsi adalah kegiatan
jasa pembiayaan, yang berupa penyediaan kredit bagi lessee oleh lessor, maka
penghasilan bagi lessor adalah bunga yang diterima pada saat angsuran pelunasan
kewajiban SGU. Kerena pada dasarnya SGU dengan hak opsi adalah transaksi
pembiayaan maka perpajakan menganggap bahwa sebelum selesainya masa leasing
aset tetap bukanlah milik lessee maupun lessor, sehingga keduanya tidak boleh
menysutkan barang tersebut. Kegiatan SGU digolongkan sebagai SGU tanpa hak opsi
apabila memenuhi karakteristik sebagai berikut: (1) jumlah pembayaran SGU selama
masa SGU pertama tidak dapat menutupi harga perolehan barang modal yang diSGU-kan ditambah keuntungan lessee; dan (2) perjanjian SGU tidak memuat
ketentuan mengenai opsi bagi lessee.
1

Laporan Keuangan Lessee

53

Bab 3. Aset tetap

Peraturan perpajakan untuk SGU dengan hak opsi bagi lessee adalah:
1

Selama masa SGU, lessee tidak boleh melakukan penyusutan atas barang
modal yang di-SGU-kan sampai saat lessee menggunakan hak opsi untuk

membeli barang tersebut


Setelah menggunakan hak opsi untuk membeli barang modal tersebut, lessee
melakukan penyusutan dan dasar penyusutannya adalah nilai sisa barang

modal yang bersangkutan


Pembayaran SGU yang dibayar atau terutang oleh lessee kecuali pembebanan
atas tanah merupakan biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto

lessee sepanjang transaksi SGU tersebut memenuhi ketentuan capital lease.


Dalam hal masa SGU lebih pendek dari masa yang di tentukan, maka Dirjen

Pajak melalukan koreksi atas pembebanan biaya SGU.


Lessee tidak memotong PPh 23 atas pembayaran SGU yang dibayar atau
terutang berdasarkan perjanjian SGU dengan hak opsi.

Peratutan perpajakan untuk SGU tanpa hak opsi bagi lessee adalah sebagai berikut.
a

Pembayaran SGU tanpa hak opsi yang dibayar atau terutang oleh lessee

adalah biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto.


Lessee wajib memotong PPh 23 atas pembayaran SGU tanpa hak opsi yang

dibayarkan atau terutang kepada lessor.


Atas penyerahan jasa dalam transaksi SGU tanpa hak opsi dari lessor kepada
lessee, dikenai utang PPN.

Laporan Keuangan Lessor


Perlakuan perpajakan untuk SGU dengan hak opsi bagi lessor adalah
sebagai berikut.

54

Bab 3. Aset tetap

Penghasilan yang dikenakan PPh adalah sebagian dari pembayaran SGU


berupan imbalan jasa SGU yaitu seluruh pembayaran SGU dikurangi dengan

b
c

angsuran pokok.
Lessor tidak berhak menyusutkan atas aset yang di-SGU-kan dengan hak opsi.
dalam hal masa SGU lebih pendek dari masa yang ditentukan, maka Dirjen

Pajak melakukan koreksi atas pengakuan penghasilan pihak lessor.


Lessor dapat membentuk dana cadangan piutang tak tertagih yang dapat
dikurangkan dari penghasilan bruto, setinggu-tingginya sejumlah 2,5% dari

rata-rata saldo awal dan saldo akhir piutang (PMK-81/PMK.03/2009).


Kerugian sebenernya yang disebabkan piutang yang nyata-nyata tidak dapat

ditagih dibebankan pada perkiraan cadangan piutang tak tertagih.


Dalam hal cadangan piutang tak tertagih tidak atau tidak seluruhnya dipakai
untuk meutup kerugian sebagaimana dimaksud maka jumlah kelebihan
cadangan tersebut diperhitungkan sebagai penghasilan, sedagkan dalam hal
jumlah

cadangan

tersebut

tidak

mencukupi

maka

kekurangannya

diperhitungkan sebagai kerugian.


