Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

Sumber gizi dapat dibagi kepada dua jenis, yaitu makronutrien dan mikronutrien.
Makronutrien adalah zat yang diperlukan oleh tubuh dalam jumlah yang besar untuk
memberikan tenaga secara langsung yaitu protein sejumlah 4 kkal, karbohidrat sejumlah 4
kkal dan lemak sejumlah 9 kkal. Mikronutrien adalah zat yang penting dalam menjaga
kesehatan tubuh tetapi hanya diperlukan dalam jumlah yang sedikit dalam tubuh yaitu
vitamin yang terbagi atas vitamin larut lemak , vitamin tidak larut lemak dan mineral
Malnutrisi Energi dan Protein (MEP) merupakan salah satu dari empat masalah gizi
utama di Indonesia. Prevalensi yang tinggi terdapat pada anak di bawah umur 5 tahun (balita)
serta pada ibu hamil dan menyusui. Berdasarkan SUSENAS 2002, 26% balita menderita gizi
kurang dan gizi buruk, dan 8% balita menderita gizi buruk. Pada MEP ditemukan berbagai
macam keadaan patologis, tergantung pada berat dan ringannya kelainan. Pada Riskesdas
2007, angka tersebut turun menjadi 13% balita gizi kurang dan 5,4% gizi buruk (Pudjiadi,
2010).
Penyebab KEP dapat dibagi kepada dua penyebab yaitu malnutrisi primer dan
malnutrisi sekunder. Malnutrisi primer adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan oleh
asupan protein maupun energi yang tidak adekuat. Malnutrisi sekunder adalah malnutrisi
yang terjadi karena kebutuhan yang meningkat, menurunnya absorpsi dan/atau peningkatan
kehilangan protein maupun energi dari tubuh (Nelson, 2010).
Kurang energi protein bisa terjadi karena adanya beberapa faktor yang secara
bersamaan menyebabkan penyakit ini, antara lain ialah faktor sosial dan
1

ekonomi contohnya masalah kemiskinan dan faktor lingkungan yaitu tempat tinggal yang
padat dan tidak bersih. Selain itu, pemberiaan Air Susu Ibu (ASI) dan makanan tambahan
yang tidak adekuat juga menjadi penyebabkan terjadinya masalah KEP.
Parameter keparahan dan klasifikasi KEP dapat diukur dengan menggunakan
indikator antropometri. Indikator berat badan terhadap tinggi badan (BB/TB) dapat
digunakan sebagai petunjuk dalam penentuan status gizi sekarang dan tinggi badan terhadap
usia (TB/U) digunakan sebagai petunjuk tentang keadaan gizi masa lampau. Departemen
Kesehatan RI (2000) merekomendasikan baku WHO-NCHS untuk digunakan sebagai baku
antropometri di Indonesia. Anak dikatakan menderita KEP apabila berada di bawah -2 Zscore dari setiap indikator.
Secara klinis, KEP dapat dibagikan kepada tiga tipe yaitu, kwashiorkor, marasmus,
dan marasmik-kwashiorkor. Marasmus terjadi karena pengambilan energi yang tidak cukup
sementara kwashiorkor terjadi terutamanya karena pengambilan protein yang tidak cukup.
Sementara tipe marasmik kwashiorkor yaitu gabungan diantara gejala marasmus dan
kwashiorkor (Nelson, 2010).
Berikut ini adalah laporan kasus yang disertai dengan tinjauan pustaka dari malnutrisi
energi dan protein, penulis berharap bahwa laporan kasus ini dapat bermanfaat dan menjadi
tambahan ilmu bagi penulis serta pembaca.

