Anda di halaman 1dari 5

KONDISI PENERIMAAN NEGARA DARI SEKTOR MIGAS

TAHUN 2010
1. TARGET APBN
2. REALISASI
3. SELISIH

: US$ 26,06 M USD


: US$ 26,49 M USD
: US$ 0,57 M USD (SURPLUS )

TAHUN 2011
1. TARGET APBN
2. REALISASI
3. SELISIH

: US$ 32,40 MILIAR


: US$ 35,79 MILIAR
: US$ 3,39 MILIAR (SURPLUS)

TAHUN 2012
1. TARGET APBN
: US$ 33,485 MILIAR
2. TARGET BP MIGAS: US$ 34,96 M USD
3. REALISASI
: US$ 34,62 MILIAR
4. SELISIH
: US$ 1,135 M USD
TAHUN 2013
1. APBN
2. REALISASI
3. SELISIH

: 31,75 M USD
:
:

Source
:
http://www.ipotnews.com/index.php?
jdl=Naik_103%__Pendapatan_Negara_Dari_Sektor_Migas_Lampaui_Target_APBN&level2=&level3=&level4=&
id=1759742&urlImage=

LATAR BELAKANG

Industri hulu migas mempunyai kekhususan baik dai sisi proses bisnis, pengelolaan, dan juga aspek perpajakan.
Kontrak Kerja Sama dalam bentuk Production Sharing Contract (PSC) merupakan kontrak bagi hasil antara
Pemerintah dengan Kontraktor (KKKS) yang didisain sedemikian rupa untuk memberikan keuntungan sebesarbesarnya bagi kemakmuran rakyat Indonesia, sehingga mekanisme pembagian hasil, mekanisme pengawasan
biaya, dan mekanisme managerial adalah sangat unik dan seringkali berbeda dengan industri yang lainnya.
Dari sisi perpajakan, konsep-konsep perpajakan yang umum kadang sering tidak bisa diaplikasikan pada PSC
karena kekhususan tadi. Apalagi sejak dahulu otoritas pajak tidak begitu dilibatkan dalam pengelolaan hulu migas
sehingga banyak hal mengenai perpapajakan yang belum diatur.
Dengan berlakunya Peratruan Pemerintah No. 79 Tahun 2010 maka regulasi perpajakan di bidang migas sudah
cukup komprehensif. Namun membaca PP No. 79 Tahun 2010 tersebut tidak mudah, memerlukan pemahaman tidak
hanya perpajakan tetapi juga kontrak PSC karena peraturan pemerintah tersebut merupakan penggabungan antara
Undang-Undang Perpajakan dengan kontrak PSC.
Untuk itu diperlukan pembahasan yang komprehensif atas PP 79 Tahun 2010 beserta peraturan pelaksanaannya
terkait konsep pemajakan serta penerapannya di lapangan baik atas penghasilan yang bersumber dari kegiatan
eksplorasi dan eksploitasi (lifting income) maupun dari penghasilan lain-lain (non-lifting income).
Di sisi lain, investor di bidang hulu migas kebanyakan merupakan perusahaan multinasional sehingga cross border
transaction menjadi hal yang tak terhindarkan. Diperlukan pemahaman mengenai prinsip-prinsip pemajakan
internasional atas suatu transaksi serta pengetahuan akan transfer pricing terkait dengan penerapan prinsip
kewajaran (arm's length principle) pada transaksi KKKS dengan afiliasinya.
Aspek penting lainnya yang perlu dipahamai adalah kepatuhan formal terhadap ketentuan perpajakan seperti
kewajiban pembukuan, penyampaian SPT Tahunan dan Masa, serta pembayaran pajak untuk menghindari adanya
pengenaan sanksi. Mekanisme law enforcement DJP juga harus dipahami karena DJP terlibat dalam pelaksanaan
audit dalam rangka menentukan besaran bagi hasil antara Pemerintah dan Kontraktor terhadap K3S yang sudah
berproduksi serta dalam rangka penetapan besaran biaya eksplorasi bagi KKKS yang masih dalam tahap eksplorasi.
TUJUAN
1.
Memberikan pemahaman yang komprehensif mengenai perlakukan perpajakan atas penghasilan yang
berasal dari kontrak bagi hasil migas (lifting income) sesuai ketentuan Undang-undang perpajakan beserta
peraturan pelaksanaanya beserta aplikasinya di lapangan.
2.

Memberikan pemahaman yang komprehensif mengenai perlakukan perpajakan atas penghasilan yang
berasal selain dari kontrak bagi hasil migas (non-lifting income) sesuai ketentuan Undang-undang perpajakan
beserta peraturan pelaksanaanya beserta aplikasinya di lapangan.

3.

Memberikan pemahaman mengenai aspek perpajakan internasional jenis-jenis penghasilan baik yang
diterima oleh KKKS maupun diterima oleh pihak ketiga dalam kaitannya K3S sebagai pemotong pajak.

4.
5.
6.

Memberikan pemahaman umum mengenai pengenaan PBB di sektor hulu migas.


Memberikan pemahaman mengenai kepatuhan formal dari UU Perpajakan serta mekanismes law
enforcement yang dilaksanakan oleh DJP.

