MENGUJI TAFSIR
KEADILAN
Jurnal
Yudisial
Vol 5
No.1
Hal.
1-116
Jakarta
April 2012
ISSN
1978-6506
DISCLAIMER
urnal Yudisial adalah jurnal ilmiah berkala empat bulanan yang diterbitkan
oleh Komisi Yudisial Republik Indonesia. Jurnal ini beredar pada setiap
awal April, Agustus, dan Desember, memuat hasil kajian/riset atas putusanputusan pengadilan oleh jejaring peneliti dan pihak-pihak lain yang berkompeten.
Penerbitan jurnal ini bertujuan untuk memberi ruang kontribusi bagi komunitas
hukum Indonesia dalam mendukung eksistensi peradilan yang akuntabel, jujur,
dan adil, yang pada gilirannya ikut membantu tugas dan wewenang Komisi
Yudisial Republik Indonesia dalam menjaga dan menegakkan kode etik dan
pedoman perilaku hakim.
Isi tulisan dalam jurnal sepenuhnya merupakan pandangan independen masingmasing penulis dan tidak merepresentasikan pendapat Komisi Yudisial Republik
Indonesia. Sebagai ajang diskursus ilmiah, setiap hasil kajian/riset putusan yang
dipublikasikan dalam jurnal ini tidak pula dimaksudkan sebagai intervensi atas
kemandirian lembaga peradilan, sebagaimana telah dijamin oleh konstitusi dan
peraturan perundang-undangan lainnya.
Redaksi menerima kiriman naskah kajian/riset dalam bahasa Indonesia dan
Inggris. Pedoman penulisan dapat dilihat pada halaman akhir jurnal.
Alamat Redaksi:
Gedung Komisi Yudisial Lantai 3
Jalan Kramat Raya Nomor 57 Jakarta Pusat
Telp. 021-3905876, Fax. 021-3906215
Email: jurnal@komisiyudisial.go.id
II
MITRA BESTARI
(Pakar Hukum
(Pakar Hukum
(Pakar Hukum
(Pakar Hukum
(Pakar Hukum
(Pakar Hukum
(Pakar Hukum
III
TIM PENYUSUN
Penanggung Jawab
: Muzayyin Mahbub.
Pemimpin Redaksi
: Patmoko
Penyunting/Editor
: 1. Hermansyah
2. Onni Roeslani
3. Heru Purnomo
4. Imron
6. Suwantoro
Redaktur Pelaksana
: Dinal Fedrian
Sekretariat
2. Yuni Yulianita
3. Romlah Pelupessy.
4. Ahmad Baihaki
5. Arif Budiman.
6. Adi Sukandar
IV
PENGANTAR
hukum.
Secara sederhana, keadilan terbagi dalam tiga kelompok besar. Yaitu, keadilan
berdasarkan hukum, keadilan berdasarkan suara mayoritas, dan keadilan berdasarkan
ketuhanan. Kelompok di atas masing-masing memiliki alasan yang berbeda satu
dengan lainnya. Bagi kelompok pertama, keadilan akan diperoleh berdasarkan hukum
yang berlaku sehingga dikenal sebagai kelompok aliran positifisme. Bagi kelompok ini
keadilan melalui proses peradilan yang diputuskan oleh hakim. Sementara kelompok
kedua memandang keadilan diperoleh melalui suara mayoritas yang mendengungkan
semboyan vox populi vox de atau suara rakyat adalah suara Tuhan. Adapun bagi
kelompok terakhir, keadilan baru bisa diperoleh apabila bersumber pada kitab suci dan
keyakinan terhadap Tuhan.
Negara hukum seperti Indonesia lebih cenderung menganut kelompok pertama. Alhasil,
keadilan diperoleh mayoritas berdasarkan hukum dan peraturan perundang-undangan.
Dan, sebagai representasi pemberi keadilan adalah hakim yang berada dalam lembaga
peradilan (kekuasaan kehakiman). Di Indonesia, kekuasaan kehakiman bertumpu pada
Mahkamah Agung (MA) dan peradilan di bawahnya, serta Mahkamah Konsitusi (MK).