Bab II
Tinjauan Pustaka
Definisi
Kekurangan Energi Protein (KEP) adalah spektrum keadaan yang disebabkan oleh
berbagai tingkat defisiensi kalori dan protein (Nelson, 2010). Gangguan gizi yang disebabkan
oleh kekurangan protein dan atau kalori, serta sering disertai dengan kekurangan zat gizi lain
(PDT, 2008).
Patofisiologi
KEP mewakili hubungan kompleks antara penurunan asupan protein dan kalori,
mencetuskan kejadian-kejadian seperti penyapihan atau infeksi gastrointestinal, beberapa
penyakit kronik, dan komplikasi yang disebabkan oleh KEP dan infeksi. Adaptasi anak
terhadap penurunan asupan protein dan kalori adalah khas untuk anak kelaparan, dan
disfungsi imun sekunder serta pemajanan terhadap penyakit infeksi terus-menerus
meningkatkan morbiditas dan mortalitas KEP.
Pengaruh akhir defisiensi nutrisi dan kejadian-kejadian hormonal ini adalah
mengurangi (menyisakan) penggunaan glukosa jaringan dan meningkatkan mobilisasi dan
penggunaan bahan bakar pengganti (proteolisis, lipolisis, ketogenesis). Pada mulanya, asam
lemak bebas dan keton dapat mengurangi proteolisis, tetapi pada defisiensi berat, pemecahan
otot terus berlanjut dna sintesis akhir protein dikurangi.
Ada beberapa fase adaptasi metabolik pada KEP, fase pertama adalah pengurangan
dalam pemakaian energi volunter yang digunakan untuk aktivitas fisik spontan, fase kedua
adalah pengurangan kecepatan penambahan massa dan panjang tubuh, dan yang terakhir
adalah pengurangan pemakaian energi istirahat. Bentuk malnutrisi marasmik menyebabkan
3

pengurangan yang lebih tajam pemakaian energi istirahat daripada pengurangan yang
disebabkan oleh kwashiorkor.
Asupan makronutrien yang tidak cukup, terutama bila diperkuat dengan infeksi yang
menyertai menyebabkan terhentinya pertumbuhan. Keseimbangan nitrogen normal dapat
dipertahankan jika asupan protein belum dilampaui oleh kehilangan nitrogen yang
berlebihan, pada anak sehat maupun KEP, efisiensi keseimbangan nitrogen lebih besar dari
95%. Pergantian (turnover) adalah pengkuruan sintesis dan degradasi protein endogen total.
Pada anak dengan kwashiorkor, kecepatan tersebut sangat berkurang. Sebaliknya, kecepatan
pergantian pada anak normal meningkat dalam responsnya terhadap stres infeksi.
Penurunan asupan protein menyebabkan penurunan kecepatan sintesis albumin
selama beberapa hari. Nantinya jika berlanjut, penurunan asupan menyebabkan penurunan
kadar transferin albumin serum, protein pengikat retinol, dan pre-albumin. Namun, karena
perbedaan dalam waktu paruh, kadar albumin serum tidak menurun selama 1-2 minggu,
seadangkan kadar prealbumin menurun dalam beberapa hari. Dengan demikian, untuk
menilai status nutrisi jangka pendek, lebih disukai penggunaan penanda serum yang waktu
paruhnya lebih pendek, yaitu pre-albumin. Walaupun sintesis kadar albumin akut hepatik
menurun dalam beberapa hari, sintesis protein fase akut hepatik (misalnya, protein fase C,
seperti CRP) dilindungi pada keadaan ini. Selain adaptasi sintesis hepatik, pengahncuran
protein otot meningkat. Pada anak marasmik, mekanisme ini mempertahankan kadar asam
amino bebas di plasma dan sekresi protein hati. Pada anak dengan kwashiorkor, adaptasi
gagal mempertahankan kadar asam amino serum dan sintesis protein hati sehingga kadar
asam amino rantai-cabang di plasma.

Defisiensi makronutrien dan infeksi tertentu (misalnya campak dan rotavirus) juga
menurunkan kecepatan sintesis enzim pankreas dan hidrolase vili (brush border) mukosa
usus yang dapat memperlambat rehabilitasi diet di kemudian hari.
Kandungan air dalam tubuh meningkat pada kwashiorkor akibat massa jaringan
adiposa yang berkurang dan retensi air. Osmolalitas darah dan kadar natrium serum mungkin
rendah, dan kadar kalium dan megnesium serum mungkin menurun. Kadar magnesium dan
kalium tubuh total menurun pada semua anak kurang gizi akibat kekurangan massa otot. Pada
kwashiorkor juga terdapat defek membran natrium-kalium di jaringan lunak. Baik kalsium
maupun fosfor rendah, tetapi jarang terjadi tetani. Kadar seng dan tembaga serum sangat
menurun pada kwashiorkor, tetapi normal pada marasmik. Jika suplemen diet mikronutrien
yang cukup tidak diberikan, kadar seng dan tembaga dapat cepat turun selama rehabilitasi
nutrisi (Nelson, 2010).
Manifestasi Klinis
Secara klinis, KEP terdapat dalam tiga tipe, yaitu :
1. Kwashiorkor
Edema, yang dapat terjadi di seluruh tubuh, wajah sembab dan membulat, mata sayu,
rambut tipis, kemerahan seperti rambut jagung, mudah dicabut dan rontok, cengeng,
rewel, dan apatis, pembesaran hati, otot mengecil (hipotrofi), bercak merah kecoklatan di
kulit dan mudah terkelupas (crazy pavement dermatosis), sering disertai penyakit infeksi
akut, terutama diare dan anemia.
2. Marasmus
Sangat kurus, tampak tulang terbungkus kulit, wajah seperti orang tua, cengeng dan
rewel, kulit keriput, jaringan lemak subkutan minimal/tidak ada, perut cekung, iga
gambang, sering disertai penyakit infeksi dan diare.
3. Marasmus-Kwashiorkor
Campuran dari gejala klinis kwahiorkor dan marasmus (PDT, 2008).
5