Atas penyerahan jasa dalam transaksi SGU dengan hak opsi dari lessor kepada
lessee, dikecualikan dari pengenaan PPN. Tetapi penyerahan barang dari lessor ke
lessee dikenakan PPN.
Besarnya angsuran PPh 25 setiap bulan bagi WP SGU dengan hak opsi adalah sebesar
jumlah PPh yang terutang berdasarkan laporan keuangan triwulan terakir yang
disetahunkan dibagi 12.
Peraturan perpajakan untuk SGU tanpa hak opsi bagi lessor adalah sebagai Berikut:

Seluruh pembayaran SGU tanpa hak opsi yang diterima atau diperole lessor

merupakan objek PPh.


Lessor membebankan biaya penyusutan atas barang modal yang di-SGU-kan
tanpa hak opsi, sesuai dengan ketentuan pasal 11 UU PPh beserta peraturan
pelaksaannya.

55

Bab 3. Aset tetap

Berikut jurnal yang dibuat apabilan SGU tidak memliki hak opsi atau dikategorikan
sebagai sewa-menyewa biasa:
Keterangan
Lessor (Wajib pungut PPN)

Debit

Kredit

Kas/Bank

xxx

PPh 23 dibayar di muka

xxx

Pajak Keluaran

xxx

Penghasilan Sewa

xxx

Beban Sewa

xxx

Pajak Masukan

xxx

Utang PPh 23

xxx

Kas/Bank

xxx

Lessee (Wajib pungut PPh 23)

C PENYUSUTAN ASET TETAP


Berdasarkan UU PPh Nomor 36 Tahun 2008, pengeluaran untuk memperoleh harta
berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 tahun harus dibebenkan
sebagai pengeluaran untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan
dengan mengalokasikan pengeluaran tersebut selama masa manfaat tersebut melalui
penyusutan.penggunaan metode penyusutan harus sesuai asas.
Metode-metode penyusutan dalam SAK-ETAP yang diatur oleh IAI (2009:7173) adalah sebagai berikut :
a

Metode garis lurus (line method) menghasilkan pembebanan yang tetap


selama umur manfaat asset jika nilai residunya tidak berubah.
56

Bab 3. Aset tetap

Metode saldo menurun (diminishing balance method) menghasilkan

pembebanan yang menurun selama umur manfaat asset.


Metode jumlah unit produksi (sum of the unit of production method)
menghasilkan pembebanan berdasarkan pada penggunaan atau output
yang diharapkan dari suatu asset.

Tetapi dalam perpajakan metode yang diperbolehkan adalah sebagai berikut :


a

Metode garis lurus (straight line) untuk kelompok bangunan dan bukan

bangunan.
Metode saldo menurun (declining balance method) untuk kelompok bukan
bangunan saja, dan pada akhir masa manfaat disusutkan sekaligus(closed
ended).

Menurut peraturan perpajakan, penyusutan asset tetap dimulai pada saat tahun
pengeluaran, untuk tahun 2000 dan sebelumnya (UU PPh nomor 17 Tahun
1983).Sedangkan untuk tahun 2001 (UU PPh Nomor 17 Tahun 2000) sampai dengan
sekarang (UU PPh Nomor 36 Tahun 2008) penyusutan dimulai pada saat pengeluaran
aset tetap tersebut, kecuali apabila aset yang masih dalam proses pengerjaan yaitu
pada bulan selesainya pengerjaan aset tersebut.Dengan persetujuan Ditjen Pajak, WP
diperkenankan melakukan penyusutan mulai pada bulan aset tersebut digunakan
untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan atau pada bulan aset yang
bersangkutan mulai menghasilkan.
Perpajakan tidak mengenal nilai sisa karena prinsip penyudutan dalam
ketentuan Pasal 11 UU PPh Nomor 36 Tahun 2008 adalah mekanisme pengalokasian
biaya yang dikeluarakan untuk perolehan aset selama masa manfaat.
1. Kelompok Masa Manfaat dan Tarif Penyusutan
Untuk memberikan kepastian hukum bagi Wajib Pajak Badan dan Wajib Pajak
Orang Pribadi Yang Menggunakan Pembukuan dalam melakukan penyusutan atas