Keduanya memiliki wewenang berbeda guna memberikan keadilan.
Berbeda dengan hakim di MA yang memiliki Komisi Yudisial sebagai pengawas eksternal
hakim dan pengawasan internal melalui jejang pengadilan yang lebih tinggi/atau kasasi,
MK tidak memiliki pengawas ekternal dan jejang putusan yang lebih tinggi karena
putusannya terakhir dan mengikat, final and binding. Putusan MK Nomor 49/PUUIX/2011 tentang Pengujian Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2011 tentang Perubahan
Atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang MK telah mentasbihkan hal itu.
Dalam negara hukum yang mengedepankan check and balances maka tidak ada satu
pun kekuasaan yang tidak dapat diawasi, termasuk kekuasaan kehakiman. Oleh sebab
itu check and balances kekuasaan kehakiman agar mampu mewujudkan keadilan.
Kalimat sederhana yang melukiskan hal itu ialah hakim sama seperti manusia lainnya
yang dapat salah atau tergoda dengan kehidupan duniawi. Bila terjadi, maka hakim
akan melahirkan putusan yang jauh dari nilai keadilan. Berdasarkan pemikiran di atas
Menguji Tafsir Keadilan menjadi tema besar dalam jurnal edisi ini.
Sebagai akhir kata, ucapan terima kasih juga kami sampaikan kepada pihak-pihak lain
yang membantu kehadiran jurnal kali ini. Semoga jurnal ini memberikan manfaat.
Tertanda
Pemimpin Redaksi Jurnal Yudisial
JURNAL YUDISIAL
ISSN 1978-6506
Kata kunci bersumber dari artikel. Lembar abstrak ini boleh dikopi tanpa ijin dan biaya.
UDC: 342.5
UDC: 658.114.6
Pengujian
Perppu
Terkait
Sengketa
Kewenangan Konstitusional Antar-Lembaga
Negara
VI
UDC: 349
(Erman Rajagukguk)
Kajian Putusan
PN.Bdg
UDC: 608.3
Nomor
145/Pdt.G/2005/
Purwaningsih E (Fakultas
Universitas Yarsi, Jakarta)
Hukum,
(Rahayu MIF)
Kata kunci: class action, keadilan ekologis
(Endang Purwaningsih)
UDC: 347.956.6
novelty,
UDC: 608.3
Purwaningsih E (Fakultas Hukum, Universitas
Yarsi, Jakarta)
VIII
(Syamsudin M)
Kata kunci: keadilan substantif, putusan
banding, sengketa sita jaminan.
(Endang Purwaningsih)
Kata kunci: paten, worldwide novelty,
function-way-result test.
UDC: 343
Dwiatmodjo H (Fakultas Hukum, Universitas
Jenderal Soedirman, Purwokerto)
Penjatuhan Pidana Bersyarat Dalam Kasus
Pencurian Kakao
Kajian Putusan Nomor 247/Pid.B/2009/PN.
PWT
Jurnal Yudisial, Vol. 5 No. 1, April 2012, hal
99-116
Penjatuhan pidana bersyarat dalam kasus
pencurian kakao sudah sesuai dengan pemikiran
dasar pemberian pidana bersyarat. Pemikiran
dasar pemberian pidana bersyarat tersebut
pada intinya terdiri dari empat aspek: Pertama,
pidana bersyarat dijatuhkan untuk menolong
terpidana agar belajar hidup produktif. Kedua,
pidana bersyarat menjadi lembaga hukum
yang lebih baik dari sekedar kelapangan hati
hakim maupun masyarakat. Ketiga, pidana
bersyarat menjadi sarana koreksi yang
bermanfaat bagi terpidana dan masyarakat.
Keempat, pidana bersyarat berorientasi pada
perbuatan dan juga pelaku tindak pidana.
Oleh sebab itu, penjatuhan pidana bersyarat
ini telah sesuai dengan prinsip hukum pidana
yang mengutamakan pencegahan.
