11.1. Pendahuluan
ecara umum laboratoriurm adalah tempat melakukan berbagai percobaan atau penelitian.
Dalam melakukan percobaan di Laboratorium digunakan peralatan dan bahan kimia yang
sifatnya belum kita pahami atau belum dikenal sama sekali. Bahan-bahan kimia tersebut dapat
menimbulkan keracunan, kebakaran, ledakan atau bahaya-bahaya lain yang mungkin juga
belum
kita
pahami.
Dalam
bekerja
di
laboratorium
tentu saja kita mempunyai target atau tujuan, namun hendaknya untuk mencapai target tersebut
dengan negara di dunia bahkan dengan Negara Asean saja kita sangat jauh tertinggal. Berdasarkan
survey PBR tahun 2000 terhadap mutu Perguruan Tinggi dunia, maka dari seratus urutan Perguruan
Tinggi Asia, tidak satupun tercantum Perguruan Tinggi dari Indonesia. Mungkin di berbagai Perguruan
Tinggi banyak Laboratorium yang tidak pernah terjadi kecelakaan, tetapi mungkin juga tidak terjadi
kecelakaan karena laboratorium tersebut arang atau tidak pernah digunakan. Hal yang diinginkan
adalah dinamika laboratorium tinggi namun tidak terjadi kecelakaan (zero accident). Maka untuk
mencapai hal tersebut sekali lagi implementasi manajemen laboratorium yang baik adalah kata
kuncinya.
Sebenarnya ada cara-cara tertentu melakukan kerja di laboratorium yang dapat mengrangi
terjadinya
kecelakaan atau meminimalisir tingkat kecelakaan. Perencanaan yang matang dan pengertian
yang sempurna terhadap apa yang akan dilakukan akan mencegah terjadinya kecelakaan di
laboratorium. Pertanyaan sehat yang perlu dipikirkan sebelum melkukan kerja adalah : "Apa yang
akan terjadi bahaya, oleh bahan kimia atau yang digunakan"?.
Kecelakaan di laboraratorium dapat terjadi karena tiga faktor utama yaitu manusianya, bahan
kimiannya dan peralatannya. Untuk itu diuraikan beberapa hal yang perlu diketahui bagi setiap
orang yang kekeria di laboratorium, baik mencegah timbulnya kecelakaan maupun tindakan yang
dibutuhkan dalam meanggulangi kecelakaan yang terjadi.
104
2.
3.
4.
Setiap orang yang berada di laboratorium tidak diperkenankan berkelakar dan main dorongdorongan
Harus mengetahui akibat yang dapat terjadi oleh penggunaan bahan kimia dan jika
senyawanya diketahui hendaklah curiga terhadap kemungkinan yang tidak diinginkan.
Tidak dibenarkan membawa bahan kimia dan alat-alat laboratorium tanpa seijin kepala
laboratorium. Dalam keadaan tertentu gunakan kaca mata, lemari asam, masker, sarung tangan
dan jangan sesuatu yang tidak diperlukan,
7. jika akan bekerja di laboratorium janganlah sendirian, tetapi bekerjalah minimal dua orang, dimana
aseorang lagi itu juga menguasai permasalahan laboratorium.
Ledakan
Ledakan dapat terjadi oleh adanya gesekan, loncatan api, pemanasan atau bantingan terhadap bahakimia
tertentu. Contoh amonium karbonat akan meledak bila dibanting.
2.
Kebakaran
Bahan kimia tertentu dapat menyebabkan kebakaran oleh adanya bunga api, panas, atau loncatan listrik
Contoh eter akan terbakar oleh adanya nyala api. Adapula bahan kimia tertentu yang bila berkontak dengan
bahan kimia lainnya akan menimbulkan api. Contoh n-Butil litium dengan adanya air yang terdapat
di udara dalam bentuk uap air akan dapat menyala.
3 . Ke ra cun an
Keracunan dapat terjadi melalui mulut (tertelan), lewat kulit dan pernapasan. Keracunan dapat
terjadi secara akut dan kronis. Akut adalah keracunan yang terjadi oleh pengaruh doses tertentu
dalam waktu relatif pendek, sedangkan kronis akibatnya baru dirasakan pada waktu yang relatif
lama.
