Anda di halaman 1dari 14

MANAJEMEN LABORATORIUM

11.1. Pendahuluan

ecara umum laboratoriurm adalah tempat melakukan berbagai percobaan atau penelitian.
Dalam melakukan percobaan di Laboratorium digunakan peralatan dan bahan kimia yang
sifatnya belum kita pahami atau belum dikenal sama sekali. Bahan-bahan kimia tersebut dapat
menimbulkan keracunan, kebakaran, ledakan atau bahaya-bahaya lain yang mungkin juga

belum

kita

pahami.

Dalam

bekerja

di

laboratorium

tentu saja kita mempunyai target atau tujuan, namun hendaknya untuk mencapai target tersebut

hasil didapat, diri selamat atau


jangan
mengorbankan diri demi target. Di bidang penelitian harus diakui masih jauh tertinggal dibandingkan
keselamatan kita abaikan. Dalam bekerja hendaknya kita punya motto:

dengan negara di dunia bahkan dengan Negara Asean saja kita sangat jauh tertinggal. Berdasarkan
survey PBR tahun 2000 terhadap mutu Perguruan Tinggi dunia, maka dari seratus urutan Perguruan
Tinggi Asia, tidak satupun tercantum Perguruan Tinggi dari Indonesia. Mungkin di berbagai Perguruan
Tinggi banyak Laboratorium yang tidak pernah terjadi kecelakaan, tetapi mungkin juga tidak terjadi
kecelakaan karena laboratorium tersebut arang atau tidak pernah digunakan. Hal yang diinginkan
adalah dinamika laboratorium tinggi namun tidak terjadi kecelakaan (zero accident). Maka untuk
mencapai hal tersebut sekali lagi implementasi manajemen laboratorium yang baik adalah kata
kuncinya.
Sebenarnya ada cara-cara tertentu melakukan kerja di laboratorium yang dapat mengrangi
terjadinya
kecelakaan atau meminimalisir tingkat kecelakaan. Perencanaan yang matang dan pengertian
yang sempurna terhadap apa yang akan dilakukan akan mencegah terjadinya kecelakaan di
laboratorium. Pertanyaan sehat yang perlu dipikirkan sebelum melkukan kerja adalah : "Apa yang
akan terjadi bahaya, oleh bahan kimia atau yang digunakan"?.
Kecelakaan di laboraratorium dapat terjadi karena tiga faktor utama yaitu manusianya, bahan
kimiannya dan peralatannya. Untuk itu diuraikan beberapa hal yang perlu diketahui bagi setiap
orang yang kekeria di laboratorium, baik mencegah timbulnya kecelakaan maupun tindakan yang
dibutuhkan dalam meanggulangi kecelakaan yang terjadi.

104

Teknik Laboratorium Kimia Organik

11.2. Kecelakaan Oleh Manusia


Sikap dan tingkah laku para pekerja (manusi) yang lalai, menganggap ramah setiap
kemungkinan bahaya dan enggan memakai alat pelindung diri, menempati urutan pertama penyebab
kecelakaan di laboratorium. Sikap dan tingkah laku yang demikian itu biasanya dilakukan oleh para
pekerja yang belum banyak berpengalaman di dalam laboratorium. Dalam dunia pendidikan hal
demikian sering terjadi pada praktikum tingkat pertama dan kedua bahkan juga kemungkinan pada
tingkat yang lebih tinggi.
Agar kecelakaan tidak terjadi oleh tingkah laku manusia maka disiplin sangat diperlukan dan
memberikan peraturan yang ketat dalam beraktivitas di laboratorium dan harus memperhatikan hal hal
sebagai berikut.
1.

Tidak dibenarkan makan, minum dan merokok di laboratorium.

2.

Setiap bekerja di laboratorium mutlak menggunakan jas laboratorium dan sepatu

3.
4.