57

Bab 3. Aset tetap

pengeluaran harta berwujud maka ditentukan kelompok masa manfaat harta dan tarif
penyusutan baik menurut metode garis lurus maupun saldo menurun.
Untuk menghitung penyusutan, masa manfaat dan tarif penyusutan harta
berwujud yang diatur pada Pasal 11 ayat (6) UU PPh Nomor 36 Tahun 2008
ditetapkan sebagai berikut :
Kelompok Harta
Berwujud
Bangunan
~ Permanen
~ Tidak permanen
Bukan bangunan
~ Kelompok 1
~ Kelompok 2
~ Kelompok 3
~ Kelompok 4

Masa
Manfaat

Tarif Penyusutan
Saldo Menurun
Garis Lurus

20 tahun
10 tahun

5%
10%

4 tahun
8 tahun
16 tahun
20 tahun

25%
12,5%
6,25%
5%

50%
25%
12,5%
10%

Penentuan kelompok harta berwujud bukan bangunan ditetapkan dengan


PMK-96/PMK.03/2009 disajikan dalm halaman lampiran L-31..Yang dimaksud
dengan bangunan tidak permanen adalah bangunan yang bersifat sementara dan
terbuat dari bahan yang tidak tahan lama atau bangunan yang dapat dipindahpindahkan, yang masa manfaatnya tidak lebih dari 10 (sepuluh) tahun, misalnya barak
atau asrama yang dibuat dari kayu untuk karyawan.
Baik menurut akuntansi maupun perpajakan, tanah yang berstatus Hak Milik,Hak
Guna Bangunan (HGB), Hak Guna Usaha (HGU), dan Hak Pakai untuk pertama
kalinya tidak disusutkan, kecuali nilainya berkurang dalam pemakaian.
Selanjutnya ada harta berwujud yang menurut akuntansi dapat disusutkan
tetapi menurut perpajakan tidak dapat dibebankan sebagai penyusutan secara

58

Bab 3. Aset tetap

keseluruhan yang dapat menjadi pengurang penghasilan bruto dikarenakan hal-hal


berikut :
1. Atas perolehan asset tersebut termasuk pengeluaran yang tidak boleh dikurangakan
dari penghasilan bruto sesuai Pasal 9 ayat (1) UU PPh Nomor 36 Tahun 2008
misalnya :
a. Biaya perolehan aset yang tidak mempunyai hubungan langsung dengan usaha atau
kegiatan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang merupakan
objek pajak.
b. Biaya perolehan aset yang digunakan untuk member penggantian atau imbalan
dalam bentuk natura dan kenikmatan kepada karyawan, kecuali penggatian atau
imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan di daerah tertentu yang berkaitan
dengan pelaksanaan pekerjaan yang ditetapkan dengan PMK-83/PMK.03/2009.
c. Barang modal yang di Sewa Guna Usahakan, baik SGU dengan hak opsi ataupun
tanpa hak opsi bagi Lessee dan SGU dengan hak opsi bagi Lessor.
Sesuai dengan KEP-220/PJ./2002 tentang perlakuan telepon seluler dan
kendaraan perusahaan adalah sebagai berikut :

Pasal 1
(1)Atas biaya perolehan atau pembelian telepon seluler yang dimiliki dan
dipergunakan perusahaan untuk pegawai tertentu karena jabatan atau
pekerjaannya, dapat dibebankan sebagai biaya perusahaan sebesar 50% (lima
puluh persen) dari jumlah biaya perolehan atau pembelian melalui penyusutan
aktiva tetap kelompok I sebagaimana dimaksud dalam Keputusan Menteri
Keuangan Nomor 520/KMK.04/2000 Lampiran I butir 1 huruf c sebagaimana
telah diubah dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 138/KMK.03/2002.