Diagnosis
Ditegakkan berdasarkan tanda dan gejala klinis serta pengukuran antropometri. Anak
didiagnosis gizi buruk apabila:

BB/TB <-3SD atau <70% dari median (marasmus)


Edema pada kedua punggung kaki sampai seluruh tubuh (kwashiorkor : BB/TB >-3 SD

atau marasmik-kwashiorkor : BB/TB <-3SD)


Jika BB/TB tidak dapat diukur, gunakan tanda klinis berupa anak tampak sangat kurus
(visible severe wasting) dan tidak mempunyai jaringan lemak bawah kulit terutama pada
kedua bahu, lengan, pantat dan paha, tulang iga terlihat jelas dengan atau tanpa adanya
edema (WHO, 2009).
Penilaian awal gizi buruk dengan cara melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik.

Anamnesis terdiri dari anamnesis awal dan anamnesis lanjutan.


Anamnesis awal (untuk kedaruratan):

Kejadian mata cekung yang baru saja muncul


Lama dan fekuensi diare dan muntah serta tampilan dari bahan muntah dan diare

(encer/darah/lendir)
Kapan terakhir berkemih
Sejak kapan tangan dan kaki teraba dingin

Anamnesis Lanjutan (untuk mencari penyebab dan rencana tatalaksana berikutnya, dilakukan
setelah kedaruratan tertangani) :

Diet (pola makan) /kebiasaan makan sebelum sakit


Riwayat pemberian ASI
Asupan makanan dan minuman yang dikonsumsi beberapa hari terakhir
Hilangnya nafsu makan
Kontak dengan pasien campak atau Tb paru
Pernah sakit campak dalam tiga bulan terakhir
Batuk kronik
6

Kejadian dan penyebab kematian saudara kandung


Berat badan lahir
Riwayat tumbuh kembang anak
Riwayat imunisasi
Apakah ditimbang setiap bulan
Lingkungan keluarga
Diketahui atau tersangka HIV

Pemeriksaan Fisik

Apakah anak tampak sangat kurus, adakah edema di kedua punggung kaki
Tanda dehidrasi : tampak haus, mata cowong, turgor buruk
Adakah tanda syok
Demam
Frekuensi dan tipe pernafasan
Sangat pucat
Pembesaran hati dan ikterus
Adakah perut kembung, bising usus meninggi, tand asites, abdominal splash
Tanda defisiensi vitamin A pada mata : bercak Bitot, ulkus kornea, keratomalasia
Ulkus pada mulut
Fokus infeksi : paru, kulit, telinga, tenggorokan
Lesi kulit pada kwashiorkor, berupa hipo atau hiper pigmentasi, ulserasi, lesi

eksudatif
Tampilan tinja
Tanda dan gejala HIV

Penatalaksanaan
Pada saat masuk rumah sakit, anak harus dipisahkan dari pasien infeksi, dan
ditempatkan di ruangan yang hangat (25-30C, bebas dari angin). Serta dilakukan
pemantauan secara rutin. Jika memandikan anak harus dikeringkan segera dan dilakukan
seminimal mungkin.
Penatalaksanaan gizi buruk meliputi 10 langkah dan terbagi dalam 2 fase, yaitu fase
stabilisasi dan rehabilitasi.
Hipoglikemia
7