Setiap orang yang berada di laboratorium tidak diperkenankan berkelakar dan main dorongdorongan
Harus mengetahui akibat yang dapat terjadi oleh penggunaan bahan kimia dan jika
senyawanya diketahui hendaklah curiga terhadap kemungkinan yang tidak diinginkan.
Tidak dibenarkan membawa bahan kimia dan alat-alat laboratorium tanpa seijin kepala
laboratorium. Dalam keadaan tertentu gunakan kaca mata, lemari asam, masker, sarung tangan
dan jangan sesuatu yang tidak diperlukan,

7. jika akan bekerja di laboratorium janganlah sendirian, tetapi bekerjalah minimal dua orang, dimana
aseorang lagi itu juga menguasai permasalahan laboratorium.

11.3. Bahan Kimia Dan Penanganannnya


Kemungkinan penanganan bahan-bahan kimia berbahaya dalam laboratorium cukup banyak.
Hal ini disebabkan oleh banyaknya reagen kimia yang dapat dipakai, meskipun penggunaannya
kadangkala relative sedikit dibandingkan dengan industri. Suatu bahan kimia dapat dikatakan berbahaya jika
ia beracun, krosif, karsinogen, mudah terbakar mudah meledak atau bersifat radioaktif.
Untuk itu perlu pengetahuan berbagai hal tentang zat kimia diantaranya tipe bahaya yang ditimbulkaoleh bahan
kimia, rambu-rambu bahan kimia, penanganan bahan kimia serta pemusnahan bahan sisa sisa.
11.3.1. Tipe Bahaya Oleh Bahan Kimia
1.

Ledakan
Ledakan dapat terjadi oleh adanya gesekan, loncatan api, pemanasan atau bantingan terhadap bahakimia
tertentu. Contoh amonium karbonat akan meledak bila dibanting.

2.

Kebakaran
Bahan kimia tertentu dapat menyebabkan kebakaran oleh adanya bunga api, panas, atau loncatan listrik
Contoh eter akan terbakar oleh adanya nyala api. Adapula bahan kimia tertentu yang bila berkontak dengan
bahan kimia lainnya akan menimbulkan api. Contoh n-Butil litium dengan adanya air yang terdapat
di udara dalam bentuk uap air akan dapat menyala.

3 . Ke ra cun an

Keracunan dapat terjadi melalui mulut (tertelan), lewat kulit dan pernapasan. Keracunan dapat
terjadi secara akut dan kronis. Akut adalah keracunan yang terjadi oleh pengaruh doses tertentu
dalam waktu relatif pendek, sedangkan kronis akibatnya baru dirasakan pada waktu yang relatif
lama.
Untuk keracunan yang disebabkan bahan kimia dapat didefinisikan sebagai
berikut. Bersifat akut:
ED (effective dosage) 50 : Dosis yang memberikan respon terhadap 50 % hewan

percobaan.
LD (lethal dosage) 50 : Dosis yang memberikan kematian 50 % terhadap percobaan.
LC (Lethal Concentration) 50 : Konsentrasi gas yang dapat memberikan kematian 50% terhadap
binatang percobaan.

Bersifat kronis.
TLV (threshold limite value) atau NAB (Nilai ambang batas) adalah konsentrasi zat diudara yang
dapat dihirup 8 jam/hari selama 5 minggu tanpa gangguan berarti.

Tingkat keracunan dapat di lihat pada nilai ambang batas pada tabel 11.1.
Tabel 11.1 Tingkat keracunan dan nilai ambang batas (NAB)

1.
2.
3.
4.
5.
6.

3.

Tingkat keracunan
0
Tidak beracun
Sedikit beracun
Keracunan sedang
Beracun
Sangat beracun
Super beracun

NAB pada LD 50
15 gr/kg badan
5-15 gr/kg badan
0,5-5 gr/kg badan
50-500 mgr/kg badan
5-50 mgr/kg badan
< 50 mgr/kg badan

Bahaya kecil (Nicives)

Bila bahan ini masuk ke dalam tubuh, akan menyebabkan gangguan


kesehatan. Contoh : piridin.
4.

Korosif

Bahan kimia tertentu bi la berkontak dengan organ tubuh maka akan merusak
jaringan. Contoh: Brom
5.

I ritasi
Bila terjadi kontak antara bahan kimia dengan organ tubuh, maka tubuh akan menjadi lecet
misalkan pada mata, kulit dan pernapasan.
Contoh : Benzil klorida.

