Anda di halaman 1dari 2

"Ketika Tunjangan Hari Raya (THR) tinggal ekstraknya"

Suatu hari pasca Lebaran


yang baru saja kita lewati,
saya begitu tergelak melihat
dan membaca profile picture
kontak seorang teman di
handphone. Profile picture
tersebut bergambar uang
receh dan kertas bernominal
kecil yang berserakan diatas
meja, lalu terdapat tulisan
yang nadanya plesetan dari
sebuah iklan yang sedang
hits saat ini : Kabar sedih untuk kita semua, karena Tunjangan Hari Raya (THR) kini
tinggal ekstraknya .
Terasa menggelikan memang dan wajar kalau kemudian kita senang membuatnya menjadi
sebuah candaan, namun bila kita amati dengan lebih cermat, ternyata fenomena kantong
kering alias krisis finansial pasca perayaan plus liburan akbar semacam Lebaran banyak
menghinggapi orangorang disekitar kita, atau mungkin juga diri kita sendiri. Masamasa
liburan apalagi bertemu sanak saudara kadang memang melenakan, sehingga pengeluaran
relatif menjadi tidak terkendali. Dan bila tidak kita sikapi dengan lebih bijak dan lebih
cermat, dikhawatirkan hal tersebut hanya akan menjadi penyakit yang terus kambuh dan
berulang secara periodik tanpa ada upaya untuk memperbaikinya.
Lupakanlah saat-saat indah ketika Tunjangan Hari Raya (THR) berkali lipat ditambah
gajian datang pada waktu yang berdekatan, karena pada kenyataannya saat ini kita sedang
berusaha untuk bisa bertahan hidup sampai waktu gajian datang lagi. Lagipula daripada
menyesali yang sudah berlalu, lebih baik kita susun strategi untuk menghadapi kenyataan
yang ada.
Langkah pertama adalah kalkulasi total uang cash yang masih kita miliki saat ini, baik yang
masih berada di rekening maupun yang ada di dompet. Langkah berikutnya adalah bila
sebelum Lebaran kita belum membayar cicilan-cicilan hutang dan kredit kita, maka
prioritaskan dahulu untuk membayarnya, terutama hutang yang tidak bisa di kurangi
pembayarannya seperti cicilan rumah atau kendaraan. Tujuannya adalah agar kita tidak
terkena denda bila menunggak pembayarannya. Seandainya ada hutang kartu kredit, bila
ternyata uang yang tersedia sedemikian terbatasnya, maka lakukan dahulu pembayaran
minimal. Memang akan berimbas jumlah akhir yang dibayarkan akan menjadi lebih besar,
namun karena sifatnya yang darurat lah maka cara tersebut kita pilih.
Bila anda memiliki asuransi jiwa yang pembayarannya bulanan atau yang bertepatan dengan
jatuh tempo pembayarannya, maka prioritaskan juga untuk membayarnya terlebih dahulu.
Karena bila kita menunggak dan apalagi bila terlalu lama menunggaknya maka akan
berakibat bisa terputusnya kontrak asuransi kita dan bila ada klaim bisa tidak dibayarkan oleh
perusahaan asuransi, padahal kita tidak pernah tahu kapan suatu keadaan buruk menimpa
pada kita. Demikian pula bagi keluarga yang anaknya sudah bersekolah, maka SPP si anak
pun harus menjadi prioritas untuk dibayarkan lebih dahulu.

Setelah semua kewajiban terselesaikan, maka prioritas berikutnya adalah alokasikan uang
yang masih ada untuk ongkos transportasi kerja anda seharihari, dan bila anda memiliki
anak yang sudah sekolah maka tentunya juga termasuk ongkos transport si anak itu untuk
bersekolah tentunya. Setelah ongkos transport dapat teralokasi, barulah kemudian uang yang
ada kita alokasikan untuk kebutuhan konsumsi alias makan seharihari. Mengapa
prioritasnya ke ongkos transportasi dahulu baru ke makanan?. Karena ongkos transport relatif
untuk tidak dapat ditekan lagi pengeluarannya. Sementara untuk urusan makan, akan bisa
menjadi lebih fleksible dalam pengaturannya alias masih ada kemungkinan untuk mengganti
makanan kita ke harga yang lebih hemat. Kebutuhan luks lainnya seperti Nonton film,
nongkrong di kafe ataupu sekedar jajan, mau tidak mau harus di stop dulu. Wah sebegitu
merananya ya sehabis lebaran dan sampai seekstrim itukah kita melakukan penghematan?.
Ya itulah konsekuensi yang harus kita tanggung akibat lalai dalam mengatur keuangan kita.
Dan memang, hak masing-masing diri kita mau menjalaninya atau tidak. Apalagi gerakan
mengencangkan ikat pinggang seperti itu membawa konsekuensi lainnya yaitu kemauan
kita menurunkan egoisitas diri karena harus menurunkan gaya hidup yang biasa dijalani. Dan
bila enggan untuk menurunkan gaya hidup disaat krisis seperti ini, silahkan bertanya pada
diri sendiri apakah mau tiap tahun seperti ini?.
Andy Nugroho, CFP
PT. Mitra Rencana Edukasi - Perencana Keuangan / Financial Planner
Website. www.mre.co.id, Portal. www. kemandirianfinansial.com
Fanspage. MreFinancialBusiness Advisory, Twitter. @mreindonesia
Google+. Kemandirian Finansial, Email. info@mre.co.id,
Youtube. Kemandirian Finansial
Sumber link : Ketika THR tinggal ekstraknya, Ketika THR tinggal ekstraknya

Anda mungkin juga menyukai