(Haryanto Dwiatmodjo)
Kata kunci:
keadilan.
IX
JOURNAL OF YUDISIAL
ISSN 1978-6506
The descriptors given are free terms. This abstract sheet may be reproduced without permission
or charge.
UDC: 342.5
UDC: 658.114.6
(Chandranegara IS)
(Erman Rajagukguk)
UDC: 349
UDC: 347.918
(Rahayu MIF)
Keywords: class action lawsuit, ecological
justice.
(Mutiara Hikmah)
Keywords: Arbitration Law, international
arbitration decision.
XI
UDC: 347.956.6
UDC: 608.3
(Endang Purwaningsih)
Keywords: patent, worldwide
function-way-result test.
XII
novelty,
UDC: 343
Dwiatmodjo H (Fakultas Hukum, Universitas
Jenderal Soedirman, Purwokerto)
A Conditional Sentence Imposed Upon The
Conviction Of Theft Of Cocoa
An Analysis of Decision Number 247/
Pid.B/2009/PN. Pwt
Journal Of Yudisial, Vol. 5 No. 1, April 2012,
page 99-116
The imposition of conditional penalties
over criminal acts in case of theft of cocoa
is in conformity with the main purpose of
conditional penalties. The main purpose of
conditional penalties essentially consists of
four aspects. First, it is imposed to help the
inmates learning to live productively. Second,
it works as an implied law institution for the
inmates better than the broad-mindedness of
the judge or the public. Third, it becomes a
medium for correction for the inmates and the
society. Fourth, it is oriented to the action and
also the criminals. Therefore, the imposition
of conditional penalties over criminal acts
has been in accordance with the principles of
criminal law that prioritizes prevention.
(Haryanto Dwiatmodjo)
Keywords:
justice.
conditional
penalties,
theft,
XIII
DAFTAR ISI
XIV
17
36
51
64
84
99
Abstract
review the
kewenangan
konstitusional
lembaga
negara,
Constitutional Court
to
potental disputes
rangked
|1
I.
PENDAHULUAN
II.
RUMUSAN MASALAH
|3
2.
3.
|5
Adapun
contoh
Perppu
yang
dilatarbelakangi oleh unsur keterbatasan waktu
(limited time) yang tersedia adalah Perppu Nomor
1 Tahun 2006 tentang Perubahan Kedua Atas
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2003 tentang
Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan
Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah, yang mengatur
bahwa Anggota KPU yang diangkat berdasarkan
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2000 tentang
Perubahan Undang-Undang Nomor 3 Tahun
1999 tentang Pemilihan Umum dan yang telah
disesuaikan dengan Undang-Undang Nomor 12
Tahun 2003 tentang Pemilihan Umum Anggota
Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan
Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah,
tetap melaksanakan tugasnya sampai dengan
terbentuknya penyelenggara pemilihan umum
yang baru.
republik-indonesia.html)
Bagir Manan menyatakan bahwa unsur
kegentingan yang memaksa harus menunjukkan 2
(dua) ciri umum, yaitu: (i) ada krisis (crisis), dan
(ii) ada kemendesakan (emergency). Menurutnya
suatu keadaan krisis apabila terdapat gangguan
yang menimbulkan kegentingan dan bersifat
mendadak (a grave and sudden disturbunse).
Kemendesakan (emergency), apabila terjadi
berbagai keadaan yang tidak diperhitungkan
sebelumnya dan menuntut suatu tindakan segera
tanpa menunggu permusyawaratan terebih
dahulu. Atau telah ada tanda-tanda permulaan
yang nyata dan menurut nalar yang wajar apabila
tidak diatur segera akan menimbulkan gangguan
baik bagi masyarakat maupun terhadap jalannya
pemerintahan (Manan, 1999: 158-159).
|7
b. Undang-Undang/Peraturan
Pemerintah Pengganti UndangUndang;
c. ... dst;
Penulis menilai bahwa pertimbangan
ini tidak tepat. Penulis beranggapan bahwa
sepatutnya MK tidak menggunakan undangundang sebagai dasar pertimbangan dalam menilai
apakah MK berwenang atau tidak dalam menguji
Perppu. Seharusnya MK menarik pandangannya
berdasarkan Undang-Undang Dasar.
