Mengapa Penghasilan Tak Pernah Cukup
Mengapa Penghasilan Tak Pernah Cukup
"
Aduh..gaji cuma numpang
lewat aja nih! kalimat ini
sepertinya tidak asing bukan?
Kita mungkin secara tidak
sadar pernah
mengucapkannya atau paling
tidak pernah terlintas
dipikiran atau mendengar
teman-teman Anda
mengucapkan kalimat ini.
Anehnya kalimat ini
seringkali terucap pada saat
belum lama orang gajian.
Orang sering mengeluh
karena penghasilannya
dirasa terlalu kecil sehingga tidak memiliki cukup uang untuk beli ini itu. Biasanya kalau
sudah begitu orang menuding kenaikan harga-harga sebagai biang keladi gaji yang tak pernah
cukup. Mulai dari sembako sampai barang kebutuhan sehari-hari lainnya seperti susu, pasta
gigi, sabun, mi instant, bahkan baju, sepatu dan kosmetik. Semuanya merambat naik. Belum
lagi kenaikan tarif telpon, listrik, air, atau biaya transportasi yang semakin membuat
pengeluaran Anda membengkak. Jangan lupa lho, biaya pendidikan anak-anak berikut bukubuku pelajaran sekolahnya juga rajin sekali naik tiap tahunnya. Masalahnya, belum tentu
kenaikan harga-harga ini selalu diimbangi dengan kenaikan penghasilan kita, bahkan tidak
jarang yang terjadi adalah sebaliknya.
Namun kenaikan harga-harga bukanlah satu-satunya penyebab gaji yang tidak pernah cukup.
Sebab ada juga orang yang merasa penghasilannya tidak pernah cukup, tidak perduli sudah
berapa kali kenaikan gaji yang diterimanya. Mungkin Anda sendiri pernah mengalaminya,
dimana pernah menarik ratusan atau puluhan tibu rupiah dari ATM kemudian menyimpannya
di dompet dan tiba-tiba menyadari tidak berapa lama setelahnya uang Anda di dompet sudah
hampir habis? Anda mungkin sudah tidak ingat lagi untuk apa saja uang itu dibelanjakan.
Jika Anda berusaha mengingatnya, yah..kemungkinan besar paling-paling habis untuk beli
majalah, koran, secangkir capucino, beli makanan kecil, atau rokok. Belanjaan kecil-kecil
seperti tanpa disadari kalau kita kumpulkan jumlahnya besarnya juga. Padahal jika kita
mengeluarkan uang setiap hari untuk belanjaan kecil, maka kalikan saja dengan jumlah hari
dalam setahun. Saya yakin Anda akan terpukau melihat berapa besarnya jumlah yang Anda
belanjakan untuk belanjaan kecil. Itu baru belanjaan kecil, belum lagi biaya berlangganan TV
kabel, baju-baju yang Anda beli saat diskon tapi belum sempat dipakai, iuran keanggotaan
fitness, dan lain-lain. Rasanya semakin hari semakin sulit membedakan keinginan dan
kebutuhan disebabkan tuntutan gaya hidup yang sulit dipuaskan.
Mengapa antara penghasilan dan pengeluaran kita seringkali seperti berlombalomba
mengalahkan siapa yang paling besar? Padahal rasanya kita tidak pernah belanja berlebihan
atau sengaja menghambur-hamburkan uang. Biasanya yang terjadi adalah saat penghasilan
kita bertambah maka kita terdorong untuk berbelanja lebih banyak lagi. Akibatya sama saja,
berapapun kenaikan penghasilan kita selalu saja tidak pernah cukup. Nah, apa yang harus
kita lakukan agar seberapapun penghasilan yang kita miliki bisa mencukupi kebutuhan kita
Tidak banyak yang bisa kita lakukan untuk mengalahkan inflasi, karena inflasi terjadi secara
alami dan di luar kemauan kita. Inflasi selain bisa membuat kita defisit, juga bisa
menggerogoti harta kekayaan kita jika tidak membuatnya berkembang biak ke dalam produk
investasi yang returnnya lebih tinggi dari asumsi tingkat bunga inflasi. Karena itu milikilah
anggaran untuk investasi agar hasil keuntungan hasil investasi bisa menambah penghasilan
kita. Mulailah dengan menghidupkan kebiasaan menabung sebesar minimal 10% dari
penghasilan kita dan terus ditingkatkan jumlahnya sejalan dengan kenaikan penghasilan kita
dan biasakanlah membayar tabungan kita dahulu sebelum membayar keperluan lainnya.