59

Bab 3. Aset tetap

(2)Atas biaya berlangganan atau pengisian ulang pulsa dan perbaikan telepon
seluler yang dimiliki dan dipergunakan perusahaan untuk pegawai tertentu
karena jabatan atau pekerjaannya, dapat dibebankan sebagai biaya perusahaan
sebesar 50% (lima puluh persen) dari jumlah biaya berlangganan atau pengisian
ulang pulsa dan perbaikan dalam tahun pajak yang bersangkutan.
Pasal 2
(1)Atas biaya perolehan atau pembelian atau perbaikan besar kendaraan bus,
minibus, atau yang sejenis yang dimiliki dan dipergunakan perusahaan untuk
antar jemput para pegawai, dapat dibebankan seluruhnya sebagai biaya
perusahaan melalui penyusutan aktiva tetap kelompok II sebagaimana
dimaksud dalam Keputusan Menteri keuangan Nomor 520/KMK.04/2000
Lampiran II butir 1 huruf b sebagaimana telah diubah dengan Keputusan
Menteri Keuangan Nomor 138/KMK.03/2002.
(2)Atas biaya pemeliharaan atau perbaikan rutin kendaraan bus, minibus, atau
yang sejenis yang dimiliki dan dipergunakan perusahaan untuk antar jemput
para pegawai, dapat dibebankan seluruhnya sebagai biaya perusahaan dalam
tahun pajak yang bersangkutan.
Pasal 3
(1)Atas biaya perolehan atau pembelian atau perbaikan besar kendaraan sedan
atau yang sejenis yang dimiliki dan dipergunakan perusahaan untuk pegawai
tertentu karena jabatan atau pekerjaannya, dapat dibebankan sebagai biaya
perusahaan sebesar 50% (lima puluh persen) dari jumlah biaya perolehan atau
pembelian atau perbaikan besar melalui penyusutan aktiva tetap kelompok II
sebagaimana

dimaksud

dalam

Keputusan

Menteri

Keuangan

Nomor

520/KMK.04/2000 Lampiran II butir 1 huruf b sebagaimana telah diubah


dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 138/KMK.03/2002.
60

Bab 3. Aset tetap

(2)Atas biaya pemeliharaan atau perbaikan rutin kendaraan sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) yang dimiliki dan dipergunakan perusahaan untuk
pegawai tertentu karena jabatan atau pekerjaannya dapat dibebankan sebagai
biaya

perusahaan

sebesar

50%

(lima

puluh

persen)

dari

jumlah

biayapemeliharaan atau perbaikan rutin dalam tahun pajak yang bersangkutan.

2. Perubahan Umur Manfaat


Umur manfaat didefenisikan dalam PSAK 16 sebagai suatu periode dimana
aset diharapkan akan digunakan oleh perusahaan, atau sebagai jumlah produksi atau
unit serupa yang diharapkan akan diperoleh dari aset tersebut oleh perusahaan.
Masa manfaat yaitu taksiran jangka waktu penggunaan aktiva tetap itu dalam
kegiatan produksi. Masa manfaat terbatas karena beberapa faktor yaitu :
- Faktor fisik yang membatasinya adalah keausan dan kecacatan,
kemerosotan nilai dan pembusukan, dan kerusakan atau destruksi.
- Faktor fungsional yang membatasinya adalah ketidaklayakan dan keuangan.
PSAK 16 menyebutkan bahwa estimasi umur manfaat aset yang dapat
disusutkan adalah persoalan penilaian yang pada umumnya berdasarkan pengalaman
perusahaan yang memiliki aset serupa. PSAK 16 juga menyatakan bahwa umur
manfaat aset yang dapat disusutkan harus di review minimum setiap akhir tahun
buku. Perubahan estimasi umur manfaat diperhitungkan sebagai perubahan estimasi
akuntansi berdasarkan PSAK 25 serupa dengan perubahan nilai residu.
Dalam SAK-ETAP yang diatur oleh IAI (2009:70-73), kebijakan perbaikan
dan perawatan aset tetap yang dilakumn oleh entitas dapat mempengaruhi masa
manfaat aset tetap, maka entitas harus menelaah ulang metode penyusutan saat ini
dan