Semua anak dengan gizi buruk beresiko gizi buruk (gula darah <54 mg/dl), sehingga
harus diberikan makanan atau larutan glukosa 10% segera setalah masuk rumah sakit.
Pemberian makanan yang sering sangat penting dilakukan pada anak dengan gizi buruk .
Segera beri F-75 pertama atau modifikasinya bila penyediaannya memungkinkan. Jika
tidak dapat, berikan 50 ml larutan glukosan atau gula 10% (1 sendok teh munjung gula dalam
50 ml air) secara oral atau NGT, teruskan pemberian ASI di luar jadwal pemberian F-75, jika
anak letargis, berikan D10% secara intravena (bolus) sebanyak 5 mg/kgBB, atau larutan
glukosa 50 ml dengan NGT.
Jika setelah diberikan larutan gula, kadar gula darah masih di bawah 54 mg/dl, ulangi
pemberian larutan glukosa atau gula 10%.
Hipotermia
Jika suhu aksilar <35,5C, segera berikan F-75 atau rehidrasi terlebh dahulu jika
perlu. Pastikan bahwa anak dalam kondisi hangat, dengan berpakaian dan menutupi
kepalanya, serta tutup dengan selimut hangat dan letakkan pemanas atau lampu di dekatnya.
Kemudian, ukur suhu tiap dua jam sampai suhu meningkat menjadi 36,5C atau lebih.
Dehidrasi
Cenderung terjadi diagnosis berlebihan dari dehidrasi dan estimasi yang berlebihan
mengenai derajat keparahan pada anak dengan gizi buruk. Hal ini disebabkan sulitnya
menentukan status dehidrasi secara tepat pada anak dengan gizi buruk, hanya dengan
menggunakan gejala klinis saja. Yang perlu diingat adalah hipovolemia dapat terjadi
bersamaan dengan adanya edema.

Jangan gunakan infus untuk rehidrasi, kecuali pada kasus dehidrasi berat dengan
syok. Beri ReSoMal, per oral atau NGT, lakukan lebih lambat jika dibandingkan rehidrasi
pada anak dengan gizi baik. Beri ReSoMal 5 ml/kgBB setiap 30 menit untuk 2 jam pertama,
kemudian setelah 2 jam, berikan ReSoMal 5-10 ml/kgBB/jam berselang-seling dengan F-75
dengan jumlah yang sama, setiap jam selama 10 jam. Selanjutnya, berikan F-75 secara teratur
setiap 2 jam, jika masih diare, beri ReSoMal setiap kali diare. Untuk usia <1 th : 50-100 ml
setiap kali buang air besar, sedangkan untuk usia >1 th : 100-200 ml setiap buang air besar.
Berikut ini adalah resep ReSoMal (Mengandung 37,5 mmol Na, 40 mmol K, dan 3 mmol Mg
per liter) :

Bahan

Jumlah

Oralit WHO

1 sachet (200 ml)

Gula pasir

10 gr

Larutan mineral-mix

8 ml

Ditambah air sampai menjadi

400 ml

Oralit WHO mengandung 2,6 gr NaCl, 2,9 gr trisodium citrate dihydrate, 1,5 gr KCL, 13,5 gr
glukosa dalam 1 liter air. Bila larutan mineral-mix tidak tersedia, dapat dibuat sendiri atau
sebagai pengganti ReSoMal, dapat diberikan :

Bahan

Jumlah

Oralit

1 sachet (200 ml)

Gula pasir

10 gr

Bubuk KCl

0,8 gr

Ditambah air sampai menjadi

400 ml

Larutan mineral-mix mengandung :

Bahan

Jumlah (gr)

Kalium clorida (KCl)

89,5

Tripotassium citrate

32,4

Magnesium klorida (MgCl2.6H2O)

30,5

Seng asetat (Zn asetat.2H2O)

3,3

Tembaga sulfat (CuSO4.5H2O)