Jurus Ampuh 2 : Biasakan Untuk Membuat Anggaran Belanja Bulanan.
Tidak peduli berapapun penghasilan kita baik besar maupun kecil, memiliki anggaran
belanja bulanan sangat penting karena akan membuat pengeluaran kita lebih terkendali.
Kuncinya adalah membuat anggaran pengeluaran lebih kecil dari penghasilan dan biasakan
berbelanja hanya sebesar jumlah yang sudah dianggarkan saja. Dengan mematuhi anggaran
yang kita buat sendiri, kita tetap bisa berbelanja tanpa mengalami defisit. Dengan anggaran
juga kita bisa memilah mana pos pengeluaran wajib dan mana yang tidak wajib. Tidak perlu
menghilangkan pengeluaran tidak wajib jika tidak mau, namun karena tidak wajib kita bisa
lebih leluasa untuk menguranginya. Karena itu belajarlah untuk membedakan mana
pengeluran yang wajib, mana yang tidak wajib, mana keinginan dan mana kebutuhan.
Jurus Ampuh 3 : Batasi Cicilan Hutang Bulanan.
Kewajiban cicilan hutang bulanan seperti cicilan rumah, cicilan mobil, cicilan barang
kreditan, dan cicilan hutang kartu kredit, jika di total semuanya sebaiknya tidak melebihi 30
% dari penghasilan bulanan. Dengan demikian 70% sisanya dari penghasilan kita dapat
digunakan untuk membiayai kebutuhan hidup lainnya dan juga investasi. Semakin kecil porsi
hutang kita (kurang dari 30%), maka akan semakin besar sisa penghasilan bulanan yang
menganggur yang bisa dimasukkan ke investasi, sehingga akan semakin baik pula kondisi
keuangan kita.
Jurus Ampuh ke 4 : Miliki Dana Cadangan.
Untuk mengatasi pengeluaran yang tidak terduga dan tidak terencana, sebaiknya memang
tidak mengambil dari gaji rutin Anda. Sebab gaji rutin memang diperuntukkan untuk
pengeluaran yang rutin juga. Sedangkan untuk pengeluaran rutin, sebaiknya diambil dari
Dana Cadangan. Dana cadangan ini bisa berbentuk sejumlah uang yang Anda simpan
direkening di bank, sehingga Anda bisa mengambilnya dengan cepat saat terjadi keperluan
mendadak. Bentuklah dana cadangan minimal tiga kali pengeluaran Anda perbulan. Namun
jika penghasilan Anda tidak rutin atau penghasilan anda belum stabil maka sebaiknya dana
cadangan yang dibentuk lebih besar lagi, misalnya 6 kali pengeluaran keluarga per bulan.
Jika saat ini Anda sudah memiliki sejumlah dana tertentu sesuai dengan kebutuhan jumlah
minimal Dana Cadangan maka pisahkan dana ini ke dalam sebuah rekening tersendiri. Jika
Anda sama sekali tidak mempunyai simpanan uang tunai, maka segeralah berusaha
menyisihkan minimal 10% secara rutin setiap bulannya dari gaji Anda. Jika sudah tercapai
sejumlah Dana Cadangan yang ditargetkan, maka Anda bisa berhenti membentuk Dana
Cadangan, dan kegiatan setoran rutin tabungan tadi bisa dialihkan ke dalam produk investasi
yang returnnya lebih tinggi. Jika sewaktu-waktu Dana Cadangan terpakai, maka segeralah isi
kembali, sampai sejumlah target Dana Cadangan nya tercapai.