Memberikan pemahaman mengenai mekanisme keberatan dan banding apabila terjadi sengketa
perpajakan antara K3S dengan DJP.
POKOK BAHASAN

Pembahasan atas masalah perpajakan di bidang hulu migas dikelompokkan dalam tiga kelompok besar yaitu aspek
perpajakan berdasarkan ketentuan perundang-undangan perpajakan yang berlaku di Indonesia (domestic rule),
aspek perpajakan internasional (cross border transaction), dan masalah kepatuhan dan penegakan hukum
(compliance and assesment / law enforcement)
PESERTA
Peserta yang perlu mengikuti workshop ini adalah :
1. Tax Manager,
2. Accounting Manager,
3. Legal Manager,
4. para eksekutif perusahaan-perusahaan dan pengambil keputusan,
5. praktisi perpajakan,
6. akademisi,
7. konsultan, dsb

WORKSHOP AGENDA
Hari Ke-1 Taxation on Oil and Gas
SESI I : 1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.

Memberikan pemahamam tentang pemajakan atas lifting income


sekilas tentang PSC dan proses bisnisnya
Cost recovery dan prinsip-prinsip biaya yang dapat dikembalikan
Standar biaya dan pembatasan biaya, termasuk pembatasan alokasi biaya kantor pusat
(PMK 256) dan batasan remunerasi ekspatriat (PMK 258)
Negative list biaya yang dapat dikembalikan
pengakuan penghasilan (revenue recognition)
Perhitungan FTP dan unrecovered cost dalam perhitungan pajak terutang
Dampak tax treaty, perubahan bentuk usaha, atau sebab lainnya terhadap penerimaan negara
Pemajakan atas sharing facilities
PBB Migas sebagai komponen biaya
Inventory accounting dan permasalahan lainnya terkait penghasilan dari lifting

SESI II : 1. Memberikan pemahaam pemajakan atas non-lifting income (PMK 257)


2. Pengalihan interest (subyek, obyek, tatacara penghitungan, tarif, pelaporan, penghitungan branch
profit tax)
3. Perbedaan pemajakan pengalihan interest sebelum PP 79 dan setelah PP 79
4. Pemajakan atas uplift (subyek, obyek, dan tarif)
5. Perbedaan pemajakan uplift sebelum dan sesudah PP 79
6. penghasilan lainnya
7. Case study
HARI Ke-2 International Aspect and others
SESI I

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Pajak internasional dan aplikasinya


Aspek pemajakan atas business income ( BUT /Permanent Establishment)
Branch Profit Tax menurut ketentuan P3B
Aspek pemajakan atas passive income (bunga, dividen, royalty)
Aspek pemajakan atas capital gain (pengalihan interest) dan other income lainnya
Prinsip Beneficial Owner terkait pemotongan atas pembayaran kepada pihak ketiga

7. Surat Keterangan Domisili (Cetificate of Domicile)


8. Penyelesaian sengketa melalui Mutual Agreement Procedure (MAP
SESI II : 1.
2.
3.
4.
5.
6.

Perhitungan PBB untuk kontrak yang assume and discharge


Mekanisme PBB untuk kontrak yang ditandatangani setelah PP 79/2010
Dasar penilaian untuk WKP onshore
Dasar penilaian untuk WKP offshore
Mekanisme pembayaran PBB
Mekanisme keberatan / banding PBB

HARI Ke-3 Compliance and Assesment


SESI I
1. Kepatuhan (compliance) terhadap UU Perpajakan
2. Ketentuan mengenai Pembukuan (perbedaan FQR vs Acct report, pembukuan dolar, dsb)
3. SPT Tahunan khusus migas (formulir, tatacara pengisian, koversi FQR ke SPT, kelengkapan
lampiran SPT,) sesuai Perdirjen No PER-28 dan PER-34
4. Surat Keterangan Pembayaran PPh (Perdirjen No PER-28)
5. Pelaporan angsuran PPh setiap bulan (PPh Pasal 25) sesuai PMK 79
6. Pemotongan dan pemungutan PPh dan pelaporannya
7. Pemungutan PPN dan kewajiban pelaporannya
8. Case study
SESI II : 1. Penerbitan SKP berdasarkan hasil audit
- Prosedur dan tatacara pemeriksaan oleh DJP,
- Nota kesepahaman dalam audit simultan DJP, BPKP, dan BPMIGAS
- Hak dan kewajiban K3S dalam pemeriksaan pajak
- Suspend acccount
- Mekanismes penerbitan SKP
- Pemeriksaan untuk masa eksplorasi dan kaitannya dengan daluwarsa penetapan
2. Penerbitan SKP berdasarkan verifikasi
- Hal-hal apa saja yang dapat diterbitkan SKP secara jabatan
- Bagaimana prosedur penetapan SKP hasil verifikasi
- Hak dan kewajiban K3S dalam verifikasi
Hari ke-4 Dispute settlement and current issues
1. Keberatan
- Apa saja yang dapat diajukan keberatan
- Jangka waktu pengajuan keberatan dan persyaratan-persyaratan untuk keberatan
- Mekanisme penyelesaian keberatan (permintaan dokumen, Surat Panggilan Untuk Hadir, dsb)
2. Banding dan Gugatan
- Apa saja yang dapat diajukan banding dan gugatan
- Jangka waktu pengajuan banding dan persyaratan untuk mengajukan banding
- Mekanisme penyelesaian banding termasuk kewenangan Pengadilan Pajak dalam memutus
sengketa yang dapat bersifat contractual dispute.
3. Peninjauan Kembali ke Mahkamah Agung
- Apa saja yang dapat diajukan peninjauan kembali
- Jangka waktu peninjauan kembali dan persyaratannya
Cureent Issue : Diskusi Panel dengan pembicara dari DJP, SKK Migas, Badan Kebijakan Fiskal, Direktorat
Fasilitas Kepabeanan Bea Cukai dan IPA membahas mengenai outstanding issues dan altenatif
solusinya

Anda mungkin juga menyukai