6.

Radiasi
Bahan kimia yang dapat menyebabkan radiasi atau bahan radioaktif

11.3.2. Rambu-Rambu bahan Kimia


Bahan kimia dikemas dalam berbagai wadah: berupa botol kaca, polimer, dan kemasan logam
atau kaleng. Bahan berupa cairan biasanya dikemas dalam botol kaca (gelap dan transparan),
kristal pada umumnya dalam botol polimer, dan powder biasanya dalam kemasan polimer atau
kemasan kaleng yang didalamnya dilengkapi dengan kemasan plastik. Setiap kemasan bahan kimia
dilengkapi dengan etiket (label) serta ramburambu tentang bahaya yang dapat terjadi yaitu salah
satu dari gambar 11.2.

Keterangan atau penjelasan rambu-rambu pada gambar 11.2 adalah seperti tabel 11.2.
Tabel 11.2 Pengertian rambu-rambu bahan kimia
Rambu-rambu
1

Keterangan (penegrtian
Bahaya : meledak, Contoh : nitrosellullosa, Pengamanan : hindari
bantingan,
Bahaya : kontak dengan bahan lain dapat menyala, Contoh : natrium
peroksida,
Pengamanan
: hindari
kontak
dengan
bahan yang
mudah
terbakar
Bahaya : mudah terbakar,
Contoh
:eter,
Pengamanan
: hindari
kontak
atau
masuk ke dalam tubuh
Bahaya : racun, Contoh : merkuri klorida, Pengamanan : hindari
kontak atau masuk ke dalam tubuh

2
3
4
5

Bahaya : kerusakan kecil, Contoh : piridin, Pengamanan : hindari kontak


dengan organtubuh
Bahaya : merusak jaringan tubuh, Contoh : brom, Pengamanan : hindari
kontak atau masuk ke dalam tubuh
Bahaya : radiasi sinar alfa, beta atau gama, Contoh : kobalt 60 (Co60),
Pengamanan: hindari dari radiasi

6
7
8

Bahaya : iritasi terhadap kulit, mata dan nafas, Contoh : benzil


klorida,
Pengamanan : hindari kontaminasi udara untuk nafas, kulit dan mata

Selain rambu-rambu di atas ada lagi keterangan yang lebih rinci dengan kode R dan S.
R

= Renseigement = penjelasan yang lebih rinci

= Security = Pengamanan dengan perlakukan

Beberapa arti dari kode-kode R dan S adalah sebagai berikut.


R1

= meledak dalam keadaan kering

R2
R4

= meledak oleh bantingan, api dan gesekan


= berbahaya besar oleh ledakan akibat terbanting, gesekan, api atau sumber
nyala.

R5

= membentuk senyawa logam yang dapat meledak dan sangat peka

R3

bahaya ledakan oleh panas

R6
R8

= bahaya ledakan bila berkontak atau tganpa kontak dengan udara


bisa menyebabkan kebakaran

R9

R10

= bisa meledak bila bercampur dengan bahan bakar


bisa terbakar

R7

R11
R12
R13
R14
R15

menyebabkan nyala bahan bahan bakar

= sangat mudah terbakar


super mudah terbakar
=

= gas cair yang sangat mudah terbakar

= bereaksi cepat dengan air


bila berkontak dengan air membebaskan gas yang mudah terbakar

R15. 1
bila berkontak dengan dengan asam membebaskan gas yang dapat Terbakar
meledak bila dicampur dengan senyawa pengoksidasi

