Anda di halaman 1dari 17

INFEKSI PADA JANTUNG: PERIKARDITIS

oleh
kelompok 4

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS JEMBER
2012

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Epidemiologi
Epidemiologi pada kejadian perikarditis sering terjadi tanpa adanya gejala klinis. Lorell
mencatat diagnosis perikarditis akut terjadi sekitar 1 per 1000 pasien yang masuk rumah sakit,
terdiri dari 1% dari kunjungan ruang gawat darurat pada pasien dengan segmen S-T elavasi.
Bahkan kejadian perikardial akut tamponade sekitar 2%, namun kondisi ini jarang terjadi pada
trauma dada tumpul.
Banyak penyakit di masa lalu yang didominasi menular, dalam beberapa tahun terakhir
spektrum klinis perikarditis konstriktif telah berubah. Di Amerika Serikat sekitar 9% dari pasien
dengan perikarditis akut terus berkembang secara konstriktif. Frekuensi itu bergantung pada
penyebab kejadian secara spesifik dari perikarditis, tapi perikarditis akut hanya secara klinis
didiagnosis pada 1 dari 1.000 pasien yang masuk rumah sakit. Sedangkan frekuensi diagnosis
perikarditis konstriktif kurang dari 1 dalam 10.000 pasien yang masuk rumah sakit (Sidney,
2010).
1.2 Anatomi Fisiologi terkait Kasus
Perikardium merupakan lapisan jantung sebelah luar yang merupakan selaput
pembungkkus yang terdiri dari dua lapisan yaitu lapisan parietal dan viseral yang bertemu di
pangkal jantung membentuk kantung jantung. Diantara dua lapisan jantung ini terdapat lendir
sebagai pelicin untuk menjaga agar pergesekan antara perikardium pleura tidak menimbulkan
gangguan terhadap jantung.
Perikardium viseral merupakan membran serosa bersama-sama dengan perikardium
parietalis membentuk cavum perikardium yang berisikan ultrafiltrate of plasma dalam jumlah
yang kecil yaitu sekitar 15-50 ml. Dalam keadaan yang normal perikardium mencegah dilatasi
dengan tiba-tiba dari ruang jantung pada saat melaksanakan tugasnya. Perikardium juga
membatasi posisi anatomi dari jantung, meminimalkan friction (suara gesekan lapisan pleura)
antara jantung dan struktur-struktur yang mengelilinginya, mencegah displacement dari jantung
dan kekakuan dari pembuluh darah besar dan mungkin mencegah penyebaran infeksi dari paruparu dan cavum pleura ke jantung.

BAB 2. KONSEP DASAR PENYAKIT


2.1 Definisi
Perikarditis adalah peradangan lapisan paling luar jantung (membran tipis yang
mengelilingi jantung) (H. Winter Griffith M.D, 1994). Perikarditis adalah peradangan
perikardium parietal, perikardium viseral, atau kedua-duanya (Arif Mansjoer, 2000). Perikarditis
adalah peradangan perikardium parietalis, viseralis dan keduanya. Respons perikardium terhadap
peradangan bervariasi dari akumulasi cairan atau darah (efusi perikard), deposisi fibrin,
proliferasi jaringan fibrosa, pembentukan granuloma (lesi makrofak yang terjadi dari reaksi
peradangan lokal dari suatu jaringan tubuh) atau kalsifikasi (pengapuran). Itulah sebabnya
manifestasi klinis perikarditis sangat bervariasi dari yang tidak khas sampai yang khas
(Sudoyo,2009). Jadi kesimpulannya perikarditis adalah peradangan lapisan paling luar jantung
baik pada parietal maupun viseral.
Perikarditis dibagi tiga yaitu perikarditis akut, dan perikarditis kronis, dan perikarditis
kronis konstriktif. Perikarditis akut adalah peradangan pada perikardium (kantung selaput
jantung) yang dimulai secara tiba-tiba dan sering menyebabkan nyeri. Peradangan tersebut dapat
menyebabkan cairan dan menghasilkan darah (fibrin, sel darah merah dan sel darah putih) yang
akan memenuhi rongga pericardium. Perikarditis kronis (Chronic Pericarditis) adalah suatu
peradangan perikardium (kantung jantung) yang menyebabkan penimbunan cairan atau
penebalan dan biasanya terjadi secara bertahap serta berlangsung lama. Perikarditis kronis
konstriktif adalah suatu penyakit yang terjadi karena ada penebalan pada perikardium akibat

