Aset tetap
PENDAHULUAN
Dalam SAK-EKTAP yang di atur oleh IAI (2009: 68),aset tetap adalah asset
berwujud yang di miliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang
atau jasa, untuk disewakan ke pihak lain,atau untuk tujuan administratif dan
diharapkan akan digunakan lebih dari satu periode. SAK menggunakan istilah asset
tetap, tetapi dalam perpajakan tidak menggunakan istilah aset tetap. Istilah yang
digunakan dalam SAK memang berbeda dengan istilah yang digunakan dalam
ketentuan peraturan perpajakan.
Sedangkan menurut pajak,sesuai dengan pasal 11 UU PPh Nomor 36 Tahun
2008, aset tetap adalah harta berwujud yang dapat di usutkan dan terletak atau berada
di Indonesia, dimiliki dan di pergunakan untuk mendapatkan, menagih, dan
memelihara penghasilan yang merupakan objek pajak serta mempunyai masa manfaat
lebih dari 1 tahun.
Aset tetap yang di peroleh dengan pembelian dalam bentuk siap pakai dicatat
sejumlah harga beli ditambah dengan biaya-biaya yang terjadi pada saat perolehan
atau konstruksi dan/atau jika dapat di terapkan,jumlah yang dapat diatribusikan ke
aset pada saat pertama kali diakui sesuai dengan persyaratan tertentu dalam SAKETAP. Biaya-biaya tersebut seperti biaya pengiriman, biaya bongkar muat, biaya
pemasangan, biaya professional, bea masuk, pajak masukan yang tidak boleh di
kreditkan, dan lain-lain di tambahkan ke dalam harga perolehan. Sementara setiap
potongan dagang dan rabat di kurangkan dari harga perolehan.
A SEWA
Akuntansi
Dalam SAK-ETAP yang diatur oleh IAI (2009: 83-88), klasifikasi sewa adalah
sebagai berikut.
48
Lessee mempunyai opsi untuk membeli aset pada harga yang cukup
rendah di bandingkan dengan nilai wajar pada tanggal opsi mulai dapat di
laksanakan sehingga awal sewa dapat di pastikan bahwa opsi memang
akan di laksanakan.
maka sewa adalah untuk sebagian umur ekonomis aset meskipun hak
milik tidak di alihkan yaitu masa sewa atau lenih 75% umur ekonomis aset
sewakan.
pada awal sewa, nilai kini dari jumlah pembayaran sewa miimum secara
subtansional mendekati nilai wajar aet sewaan yaitu pembayaran sewa
minimum sama atau lebih dari 90% nilai wajar aset sewakan dan
aset sewaan bersifat khusus dan dimana hanya lessee yang dapat
menggunakanya tanpa perlu modifikasi secara material.
Sewa Operasi
Sewa diklasifikasikan sebagai sewa operasi, apabila dalam sewa tersebut tidak
terpisah yaitu transaksi penjualan dan transaksi sewa. Selisih atara harga jual dan nilai
buku aset yang di jual harus diakui sebagai keuntungan dan kerugian yang di
tangguhka harus di lakukan secara proposional dengan beban penyusutan aset sewaan
49
(apabila termasuk jenis sewa pembiayaan) atau secara proposional dengan beban
sewa (apabila termasuk jenis sewa operasi).
Klasifikasi sewa dibuat pada awal masa sewa dan tidak berubah selama masa
sewa berlangsung, kecuali lessee dan lessor sepakat mengubah persyaratan sewa
dimana klasifikasi sewa harus dievaluasi ulang.
b
2
a
Sewa pembiayaan
pada awal masa sewa pembiayaan, lessee akan mencatat aset dan kewajiban
sewa pembiayaan dalam neraca sebagai nilai tunai dari seluruh pembayaran
sewa di tambah nilai residu (harga opsi) yang harus dibayar oleh lessee pada
Sewa Operasi
50
Pembayaran sewa merupakan beban sewa yang di akui berdasarkan metode garis
lurus selama masa sewa, meskipun pembayaran sewa di lakukan dalam jumlah yang
tidak sama setiap periode.
a
Sewa pembiayaan
1
pada awal masa sewa pembiayaan,aset yang di sewakan oleh lessor harus
di perlakukan sbagai penanam neto sewa, yang terjadi dari jumlah piutang
sewa di tambah nila residuyang akan diterima oleh lessor pada akhir masa
sewa dikurangi dengan pendapatan sewa yang belum di akui dan
simpanan jaminan.