pengubahan

metode

penyusutan

untuk

mencerminkan

pola

yang

baru.Pengeluaran yang memperpanjang masa manfaat atau memberikan manfaat


ekonomis pada masa mendatang dalam bentuk peningkatan kapasitas, mutu
61

Bab 3. Aset tetap

produksi,atau peningkatan standar kinerja harus ditambahkan pada jumlah tercatat


aset tetap tersebut.Namun apabila pengeluaran untuk perbaikan atau perawatan asset
tetap tersebut tidak dapat memperpanjang masa manfaat, maka umumnya langsung
diakui sebagai beban dalam laporanlaba rugi pada periode terjadinya.
3. Pertukaran Aset Tetap
Pertukaran aktiva tetap disini maksudnya adalah aktiva yang telah dimiliki
ditukarkan dengan aktiva yang dimiliki oleh pihak (perusahaan/orang) lain.
Suatu aktiva tetap yang sudah berkurang manfaatnya, dapat ditukarkan
dengan yang lain. Penukaran aktiva tetap dapat dilakukan dengan aktiva yang sejenis
(misalnya mobil dengan mobil), atau dapat juga dilakukan dengan aktiva yang tidak
sejenis (misalnya mobil dengan mesin).
Dalam penukaran (trade in) aktiva tetap, terlebih dahulu harus ditentukan nilai
tukarnya (trade in allowance). Selisih antara nilai tukar aktiva lama dengan harga
aktiva baru merupakan jumlah yang harus dibayar. Selisih antara nilai tukar dengan
nilai buku merupakan keuntungan atau kerugian dari penukaran. Apabila nilai tukar
lebih besar dapripada nilai buku, maka akan diperoleh keuntungan. Sebaliknya,
apabila nilai tukar lebih kecil daripada nilai buku, penukaran tersebut mendatangkan
kerugian.
Ada dua cara pencatatan untuk transaksi penukaran aktiva tetap, yakni :
a. Untuk penukaran aktiva tidak sejenis, keuntungan atau kerugian dibebankan
dalam tahun berjalan
b. Untuk penukaran aktiva sejenis, keuntungan dikurangkan pada harga aktiva
baru, sedangkan kerugian dibebankan dalam tahun berjalan

Dalam SAK-ETAP yang diatur oleh IAI (2009:70),apabila aset tetap diperoleh
melaui pertukaran dengan aset nonmoneter atau kombinasi aset moneter dan aset

62

Bab 3. Aset tetap

nonmoneter atau sekuritas (obligasi atau saham sendiri atau emisi badan lain), maka
biaya perolehan aktiva harus dinilai menurut nilai wajar aktiva yang diterima atau
diserahkan, kecuali :
Transaksi pertukaran tidak memiliki substansi komersial
Nilai wajar aset yang diterima atau aset yang diserahkan tidak dapat diukur
secara

andal, maka biaya perolehan diukur pada jumlah tercatat aset yang

diserahkan.

Selisih nilai (nilai buku aktiva lama dengan perolehan aktiva baru) dari
pertukaran aktiva bukan sejenis harus diakui sebagai laba atau rugi. Untuk aktiva
sejenis, pengakuan itu ditangguhkan sampai saat aktiva baru dilepaskan kembali.
Pertukaran aktiva dengan sekuritas memerlukan penilaian atas keduanya. Pertukaran
dengan sekuritas emisi badan lain dapat menimbulkan laba atau rugi apabila terdapat
selisih nilai antara aktiva yang diperoleh dan sekuritas yang dilepas. Sebaiknya,
pertukaran dengan sekuritas emisi sendiri (obligasi atau saham) dapat menimbulkan
agio dan disagio. Laba dan rugi yang dilepaskan aktiva dihitung berdasarkan selisih
antara nilai buku dengan harga pasar aktiva. Agio dan disagio bagi penerbit saham
atau obligasi dihitung berdasarkan nilai nominal kedua sekuritas itu dibanding dengan
nilai pasar sekuritas atau nilai perolehan harta yang dapat diketahui dengan pasti.
Menurut penjelasan Pasal 10 UU PPh Nomor 36 Tahun 2008 nilai perolehan
atau nilai

penjualan dalam hal terjadi tukar-menukar harta adalah jumlah yang

seharusnya dikeluarkan atau diterima berdasarkan harga pasar.Selisih antara nilai


pasar dan nilai sisa buku harta yang dipertukarkan merupakan keuntungan yang
dikenakan pajak.
4. Pertukaran aset tetap menurut IFRS
Ketentuan Pertukaran Aset Tetap:
63

