Skenario :
Hasil penelitian Suharmiati et al. Yang dilaporkan dalam Buletin Penelitian Sistem
Kesehatan Vol. 15 No. 3 Juli 2012: 271-281 melaporkan bahwa kualifikasi
apoteker yang memberikan pelayanan farmasidi apotek komunitas dalam rangka
memenuhi ketentuan Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 2009, standard
Pelayanan Farmasi di Apotek dan Good Pharmcy Practice bervariasi. Pada
umumnya apoteker memahami perannya dalam pelayanan farmasi, tetapi untuk
melaksanakannya sesuai dengan standard atau pedoman masih menghadapi
berbagai kendala. Hal ini terjadi karena dalam memberikan pelayanan belum
menggunakan Evidance Based Paractice (EBP). Sebagai apoteker masih bingung
langkah-langkah dalam EBP dan manfaatnya. Dalam EBP diperlukan kemampuan
critical appraisal (CA), dimana IT, critical thinking berperan penting dalam
mementukan hasil CA.
Step 1
1. Evidanced based practice (isnanto) : suatu pelayanan kefarmasian dengan
menggunakan basis evidanced based dengan bukti bukti ilmiah (rina)
2. Good pharmacy practice (mega) : pedoman bagi apoteker tentang
pelayanan kefarmasian (luqy)
3. Critical apraisal (nova) : penilaian yang bersifat kritis (isnanto), menguji
validitas dari suatu bukti ilmiah (sofi)
Step 2
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Step 4
apoteker
PC
CA
EBP
Langkah langkah
manfaat
GPP
PP no 51 thn
2009
(QURAISY)
Step 5
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.