Selisih antara piutang sewa di tambah nila residu dengan harga perolehan
aset yang disewakan di akui sebagai pendapatan sewa yang belum diakui.
Pendapatan sewa yang belum diakui harus di dialokasikan secara
konsisten sebagai pendapatan tahun berjalan berdasarkan suatu tingkat
Sewa Operasi
1 Pembayaran sewa merupakan pendapatan sewa yang harus diakui dan di
ukur berdasarkan metode garis lurus selama masa sewa, meskipun
pembayaran sewa mungkin di lakukan dalam jumlah yang tidak sama
2
setiap periode.
Aset yang di sewakan harus disusutkan.
51
Apabila asetdisewakan dijual, maka perbedaan antara nilai buku dan harga
jual harus di akui sebagai keuntungan atau kerugian pada periode
terjadinya.
Perpajakan
Dalam KMK-1169/KMK.01/1991 dirumuskan bahwa sewa guna Usaha (SGU)
adalah suatu kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal, baik
secara SGU dengan hak opsi (finance lease) maupun SGU tanpa hak opsi (operating
lease)untuk di pergunakan oleh lessee selama jangka waktu tertentu berdasrakn
secara berkala.selain itu,perlakuan perpajakan untuk SGU diatur pula dalam SE29/PJ.42/1992 jo.SE-02//PJ.31/1993.
Jenis SGU yang diakui menurut perpajakan hanya ada 2, yaitu:
a) Sewa guna usaha dengan hak opsi (finance lease)
Kegiatan SGU di golongkan sebagai SGU dengan hak opsi apabila memenuhi
karakteristik sebagai berikut.
1 Jumlah pembayaran SGU selama masa SGU pertama ditambah dengan
nilai sisa barang modal, harus dapat menutup harga perolehan barang
2
52
Menurut Mansur dan Wardoyo (2004), SGU dengan hak opsi adalah kegiatan
jasa pembiayaan, yang berupa penyediaan kredit bagi lessee oleh lessor, maka
penghasilan bagi lessor adalah bunga yang diterima pada saat angsuran pelunasan
kewajiban SGU. Kerena pada dasarnya SGU dengan hak opsi adalah transaksi
pembiayaan maka perpajakan menganggap bahwa sebelum selesainya masa leasing
aset tetap bukanlah milik lessee maupun lessor, sehingga keduanya tidak boleh
menysutkan barang tersebut. Kegiatan SGU digolongkan sebagai SGU tanpa hak opsi
apabila memenuhi karakteristik sebagai berikut: (1) jumlah pembayaran SGU selama
masa SGU pertama tidak dapat menutupi harga perolehan barang modal yang diSGU-kan ditambah keuntungan lessee; dan (2) perjanjian SGU tidak memuat
ketentuan mengenai opsi bagi lessee.
1
53
Peraturan perpajakan untuk SGU dengan hak opsi bagi lessee adalah:
1
Selama masa SGU, lessee tidak boleh melakukan penyusutan atas barang
modal yang di-SGU-kan sampai saat lessee menggunakan hak opsi untuk
Peratutan perpajakan untuk SGU tanpa hak opsi bagi lessee adalah sebagai berikut.
a
Pembayaran SGU tanpa hak opsi yang dibayar atau terutang oleh lessee
54
b
c
angsuran pokok.