Bab 3. Aset tetap

a. Aset yang diterima diukur sebesar nilai wajarnya, jika: transaksi pertukaran
tersebut memiliki substansi komersial; dan nilai wajar aset yang diterima
dapat diukur secara andal.
Substansi Komersial: Konfigurasi (risiko, waktu dan jumlah) arus kas atas
aset yang diterima berbeda dari konfigurasi aset yang diserahkan; atau Nilai
khusus entitas dari kegiatan operasional entitas yang dipengaruhi oleh
transaksi tersebut berubah sebagai akibat dari pertukaran tersebut; dan Selisih
pada konfigurasi atau nilai khusus entitas adalah relatif signitikan terhadap
nilai wajar aset yang dipertukarkan.
c

Aset yang diterima diukur sebesar nilai tercatat aset yang diserahkan, jika:
transaksi pertukaran tidak memiliki substansi komersial; atau nilai wajar
aset yang diterima tidak dapat diukur secara andal.

5. Penghentian Aset Tetap


a. Pelepasan Aset Tetap
Penghentian aktiva tetap adalah menghentikan aktiva tetap dari pemakainya,
sehingga tidak digunakan lagi dalam operasi perusahaan. Penghentian aktiva tetap
dapat terjadi karena alasan dijual,kerusakan,ditukar dengan aktiva lain, atau karena
masa penggunaannya sudah habis.
Dalam setiap penjualan aset, dapat timbul laba atau rugi sebesar selisih antara
harga pasar dengan nilai buku aset. Namun karena perbedaan metode penyusutan dan
estimasi masa manfaat, laba atau rugi penjualan aset dapat berbeda jumlahnya antara
akuntansi dan perpajakan.

64

Bab 3. Aset tetap

Keuntungan yang diperoleh karena penjualan atau karena penghasilan harta


terjadi apabila WP menjual aset dengan harga yang lebih tinggi dari nilai sisa buku
atau lebih dari harga atau nilai perolehan. Penjualan atau pengalihan harta sesuai
dengan pasal 4 ayat (1) huruf d UU PPh Nomor 36 tahun 2008, jumlai nilai sisa buku
dibebankan sebagai kerugian dan jumlah harga jual atau penggantian asuransi dicatat
sebagai penghasilan. Hal ini dicata pada tahun terjadinya pengalihan harta tersebut.
Apabila tedapat kerugian sebesar nilai sisa buku harta karena penggantian asuransi
dan jumlahnya baru diketahui pada masa yang datang maka jumlah nilai buku fiskal
harta yang bersangkutan dapat dicatat sebagai beban masa yang akan datang dengan
persetujuan Dirjen Pajak.
Menurut Pasal 4 ayat (3) huruf a dan b UU PPh Nomor 36 tahun 2008,
keuntungan atas pengalihan harta berupa hibah atau warisan, bantuan atau
sumbangan, kecuali harta tersebut dialihkan keluarga sedarah dalam garis keturunan
lurus satu derajat, serta badan keagamaan atau badan pendidikan atau nadan sosial
termasuk yayasan atau pengusaha kecil termasuk koperasi yang ditetapkan oleh
Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan,
kepemilikan, atau pengusaha antara pihak-pihak yang bersangkutan maka jumlah
nialai sisa buku tidak boleh dibebankan sebagai biaya(kerugian) bagi pihak yang
mengaliahkan dan bukan penghasilan bagi pihak yang menerima.Sebaliknya, apabila
tidak memenuhi Pasal 4 ayat (3) huruf a dan b tersebut, maka bagi pihak yang
mengalihkan nilai sisa bukunya tidak dapat diakui sebagai biaya, dan bagi
penerimanya merupakan penghasilan.
Kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang dimilik dan digunakan
dalam perusahaan atau yang dimiliki untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara
penghasilan dapat dikurangkan dari penghasilan bruto. Kerugian karena penjualan
atau pengalihan harta yang dimiliki tetapi tidak digunakan dalam perusahaan, atau
yang dimiliki tetapi tidak digunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara
penghasilan, tidak boleh dikurangkan dari penghasilan bruto. Tetapi apabila terjadi