0,56

Tambahkan air sampai menjadi

1000 ml

Jika ada, tambahkan juga selenium (0,01 gr natrium selenat NaSeO4.10H2O) dan iodium
(0,005 g kalium iodida) per 1000 ml.
Pantau kemajuan proses rehidrasi dan perbaikan keadaan klinis setiap setengah jam
selama dua jam pertama, kemudian tiap satu jam sampai 10 jam berikutnya. Waspada
terhadap kelebihan cairan dengan memeriksa frekuensi nafas, nadi, frekuensi pipis dan
jumlah produksi urin serta frekuensi buang air besar dan muntah.
Elektrolit
Semua anak dengan gizi buruk mengalami defisiensi kalium dan magnesium yang mungkin
membutuhkan waktu 2 minggu atau lebih untuk memperbaikinya. Terdapat kelebihan natrium
total dalam tubuh, walaupun kadar natrium serum mungkin rendah. Untuk menangani ini,
dapat diberikan larutan mineral mix yang ditambahkan ke dalam F-75, F-100 atau ReSoMal,
serta siapkan makanan tanpa menambahkan garam.
Infeksi
Pada gizi buruk, gejala infeksi yang biasa ditemukan seperti demam, seringkali tidak
ada, padahal infeksi ganda merupakan hal yang sering terjadi. Tatalaksana infeksi pada gizi
buruk dengan memberikan antibiotik spektrum luas, vaksin campak jika anak berumur >6
10

bulan dan belum pernah mendapatkan vaksin tersebut, atau jika anak berusia >9 bulan dan
sudah pernah diberi vaksin sebelum berusia 9 bulan.
Pilihan antibiotik dapat diberikan : Cotrimoxsazol per oral (25 mg SMZ + 5 mg
TMP/kgBB setiap 12 jam).
Jika ada komplikasi seperti hipoglikemia, hipotermia, atau anak terlihat letargis,
tampak sakit berat, beri ampisillin (50mg/kgBB im/iv setiap 6 jam) selama 2 hari, dilanjutkan
dengan amoksisillin oral (15 mg/kgBB setiap 8 jam) selama 5 hari, atau jika tidak tersedia
amoksisillin, beri ampisillin oral (50mg/kgBB setiap 6 jam) selama 5 hari sehingga total
selama 7 hari, ditambah : gentamisin (7,5mg/kgBB/hari im/iv) setiap hari selama 7 hari. Jika
anak tidak membaik dalam waktu 48 jam, tambahkan kloramfenikol (25mg/kgBB im/iv
setiap 8 jam) selama 5 hari.
Mikronutrien
Berikan setiap hari paling sedikit dalam 2 minggu : multivitamin, asam folat (5 mg
pada hari 1, dan selanjutnya 1 mg/hari), seng (2 mg Zn elemental/kgBB/hari), tembaga (0,3
mg Cu/kgBB/hari), ferosulfat 3 mg/kgBB/hari setelah berat badan naik (dimulai pada fase
rehabilitasi), vitamin A diberikan secara oral pada hari ke-1 dengan dosis di bawah ini :

Umur

Dosis (IU)

< 6 bulan

50.000 (1/2 kapsul Biru)

6-12 bulan

100.000 (1 kapsul Biru)

1-5 tahun

200.000 (1 kapsul Merah)

Makanan awal
Sifat utama yang menonjol dari pemberian makanan awal adalah : Makanan dalam
jumlah sedikit tetapi sering dan rendah osmolaritas maupun rendah laktosa, serta dapat
11

diberikan secara oral atau NGT, hindari penggunaan parenteral. Kemudian dilakukan
monitoring antara jumlah makanan yang dihabiskan dan diberikan, seberapa sering anak
untuk muntah, frekuensi defekasi dan konsistensi feses, serta berat badan anak. Jumlah
kandungan energi : 100 kkal/kgBB/hari, protein : 1-1,5 gr/kgBB/hari, dan cairan : 130
ml/kgBB/hari. Berikut ini adalah Jadwal Pemberian Makanan pada anak dengan gizi buruk
serta kandungan volume per hari dan per pemberian :

Hari ke-

Frekuensi

Volume/kgBB/pemberian

Volume/kgbb/hari

1-2

Setiap 2 jam

11 ml

130 ml

3-5

Setiap 3 jam

16 ml

130 ml

6 dst

Setiap 4 jam

22 ml

130 ml

Di bawah ini adalah kandungan F-75, F100, serta modisco dan cara pembuatannya :

