5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil yang telah diperoleh dalam penelitian ini; maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: a.
Merokok berhubungan dengan kejadian tuberkulosis paru pada pria
dewasa dengan kekuatan hubungannya adalah 2,4 pada rasio prevalensi dan 4,5 pada rasio odds (sebagai faktor risiko). Hal ini didukung oleh analisis beberapa hubungan kausal, yaitu : 1)
Hubungan asosiasi yang kuat (RP>1 dan RO>1 dengan IK95%
tidak mencakup nilai 1, uji 2 (kai-kuadrat) dapat menolak hipotesis null, dan nilai p < 0,05),
2)
Hubungan koherensi yang menyatakan tingginya prevalensi
tuberkulosis paru pada perokok dibandingkan yang tidak merokok.
3)
Hubungan biological plausibility yang berkaitan dengan defek
mekanisme imunologis dan mekanis silia saluran pernapasan oleh rokok.
4)
Kesamaan dengan hasil penelitian lain, misalnya salah satu studi
di negara berkembang, negara maju, dan negara kaya yang mengemukakan perilaku merokok berkaitan erat dengan kejadian tuberkulosis paru.
b.
Informasi yang berkaitan dengan risiko merokok sangat perlu
diedukasikan oleh klinisi atau petugas pelayanan kesehatan kepada pasien yang merokok di Indonesia.
5.2 Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, saran yang diajukan
berkaitan dengan penelitian ini adalah: a.
Pada penelitian selanjutnya diperlukan penelitian untuk membahas
beberapa faktor risiko lain sekaligus (analisis multivariat) dengan klasifikasi merokok selain Pedoman Satu yang dinilai lebih akurat meskipun dengan faktor recall bias yang lebih besar dan metode kontrol perancu yang lebih baik (stratifikasi) untuk mengamati interaksi berbagai faktor risiko sekaligus sehingga dapat diperoleh faktor risiko yang lebih berperan lagi untuk tuberkulosis paru.
b.
Penelitian berikut yang mengkaji faktor risko tuberkulosis paru lain
terutama yang dikaitkan dengan keadaan imuno-compromised perlu untuk dilakukan. Dalam penelitian tersebut, diperlukan kerjasama beberapa bidang berkaitan seperti bidang penyakit dalam maupun VCT untuk penentuan keadaan imuno-defisiensi pada pasien.
c.
Pada penelitian selanjutnya dapat dilakukan penelitian kohort sebagai
lanjutan penelitian cross sectional ini agar analisis hubungan kausalnya menjadi lebih kuat lagi.