oleh
kelompok 4
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Epidemiologi
Epidemiologi pada kejadian perikarditis sering terjadi tanpa adanya gejala klinis. Lorell
mencatat diagnosis perikarditis akut terjadi sekitar 1 per 1000 pasien yang masuk rumah sakit,
terdiri dari 1% dari kunjungan ruang gawat darurat pada pasien dengan segmen S-T elavasi.
Bahkan kejadian perikardial akut tamponade sekitar 2%, namun kondisi ini jarang terjadi pada
trauma dada tumpul.
Banyak penyakit di masa lalu yang didominasi menular, dalam beberapa tahun terakhir
spektrum klinis perikarditis konstriktif telah berubah. Di Amerika Serikat sekitar 9% dari pasien
dengan perikarditis akut terus berkembang secara konstriktif. Frekuensi itu bergantung pada
penyebab kejadian secara spesifik dari perikarditis, tapi perikarditis akut hanya secara klinis
didiagnosis pada 1 dari 1.000 pasien yang masuk rumah sakit. Sedangkan frekuensi diagnosis
perikarditis konstriktif kurang dari 1 dalam 10.000 pasien yang masuk rumah sakit (Sidney,
2010).
1.2 Anatomi Fisiologi terkait Kasus
Perikardium merupakan lapisan jantung sebelah luar yang merupakan selaput
pembungkkus yang terdiri dari dua lapisan yaitu lapisan parietal dan viseral yang bertemu di
pangkal jantung membentuk kantung jantung. Diantara dua lapisan jantung ini terdapat lendir
sebagai pelicin untuk menjaga agar pergesekan antara perikardium pleura tidak menimbulkan
gangguan terhadap jantung.
Perikardium viseral merupakan membran serosa bersama-sama dengan perikardium
parietalis membentuk cavum perikardium yang berisikan ultrafiltrate of plasma dalam jumlah
yang kecil yaitu sekitar 15-50 ml. Dalam keadaan yang normal perikardium mencegah dilatasi
dengan tiba-tiba dari ruang jantung pada saat melaksanakan tugasnya. Perikardium juga
membatasi posisi anatomi dari jantung, meminimalkan friction (suara gesekan lapisan pleura)
antara jantung dan struktur-struktur yang mengelilinginya, mencegah displacement dari jantung
dan kekakuan dari pembuluh darah besar dan mungkin mencegah penyebaran infeksi dari paruparu dan cavum pleura ke jantung.
adanya inflamasi yang terjadi sebelumnya sehingga luas ruangan jantung berkurang. Akibatnya
curah jantung menurun dan tekanan pengisian berkurang. Perikarditis akut terjadi kurang dari 6
minggu, sedangkan pada perikarditis subakut dan perikarditis kronis lebih dari enam 6 bulan.
Secara garis besar, perbedaan anatara perikarditis akut, perikarditis kronis dan perikarditis
kronis konstruktif adalah sebagai berikut.
Klasifikasi Perikarditis
Perikarditis Fibrinosa
Klasifikasi Etiologis
Virus pirogenik, tuberculosis,
Perikarditis
akut <6
infeksiosa
minggu
Perikarditis
Konstruktif
Prikarditis non-
parasit).
Infark miokardium akut,
kronis >6
efusi
infeksiosa
minggu
Perikarditis
Hipersensitivitas
(biduran).
Demam rematik, penyakit
kronik
atau autoimun
konstruktif
>6 minggu
Idiopatik (biduran);
trauma;
sindrom paska infark miokard;
uremia (kondisi yang terkait dengan penumpukan urea dalam darah karena ginjal tidak bekerja
e.
secara efektif);
sindrom paska perikardiotomi;
f.
neoplasma (neoplasma adalah massa abnormal dari jaringan yang terjadi ketika sel-sel
membelah lebih dari yang seharusnya atau tidak mati ketika mereka seharusnya)
e.
f.
granuloma pada kelenjar getah bening, paru-paru, hati, mata, kulit dan jaringan lainnya);
trauma dada;
infeksi virus akut (Adenovirus dan Coxsackie virus) atau kronis (Tuberculosis).