12

13

Tumbuh kejar
Tanda yang menunjukkan anak telah mencapai fase ini adalah kembalinya nafsu
makan dan berkurangnya edema atau menghilang. Jika ini muncul, maka segera ganti F-75
dengan F-100, beri F-100 sejumlah yang sama dengan F-75 selama 2 hari berturutan,
kemudian naikkan jumlah F-100 setiap 10 ml setiap kali pemberian sampai anak tidak
mampu menghabiskan. Setelah transisi bertahap, beri anak makanan yang sejumlah dengan
tidak terbatas dengan energi : 150-220 kkal/kgBB/hari dan protein : 4-6 g/kgBB/hari.
Kebutuhan zat gizi anak gizi buruk menurut fase pemberian makanan adalah :
Zat
gizi
Energ
i
Protei
n
Caira
n

Stabilisasi
80-100 kkal/ kgBB/hari
1-1,5 g/kgbb/hari
130 ml/kgbb/hari
100 ml/kgbb/hari bila edema
berat

Transisi

Rehabilitasi

100-150
150-220
kkal/
kkal/kgbb/hari
kgbb/hari
2-3 g/kgbb/hari
4-6 g/kgbb/hari
150 ml/ kgbb/ hari
150-200
ml/kgbb/
hari

Lakukan penilaian kemajuan terapi dengan monitoring kenaikan berat badan, dengan tingkat:

Kurang (<5 g/kgbb/hari) anak membutuhkan penilaian lengkap


Sedang (5-10 g/kgbb/hari) periksa apakah target asupan terpenuhi atau mungkin ada

infeksi yang tidak terdeteksi


Baik (>10 g/kgbb/hari)

Stimulasi sensoris
Minta ibu untuk bekerjasama dengan melakukan ungkapan kasih sayang ,
menciptakan lingkungan yang ceria, menemani anak untuk terapi bermain yang terstruktur
selama 15-30 menit per hari, menyemangati anak untuk melakukan aktivitas fisik segera
setelah anak cukup sehat, dan melibatkan ibu sesering mungkin dalam pengobatan anak.
Persiapan pulang
14

Bila telah tercapai BB/TB >-2 SD atau setara dengan >80% dapat dianggap anak telah
sembuh. Berikan contoh kepada orang tua menu dan cara membuat makanan kaya energi dan
padat gizi serta frekuensi pemberian makanan yang sering, juga sarankan untuk melengkapi
imunisasi dasar dan atau ulangan, mengikuti program pemberian vitamin A. Selain itu, untuk
mengurangi resiko kambuh, pastikan anak sudah menyelesaikan pengobatan antibiotik,
mempunyai nafsu makan yang baik, menunjukkan kenaikan berat badan yang baik serta
edema sudah hilang atau setidaknya berkurang.
Komplikasi dari gizi buruk ini adalah Diare persisten, Disentri, Otitis Media,
Pneumonia, UTI, Infeksi kulit, TB, Cacingan, Malaria, HIV dan AIDS.

Bab III
Laporan Kasus
Identitas Pasien

Nama : An. AY

Usia : 18 bln

Agama : Islam

Suku : Jawa

Alamat : Megaluh-Jombang

MRS : 7 Januari 2015


15

Identitas Orang tua Pasien :

Nama Ayah : Tn. J

Usia : 38th

Pendidikan terakhir : SMP

Pekerjaan : Swasta

Nama Ibu : Ny. H

Usia : 33 th

Pendidikan terakhir : SMP

Pekerjaan : IRT

Keluhan Utama : Badan Panas dan Gatal


RPS :
Pasien datang dengan keluhan badan panas sejak 2 hari yang lalu tanggal 6-1-2015
jam 04.00 WIB, badan panas tidak mau turun hanya turun bila diberikan obat penurun panas,
pasien juga mengeluh badan anaknya gatal sejak usia 5 bln berobat ke dokter kulit juga tidak
sembuh, perut semakin membesar dan keras bila di raba, pasien mengaku perut anaknya
semakin membesar bila di raba keras, Px mengaku juga BAB (+) lancar tidak Cair BAK (+)
tuntas, pasien susah makan dan minum sejak usia 5 bulan hanya mengkonsusmsi asi dari ibu,
berat badan pasien menurun dari 7 kg s/d 5,8, pasien juga mengaku anaknya 2 hari ini
bertambah pucat.
RPD :
16