adanya inflamasi yang terjadi sebelumnya sehingga luas ruangan jantung berkurang. Akibatnya
curah jantung menurun dan tekanan pengisian berkurang. Perikarditis akut terjadi kurang dari 6
minggu, sedangkan pada perikarditis subakut dan perikarditis kronis lebih dari enam 6 bulan.
Secara garis besar, perbedaan anatara perikarditis akut, perikarditis kronis dan perikarditis
kronis konstruktif adalah sebagai berikut.
Klasifikasi Perikarditis
Perikarditis Fibrinosa

Klasifikasi Etiologis
Virus pirogenik, tuberculosis,

Perikarditis

akut <6

infeksiosa

mikotik, infeksi lain (sifilis,

minggu
Perikarditis

Konstruktif

Prikarditis non-

parasit).
Infark miokardium akut,

kronis >6

efusi

infeksiosa

uremia (kondisi yang terkait

minggu

dengan penumpukan urea


dalam darah karena ginjal tidak
bekerja secara efektif),
neoplasia: tumor primer dan
tumor metastasis, miksedema
(keadaan lebih lanjut yang
diakibatkan oleh karena kadar
hormon tiroid dalam darah
berkurang), kolesterol,
kiloperikardium, trauma: luka
tembus dinding dada,
aneurisma aorta (Aneurisma
Aorta merupakan dilatasi
dinding aorta yang sifatnya
patologis, terlokalisasi, dan
permanen (irreversible))
dengan kebocoran ke dalam
kantong perikardium pasca
radiasi, cacat sekat atrium,
perikarditis familial: mulberry
aneurysm, idiopatik akut

Perikarditis

Hipersensitivitas

(biduran).
Demam rematik, penyakit

kronik

atau autoimun

vaskular kolagen: SLE,

konstruktif

reumatik arthritis, skleroderma,

>6 minggu

akibat obat: prokalnamid,


hidralazin, pasca cedera
kardiak.
Sumber: Haq (2011)

Perbedaan Perikardium normal dan Infeksi pada Perikardium (Perikarditis) berdasarkan


gambar adalah sebagai berikut.
Sumber: http://obral-askep.blogspot.com/2009/04/pericarditis.html
Pada gambar perikardium normal, lapisan antara parietal dan viseral tampak jelas.
Sedangkan pada perikardium yang terjadi inflamasi, tampak antara lapisan parietal dan viseral
terjadi perlengketan akibat tekanan cairan yang masuk pada lapisan perikardium.

2.2 Etiologi Perikarditis


Etiologi perikarditis akut, kronis dan kronik konstruktif adalah sebagai berikut.
2.2.1 Perikarditis Akut
Perikarditis akut dapat disebabkan oleh infeksi virus maupun infeksi bakteri. Berdasarkan
studi pada anak-anak dari tahun 1960-an, virus patogen yang paling umum adalah Coxsackie,
tetapi data terakhir menunjukkan bahwa pada orang dewasa yang paling sering terpengaruh
adalah virus Sitomegalo, virus Herpes, dan HIV. Adapun bakteri paling umum yang dapat
menyebabkan penyakit perikarditis yaitu bakteri Pneumococcus dan Tuberculosis. Di Afrika dan
India, tuberkulosis masih merupakan penyebab tersering dari semua bentuk perikarditis. Selain
itu penyebab perikarditis akut lain yaitu sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.

Idiopatik (biduran);
trauma;
sindrom paska infark miokard;
uremia (kondisi yang terkait dengan penumpukan urea dalam darah karena ginjal tidak bekerja

e.

secara efektif);
sindrom paska perikardiotomi;

f.

neoplasma (neoplasma adalah massa abnormal dari jaringan yang terjadi ketika sel-sel
membelah lebih dari yang seharusnya atau tidak mati ketika mereka seharusnya)

2.2.2 Perikarditis kronis


Pada umumnya penyebab perikarditis kronis tidak diketahui, tetapi mungkin disebabkan
oleh kanker, tuberkulosis atau penurunan fungsi tiroid. Sebelumnya tuberkulosis adalah
penyebab terbanyak dari perikarditis kronis di Amerika Serikat, tetapi saat ini kasusu tersebut
hanya tinggal 2%. Selain itu penyebab perikarditis kronis yang lain yaitu sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.

operasi jantung sebelumnya;


radiasi dada;
pasca infark yang luas;
sarkoidosis (Sarkoidosis adalah suatu penyakit peradangan yang ditandai dengan terbentuknya

e.
f.

granuloma pada kelenjar getah bening, paru-paru, hati, mata, kulit dan jaringan lainnya);
trauma dada;
infeksi virus akut (Adenovirus dan Coxsackie virus) atau kronis (Tuberculosis).