Untuk keracunan yang disebabkan bahan kimia dapat didefinisikan sebagai
berikut. Bersifat akut:
ED (effective dosage) 50 : Dosis yang memberikan respon terhadap 50 % hewan
percobaan.
LD (lethal dosage) 50 : Dosis yang memberikan kematian 50 % terhadap percobaan.
LC (Lethal Concentration) 50 : Konsentrasi gas yang dapat memberikan kematian 50% terhadap
binatang percobaan.
Bersifat kronis.
TLV (threshold limite value) atau NAB (Nilai ambang batas) adalah konsentrasi zat diudara yang
dapat dihirup 8 jam/hari selama 5 minggu tanpa gangguan berarti.
Tingkat keracunan dapat di lihat pada nilai ambang batas pada tabel 11.1.
Tabel 11.1 Tingkat keracunan dan nilai ambang batas (NAB)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
3.
Tingkat keracunan
0
Tidak beracun
Sedikit beracun
Keracunan sedang
Beracun
Sangat beracun
Super beracun
NAB pada LD 50
15 gr/kg badan
5-15 gr/kg badan
0,5-5 gr/kg badan
50-500 mgr/kg badan
5-50 mgr/kg badan
< 50 mgr/kg badan
Korosif
Bahan kimia tertentu bi la berkontak dengan organ tubuh maka akan merusak
jaringan. Contoh: Brom
5.
I ritasi
Bila terjadi kontak antara bahan kimia dengan organ tubuh, maka tubuh akan menjadi lecet
misalkan pada mata, kulit dan pernapasan.
Contoh : Benzil klorida.
6.
Radiasi
Bahan kimia yang dapat menyebabkan radiasi atau bahan radioaktif
Keterangan atau penjelasan rambu-rambu pada gambar 11.2 adalah seperti tabel 11.2.
Tabel 11.2 Pengertian rambu-rambu bahan kimia
Rambu-rambu
1
Keterangan (penegrtian
Bahaya : meledak, Contoh : nitrosellullosa, Pengamanan : hindari
bantingan,
Bahaya : kontak dengan bahan lain dapat menyala, Contoh : natrium
peroksida,
Pengamanan
: hindari
kontak
dengan
bahan yang
mudah
terbakar
Bahaya : mudah terbakar,
Contoh
:eter,
Pengamanan
: hindari
kontak
atau
masuk ke dalam tubuh
Bahaya : racun, Contoh : merkuri klorida, Pengamanan : hindari
kontak atau masuk ke dalam tubuh
2
3
4
5
6
7
8
Selain rambu-rambu di atas ada lagi keterangan yang lebih rinci dengan kode R dan S.
R
R2
R4
R5
R3
R6
R8
R9
R10
R7
R11
R12
R13
R14
R15
R15. 1
bila berkontak dengan dengan asam membebaskan gas yang dapat Terbakar
meledak bila dicampur dengan senyawa pengoksidasi
R23/25
R23/24/25
R24/25
R26/27
R26/28
R26/27/28
R27/28
R36/37
R37/38
R36/37/38
R42/43
S2
S3
S4
S5. 1
S5
S6
S6. 2
S6. 3
S7
S8
S9
S12
S13
S14. 1
514. 2
S14. 3
S14. 4
S14. 5
S14. 6
S14. 7
S14. 8
S14. 9
S14.10
S15
S16
S17
S18
S20
S21
S22
S23
S23. 1
S23. 2
S23. 3
S23. 4
S23. 5
S26
= jika kontak dengan mata cuci dengan air yang banyak dan minta petunjuk
dokter
S27
S28. 1
S28. 2
S28. 3
S28. 4
= Jika kontak dengan kulit cuci dengan polietilenglikol 300 dan
etanol 2: 1 kemudian
sabun dan bilas dengan air
S28. 5
= jika kontak dengan kulit cuci dengan polietilenglikol 400
S28. 6
= jika kontak dengan kulit cuci dengan polietilenglikol 400
S28.7
= jika kontak dengan kulit cuci dengan sabun yang telah diasamkan dengan
air.