Pasien Mendderita Gatal di badan sejak dulu dan tidak sembuh ,


RPK :
Di keluarga tidak ada yang menderita penyakit kulit yang sama,
RPSosial :
Sulit makan hanya mau mengempeng ibu saja , sulit makan dan hanya makan
seadanya saja di rumah , Pasien Juga mengaku dari keluarga yang Berekonomi cukup.
Riwayat Pemberian ASI :
Minum Asi sejak lahir hingga sekarang, sulit di berikan susu formula
Riwayat Imunisasi :
Hepatitis B +, Polio +, BCG +, DPT +, Campak +
Riwayat Tumbuh Kembang :
Ibu mengaku tidak ada keterlambatan dalam pertumbuhan anaknya.
Pemeriksaan Fisik :

Antropometri :
BB/TB : 5,8 kg / 69 cm
LILA : 8 cm
BB/U : -3 SD

Vital Sign :

17

TD : 90/70 mmHg
N : 120x/menit
RR : 30x/mnt
T : 39,3C
GDA : 89

Kepala Leher :
anemis +, ikterus -, cyanosis -, mata cowong -, pembesaran kelenjar getah bening -,
Dermatitis (+)

Thorax :
Pulmo : tulang rusuk terlihat jelas, simetris, retraksi -/-, rh -/-, wh -/Cor : S1 S2 tunggal, regular, murmur -, gallop

Abdomen :
distended, hepar teraba dengan konsistensi keras, nyeri tekan -, turgor kulit ,

meteorismus -, Bising usus +

Ekstremitas :
akral hangat +/+, edema +, pitting edema -, lemak bawah kulit -

Resume :

18

Anak, 18 bln mengeluh badan panas sejak 2 hari yang lalu, gatal gatal sejak usia 5
bulan, berat baddan semakin menurun, sulit makan dan minum susu formula, Perut
semakin membesar dan keras, saat ini bb 5,8 kg, tb 69 cm, lila 8 cm, z-score -3 SD,
kedua tungkai edema (+) rpd : pasien selalu kontrol ke dokter kulit karena gatal
Planning :

Diagnosis : Cek DL, Albumin, Faal Hati SGOT SGPT, HDT, dan Gula darah, Foto
thoraks, Cek Rapid Test dan Konsul VCT

Terapi :
Inf. D5 NS 250cc/24 jam
Inj. Ampisilin 4 x 300 mg
Inj. Pyrex 3 x 6 cc
Myco Z

u.e

Urdahex p.o 3 x 60 mg
Minum Susu 60/4jam

Monitoring :
TTV, edema, Berat badan Timbang setiap 2 hari sekali, Hasil Lab, keluhan pasien

Edukasi :
Minta ibu supaya meletakkan adk di tempat yang hangat, ganti baju jika baju
basah dan terus selimuti adk agar tetap hangat

19

Minta keluarga untuk memberi makan adk sedikit-sedikit tapi sering juga untuk
menyemangati adk agar mau minum susu
Jaga kebersihan ruangan, dan tempat tidur, serta mandikan adk dengan air hangat
dan segera selimuti

20

Progres Note :
8-1-15 (Hari rawat ke-2)
Panas (+), Muntah (-), Badan
lemah (+), rewel + Anemis
(+) Gatal +
k/u : CM N : 110x/mnt, RR :
28 x/mnt T : 39c GDA : 95
TD : 100/70
k/l : a/i/c/d : +/-/-/Th : simetris, retraksi -, rh-/-,
wh -/S1 S2 tunggal regular
murmur -, gallop
Abd
:
distended,
hepatomegali, nyeri tekan -,
BU +
Ext : akral hangat +, edema +
BB : 5,8 kg
Lab DL :
Hb : 5,3 mg/dl
Leukosit
:
50.600/mm3
PCV : 18
Eritrosit
:
3.290.000/mm3
Trombosit
:
573.000/mm3
Albumin : 2,75
SGOT/ SGPT : 87/53
Gizi Buruk
Anemia
Sepsis
Hipoalbumin
Inf. D5 NS 250cc/24 jam
Albumin 15 cc
Trf PRC 50 cc/3jam
Inj Ampisilin 4 x 300mg
Inj Gentamicin 1 x 40
Inj Pyrex 3x 6cc K/P
Urdahex 3x60
Susu 60/4jam
Foto Thorak

9-1-15 (Hari rawat ke-3)


Panas (turun), Muntah (+),
Badan lemah (+), rewel (+)
Anemis (+) Gatal (+)
k/u : CM N : 106x/mnt, RR :
24 x/mnt T : 36,5 GDA : 88
TD: 90/70
k/l : a/i/c/d : +/-/-/Th : simetris, retraksi -, rh-/-,
wh -/S1 S2 tunggal regular
murmur -, gallop
Abd
:
distended,
hepatomegali, nyeri tekan -,
BU +
Ext : akral hangat +, edema +
BB : 5,8 kg
Foto Thorak :
Paru dan Organ lainnya
dalam batas Normal

