1.
Pengertian
Perdarahan rahim disfungsional atau DUB didefinisikan sebagai perdarahan yang terjadi
dari endometrium proliferatif sebagai akibat anovulasi bila tidak ada penyakit organik
(Hacker, edisi 2, 2001).
Perdarahan uterus disfungsi adalah perdarahan abnormal dari uterus (lama, frekuensi,
jumlah) yang terjadi di dalam dan di luar siklus haid, tanpa kelainan organ, hematologi, dan
kehamilan, dan merupakan kelainan poros hipotalamus-hipofise-ovarium (Sadikin, 2005).
Ini merupakan diagnosis penyingkiran dimana penyakit lokal dan sistemik harus
disingkirkan. Sekitar 50 persen dari pasien ini sekurang-kurangnya berumur 40 tahun dan 20
persen yang lain adalah remaja, karena ini merupakan saat-saat dimana siklus anovulatori
lebih sering ditemukan.
2.
Patofisiologi
Perdarahan uterus disfungsional dapat terjadi pada siklus berovulasi maupun pada siklus
tidak berovulasi.
a.
Siklus berovulasi
Perdarahan teratur dan banyak terutama pada tiga hari pertama siklus,haid. Penyebab
perdarahan adalah terganggunya mekanisme hemostasi lokal di endometrium.
b.
c.
menyebabkan
endometrium
mengalami
atrofi.
Kedua
kondisi
ini
Penyebab
Perdarahan rahim disfungsional yang terjadi selama umur reproduksi dapat diakibatkan oleh
berbagai penyebab misalnya :
a.
Gagalnya efek umpan balik positif dari estrogen, pengubahan perifer yang abnormal dari
androgen menjadi estrogen, atau cacat endometrium yang dapat berada dalam tingkat reseptor
atau dalam sekresi atau pelepasan prostaglandin.
b.
Bila tidak ada sekresi progesteron (anovulasi) dan dalam perangsangan yang terus
berlanjut, endometrium akan berproliferasi , sehingga mencapai tinggi yang abnormal.
Terdapat vaskularitas yang hebat dan pertumbuhan kelenjar yang tanpa dukungan stroma.
Endometrium akhirnya tumbuh melebihi perangsangan yang ditimbulkan oleh estrogen dan
perdarahan terjadi, dengan peluruhan endometrium secara tidak teratur.
c.
- Perimenars
- Masa reproduksi
- Perimenopouse
Gejala
Perdarahan rahim yang dapat terjadi tiap saat dalam siklus menstruasi. Jumlah perdarahan
bisa sedikit-sedikit dan terus menerus atau banyak dan berulang.Kejadian tersering pada
menarche (atau menarke: masa awal seorang wanita mengalami menstruasi) atau masa premenopause.
5.
Diagnosis
Keluhan subyektif : Terjadi perdarahan pervaginam yang tidak normal (lamanya, frekuensi
dan jumlah) yang terjadi di dalam maupun di luar siklus haid.
6.
Pemeriksaan Penunjang
a.
Pemeriksaan hamatologi
b.
Pemeriksaan hormon reproduksi :FSH, LH, Prolaktin, E2, dan progesteron, prostaglandin
F2.
c.
d.
Pemeriksaan USG.
7.
yang dipastikan dengan biopsi endometrium terbaik diterapi dengan terapi hormonal. Pasien
yang tidak memberi respons terhadap terapi hormonal secara cepat atau yang lebih tua
daripada 35 tahunharus menjalani kuretase untuk menyingkirkan karsinoma endometrium.
Pasien yang gagal memberi respons terhdap terapi hormonal dapat juga mengalami mioma
submukosa atau polip endometrium dan dapat membutuhkan histereskopi untuk diagnosis
dan terapi.
Terapi hormonal mencakup progestin saja, kontrasepsi oral, atau terapi progestinestrogen yang berurutan. Kalau biopsi endometrium awal menunjukkan endometrium yang
proliferatif, terapi pilihannya adalah 5 mg medroksiprogesteron asetat tiap hari, baik selam 13
hari yang berurutan yang dimulai pada hari ke 14 dari siklus. Terapi ini akan mengubah
endometrium proliferaktif menjadi jenis yang mirip sekretorik dan mencegah berulangnya
perdarahan. Terapi progesteron harus dilanjutkan selama diperlukan. Kalau pasien ingin
hamil, terapi pilihannya adalah klomifen sitrat.
Kalau biopsi endometrium awal memperlihatkan endometrium sekretorik dan
perdarahan yang abnormal terus berlanjut atau berulang, cacat patologik di dalam kavitas
rahim harus dicurigai dan dilakukan histerosalpingografi atau histereskopi. Terapi pada
peristiwa perdarahan akut dapat dicapai dengan kontrasepsi oral saja atau suatu
kombinasiprogestin-estrogen yang berurutan. Kedua metode itu sama-sama efektif dalam
menghentikan perdarahan. Kalau kontrasepsi oral saja digunakan, 4 tablet sehari harus
diberikan selama 7 hari. Biasanya perdarahan akan berhenti dalam 24 sampai 48 jam. Pasien
harus diberitahu bahwa pada akhir terapi ini dapat terjadi perdarahan vagina yang lebih berat
daripada biasanya. Pasien harus dilanjutkan dengan dosis harian kontrasepsi oral
sebagaimana untuk kontrasepsi dan dipertahankan sekurang-kurangnya selam 6 bulan.
8.
Pengobatan
Setelah menegakkan diagnosa dan setelah menyingkirkan berbagai kemungkinan kelainan
organ, teryata tidak ditemukan penyakit lainnya, maka langkah selanjutnya adalah melakukan
prinsip-prinsip pengobatan sebagai berikut:
a.
Menghentikan perdarahan.
b.
c.
Kuret (curettage)
Hanya untuk wanita yang sudah menikah. Tidak bagi gadis
b.
Obat (medikamentosa)
1)
Golongan estrogen.
Pada umumnya dipakai estrogen alamiah, misalnya: estradiol valerat (nama generik) yang
relatif menguntungkan karena tidak membebani kinerja liver dan tidak menimbulkan
gangguan pembekuan darah. Jenis lain, misalnya: etinil estradiol, tapi obat ini dapat
menimbulkan gangguan fungsi liver.
Dosis dan cara pemberian:
1)
2)
3)
2)
Obat Kombinasi
Obat golongan ini diberikan secara bertahap bila perdarahannya banyak, yakni 41 tablet
selama 7-10 hari, kemudian dilanjutkan dengan dosis 11 tablet selama 3 hingga 6 siklus.
3)
Golongan progesterone
Obat untuk jenis ini, antara lain:
a)
Medroksi progesteron asetat (MPA): 10-20 mg per hari, diminum selama 7-10 hari.
b)
c.
misalnya
dengan
pemberian:
Golongan progesteron: 21 tablet diminum selama 10 hari. Minum obat dimulai pada hari ke
14-15 menstruasi.
d.
a)
Penegakan diagnosa yang tepat dan regulasi hormonal secara dini dapat memberikan angka
kesembuhan hingga 90 %.
b)
Pada wanita muda, yang sebagian besar terjadi dalam siklus anovulasi, dapat diobati
dengan hasil baik, atau sukses