S29
= jangan diietakkan di aliran
S30
= tak pernah ditambah dengan air
S33
= ambil pemutus anus untuk mencegah strum
S34
= hindari bantingan
S35
S35. 1
S36
S37
S38
S39
S40
S41
S42
S43
S43. 1
S43. 2
543.3
S43.4
S43. 5
S43. 6
543. 7
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
S44
= j i ka m e r as a t a k e n a k , ko n s u l t a s i d e n g a n d o k t e r
S45
S46
S47
S48
= jaga kelembaban
S49
S50. 1
S50. 2
S50. 3
S51
S52
rekreasi
S53
Bahan kimia yang reaktif atau tidak stabil dapat bersifat mudah meledak. Peledakan
terjadi karena reaksi amat cepat serta menghasilkan panas dan gas dalam jumlah yang
besar. Ledakan adalah kecelakaan yang sering terjadi di laboratorium kimia, sehingga
banyak menimbulkan korban dan jiwa.
Simpanlah bahan yang mudah meledak di tempat yang segar. jangan biarkan
penyimpanan lembab atau kotor waktu hujan. Hindari pula sesuatu yang dapat
menyebabkan pemanasan dan loncatan api dan jangan mpan berdekatan dengan zat yang
dapat bereaksi. Karena peristiwa peledakan selalu disertai kebakaran, laka jika melakukan
percobaan dengan senyawa yang dapat meledak lakukan dalam lemari asam, pakai alat el
indung dan siapkan alat pemadam kebakaran.
2. Bahan kimia beracun.
Pada dasarnya semua bahan kimia berbahaya namun ada yang aksinya lambat dan ada
yang cepat. ahan kimia di Laboratorium pada umumnya aksinya lebih cepat dibanding
dengan yang digunakan dalam ldustri. Bila memungkinkan penggunaan bahan kimia beracun
diusahakan diganti dengan zat lain yang setara ang tidak beracun atau sifat toksisitasnya
lebih rendah. Contoh benzena diganti dengan toluene,
Putih
Asam pekat
Hitam
Asam sianida
Hijau
Amoniak
Biru
CO
Gas klor
Kuning
Coklat
Mekanik (perban)
Debu
Untuk pelindung tangan digunakan sarung tangan tipis dari karet dan untuk penahan panas
digunakan sarung tangan dari kapas atau asbes tergantung tingkat kepanasannya.
Keracunan dapat terjadi melalui mulut (tertelan), lewat kulit dan pernapasan. Keracunan
dapat terjadi secara akut dan kronis. Akut adalah keracunan yang terjadi oleh pengaruh doses
tertentu dalam waktu relatif pendek, sedangkan kronis akibatnya baru dirasakan pada waktu yang
relatif lama.
Bila suatu bahan kimia tidak diketahui tingkat keracunannnya perlu adanya sikap yang
curiga terhadap bahan tersebut. Bila bahan yang digunakan menyebabkan pencemaran udara
perlakukanlah di lemari asam. Selanjutnya ventilasi selama bekerja perlu mendapat perhatian
khusus agar ruangan tidak tercemar oleh uap dan gas-gas bebahaya. Makan dan minum di
laboratorium sangat dilarang di laboratorium.
Di samping masker yang spesifik seperti tabel 11. 2 maka bahan pelingdung lain yang
perlu digunakan adalah pelindung tubuh (jas labor)., pelindung mata (kaca mata) dan setiap
bekerja dengan bahan kimia, basakan mencuci tangan dengan sabun sebelum pulang atau
sebelum ke luar ruangan.
3.
Bahan korosif
Bahan kimia seperti asam klorida, asam nitrat dan asam sulfat, belerang dioksida, asam-
asam, anhidrida asam dan alkal lainnya dapat merusak berbagai logam (mineral) yang terdapat di
dalam tubuhi. Misalkan asam sulfat dapat menyebabkan luka setempat dan asam sulfida dapat
menyebabkan efek sistemik.
