Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
ETIOLOGI
Etiologi terjadinya BPF bervariasi (TABEL 1), yang terbanyak adalah
komplikasi paska operasi paru di ikuti oleh komplikasi infeksi, kemoterapi
atau radioterapi pada kanker paru , persisten pneumotoraks spontan,
Trauma pada toraks, ARDS maupun tindakan prosedur invasive pada
rongga dada.1,2
PATOFISIOLOGI
Dari sudut pandang pembedahan sebagai contoh dalam kasus
kanker paru, BPF berhubungan dengan tingkat keparahan kasus, adanya
residual tumor paska operasi, dan penggunaan kemoterapi intratoraks.
Insiden BPF tertinggi pada pasien dengan riwayat pneumonektomi kanan
dan lobektomi kanan bagian bawah. Asamura et al menjelaskan beberapa faktor
yang dapat meningkatkan resiko terjadinya BPF antara lain diseksi excessive pada
peribronkial dan paratrakeal, terdapatnya residual atau rekurensi kanker
pada stump, teknik jahitan, preoperatife radiasi dan diabetes.
Selain itu faktor terdapatnya empiema, pneumonia dan
bronkiektasis dapat meningkatkan resiko terjadinya iskemik nekrosis dan
pengumpulan produksi sekret yang dapat menyebabkan bakterial
overgrowth yang menghambat proses penyembuhan. Riwayat torakotomi
ipsilateral sebelumnya dan preoperatif kemoterapi/radioterapi juga
meningkatkan insiden BPF.2,3
dan berlangsung sampai 48 Jam pertama. Adanya cairan dan udara yang
persisten membutuhkan drainage.
a. Pencegahan8
Upaya mencegah terjadinya BPF perlu dilakukan pada saat
perawatan preoperatif dan selama tindakan intraoperatif. Meskipun
faktor non operatif merupakan faktor yang sulit di prediksi dalam
terjadinya BPH namun persiapan preoperatif yang baik dapat
membantu meminimalisir terjadinya BPF. Persiapan tersebut antara
lain penghentian penggunaan steroid, suplemen nutrisi yang
adekuat dan kontrol infeksi dengan antibiotik yang adekuat.
Pencegahan BPF intraoperatif merupakan faktor penting yang
perlu diperhatikan oleh ahli bedah antara lain :
Suplai pembuluh darah harus dijaga karena berkaitan
dengan wound healing pada anastomosis maupun
stump
Minimal diseksi peribronkial dengan minimal handling
mukosa untuk mencegah kerusakan jaringan karena
mukosa dan kartilago dari bronkus mudah sekali cedera
Stump dari bronkus sebisa mungkin pendek dengan
non tension pada jahitan anastomosis
Reseksi tumor diusahakan sampai free margin untuk
menghindari residual tumor
b. Pemasangan Chest tube
Pemasangan selang dada di indikasikan pada pasien dengan high
flow BPF dan bila terdapat empiema sebagai drainase. Pada pasien
dengan ventilasi mekanik, selang dada dapat digunakan untuk
d. Pembedahan9,10
Keberhasilan dari tindakan pembedahan pada BPF dilaporkan mencapai
80-95% meskipun hal ini juga memiliki resiko sebagaimana tindakan
pembedahan
lainnya
terutama
torakotomi.
Beberapa
tindakan
pembedahan yaitu drainase terbuka disertai penutupan stump, omental
flap, transternal bronkial closure, dan torakoplasty. Prosedur minimal
invasif terkini yaitu VATS juga mulai rutin digunakan dalam tatalaksana
BPF. Hampir 80 % kasus dapat dilakukan direct closure pada BPF disertai
kombinasi dengan reseksi, penutupan stump dengan jaringan sehat sampai dengan
pneumektomi. Hanya pada sebagian kecil pasien yang membutuhkan tindakan khusus untuk
menutup fistula seperti penggunaan flap otot untuk menutup fistula.
KESIMPULAN
Terdapat 4 faktor yang dibutuhkan agar tatalaksanan BPF mencapai hasil
yang memusakan yaitu kontrol infeksi yang agresfi, drainase rongga
toraks yang adekuat, penutupan fistula dangan jaringan sehat dan
obliterasi rongga dada
REFERENSI
1. Lois M, Noppen M. Bronchopleural Fistulas. CHEST 2005;128;3955396
2. Sirbu H, Busch T, Aleksic I, Schreiner W, Oster O, Dalichau H.
Bronchopleural Fistula in the Surgery of Non-small Cell Lung Cancer:
Incidence, Risk Factors, and Management. Ann Thorac Cardiovasc
Surg Vol. 7, No. 6 (2001)
3. Junaid HK, Sarah BR, Doff BM, Adam LH, James PA, Timothy SH,
David M.
Management Strategies for Complex Bronchopleural
Fistula. Asian Cardiovascular and Thoracic Annals 2000 8: 78
4. Puskas JD, Mathisen DJ, Grillo HC, Wain JC, Wright CD, Moncure AC. Treatment
strategies for bronchopleural fistula. J Thorac Cardiovasc Surg 1995;109:98996
5. Miller DL .Empyema and Bronchopleural fistula. In Petterseon AG,
editor. Pearsons thoracic and esophageal surgery: Elsevier; 2008. p.
1055
6. Wuryantoro, Nugroho A, Saunar R. Manual pemasangan WSD. Badan
Penerbit FKUI : Jakarta;2011
7. Turk AE, Karanas YL, Cannon W, et al. Stage closure of complicated
bronchopleural fistulas. Ann Plastic Surg 2000; 45:560 564
8. Cerfolio RJ. The incidence, etiology and prevention of postresectional
bronchopleural fistula. Semin Thorac Cardiovasc Surg 2001; 13:37
9. Al-Kattan K, Cattalani L, Goldstraw P. Bronchopleural fistula after
pneumonectomy for lung cancer. Eur J Cardiothorac Surg
1995;9:47982
10.
Conlan AA, Lukanich JM, Shutz J, et al. Elective
pneumonectomy for benign lung disease: modern day mortality and
morbidity. J Thorac Cardiovasc Surg 1995; 110:1118 1124