Virus
Bakteri
Trauma
inflamasi perikardium
penumpukan cairan efusi
peningkatan tekanan intrakardial
daya kerja jantung terganggu
proses febrotik
Penebalan periakardial
kontriksi perikardial
fibrosis paru
2.4
Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis pada perikarditis akut, kronis dan kronik konstruktif adalah sebagai
berikut.
2.4.1 Manifestasi Klinis pada Perikarditis Akut
Trias klasik perikarditis akut adalah nyeri dada, pericardial friction rub dan abnormalitas
EKG yang khas. Dari pemeriksaan fisik juga dapat ditemukan pembesaran jantung, peningkatan
tekanan vena, hepatomegali, edema kaki dan mungkin tanda-tanda tamponade (merupakan suatu
sindroma klinis akibat penumpukan cairan berlebihan di rongga perikard yang menyebabkan
penurunan pengisian ventrikel disertai gangguan hemodinamik (Dharma, 2009 : 67)). Gambaran
EKG perikarditis adalah sebagai berikut.
Sumber: http://ekp2011.blogspot.com/2011/04/asuhan-keperawatan-pericarditis.html
2.4.2 Manifestasi Klinis pada Perikarditis Kronik
Manifestasi klinis perikarditis kronik adalah sesak nafas, batuk (karena tekanan tinggi pada
vena paru-paru mendorong cairan masuk ke dalam kantung-kantung udara), dan kelelahan
(karena kerja jantung menjadi tidak efisien). Biasanya tidak menimbulkan rasa nyeri dan bisa
terjadi edema. Gejala-gejala yang dapat menjadi petunjuk penting bahwa seseorang menderita
perikarditis kronis adalah tekanan darah tinggi, penyakit arteri koroner atau penyakit katup
jantung.
2.4.3
dispnea saat beraktifitas, orptopnea (napas pendek yang terjadi pada posisi berbaring karena
pengaruh adanya gaya gravitasi) dan keluhan gagal jantung lainnya. Pada pemeriksaan fisik
ditemukan peningkatan tekanan vena jugularis, bunyi jantung melemah, dapat terdengar
perikardial knock, pulsus paradoksus (pengecilan amplitudo denyut nadi yang tajam selama
inspirasi), hepatosplenomegali, ikterus, ascites (penimbunan cairan secara abnormal di rongga
peritoneum) dan edema.
Perikarditis Kronis
Untuk memperkuat diagnosis perikarditis kronis dilakukan 2 prosedur. Dua prosedur
Kateterisasi jantung
Katerisasi jantung digunakan untuk mengukur tekanan darah di dalam bilik jantung dan
pembuluh darah utama.
2.
2.5.3
lead di ekstremitas. Foto thoraks menunjukkan klasifikasi perikardium, kadang dapat terlihat
kardiomegali. Dengan Ekokardigrafi dapat dideteksi penebalan yang terjadi namun sulit. Untuk
memastikan diagnosis dapat dilakukan kateterisasi jantung kiri dan kanan.
2.6 Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis perikarditis akut, kronis, dan kronik konstruktif adalah sebagai berikut.
2.6.1 Penatalaksanan Medis Perikarditis Akut
Terapi pada perikarditis akut bergantung dari penyebabnya. Misalnya diberikan salisilat
atau obat anti-inflamasi non-steroid lain bila penyebabnya virus atau idiopatik. Bila gejala tidak
membaik, dapat diberikan kortikosteroid. Sebagian besar kasus sembuh sendiri dalam beberapa
minggu. Sebagian kambuh kembali dan hanya sedikit yang menjadi kronik serta jarang yang
menjadi perikarditis kronik konstriktif bila berasal dari virus atau idiopatik.
2.6.2 Penatalaksanan Medis Perikarditis Kronis
Pemberian obat diuretik (obat yang membuang kelebihan cairan) bisa memperbaiki gejala,
tetapi penyembuhan hanya mungkin terjadi jika dilakukan pembedahan perikardiektomi untuk
mengangkat perikardium.
2.6.3 Penatalaksanan Medis Perikarditis Kronis Konstriktif
Sternotomi mediana yaitu insisi sternotomi memberikan paparan yang lebih baik untuk
membebaskan ventrikel kanan dan merupakan pilihan bila akan dilakukan cardiopulmonary
2.
bypass.
Torakotomi (torakotomi anterolateral kiri atau torakotomi anterior bilateral) yaitu memberikan
paparan yang lebih baik untuk membebaskan ventrikel kiri dan diafragma.