Bahan korosif yang berbentuk gas lebih berbahaya daripada yang berbentuk cairan dan bentuk
cairan
lebih bahaya
padatan.
dengan
menggunakan masker, sarung tangan, kaca mata dan lemari asam. Bahan korosif d isimpan di
ruangan yang dingin dan berventilasi dan hindari kontaminasi dengan udara, pernapasan serta
kontak dengan kulit dan mata, wadah tertutup rapat, berlebel dan dipisahkan dari bahan beracun
(toxid). Pertolongan pertama dilakukan dengan menyemprot atau mencuci dengan air yang cukup
banyak pada bahagian yang terkena dan selanjutnya konsultasi dengan dokter.
4.
organik makin rentan terhadap bahaya kebakaran. Sumber-sumber api dapat dari peralatan
yang digunakan untuk pernanasan termasuk dari instalasi listrik. Sebagai contoh eter dapat
terbakar dengan jarak 4 meter dari sumber api. Beberapa bahan kimia bila kontak dengan air
akan menimbulkan api (kebakaran) seperti logam Natriurn (Na) dan Butil-Liti um. Terjadinya
kebakaran dapat dimengerti bila kita memahami segitiga api seperti gambar 11.3.
Gambar 11.3 Skema segitiga api. A : oksigen, B : bahan bakar, C : sumber api
Kebakaran akan terjadi bila tiga unsur di atas terpenuhi sehingga untuk mencegah
kebakaran adalah dengan hanya mengisolasi salah satu unsurdi atas. Bi la kebakaran terjadi
maka perlu diketahui jenis kebakarannya agar dapat diambil langkah yang tepat, karena tidak
semua kebakaran dapat dipadamkan dengan air. Secara umum klasifikasi kebakaran didasarkan
pada jenis bahan bakarnya adalah seperti ditunjukkan Tabel 11.3
Tabel 11.3 Klasifikasi kebakaran
Kelas Kebakaran
(fire-class)
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Pasir : A dan B
Selain menyediakan alat pemadaman (racun) maka di laboratorium sudah harus tersedia
selimut api, pasir dan manual cara memadamkan kebakaran. Sebaiknya ada latihan berupa
simulasi memadamkan kebakaran. Pada waktu kebakaran harus tenang atau panic dan
dikenalilah jenis pemadam kebakaran sebagai berikut.
memadamkan kebakaran. Pada waktu kebakaran harus tenang atau tidak panik dan kenalilah jenis
pemadam kebakaran sebagai berikut.
A i r.
Air berfungsi untuk pendingin dan menyelimuti bahan dari oksigen. Air baik digunakan untuk
kebakaran jenis A tetapi berbahaya untuk jenis B, C dan D.
Busa
Merupakan campuran dari natriurn karbonat, kalium karbonat, kalium klorida, amonium fosfat,
yang mudah mengalir bila disemprotkan. Efektif untuk kebakaran jenis A, B dan D tetapi tidak
efektif bila ada kebaran bahan yang ringan.
CO 2
Dapat memadamkan jenis kebakaran A, B, C dan D
Halon
Merupakan senyawa hidrokarbon terhalogenasi seperti CF2BrCI, CF3Br, CF2Br2. Dapat
memadamkan kebakaran jenis A,B, C dan D.
Selain hal di atas karung ,pasir, selimut dan racun api haruslah tersedia. Setiap orang
yang bekerja di laboratorium harus tahu letak dan pemakaiannnya. Dengan demikian perlu
pelatihan cara penggunakannya. Bila terjadi kebakaran jangan panik namun tetaplah tenang.
5. Gas bertekanan
Disimpan di rungan dingin dan tidak terkena langsung dengan sinar matahari. Hindari api, panas,
bahan
korosif yang dapat merusak keran dan katub. Bila tidak digunakan disimpan dalam keadaan tidur.
Bila digunakan disimpan dalam keadaan berdiri dan terikat ke dinding khususnya untuk tabung
yang tinggi.
6. Bahan radioaktif (radioactive).
Contoh: Uranium, Radium dan Torium. Ruangan penyimpanan perlu didisain khusus
2.
Pembakaran terbuka
Pelarut sisa yang mudah terbakar haruslah dikumpulkan dalam sebuah jerigen besar
yang tertutup rapat dan yang dikumpulkan adalah yang tidak beracun dan tidak bisa
didaur ulang. Hasil ini dibawa kesuatu tempat pembakaran khusus yang disediakan.