Dengan pertimbangan yang demikian ini
menunjukan bahwa MK tidak menguji UU secara
vertikal namun secara horizontal. Di sisi lain
pertmbangan yang demikian ini menunjukkan
bahwa MK menunjukkan karakter kelembagaan
yang semestinya, yakni pengadilan norma hukum
dan produk hukum. Sejarah terbentuknya MK
sendiri didasari kebutuhan akan peradilan yang
mampu mengadili norma hukum dan produk
hukum yang mengikat secara umum, sehingga
supremasi hukum (konstitusi) dapat dijaga,
mengingat produk hukum yang lahir belum tentu
sesuai dengan konstitusi ataupun dengan sistem
hukum yang terbangun dalam suatu negara.
Salah satu sebab dikatakannya Perppu
sebagai produk hukum Presiden dalam keadaan
darurat/genting, dikarenakan kontrol dan
pengujian konstitusionalitasannya berada di DPR
melalui mekanisme political review. Sedangkan
produk hukum Presiden dalam keadaan normal
ialah UU yang telah dibahas dan disetujui
bersama DPR dan mekanisme pengujiannya dapat
dilakukan oleh dua cara yakni (i) political review/
legislative review dan (ii) judicial constitutional
review. Namun apabila MK berwenang menguji
Perppu, berarti Perppu yang dikeluarkan saat
waktu tertentu (keadaan genting) oleh Presiden
8|
|9
10 |
3.
4.
| 11
| 13
14 |
DAFTAR PUSTAKA
Al-Quran:
Al-Quran dan Terjemahannya, Departemen
Agama, 1986.
Buku:
Andrews, William G. 1968. Constitutions and
Constitutionalism. New Jersey: Van
Nostrand Company.
Asshiddiqie, Jimly. 2006. Hukum Acara Pengujian
Undang-Undang. Jakarta: Konpress.
-----------------------.
2006.
Model-Model
Pengujian Konstitusional di Berbagai
Negara. Jakarta: Konpress.
-----------------------. 2006. Perihal UndangUndang. Jakarta: Konpress.
-----------------------. 2006. Sengketa Kewenangan
Konstitusional Lembaga Negara. Jakarta:
Konpress.
-----------------------. 2010. Hukum Tata Negara
Darurat. Jakarta: Rajawali Pers.
Fadjar, Abdul Mukhtie. 2006. Hukum Konstitusi
dan Mahkamah Konstitusi. Yogyakarta:
Konpress dan Citra Media.
Harun, Refly, et al (editor). 2004. Setahun
Mahkamah Konstitusi: Refleksi Gagasan
dan Penyelenggaraan, serta Setangkup
Harapan, dalam Refleksi Satu Tahun
Mahkamah Konstitusi: Menjaga Denyut
Konstitusi. Jakarta; Konpress.
Perundang-undangan
di
Mahkamah
Konstitusi (Dari Berpikir Hukum Tekstual
Ke Hukum Progresif). Jakarta: Mahkamah
Konstitusi bekerjasama dengan Pusat Studi
Konstitusi Fakultas Hukum Universitas
Andalas.
Kelsen, Hans. 2007. Teori Umum Hukum dan
Negara. Judul Asli: General Theory of Law
and State. Alih Bahasa Somardi. Jakarta:
Bee Media.
Lijphart, Arend. 1999. Patterns of Democracy:
Government Forms and Performance in
Thirty-Six Countries. New Heaven and
London: Yale University Press.
Mahfud. MD, Moh. 2009. Konstitusi dan Hukum
dalam Kontrovesi dan Isu. Jakarta: Rajawali
Pers.
Manan, Bagir. 1999. Lembaga Kepresidenan.
Yogyakarta: PSH-FH UII dan Gama
Media.