R23/25

= beracun bila tertelan dan terhirup

R23/24/25

= beracun bila tertelan, terhirup dan kontak dengan kulit

R24/25

= beracun bila tertelan dan terhirup

R26/27

= sangat beracun bila terhirup dan kontak dengan kulit

R26/28

= sangat beracun bila terhirup dan tertelan

R26/27/28

= sangat beracun bila terhirup, kontak dengan kulit dan tertelan

R27/28

= sangat beracun bila kontak dengan kulit dan tertelan

R36/37

= iritasi mata atau organ pernafasan

R37/38

= iritasi organ pernapasan dan kulit

R36/37/38

= isritasi mata, organ pernapasan dan kulit

R42/43

= bisa menyebabkan sensitif bila terhirup atau kontak dengan kulit

Penjelasan lebih lanjut kode S adalah sebagai berikut


S1

= simpan dalam lemari terkunci

S2

= simpan di luar jangkauan anak-anak

S3

= simpan di tempat yang dingin

S4

= simpan jauh dari daerah tempat tinggal

S5. 1

= simpan di bawah lindungan air

S5

= simpat dibawah lindungan petroleum eter

S6

= simpan di bawah lindungan gas nitrogen

S6. 2

= simpan di bawah lindungan gas nitrogen

S6. 3
S7

= simpan di bawah lindungan gas CO,


= jaga botol dengan trutup erat-erat

S8

= simpan dalam botol kering

S9

= simpan dalam botol di tempat yang ada ventilasi

S12

= jaga botol baik-baik

S13

= jauhkan dari makanan, minuman dan makanan hewan

S14. 1

= jagalah dari bahan pereduksi, logam berat ,asam dan alkali

514. 2

= jaga dari bahan pengoksidasi asam dan logam berat

S14. 3

= jaga dari besi

S14. 4

= jaga dari air

S14. 5

= jaga dari asam

S14. 6

= jaga dari alkali

S14. 7

= jaga dari logam

S14. 8

= jaga dari senyawa pengoksida dan asam

S14. 9

= jaga dari senyawa organik yang mudah terbakar

S14.10

= jaga dari senyawa pereduksi

S15

= jaga dari panas

S16

= jaga dari nyala dan rokok

S17

= jaga dari senyawa yang dapat terbakar

S18

= angkat dan buka hati-hati

S20

= jangan makan atau minum sambil menggunakannya

S21

= jangan merokok sambil menggunakannya

S22

= jangan menghirup debunya

S23

= jangan menghirup gas, asap,uap atau semprotanya.

S23. 1

= jangan menghirup gas

S23. 2

= jangan menghirup gas

S23. 3

= jangan menghirup semprotannya

S23. 4

= jangan menghirup asamnya

S23. 5

= jangan menghirup uap dan semprotannnya

S26

= jika kontak dengan mata cuci dengan air yang banyak dan minta petunjuk

dokter
S27

= lepaskan pakaian yang terkontaminasi

S28. 1

= jika kontak dengan kulit cuci dengan sabun dan air

S28. 2
S28. 3

= jika kontak dengan kulit cuci dengan sabun dan air


= jika kontak dengan kulit cuci dengan sabun air + polietilenglikol 400

S28. 4
= Jika kontak dengan kulit cuci dengan polietilenglikol 300 dan
etanol 2: 1 kemudian
sabun dan bilas dengan air
S28. 5
= jika kontak dengan kulit cuci dengan polietilenglikol 400
S28. 6
= jika kontak dengan kulit cuci dengan polietilenglikol 400
S28.7
= jika kontak dengan kulit cuci dengan sabun yang telah diasamkan dengan
air.
S29
= jangan diietakkan di aliran
S30
= tak pernah ditambah dengan air
S33
= ambil pemutus anus untuk mencegah strum
S34
= hindari bantingan
S35
S35. 1
S36
S37
S38
S39
S40
S41
S42
S43
S43. 1
S43. 2
543.3
S43.4
S43. 5
S43. 6
543. 7

=
=
=
=
=
=
=
=
=
=

buang dan wadah disimpan di tempat yang aman


buang dan wadah diperlukan dengan NaOH 2 %
pakai pakaian pelindung
pakai sarung tangan
pakai masker
pakai pelindung
cud lantai dari bahan-bahan yang terkontaminasi
jangan menghirup asap ledakan
p e rg u n a k a n m a s ke r
pergunakan untuk pemadaman api
= pergunakan untuk pemadaman api air
= pergunakan untuk pemadaman api bubuk
= pergunakan untuk pemadaman api bubuk, jangan air
= pergunakan untuk pemadaman api CO 2 , jangan air
= pergunakan untuk pemadaman api halone
= pergunakan untuk pemadaman api pasir
= pergunakan untuk pemadaman api logam