2.3 Patofisiologi Perikarditis


Patofisiologi perikarditis bermula dari adanya proses peradangan yang diakibatkan oleh
infeksi virus dan infeksi bakteri yang dapat menimbulkan penumpukan cairan efusi dalam
rongga perikardium dan dapat menimbulkan kenaikan tekanan intrakardial. Kenaikan tekanan
tersebut akan mempengaruhi daya kontraksi jantung, sehingga akhirnya dapat menimbulkan
proses fibrotik dan penebalan perikardial, setelah lama kelamaan maka akan terjadi kontriksi
perikardial dengan pembentukan cairan, jika berlangsung secara kronis maka akan menyebabkan
fibrosis (pembentukan jaringan ikat fibrosa yang berlebihan dalam suatu organ atau jaringan
dalam sebuah proses reparatif atau reaktif). Adapun patofisiologis secara garis besar adalah
sebagai berikut.

Virus
Bakteri
Trauma

inflamasi perikardium
penumpukan cairan efusi
peningkatan tekanan intrakardial
daya kerja jantung terganggu
proses febrotik
Penebalan periakardial
kontriksi perikardial
fibrosis paru

2.4

Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis pada perikarditis akut, kronis dan kronik konstruktif adalah sebagai

berikut.
2.4.1 Manifestasi Klinis pada Perikarditis Akut
Trias klasik perikarditis akut adalah nyeri dada, pericardial friction rub dan abnormalitas
EKG yang khas. Dari pemeriksaan fisik juga dapat ditemukan pembesaran jantung, peningkatan
tekanan vena, hepatomegali, edema kaki dan mungkin tanda-tanda tamponade (merupakan suatu
sindroma klinis akibat penumpukan cairan berlebihan di rongga perikard yang menyebabkan
penurunan pengisian ventrikel disertai gangguan hemodinamik (Dharma, 2009 : 67)). Gambaran
EKG perikarditis adalah sebagai berikut.

Sumber: http://ekp2011.blogspot.com/2011/04/asuhan-keperawatan-pericarditis.html
2.4.2 Manifestasi Klinis pada Perikarditis Kronik
Manifestasi klinis perikarditis kronik adalah sesak nafas, batuk (karena tekanan tinggi pada
vena paru-paru mendorong cairan masuk ke dalam kantung-kantung udara), dan kelelahan
(karena kerja jantung menjadi tidak efisien). Biasanya tidak menimbulkan rasa nyeri dan bisa
terjadi edema. Gejala-gejala yang dapat menjadi petunjuk penting bahwa seseorang menderita
perikarditis kronis adalah tekanan darah tinggi, penyakit arteri koroner atau penyakit katup
jantung.
2.4.3

Manifestasi Klinis pada Perikarditis Kronik Konstriktif


Manifestasi klinis perikarditis kronik konstruktif adalah keluhan berupa rasa lelah, lemah,

dispnea saat beraktifitas, orptopnea (napas pendek yang terjadi pada posisi berbaring karena
pengaruh adanya gaya gravitasi) dan keluhan gagal jantung lainnya. Pada pemeriksaan fisik
ditemukan peningkatan tekanan vena jugularis, bunyi jantung melemah, dapat terdengar
perikardial knock, pulsus paradoksus (pengecilan amplitudo denyut nadi yang tajam selama
inspirasi), hepatosplenomegali, ikterus, ascites (penimbunan cairan secara abnormal di rongga
peritoneum) dan edema.