Palguna, I Dewa Gede. 2008. Mahkamah
Konstitusi, Judicial Review, dan Welfare
State: Kumpulan Pemikiran I Dewa Gede
Palguna. Jakarta: Konpress.
Schwartz, Herman. 2000. The Struggle for
Constitutional Justice In Post-Communist
Europe. Chicago: The University of
Chicago Press.
Shidarta. 2006. Moralitas Profesi Hukum, Suatu
Tawaran Pemikiran. Bandung: Refika
Adhitama.
| 15
16 |
ABSTRAK
tempat
Dalam
perkara
gugatan
class
action
Keadilan Ekologis Dalam Gugatan Class Action Tempat Pembuangan Akhir Leuwigajah (Mella Ismelina)
| 17
I.
PENDAHULUAN
18 |
Keadilan Ekologis Dalam Gugatan Class Action Tempat Pembuangan Akhir Leuwigajah (Mella Ismelina)
| 19
Persetujuan
tertuang
dalam
akta
perdamaian yang dibuat berdasarkan proses
mediasi yang dijalani sejak September 2005
dan akta perdamaian disepakati pada tanggal 8
Februari 2006. Akta perdamaian yang dihasilkan
dari mediasi itu merupakan upaya untuk
mengakhiri perkara perdata yang sedang diproses
oleh PN Bandung. Sementara para tergugat,
masing-masing Gubernur Jawa Barat, Walikota
Bandung, Bupati Bandung, Walikota Cimahi, dan 1.
Perusahaan Daerah Kebersihan Kota Bandung,
juga menyetujui untuk membayar biaya perkara
sebesar Rp. 730.000,-.
Hakim menjelaskan, putusan atas class
action yang diajukan oleh korban longsor
sampah setahun silam, berisi tentang pemberian
uang santunan terhadap warga yang terkena
longsor, baik ahli waris korban maupun pemilik
tanah dan bangunan yang tertimpa longsor.
Dalam perdamaian itu kedua pihak menyetujui
agar gugatan class action yang dilakukan warga
terhadap empat pemerintah daerah dicabut.
Penandatanganan akta perdamaian dari masyarakat
TPA Leuwigajah diwakili tim pengacara Tdy,
sedangkan dari pemerintah ditandatangani Wakil
Gubernur NAH, Wakil Bupati Bandung YS,
Sekda Kota Bandung MS, Walikota Cimahi IT,
dan Dirut PD Kebersihan Kota Bandung AG.
II.
RUMUSAN MASALAH
2.
Bagaimanakah
komunikasi
hukum
pada proses penanganan gugatan class
action tempat pembuangan akhir (TPA)
Leuwigajah yang dibangun oleh majelis
hakim dalam konteks kontruksi budaya
hukum?
3.
Keadilan Ekologis Dalam Gugatan Class Action Tempat Pembuangan Akhir Leuwigajah (Mella Ismelina)
| 21
| 23
Penyelenggaraan
Dalam
konteks
kehidupan
kemasyarakatan, administrasi negara diserahi
tugas penyelenggaraan kesejahteraan umum
(bestuurszorg) yang dilakukan pemerintah
yang meliputi segala lapangan kemasyarakatan.
Adanya bestuurszorg tersebut menjadikan
tanda adanya suatu welfare State.
Dalam kasus perkara gugatan class action
tempat pembuangan akhir (TPA) Leuwigajah
ditemukan beberapa hal yang terkait tindakan
administrasi negara yang bertugas melakukan
pelayanan publik dalam konteks pelayanan
kepada masyarakat, yang tidak dilakukan oleh
para tergugat sebagai pejabat publik yang menjadi
pertimbangan hakim.
24 |
Keadilan Ekologis Dalam Gugatan Class Action Tempat Pembuangan Akhir Leuwigajah (Mella Ismelina)
| 25
2.
3.
4.
5.
Kesadaran
bahasan
dan
pemahamannya. Gunakan bahasa
yang dipergunakan oleh sasaran
komunikasi.