S44

= j i ka m e r as a t a k e n a k , ko n s u l t a s i d e n g a n d o k t e r

S45
S46

= panggil dokter jika terjadi kecelakaan


= perlihatkan ke dokter jika keadaan tak enak

S47

= jangan disimpan diatas 25C

S48

= jaga kelembaban

S49
S50. 1

= simpan di wadah aslinya


= jangan campur dengan asam

S50. 2

= jangan campur dengan alkali

S50. 3
S51
S52
rekreasi

= jangan campur dengan asam kuat dan basa kuat


= dipakai hanya dalam ruangan berventilasi
= bukan untuk digunakan di daerah tempat tingga atau

S53

= jangan dibanting, cari informasi sebelum dipakai

1.3.3. Perlakuan Bahan Kimia yang Berbahaya


1. Bahan kimia yang mudah meledak.

Bahan kimia yang reaktif atau tidak stabil dapat bersifat mudah meledak. Peledakan
terjadi karena reaksi amat cepat serta menghasilkan panas dan gas dalam jumlah yang
besar. Ledakan adalah kecelakaan yang sering terjadi di laboratorium kimia, sehingga
banyak menimbulkan korban dan jiwa.
Simpanlah bahan yang mudah meledak di tempat yang segar. jangan biarkan
penyimpanan lembab atau kotor waktu hujan. Hindari pula sesuatu yang dapat
menyebabkan pemanasan dan loncatan api dan jangan mpan berdekatan dengan zat yang
dapat bereaksi. Karena peristiwa peledakan selalu disertai kebakaran, laka jika melakukan
percobaan dengan senyawa yang dapat meledak lakukan dalam lemari asam, pakai alat el
indung dan siapkan alat pemadam kebakaran.
2. Bahan kimia beracun.

Pada dasarnya semua bahan kimia berbahaya namun ada yang aksinya lambat dan ada
yang cepat. ahan kimia di Laboratorium pada umumnya aksinya lebih cepat dibanding
dengan yang digunakan dalam ldustri. Bila memungkinkan penggunaan bahan kimia beracun
diusahakan diganti dengan zat lain yang setara ang tidak beracun atau sifat toksisitasnya
lebih rendah. Contoh benzena diganti dengan toluene,

CCI4 atau 1-IC13 diganti dengan CH2C12.


Bila bekerja dengan bahan kimia beracun maka penanganannya dilakukan di lemari
asam dengan lenggunakan masker yang spesifik (tidak universal). Spesifikasi masker dapat
dilihat dari pita yang melekat ada filternya seperti pada tabel 11.2.

Tabel 11.2. Spesifikasi masker bahan-bahan beracun.

Putih

Asam pekat

Hitam

Asam sianida

Hijau

Amoniak

Biru

CO

Putih strip kuning

Gas klor

Kuning

Asam dan uap organic

Coklat

Asam, uap organic dan Amoniak

Mekanik (perban)

Debu

Untuk pelindung tangan digunakan sarung tangan tipis dari karet dan untuk penahan panas
digunakan sarung tangan dari kapas atau asbes tergantung tingkat kepanasannya.
Keracunan dapat terjadi melalui mulut (tertelan), lewat kulit dan pernapasan. Keracunan
dapat terjadi secara akut dan kronis. Akut adalah keracunan yang terjadi oleh pengaruh doses
tertentu dalam waktu relatif pendek, sedangkan kronis akibatnya baru dirasakan pada waktu yang
relatif lama.
Bila suatu bahan kimia tidak diketahui tingkat keracunannnya perlu adanya sikap yang
curiga terhadap bahan tersebut. Bila bahan yang digunakan menyebabkan pencemaran udara
perlakukanlah di lemari asam. Selanjutnya ventilasi selama bekerja perlu mendapat perhatian
khusus agar ruangan tidak tercemar oleh uap dan gas-gas bebahaya. Makan dan minum di
laboratorium sangat dilarang di laboratorium.
Di samping masker yang spesifik seperti tabel 11. 2 maka bahan pelingdung lain yang
perlu digunakan adalah pelindung tubuh (jas labor)., pelindung mata (kaca mata) dan setiap
bekerja dengan bahan kimia, basakan mencuci tangan dengan sabun sebelum pulang atau
sebelum ke luar ruangan.