65

Bab 3. Aset tetap

keuntungan, maka keuntungannya merupakan objek PPh yang dihitung dari selisih
antara harga jual (harga pasar) denag harga perolehan.
Menurut SAK-ETAP yang di atur oleh IAI (2009:74), entits harus
menghentikan pengakuan asset tetap pada saat ketika tidak ada manfaat ekonimi
masa depan yang di ekspektasikan dari pengunaannya. Entias dapat mencatat asset
tetap sebesar nilai tetap (Rp1), apabila asset tetap masih dapat digunakan untuk
operasional sehari-hari. Tetapi apabila asset tetap sudah tidak dapat digunakan lagi
maka entitas harus mengakui keuntungan atau kerugian atas penghentian pengakuan
asset tetap dalam ;aporan laba rugi ketika asset tersebut di hentikan penggakuannya.
Keuntungan tersebut tidak boleh diklafikasikan sebagai pendapatan.
Berikut ini merupakan perbedaan mendasar antara perlakuan menurut
akuntansi dengan perpajakan berkaitan dengan asset tetap:

NO
1.

Uraian
Biaya
perolehan

Akuntansi
a. setara harga tunainya pada
tangal

pengakuan. Jika

Perpajakan
a.Untuk transaksi yang tidak
mempunyai

pembayaran ditangguhkan lebih

hubungan istimewa berdasarkan

dari waktu kredit normal ,maka

harga yang sesunguhnya.

sebesar nilai tunai

b.Untuk transaksi yang mempunyai

semuapembayaran masa akan

hubungan istimewa di hitung

datang.

berdasarkan harga pasar

b. Untuk pertukaran aset


mengunakan nilai wajar.

c. Untuk transaksi tukar berdasarkan


harga pasar
d. Dalam rangka likuidasi, peleburan,
pemekaran, pemecahan atau
penggabungan adalah harga pasar
kecuali di tentukan lain oleh menteri

66

Bab 3. Aset tetap

2.

Penentuan

Tergantung

manfaat

manajemen

pada

dengan keuangan.

mempertimbangkan
seperti

keuangan
justifikasi Sudah di atur dalam peraturan menteri
factor-faktor

daya

pakai

aset,perkembangan
3.

Saat
mulainya

teknologi,pembatasan hukum.
di Penyusutan dimulai ketika aset
tersedia untuk digunakan.

Penyusutan

a.penyusutan di mulai sejak bulan


timbulnya pengeluaran atas
perolehan aset
b. penyusutan di mulai sejak bulan
selesainya pekerjaan harta.(untuk
harta yang masih dalam proses
pengerjaan).
c. Dengan persetujuan Dijen pajak
,WP dapat melakukan penyusutan
mulai pada bulan harta tersebut
digunakan untuk
mendapatkan,menagih,dan
memelihara penghasilan atau pada
bulan harta yang bersangkutan mulai

4.

Menghitung

menghasilkan.
Jumlah bulan dapat dibulatkan ke Jumlah bulan selalu di bulatkan ke

jumlah bulan

atas

sejak

pembelian di atas tanggal 15 di 15 setiap bulannya.

dimulainya

bulatkan ke bawah dan belum

penyusutan

diakui penyusutannya.

atau

ke

bawah.misalnya atas, walaupun di beli di atas tanggal

67

Bab 3. Aset tetap

5.

Metode

a.Metode garis lurus

penyusutan

b.Metode saldo menurun


c.Metode jumlah unit produksi
entitas harus memilih metode
penyusutan yang mencerminkan

kelompok banggunan harus

mengunakan metode garis lurus.


Kelompok selain banggunan boleh
menggunakan metode garis lurus
atau metode saldo menurun
asalkan diterapkan secara taat asas.

ekspektasi dalam pola


pengunaanya manfaat ekonomi
6.

Nilai residu

masa depan aset.


Nilai residu harus di-reviem

Tidak mengakui adanya nilai residu

minimum setelah akhir tahun


7.

8.

9.