Lessor tidak berhak menyusutkan atas aset yang di-SGU-kan dengan hak opsi.
dalam hal masa SGU lebih pendek dari masa yang ditentukan, maka Dirjen
cadangan
tersebut
tidak
mencukupi
maka
kekurangannya
Seluruh pembayaran SGU tanpa hak opsi yang diterima atau diperole lessor
55
Berikut jurnal yang dibuat apabilan SGU tidak memliki hak opsi atau dikategorikan
sebagai sewa-menyewa biasa:
Keterangan
Lessor (Wajib pungut PPN)
Debit
Kredit
Kas/Bank
xxx
xxx
Pajak Keluaran
xxx
Penghasilan Sewa
xxx
Beban Sewa
xxx
Pajak Masukan
xxx
Utang PPh 23
xxx
Kas/Bank
xxx
Metode garis lurus (straight line) untuk kelompok bangunan dan bukan
bangunan.
Metode saldo menurun (declining balance method) untuk kelompok bukan
bangunan saja, dan pada akhir masa manfaat disusutkan sekaligus(closed
ended).
Menurut peraturan perpajakan, penyusutan asset tetap dimulai pada saat tahun
pengeluaran, untuk tahun 2000 dan sebelumnya (UU PPh nomor 17 Tahun
1983).Sedangkan untuk tahun 2001 (UU PPh Nomor 17 Tahun 2000) sampai dengan
sekarang (UU PPh Nomor 36 Tahun 2008) penyusutan dimulai pada saat pengeluaran
aset tetap tersebut, kecuali apabila aset yang masih dalam proses pengerjaan yaitu
pada bulan selesainya pengerjaan aset tersebut.Dengan persetujuan Ditjen Pajak, WP
diperkenankan melakukan penyusutan mulai pada bulan aset tersebut digunakan
untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan atau pada bulan aset yang
bersangkutan mulai menghasilkan.
Perpajakan tidak mengenal nilai sisa karena prinsip penyudutan dalam
ketentuan Pasal 11 UU PPh Nomor 36 Tahun 2008 adalah mekanisme pengalokasian
biaya yang dikeluarakan untuk perolehan aset selama masa manfaat.
1. Kelompok Masa Manfaat dan Tarif Penyusutan
Untuk memberikan kepastian hukum bagi Wajib Pajak Badan dan Wajib Pajak
Orang Pribadi Yang Menggunakan Pembukuan dalam melakukan penyusutan atas
57
pengeluaran harta berwujud maka ditentukan kelompok masa manfaat harta dan tarif
penyusutan baik menurut metode garis lurus maupun saldo menurun.
Untuk menghitung penyusutan, masa manfaat dan tarif penyusutan harta
berwujud yang diatur pada Pasal 11 ayat (6) UU PPh Nomor 36 Tahun 2008
ditetapkan sebagai berikut :
Kelompok Harta
Berwujud
Bangunan
~ Permanen
~ Tidak permanen
Bukan bangunan
~ Kelompok 1
~ Kelompok 2
~ Kelompok 3
~ Kelompok 4
Masa
Manfaat
Tarif Penyusutan
Saldo Menurun
Garis Lurus
20 tahun
10 tahun
5%
10%
4 tahun
8 tahun
16 tahun
20 tahun
25%
12,5%
6,25%
5%
50%
25%
12,5%
10%
58
Pasal 1
(1)Atas biaya perolehan atau pembelian telepon seluler yang dimiliki dan
dipergunakan perusahaan untuk pegawai tertentu karena jabatan atau
pekerjaannya, dapat dibebankan sebagai biaya perusahaan sebesar 50% (lima
puluh persen) dari jumlah biaya perolehan atau pembelian melalui penyusutan
aktiva tetap kelompok I sebagaimana dimaksud dalam Keputusan Menteri
Keuangan Nomor 520/KMK.04/2000 Lampiran I butir 1 huruf c sebagaimana
telah diubah dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 138/KMK.03/2002.