3.

Bahan korosif
Bahan kimia seperti asam klorida, asam nitrat dan asam sulfat, belerang dioksida, asam-

asam, anhidrida asam dan alkal lainnya dapat merusak berbagai logam (mineral) yang terdapat di
dalam tubuhi. Misalkan asam sulfat dapat menyebabkan luka setempat dan asam sulfida dapat
menyebabkan efek sistemik.
Bahan korosif yang berbentuk gas lebih berbahaya daripada yang berbentuk cairan dan bentuk
cairan

lebih bahaya

dari yang berbentuk

padatan.

Bahayanya dapat diproteksi

dengan

menggunakan masker, sarung tangan, kaca mata dan lemari asam. Bahan korosif d isimpan di
ruangan yang dingin dan berventilasi dan hindari kontaminasi dengan udara, pernapasan serta
kontak dengan kulit dan mata, wadah tertutup rapat, berlebel dan dipisahkan dari bahan beracun

(toxid). Pertolongan pertama dilakukan dengan menyemprot atau mencuci dengan air yang cukup
banyak pada bahagian yang terkena dan selanjutnya konsultasi dengan dokter.
4.

Bahan yang mudah terbakar


Laboratorium yang banyak menggunakan bahan kimia khususnya bahan senyawa

organik makin rentan terhadap bahaya kebakaran. Sumber-sumber api dapat dari peralatan
yang digunakan untuk pernanasan termasuk dari instalasi listrik. Sebagai contoh eter dapat
terbakar dengan jarak 4 meter dari sumber api. Beberapa bahan kimia bila kontak dengan air
akan menimbulkan api (kebakaran) seperti logam Natriurn (Na) dan Butil-Liti um. Terjadinya
kebakaran dapat dimengerti bila kita memahami segitiga api seperti gambar 11.3.

Gambar 11.3 Skema segitiga api. A : oksigen, B : bahan bakar, C : sumber api

Kebakaran akan terjadi bila tiga unsur di atas terpenuhi sehingga untuk mencegah
kebakaran adalah dengan hanya mengisolasi salah satu unsurdi atas. Bi la kebakaran terjadi
maka perlu diketahui jenis kebakarannya agar dapat diambil langkah yang tepat, karena tidak
semua kebakaran dapat dipadamkan dengan air. Secara umum klasifikasi kebakaran didasarkan
pada jenis bahan bakarnya adalah seperti ditunjukkan Tabel 11.3
Tabel 11.3 Klasifikasi kebakaran

Kelas Kebakaran
(fire-class)

Bahan mudah terbakar (Burning material)

Kertas, kayu, tekstil, plastik, dan sejenisnya


A

Pelarut yang mudah terbakar seperti benzene, toluene dan eter

Instalasi listrik seperti travo dan peralatan listrik

Logam alkali seperti logam Na dan Li

Memadamkan kebakaran dilakukan dengan cara disesuaikan dengan kelas kebakarannya


sebagai tindakan pertama sebelum memanggil pemadam kebakaran sebagai berikut:

a.

Air : untuk A,B, dan C dengan warna tabung merah.

b.

Busa (foam) : A dan B dengan warna tabung krem.

c.

Tepung (powder) : A, B, C dan D dengan warna tabung biru

d.

Halon (Halogen) : A,B, C dan D dengan warna tabung hijau

e.

Karbon dioksida : A, B, C dan D dengan warna tabung hitam

f.