10-1-15 (Hari rawat ke-4)


Panas (-), Muntah (-), Badan
lemah (+), rewel (+) Anemis
(+) Gatal (+)
k/u : CM N : 109x/mnt, RR :
22 x/mnt T : 36,8 TD :
100/60
k/l : a/i/c/d : +/-/-/Th : simetris, retraksi -, rh-/-,
wh -/S1 S2 tunggal regular
murmur -, gallop
Abd
:
distended,
hepatomegali, nyeri tekan -,
BU +
Ext : akral hangat +, edema BB : 6 kg
Hasil HDT : Hipokrom
Mikrositer
Susp. Anemia Def Zat Besi

Gizi buruk
Anemia
Sepsis
Hipoalbumin
Inf. D5 NS 250cc/24 jam
Albumin 15 cc
Trf PRC 50 cc/3jam
Inj Ampisilin 4 x 300mg
Inj Gentamicin 1 x 40
Inj Pyrex 3x 6cc K/P
Urdahex 3x60
Susu 60/4jam
Cek HDT
Timbang Berat Badan

Gizi buruk
Anemia Def Zat Besi
Sepsis
Hipoalbumin
Inf. D5 NS 100cc/24 jam
Albumin 10 cc
Inj Ampisilin 4 x 300mg
Inj Gentamicin 1 x 40
Inj Pyrex 3x 6cc K/P
Urdahex 3x60
Susu 60/2jam
Fe 1 x 18mg
Cek DL Post Transfusi

21

11-1-15 (Hari rawat ke-4)


Panas (+), Muntah (-), Badan lemah (+)
rewel (+) Anemis (+) Gatal (+)
k/u : CM N : 105x/mnt, RR : 28 x/mnt
T : 39,4
k/l : a/i/c/d : +/-/-/- TD : 100/60
Th : simetris, retraksi -, rh-/-, wh -/S1 S2 tunggal regular murmur -, gallop

Abd
:distended,hepatomegali,nyeri
tekan-,BU +
Ext : akral hangat +, edema BB : 6 kg
Lab DL :
Hb : 7,7 mg/dl
Leukosit : 38.000/mm3
PCV : 30
Eritrosit : 3.790.000/mm3
Trombosit : 375.000/mm3
Gizi buruk
Anemia def Zat Besi
Sepsis
Inf. D5 NS 200cc/24 jam
Albumin 10 cc
Inj Ampisilin 4 x 300mg
Inj Gentamicin 1 x 40
Inj Pyrex 3x 6cc K/P
Urdahex 3x60
Susu 60/2jam
Fe 1 x 18mg

12-1-15 (Hari rawat ke-5)


Panas (Turun), Muntah (-), Badan lemah (+)
muntah rewel (+) Anemis (+) Gatal (+)
k/u : CM N : 106x/mnt, RR : 24 x/mnt T :
37,5
k/l : a/i/c/d : +/-/-/- TD : 100/60
Th : simetris, retraksi -, rh-/-, wh -/S1 S2 tunggal regular murmur -, gallop
Abd : distended, hepatomegali, nyeri tekan -,
BU +
Ext : akral hangat +, edema BB : 6 kg

Gizi buruk
Anemia Def Zat Besi
Susp. Sepsis
Inf. D5 NS 200cc/24 jam
Inj Ampisilin 4 x 300mg
Inj Gentamicin 1 x 40
Inj Pyrex 3x 6cc K/P
Urdahex 3x60
Susu 60/2jam
Fe 1 x 18mg

22

DAFTAR PUSTAKA
1. Pudjiadi, Antonius H, 2010, Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak
Indonesia, Jilid 1

2. RS. Umum dr. Soetomo, 2008, Pedoman Diagnosis dan Terapi Bag/SMF Ilmu
Kesehatan Anak, Surabaya.
3. Sperling MA, Behrman RE, Kliegman RM, et al.2008. Nelson Textbook of
Pediatrics. Edisi 18th . Elsevire

4. WHO, 2009, Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit, World Health
Organization, Country Office for Indonesia

23

Anda mungkin juga menyukai