Sistem

buku.
Penyusutan secara individual

a.Penysutan individual

penyusutan

kecuali untuk boleh secara

b.Penyusupan golongan/grup

Aset yang

golongan.
Semua aset tetap yang dimiliki

Hanya aset yang dimiliki dan di

boleh

entitas,kecuali tanah dan aset tetap

gunakan untuk

disusutkan

yang memenuhi definisi roperti

mendapatkan,menagih,dan memelihara

investasi.

penghasilan yang merupakan objek

Pengeluaran

Disusutkan sesuai masa manfaat

pajak tidak final.


Disusutkan terpisah dariaset lamanya,

yang dapat

yang ditinjau ulang,dalam hal ini

seolah-olah seperti aset dengan masa

memperpanjan

jumlah tercatat aset tetap harus di

manfaat baru sehinga akan menjadi

g umur masa

tambahkan dengan pengeluaran

lebih lama pembebanannya.

manfaat

biaya perbaikan tersebut.

Revaluasi aset tetap adalah suatu penilaian kembali atas aset tetap yang
dimiliki perusahaan sehingga sesuai dengan harga pasar saat dilakukannya revolusi
tersebut. Hal ini disebabkan karena SAK-ETAP

menganut penilaian aset tetap

berdasarkan biaya perolehan atau harga pertukaran. Namun demikian, menurut

68

Bab 3. Aset tetap

paragraf 15.15(2009) penyimpanan dari ketentuan ini mungkin dilakukan berdasarkan


ketentuan pemerintah. Dengan adanya kewenangan dari pemerintah untuk mengatur
penyimpangan dari konsep biaya perolehan maka dikeluarkanlah peraturan mengenai
penilaian kembali aset tetap

melalui PMK-79/PMk.03/2008 yang mengantiakan

KMK-486/KMK.03/2002 tanggal 28 November 2002.


PPh final yang terutang atas selisih lebih penilaian kembali aset tetap
perusahaan untuk tujuan perpajakan wajib dibayar lunas ke Kas Negara dengan
menggunakan SSP paling lama 15 hari setelah diterbitkannya keputusan persetujuan
atau paling lama pada tanggal jatuh tempo setiap pembayaran ansuran dalam hal
perusahaan memperoleh keputusan persetujuan pembayaran secara anguran.
Keterlambatan pelunasan PPh terutang final tersebut baik secara angsuran, maka
akan dikenakan sanki administrasi berupa bungga sesuai dengan UU KUP Nomor 28
Tahun 2007.
Perhitungan dapat dilakukan dengan membandingkan:
Harga pasar (Penilaian dari jasa peilai atau ahli penilai)
xxx
Nilai buku fiskal
xxx
Selisih lebih penilaian kembali aset tetap perusahaan unutk tujuan perusahaan
xxx
Atas selisih lebih penilaian kembali aset tetap perusahaan untuk tujuan
perpajakan dikenai PPh yang bersifat final sebesar 10%. Apabila perusahaan
melakukan pengalihan aset tetap yang yelah direvaluasi maka , perusahaan dikenai
tambahan PPh yang bersifat final, dengan tariff sebesar tariff tinggi PPh WP badan
dalam negeri yang berlaku pada saat penilaian kembali di kuranggi 10%. Tambahan
PPh bersifat final tersebut wajib di bayar lunas ke Kas Negara paling lama 15 hari
69

Bab 3. Aset tetap

setelah akhir bulan terjadinnya pengalihan aset tetap tersebut. Keterlambatan


pelunasan tambahan PPh yang bersifat final yang terutang, akan di kenai sanksi
administrasi berupa bunga sesuai dengan UU KUP Nomor 28 Tahun 2007 dan
peraturan pelaksanaanya.
Jurnal pencatatan atas revluasi aset tetap adalah sebagai berikut:

Tanggal

Keterangan

Debit

Kredit

Aset tetap

xxxx

Akumulasi penyusutan aset

xxxx

Xxxx

Xxxx

xxxx

Surplus Revaluasi aset tetap


PPh final atas Revaluasi aset tetap
Kas/Bank

LATIHAN

70

Anda mungkin juga menyukai