Pasir : A dan B

Selain menyediakan alat pemadaman (racun) maka di laboratorium sudah harus tersedia
selimut api, pasir dan manual cara memadamkan kebakaran. Sebaiknya ada latihan berupa
simulasi memadamkan kebakaran. Pada waktu kebakaran harus tenang atau panic dan
dikenalilah jenis pemadam kebakaran sebagai berikut.
memadamkan kebakaran. Pada waktu kebakaran harus tenang atau tidak panik dan kenalilah jenis
pemadam kebakaran sebagai berikut.
A i r.
Air berfungsi untuk pendingin dan menyelimuti bahan dari oksigen. Air baik digunakan untuk
kebakaran jenis A tetapi berbahaya untuk jenis B, C dan D.
Busa
Merupakan campuran dari natriurn karbonat, kalium karbonat, kalium klorida, amonium fosfat,
yang mudah mengalir bila disemprotkan. Efektif untuk kebakaran jenis A, B dan D tetapi tidak
efektif bila ada kebaran bahan yang ringan.
CO 2
Dapat memadamkan jenis kebakaran A, B, C dan D
Halon
Merupakan senyawa hidrokarbon terhalogenasi seperti CF2BrCI, CF3Br, CF2Br2. Dapat
memadamkan kebakaran jenis A,B, C dan D.
Selain hal di atas karung ,pasir, selimut dan racun api haruslah tersedia. Setiap orang
yang bekerja di laboratorium harus tahu letak dan pemakaiannnya. Dengan demikian perlu
pelatihan cara penggunakannya. Bila terjadi kebakaran jangan panik namun tetaplah tenang.
5. Gas bertekanan
Disimpan di rungan dingin dan tidak terkena langsung dengan sinar matahari. Hindari api, panas,
bahan
korosif yang dapat merusak keran dan katub. Bila tidak digunakan disimpan dalam keadaan tidur.
Bila digunakan disimpan dalam keadaan berdiri dan terikat ke dinding khususnya untuk tabung
yang tinggi.
6. Bahan radioaktif (radioactive).

Contoh: Uranium, Radium dan Torium. Ruangan penyimpanan perlu didisain khusus

11.3.4. Penanganan Sampah Bahan Kimia


Setelah menyelesaikan aktivitas dengan berbagai bahan kimia, maka akan ditinggalkan sisa
berupa residu (sisa), slurries (campuran encer dari bahan-bahan tidak terlarut, endapan-endapan, zat
warna dan lain-lain) dan larutan sisa yang harus dibuang. Penanganan sisa bahan kimia dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut.
1. Pembuangan langsung dari laboratorium.
Bahan kimia netral tidak beracun dan larut dalam air dapat dibuang langsung melalui saluran
laboratorium. Tetapi jika bersifat asam maka dinetralisasi terlebih dahulu atau sebaliknya. Setelah
endapan dipisahkan baru dapat dibuang langsung lewat saluran laboratorium.

2.

Pembakaran terbuka
Pelarut sisa yang mudah terbakar haruslah dikumpulkan dalam sebuah jerigen besar
yang tertutup rapat dan yang dikumpulkan adalah yang tidak beracun dan tidak bisa
didaur ulang. Hasil ini dibawa kesuatu tempat pembakaran khusus yang disediakan.

3.

Pembakaran dalarn tanur


Jika zat beracun atau berbahaya maka pembakaran dilakukan dalam tanur yang panasnya
hingga 1000C sehingga pembakaran berlangsung dengan sempurna.
Jika cara yang dikemukakan di atas tidak dapat dilakukan maka cara lainnya adalah dengan
penguht Iran. Dalam penguburan perlu dipertimbangkan agar tidak terjadi perembesan ke sumur
dan tidak berbahaya pada penggalian di waktu yang akan datang.

11. 4. Pengamanan Sarana Laboratorium.


Pelaksanaan aktivitas di Laboratorium dilengkapi prasarana listrik, air, gas, alat penangas,
pendingin dan ventilasi. Prasarana inipun harus ditangani dengan baik agar tidak terjadi hal-hal
yang tidak diinginkan

1.

Listrik
Listrik merupakan jantung dari aktivitas di Laboratorium, karena listrik merupakan

sumber energi. Bahaya utama yang dapat ditimbulkan oleh listrik adalah kebakaran karena
hubungan arus pendek (korseleting) dan pemakaian arus yang terlalu banyak (tidak
terkendali). Untuk mecegah hal tersebut di atas maka
Hindari pemakainan kabel yang terlalu panjang dan berbelit-belit .
Sebelum arus di ON kan untuk suatu alat verifikasi voltase 110/220/240. Jika alat 110 V dan
voltase 220 maka digunakan step down.
Wajib mengetahui letak sekring pemutus arus (panel listrik).
Bila tidak digunakan sebaiknya arus pada alat diputus.
Untuk memudahkan memutus arus ke alat sebaiknya menggunakan stop kontak
Intalasi listrik harus
menggunakan arde.