59
(2)Atas biaya berlangganan atau pengisian ulang pulsa dan perbaikan telepon
seluler yang dimiliki dan dipergunakan perusahaan untuk pegawai tertentu
karena jabatan atau pekerjaannya, dapat dibebankan sebagai biaya perusahaan
sebesar 50% (lima puluh persen) dari jumlah biaya berlangganan atau pengisian
ulang pulsa dan perbaikan dalam tahun pajak yang bersangkutan.
Pasal 2
(1)Atas biaya perolehan atau pembelian atau perbaikan besar kendaraan bus,
minibus, atau yang sejenis yang dimiliki dan dipergunakan perusahaan untuk
antar jemput para pegawai, dapat dibebankan seluruhnya sebagai biaya
perusahaan melalui penyusutan aktiva tetap kelompok II sebagaimana
dimaksud dalam Keputusan Menteri keuangan Nomor 520/KMK.04/2000
Lampiran II butir 1 huruf b sebagaimana telah diubah dengan Keputusan
Menteri Keuangan Nomor 138/KMK.03/2002.
(2)Atas biaya pemeliharaan atau perbaikan rutin kendaraan bus, minibus, atau
yang sejenis yang dimiliki dan dipergunakan perusahaan untuk antar jemput
para pegawai, dapat dibebankan seluruhnya sebagai biaya perusahaan dalam
tahun pajak yang bersangkutan.
Pasal 3
(1)Atas biaya perolehan atau pembelian atau perbaikan besar kendaraan sedan
atau yang sejenis yang dimiliki dan dipergunakan perusahaan untuk pegawai
tertentu karena jabatan atau pekerjaannya, dapat dibebankan sebagai biaya
perusahaan sebesar 50% (lima puluh persen) dari jumlah biaya perolehan atau
pembelian atau perbaikan besar melalui penyusutan aktiva tetap kelompok II
sebagaimana
dimaksud
dalam
Keputusan
Menteri
Keuangan
Nomor
perusahaan
sebesar
50%
(lima
puluh
persen)
dari
jumlah
pengubahan
metode
penyusutan
untuk
mencerminkan
pola
yang
Dalam SAK-ETAP yang diatur oleh IAI (2009:70),apabila aset tetap diperoleh
melaui pertukaran dengan aset nonmoneter atau kombinasi aset moneter dan aset
62
nonmoneter atau sekuritas (obligasi atau saham sendiri atau emisi badan lain), maka
biaya perolehan aktiva harus dinilai menurut nilai wajar aktiva yang diterima atau
diserahkan, kecuali :
Transaksi pertukaran tidak memiliki substansi komersial
Nilai wajar aset yang diterima atau aset yang diserahkan tidak dapat diukur
secara
andal, maka biaya perolehan diukur pada jumlah tercatat aset yang
diserahkan.
Selisih nilai (nilai buku aktiva lama dengan perolehan aktiva baru) dari
pertukaran aktiva bukan sejenis harus diakui sebagai laba atau rugi. Untuk aktiva
sejenis, pengakuan itu ditangguhkan sampai saat aktiva baru dilepaskan kembali.
Pertukaran aktiva dengan sekuritas memerlukan penilaian atas keduanya. Pertukaran
dengan sekuritas emisi badan lain dapat menimbulkan laba atau rugi apabila terdapat
selisih nilai antara aktiva yang diperoleh dan sekuritas yang dilepas. Sebaiknya,
pertukaran dengan sekuritas emisi sendiri (obligasi atau saham) dapat menimbulkan
agio dan disagio. Laba dan rugi yang dilepaskan aktiva dihitung berdasarkan selisih
antara nilai buku dengan harga pasar aktiva. Agio dan disagio bagi penerbit saham
atau obligasi dihitung berdasarkan nilai nominal kedua sekuritas itu dibanding dengan
nilai pasar sekuritas atau nilai perolehan harta yang dapat diketahui dengan pasti.