DI
TANGGAL
I.
1.
PENGKAJIAN
Identitas
a.
Identitas
Nama
Umur
Agama
Jenis Kelamin
Status
Pendidikan
:
:
:
:
:
:
Pekerjaan
Suku Bangsa
Alamat
Tanggal Masuk
Tanggal Pengkajian
No. Register
Diagnosa Medis
:
:
:
:
:
:
:
b.
Identitas Penanggung Jawab
Nama
:
Umur
:
Hub. Dengan Pasien
:
Pekerjaan
:
Alamat
:
2.
Status Kesehatan
a. Status Kesehatan Saat Ini
1)
Keluhan Utama (Saat MRS dan saat ini)
2)
3)
b.
1)
3.
a.
2)
Pernah dirawat
3)
Alergi
4)
c.
d.
c. Pola Eliminasi
1) BAB
Sebelum sakit :
Saat sakit
2) BAK
:
Sebelum sakit
Saat sakit
Perawatan Diri
Makan dan
minum
Mandi
Toileting
Berpakaian
Berpindah
0: mandiri, 1: Alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat, 4: tergantung total
2) Latihan
Sebelum sakit :
Saat sakit
h.
e.
f.
g.
Saat sakit
Pola Peran-Hubungan
i.
Pola Seksual-Reproduksi
Sebelum sakit
:
Saat sakit
j.
k.
4.
Pengkajian Fisik
a.
Keadaan umum : .
: verbal:.Psikomotor:.Mata :..
Tanda-tanda Vital : Nadi =
=
c.
Keadaan fisik
a.
Kepala dan leher
b.
Dada
Paru
:
:
Jantung
c.
d.
abdomen:
e.
Genetalia
f.
Integumen :
g.
Ekstremitas
Atas
Bawah
:
:
h.
Neurologis
:
Pemeriksaan refleks :
b.
Pemeriksaan Penunjang
1.
Pemeriksaan radiologi
, Suhu =. , TD =, RR
3.
Hasil konsultasi
4.
Diagnosa yang dapat diangkat pada penyakit perikarditis adalah sebagai berikut:
1. pola nafas tidak efektif berhubungan dengan sesak nafas;
2. nyeri kronis berhubungan dengan iskemia miokard;
3. intoleransi aktifitas berhubungan dengan sesak nafas;
4. ketakutan berhubungan dengan stimulus pobia (perikarditis);
5. ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan nafsu
makan;
6. kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi.
ANALISA DATA
Diagnosa
Dx 1
Tujuan dan
Intervensi
Kriteria Hasil
1. Pasien menunjukkan pola1.
Rasional
pendukung,
dan
komplikasi.
7.
Rujuk
gejala
pada
ahli
pernafasan
2.
Dx 2
Pasien
mampu1.
Jelaskan
pada
menunjukkan
kegelisahan
episode
nyeri
kepada pasien
Untuk mengurangi rasa nyeri yang dirasakan ol
2.
3.
4.
5.
6.
1. nyeri hilang/terkontrol;
2. mencapai tingkat aktivitas yang memuaskan untuk memnuhi kebutuhan perawatan mandiri;
3. infeksi teratasi/terkontrol;
4. stabilitas hemodinamik dipertahankan;
5. perubahan gaya hidup dilakukan untuk mencegah kekambuhan.
BAB 4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Perikarditis adalah peradangan lapisan paling luar jantung baik pada parietal maupun
viseral. Perikarditis dibagi tiga yaitu perikarditis akut, dan perikarditis kronis, dan perikarditis
kronis konstriktif. Penyebab dari ketiga jenis perikarditis tersebut berbeda-beda. Penyebab dari
perikarditis akut yaitu Virus pirogenik, tuberculosis, mikotik, infeksi lain (sifilis, parasit).
Sedangkan penyebab perikarditis kronis yaitu operasi jantung sebelumnya, radiasi dada, pasca
infark yang luas, sarkoidosis, trauma dada, infeksi virus akut (Adenovirus dan Coxsackie virus)
atau kronis (Tuberculosis). Kemudian penyebab dari perikarditis kronis konstriktif yaitu Demam
rematik, penyakit vaskular kolagen: SLE, reumatik