2. Air

menggunakan

grown

sedangkan

peralatan

sebaiknya

Air juga tidak dapat dilepaskan dari aktivitas di Laboratorium termasuk untuk mencuci
peralatan sebelum
digunakan. Air juga perlu penanganan yang baik agar tidak terjadi hal-hal yang tidak
dikehendaki. Kontak air dengan alat elektronik akan merusak alat. Ledakan disertai
kebakaran dapat terjadi bila air kontak dengan bahan kimia tertentu seperti logan Na, K,
fosfor klorida dan lain-lain.

3. Gas
Suplai gas biasanya hanya dibutuhkan oleh sebagian laboratorium untuk sumber bahan bakar dan
juga untuk keperluan percobaan/ penelitian. Bagi laboratorium yang memiliki penyaluran pipa gas alam dari
Perum Gas Negara, semua 'Bunsen" yang dipasang pada meja laboratorium dapat langsung dioperasikan.
Sedangkan bagi laboratorium yang menggunakan gas LPG, hendaknya tabung ditempatkan pada suatu
ruang khusus dengan kelengkapan selang anti bocor dan alat pengaman lainnya.

4. Alat Penangas
Penangas juga merupakan prasarana yang banyak digunakan di Laboratorium. Beberapa
bahan kimia dapat menggunakan penangas langsung dengan api seperti lampu spritus. Untuk
pengabuan digunakan furnace, sedangkan untuk bahan-bahan organik penangas yang digunakan
tergantung sifat bahan tersebut sebagai berikut.

5.

s/d 100 C

: penangas air

s/d 200C

: penangas minyak/ yaselin

s/d 300C

: penangas silicon

> 300C

: penangas timah

Pendingin
Pendingin berupa kulkas/Freezer digunakan untuk penyimpanan bahan- bahan yang mudah
menguap

atau

untuk

sistem

pendinginan.

Pendingin

yang

dibutuhkan

bahan/material yang akan didinginkan seperti ditunjukkan table 11.4.


Tabel 11.4 Jenis Pendingin Yang dapat Digunakan

Suhu yang diperlukan (oC)

Pendingin

15-20

Air kran

Es

tergantung

suhu

6.

-15 s/d-20

Es : garam (3 : 1)

-40 s/d-50

Es : CaCl2 (4 : 5)

-72 s/d-77

CO2 dengan glikol, etanol, kloroform


dan etanol

s/d-196

Nitrogen cair

Ventilasi
Ventilasi wajib diperhatikan untuk kelancaran sirkulasi udara di Laboratorium. Untuk bahan kimia
yang menghasilkan gas yang korosif atau beracun penanganannya dilakukan di lemari asam. Untuk
laboratorium yang bertingkat maka semua sistim pembuangan gas dari lemari asam semuanya harus
disalurkan ke tingkat paling atas.

11.5. Soal-Soal
Latihan
1.

Jelaskan salah satu contoh kecelakaan laboratorium karena kesalahan manusia (human
emit

2.
3.

Jeaskan terjadinya kebakaran berdasarkan segitiga api.


Alat-alat standar minimal keselamatan apa saja yang harus diperhatikan bila bekerja di
laboratori rn

4.

Jelaskan mengapa perlu diperhatikan rambu-rambu bahan kimia serta mengetahui kode
R dan S nya.

5.

Jelaskan tiga cara untuk menangani bahan kimia habis pakai di laboratorium.

6.
7.

Jelaskan penaganan bahan kimia yang korosif, mudah terbakar dan iritan
Jelaskan tipe kebakaran dan jenis pemadam yang digunakan untuk masing-masing tipe
kebakaran.
8.
Jelaskan arti keracunan akut, kronis dan sitemik.
9.
10.

Bagaimana cara menangani bahan kimia yang tertumpah di lantai laboratorium.


Bagaimana memproteksi diri dari bahan radioaktif.
-oo0oo-

Anda mungkin juga menyukai