3.
1.
Listrik
Listrik merupakan jantung dari aktivitas di Laboratorium, karena listrik merupakan
sumber energi. Bahaya utama yang dapat ditimbulkan oleh listrik adalah kebakaran karena
hubungan arus pendek (korseleting) dan pemakaian arus yang terlalu banyak (tidak
terkendali). Untuk mecegah hal tersebut di atas maka
Hindari pemakainan kabel yang terlalu panjang dan berbelit-belit .
Sebelum arus di ON kan untuk suatu alat verifikasi voltase 110/220/240. Jika alat 110 V dan
voltase 220 maka digunakan step down.
Wajib mengetahui letak sekring pemutus arus (panel listrik).
Bila tidak digunakan sebaiknya arus pada alat diputus.
Untuk memudahkan memutus arus ke alat sebaiknya menggunakan stop kontak
Intalasi listrik harus
menggunakan arde.
2. Air
menggunakan
grown
sedangkan
peralatan
sebaiknya
Air juga tidak dapat dilepaskan dari aktivitas di Laboratorium termasuk untuk mencuci
peralatan sebelum
digunakan. Air juga perlu penanganan yang baik agar tidak terjadi hal-hal yang tidak
dikehendaki. Kontak air dengan alat elektronik akan merusak alat. Ledakan disertai
kebakaran dapat terjadi bila air kontak dengan bahan kimia tertentu seperti logan Na, K,
fosfor klorida dan lain-lain.
3. Gas
Suplai gas biasanya hanya dibutuhkan oleh sebagian laboratorium untuk sumber bahan bakar dan
juga untuk keperluan percobaan/ penelitian. Bagi laboratorium yang memiliki penyaluran pipa gas alam dari
Perum Gas Negara, semua 'Bunsen" yang dipasang pada meja laboratorium dapat langsung dioperasikan.
Sedangkan bagi laboratorium yang menggunakan gas LPG, hendaknya tabung ditempatkan pada suatu
ruang khusus dengan kelengkapan selang anti bocor dan alat pengaman lainnya.
4. Alat Penangas
Penangas juga merupakan prasarana yang banyak digunakan di Laboratorium. Beberapa
bahan kimia dapat menggunakan penangas langsung dengan api seperti lampu spritus. Untuk
pengabuan digunakan furnace, sedangkan untuk bahan-bahan organik penangas yang digunakan
tergantung sifat bahan tersebut sebagai berikut.
5.
s/d 100 C
: penangas air
s/d 200C
s/d 300C
: penangas silicon
> 300C
: penangas timah
Pendingin
Pendingin berupa kulkas/Freezer digunakan untuk penyimpanan bahan- bahan yang mudah
menguap
atau
untuk
sistem
pendinginan.
Pendingin
yang
dibutuhkan
Pendingin
15-20
Air kran
Es
tergantung
suhu
6.
-15 s/d-20
Es : garam (3 : 1)
-40 s/d-50
Es : CaCl2 (4 : 5)
-72 s/d-77
s/d-196
Nitrogen cair
Ventilasi
Ventilasi wajib diperhatikan untuk kelancaran sirkulasi udara di Laboratorium. Untuk bahan kimia
yang menghasilkan gas yang korosif atau beracun penanganannya dilakukan di lemari asam. Untuk
laboratorium yang bertingkat maka semua sistim pembuangan gas dari lemari asam semuanya harus
disalurkan ke tingkat paling atas.
11.5. Soal-Soal
Latihan
1.
Jelaskan salah satu contoh kecelakaan laboratorium karena kesalahan manusia (human
emit
2.
3.
4.
Jelaskan mengapa perlu diperhatikan rambu-rambu bahan kimia serta mengetahui kode
R dan S nya.
5.
Jelaskan tiga cara untuk menangani bahan kimia habis pakai di laboratorium.
6.
7.
Jelaskan penaganan bahan kimia yang korosif, mudah terbakar dan iritan
Jelaskan tipe kebakaran dan jenis pemadam yang digunakan untuk masing-masing tipe
kebakaran.
8.
Jelaskan arti keracunan akut, kronis dan sitemik.
9.
10.