2.5 Prosedur Diagnostik


Produser diagnostik perikarditis akut, kronis, dan kronik konstruktif adalah sebagai berikut.
2.5.1 Perikarditis Akut
Pada perikarditis akut, pemeriksaan EKG ditemukan elevasi segmen ST, depresi segmen
PR dan sinus takikardia, dan setelah beberapa waktu dapat ditemukan inversi gelombang T.
Sebagai komplikasi dapat ditemukan aritmia supraventrikular, termasuk vibrilasi atrium. Foto
thoraks tampak normal bila efusi perikard hanya sedikit, tetapi bila banyak dapat terlihat
bayangan jantung membesar seperti botol air. Adanya inflamasi dapat diketahui dari peningkatan
LED dan leukositosis. Pemeriksaan lain dilakukan atas dasar indikasi bila terdapat kecurigaan

mengenai etiologinya, misalnya test tuberkulin.


2.5.2

Perikarditis Kronis
Untuk memperkuat diagnosis perikarditis kronis dilakukan 2 prosedur. Dua prosedur

tersebut adalah sebagai berikut.


1.

Kateterisasi jantung
Katerisasi jantung digunakan untuk mengukur tekanan darah di dalam bilik jantung dan
pembuluh darah utama.

2.

MRI scan atau CT scan


CT scan digunakan untuk mengukur ketebalan perikardium. Dalam keadaan normal, tebal
perikardium kurang dari 0,3 cm, tetapi pada perikarditis konstriktif kronis tebalnya mencapai 0,6
cm atau lebih.

2.5.3

Perikarditis Kronik Konstriktif


Pada perikarditis konstruktif, pemeriksaan EKG memperlihatkan penurunan voltase pada

lead di ekstremitas. Foto thoraks menunjukkan klasifikasi perikardium, kadang dapat terlihat
kardiomegali. Dengan Ekokardigrafi dapat dideteksi penebalan yang terjadi namun sulit. Untuk
memastikan diagnosis dapat dilakukan kateterisasi jantung kiri dan kanan.
2.6 Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis perikarditis akut, kronis, dan kronik konstruktif adalah sebagai berikut.
2.6.1 Penatalaksanan Medis Perikarditis Akut
Terapi pada perikarditis akut bergantung dari penyebabnya. Misalnya diberikan salisilat
atau obat anti-inflamasi non-steroid lain bila penyebabnya virus atau idiopatik. Bila gejala tidak
membaik, dapat diberikan kortikosteroid. Sebagian besar kasus sembuh sendiri dalam beberapa
minggu. Sebagian kambuh kembali dan hanya sedikit yang menjadi kronik serta jarang yang
menjadi perikarditis kronik konstriktif bila berasal dari virus atau idiopatik.
2.6.2 Penatalaksanan Medis Perikarditis Kronis
Pemberian obat diuretik (obat yang membuang kelebihan cairan) bisa memperbaiki gejala,
tetapi penyembuhan hanya mungkin terjadi jika dilakukan pembedahan perikardiektomi untuk
mengangkat perikardium.
2.6.3 Penatalaksanan Medis Perikarditis Kronis Konstriktif

Perikardioektomi adalah satu-satunya pengobatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi


perikarditis kronik konstruktif. Perikardiektomi dilakukan untuk memperbaiki hemodinamik
yang abnormal dan terbukti menghasilkan perbaikan klinis. Operasi perikardioektomi dapat
dilakukan melalui 2 insisi yaitu sebagai berikut.
1.

Sternotomi mediana yaitu insisi sternotomi memberikan paparan yang lebih baik untuk
membebaskan ventrikel kanan dan merupakan pilihan bila akan dilakukan cardiopulmonary

2.

bypass.
Torakotomi (torakotomi anterolateral kiri atau torakotomi anterior bilateral) yaitu memberikan
paparan yang lebih baik untuk membebaskan ventrikel kiri dan diafragma.

BAB 3. ASUHAN KEPERAWATAN


FORMAT LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN
BERDASARKAN FORMAT GORDON

ASUHAN KEPERAWATAN PADA

DENGAN DIAGNOSA MEDIS

DI

TANGGAL
I.
1.

PENGKAJIAN

Identitas

a.
Identitas
Nama
Umur
Agama
Jenis Kelamin
Status
Pendidikan

:
:
:
:
:
:

Pekerjaan
Suku Bangsa
Alamat
Tanggal Masuk
Tanggal Pengkajian
No. Register
Diagnosa Medis

:
:
:
:
:
:
:

b.
Identitas Penanggung Jawab
Nama
:
Umur
:
Hub. Dengan Pasien
:
Pekerjaan
:
Alamat
:
2.
Status Kesehatan
a. Status Kesehatan Saat Ini
1)
Keluhan Utama (Saat MRS dan saat ini)
2)

Alasan masuk rumah sakit dan perjalanan penyakit saat ini

3)
b.
1)

3.
a.

Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya


Satus Kesehatan Masa Lalu
Penyakit yang pernah dialami

2)

Pernah dirawat

3)

Alergi

4)

Kebiasaan (merokok/kopi/alkohol dll)

c.

Riwayat Penyakit Keluarga

d.

Diagnosa Medis dan therapy

Pola Kebutuhan Dasar ( Data Bio-psiko-sosio-kultural-spiritual)

Pola Persepsi dan Manajemen Kesehatan


b.
Pola Nutrisi-Metabolik
Sebelum sakit
:
Saat sakit
:

c. Pola Eliminasi
1) BAB
Sebelum sakit :
Saat sakit
2) BAK

:
Sebelum sakit

Saat sakit

d. Pola aktivitas dan latihan


1) Aktivitas
Kemampuan

Perawatan Diri
Makan dan
minum
Mandi
Toileting
Berpakaian
Berpindah
0: mandiri, 1: Alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat, 4: tergantung total
2) Latihan
Sebelum sakit :
Saat sakit

h.

e.

Pola kognitif dan Persepsi

f.

Pola Persepsi-Konsep diri

g.

Pola Tidur dan Istirahat


Sebelum sakit
:

Saat sakit
Pola Peran-Hubungan
i.

Pola Seksual-Reproduksi
Sebelum sakit
:

Saat sakit

j.
k.
4.

Pola Toleransi Stress-Koping


Pola Nilai-Kepercayaan

Pengkajian Fisik

a.

Keadaan umum : .

(Tingkat kesadaran : komposmetis / apatis / somnolen / sopor/koma)


GCS
b.

: verbal:.Psikomotor:.Mata :..
Tanda-tanda Vital : Nadi =

=
c.

Keadaan fisik

a.
Kepala dan leher
b.
Dada
Paru

:
:

Jantung
c.

Payudara dan ketiak

d.
abdomen:
e.
Genetalia
f.
Integumen :
g.
Ekstremitas
Atas
Bawah

:
:

h.

Neurologis
:

Status mental dan emosi :


Pengkajian saraf kranial :

Pemeriksaan refleks :
b.

Pemeriksaan Penunjang

1.

Data laboratorium yang berhubungan


2.

Pemeriksaan radiologi

, Suhu =. , TD =, RR

3.

Hasil konsultasi

4.

Pemeriksaan penunjang diagnostic lain

Diagnosa yang dapat diangkat pada penyakit perikarditis adalah sebagai berikut:
1. pola nafas tidak efektif berhubungan dengan sesak nafas;
2. nyeri kronis berhubungan dengan iskemia miokard;
3. intoleransi aktifitas berhubungan dengan sesak nafas;
4. ketakutan berhubungan dengan stimulus pobia (perikarditis);
5. ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan nafsu
makan;
6. kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi.
ANALISA DATA

3.3 Rencana Keperawatan


No
1

Diagnosa
Dx 1

Tujuan dan

Intervensi

Kriteria Hasil
1. Pasien menunjukkan pola1.

Rasional

Posisikan pasien semi1. Untuk membuka jalan napas pasien sehingga

nafas efektif. Dibuktikan fowler.


untuk bernapas.
2. Pantau adanya pucat dan2. Untuk mengetahui adanya tingkat keparahan se
dengan status pernafasan
3. Membantu menentukan dera jat dekompensasi
sianosis.
yang tidak berbahaya.
3. Pantau kecepatan, irama, pulmonal.
2.
Menunjukkan
status
4. Untuk mengetahui respon individu terhadap pe
kedalaman dan usaha
pernafasan: ventilasi tidak
napas yang dirasakan.
respirasi.
terganggu ditandai dengan
5. Untuk meringankan tingkat kecemasan pada kl
4.
Pantau
peningkatan
6. Agar pasien dan keluarga dapat melakukan
indikator
kedalaman
kegelisahan, ansietas, dan
secara mandiri dengan baik
inspirasi dan kemudahan
tersengal-sengal.
7. Agar pasien mendapat pelayanan perawatan yan
bernafas,
tidak
ada5. Informasikan pada klien
yaitu untuk memastikan keadaan fungsi ventilat
penggunaan otot bantu dan
keluarga
tentang
pernafasan, bunyi

nafas teknik relaksasi.