Menurut penjelasan Pasal 10 UU PPh Nomor 36 Tahun 2008 nilai perolehan
atau nilai
a. Aset yang diterima diukur sebesar nilai wajarnya, jika: transaksi pertukaran
tersebut memiliki substansi komersial; dan nilai wajar aset yang diterima
dapat diukur secara andal.
Substansi Komersial: Konfigurasi (risiko, waktu dan jumlah) arus kas atas
aset yang diterima berbeda dari konfigurasi aset yang diserahkan; atau Nilai
khusus entitas dari kegiatan operasional entitas yang dipengaruhi oleh
transaksi tersebut berubah sebagai akibat dari pertukaran tersebut; dan Selisih
pada konfigurasi atau nilai khusus entitas adalah relatif signitikan terhadap
nilai wajar aset yang dipertukarkan.
c
Aset yang diterima diukur sebesar nilai tercatat aset yang diserahkan, jika:
transaksi pertukaran tidak memiliki substansi komersial; atau nilai wajar
aset yang diterima tidak dapat diukur secara andal.
64
65
keuntungan, maka keuntungannya merupakan objek PPh yang dihitung dari selisih
antara harga jual (harga pasar) denag harga perolehan.
Menurut SAK-ETAP yang di atur oleh IAI (2009:74), entits harus
menghentikan pengakuan asset tetap pada saat ketika tidak ada manfaat ekonimi
masa depan yang di ekspektasikan dari pengunaannya. Entias dapat mencatat asset
tetap sebesar nilai tetap (Rp1), apabila asset tetap masih dapat digunakan untuk
operasional sehari-hari. Tetapi apabila asset tetap sudah tidak dapat digunakan lagi
maka entitas harus mengakui keuntungan atau kerugian atas penghentian pengakuan
asset tetap dalam ;aporan laba rugi ketika asset tersebut di hentikan penggakuannya.
Keuntungan tersebut tidak boleh diklafikasikan sebagai pendapatan.
Berikut ini merupakan perbedaan mendasar antara perlakuan menurut
akuntansi dengan perpajakan berkaitan dengan asset tetap:
NO
1.
Uraian
Biaya
perolehan
Akuntansi
a. setara harga tunainya pada
tangal
pengakuan. Jika
Perpajakan
a.Untuk transaksi yang tidak
mempunyai
datang.
66
2.
Penentuan
Tergantung
manfaat
manajemen
pada
dengan keuangan.
mempertimbangkan
seperti
keuangan
justifikasi Sudah di atur dalam peraturan menteri
factor-faktor
daya
pakai
aset,perkembangan
3.
Saat
mulainya
teknologi,pembatasan hukum.
di Penyusutan dimulai ketika aset
tersedia untuk digunakan.
Penyusutan
4.
Menghitung
menghasilkan.
Jumlah bulan dapat dibulatkan ke Jumlah bulan selalu di bulatkan ke
jumlah bulan
atas
sejak
dimulainya
penyusutan
diakui penyusutannya.
atau
ke
67
5.
Metode
penyusutan
Nilai residu
8.
9.
Sistem
buku.
Penyusutan secara individual
a.Penysutan individual
penyusutan
b.Penyusupan golongan/grup
Aset yang
golongan.
Semua aset tetap yang dimiliki
boleh
gunakan untuk
disusutkan
mendapatkan,menagih,dan memelihara
investasi.
Pengeluaran
yang dapat
memperpanjan
g umur masa
manfaat
Revaluasi aset tetap adalah suatu penilaian kembali atas aset tetap yang
dimiliki perusahaan sehingga sesuai dengan harga pasar saat dilakukannya revolusi
tersebut. Hal ini disebabkan karena SAK-ETAP
68
Tanggal
Keterangan
Debit
Kredit
Aset tetap
xxxx
xxxx
Xxxx
Xxxx
xxxx
LATIHAN
70