6.
Diskusikan menganai
tambahan tidak ada, dan
perawatan
dirumah,
nafas pendek tidak ada.
meliputi
pengobatan,
peralatan
tanda

pendukung,
dan

komplikasi.
7.
Rujuk

gejala
pada

ahli

pernafasan
2.

Dx 2

Pasien

mampu1.

Jelaskan

pada

pasien1. Penjelasan pada pasien mengenai penyebab

menunjukkan

tingkat penyebab nyeri.


2.
Lakukan
teknik non
nyeri, yang dibuktikan
farmakologi (relaksasi). 2.
dengan indicator pasien
3.
Bantu pasien dalam
tidak
mengekspresikan
mengidentifikasi tingkat3.
rasa nyeri secara verbal
nyeri yang beralasan dan
maupun non verbal pada
dapat diterima.
wajah, tidak ada posisi4. Tingkatkan istirahat atau4.
tubuh melindungi, tidak tidur yang adekuat untuk
ada

kegelisahan

dan mengurangi nyeri.

ketegangan otot, tidak ada


kehilangan nafsu makan,
dan frekuensi nyeri dan
lamanya

episode

nyeri

dilaporkan menengah atau


ringan.

digunakan sebagai pendidikan kesehatan sehi

mampu mengatasi nyeri secara mandiri.


Pemberian teknik non farmakologi dapat men

nyeri, baik dari segi fisik maupun emosional pa


Mengetahui skala nyeri yang dirasakan oleh

agar dapat menentukan terapi apa yang aka

kepada pasien
Untuk mengurangi rasa nyeri yang dirasakan ol

3.4 EVALUASI KEPERAWATAN


1.

Adapun evaluasi keperawatan adalah sebagai berikut:


pola nafas pasien efektif, dengan pasien menunjukkan pasien mudah berbafas, tidak

2.

menggunakan otot bantu, dan tidak ada nafas tambahan;


nyeri kronis pasien teratasi, dengan pasien menunjukkan pasien tidak mengekspresikan rasa
nyeri secara verbal maupun non verbal pada wajah, tidak ada posisi tubuh melindungi, tidak ada
kegelisahan dan ketegangan otot, tidak ada kehilangan nafsu makan, dan frekuensi nyeri dan

3.
4.
5.

lamanya episode nyeri dilaporkan menengah atau ringan;


intoleransi aktivitas teratasi dengan pasien menunjukkan adanya toleransi aktifitas sehari-hari;
ketakutan pasien teratasi, dengan pasien memperlihatkan pengendalian ketakutan;
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh teratasi, dengan pasien menunjukkan

6.

status gizi baik.;


kurangnya pengetahuan pasien teratasi, dengan pasien menunjukkan pengetahuannya tentang
penyakit perikarditis.
3.5 Discharge planing
Setelah diberikan perawatan, pasien dapat direncanakan untuk pemulangan apabila:

1. nyeri hilang/terkontrol;
2. mencapai tingkat aktivitas yang memuaskan untuk memnuhi kebutuhan perawatan mandiri;
3. infeksi teratasi/terkontrol;
4. stabilitas hemodinamik dipertahankan;
5. perubahan gaya hidup dilakukan untuk mencegah kekambuhan.

BAB 4. PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Perikarditis adalah peradangan lapisan paling luar jantung baik pada parietal maupun
viseral. Perikarditis dibagi tiga yaitu perikarditis akut, dan perikarditis kronis, dan perikarditis
kronis konstriktif. Penyebab dari ketiga jenis perikarditis tersebut berbeda-beda. Penyebab dari
perikarditis akut yaitu Virus pirogenik, tuberculosis, mikotik, infeksi lain (sifilis, parasit).
Sedangkan penyebab perikarditis kronis yaitu operasi jantung sebelumnya, radiasi dada, pasca
infark yang luas, sarkoidosis, trauma dada, infeksi virus akut (Adenovirus dan Coxsackie virus)
atau kronis (Tuberculosis). Kemudian penyebab dari perikarditis kronis konstriktif yaitu Demam
rematik, penyakit vaskular kolagen: SLE, reumatik

Anda mungkin juga menyukai