4.
5.
Keadilan Ekologis Dalam Gugatan Class Action Tempat Pembuangan Akhir Leuwigajah (Mella Ismelina)
| 27
Kebudayaan
dirumuskan
sebagai
seperangkat nilai-nilai sosial umum seperti
gagasan-gagasan, pengetahuan, seni, lembagalembaga, pola-pola sikap, pola-pola perilaku dan
hasil-hasil material (Riswandi dan Syamsudin,
2004: 145). Podgorecki membedakan tiga jenis
subbudaya hukum menurut fungsinya bagi
sistem hukum, yaitu subbudaya hukum positif,
Thurnwald seperti yang dikutip oleh subbudaya hukum negatif, dan subbudaya hukum
Soekanto mengemukakan bahwa hukum harus netral. Subbudaya hukum menjadi sangat penting
dianggap sebagai ekspresi suatu sikap kebudayaan, karena menjadi penyebab atau penentu tipe-tipe
artinya tertib hukum harus dipelajari dan dipahami sikap dan perilaku hukum masyarakat (Riswandi
secara fungsional dari sistem kebudayaan. dan Syamsudin, 2004: 145-146 & 153).
Kebudayaan menurut Spradley, seperti dikutip
Jika kita melihat sistem hukum, maka
Bambang Rudito, adalah pengetahuan yang
budaya hukum merupakan salah satu faktor yang
diperoleh, yang digunakan oleh manusia untuk
menentukan dalam sistem hukum suatu negara
menginterpretasikan pengalaman dan melahirkan
selain struktur dan substansi hukum. Konsep
tingkah laku (Budimanta et.al., 2005: xxiv)
budaya hukum sebagai salah satu komponen dari
atau dengan kata lain, kebudayaan merupakan
sistem hukum, mulai diperkenalkan pada tahun
serangkaian aturan-aturan, petunjuk-petunjuk,
enam puluhan oleh Friedman dalam artikel yang
resep-resep, rencana-rencana dan strategi-strategi
berjudul Legal Culture and Social Development
yang terdiri atas serangkaian model-model kognitif
(Riswandi dan Syamsudin, 2004: 154).
yang dipunyai manusia dan yang digunakan
secara selektif dalam menghadapi lingkungannya
Menurut Friedman, hukum itu tidak
28 |
| 29
pengaturan
dan
Keadilan Ekologis Dalam Gugatan Class Action Tempat Pembuangan Akhir Leuwigajah (Mella Ismelina)
| 31
| 33
Sismarwoto.
2004.
Celah-Celah
Pemberdayaan Hukum dalam Masyarakat
(Analisis Teoritis Hukum dan Masyarakat).
Jurnal Hukum. Vol.14, No.3.
Keadilan Ekologis Dalam Gugatan Class Action Tempat Pembuangan Akhir Leuwigajah (Mella Ismelina)
| 35
Abstract
kind of decision.
36 |
I.
PENDAHULUAN
Keadilan Substantif Yang Terabaikan Dalam Sengketa Sita Jaminan (M. Syamsudin)
| 37
bahwa terlawan III dan IV telah 5 (lima) tahun diskriminasi dan berdasarkan hati nurani (Luthan,
pindah dari tempat tinggal semula.
2009: 2).
Inilah yang dinilai oleh majelis hakim
di Pengadilan Tinggi Yogyakarta telah terjadi
pelanggaran hukum acara dalam perkara ini,
karena seharusnya surat panggilan itu diserahkan
langsung kepada terlawan III dan IV. Hal ini
mengakibatkan gugatan perlawanan itu menjadi
cacat formil. Sementara itu, dilihat dari pihak
terlawan I dan II adalah kreditur yang telah
menyerahkan dana sebesar 2 (dua) milyar rupiah
kepada terlawan III dan IV, yang tidak mungkin
dikalahkan begitu saja, mengingat jumlah uang
yang sebesar itu tidak mungkin dibiarkan hilang
begitu saja karena akan tercipta ketidakadilan.
Studi Pustaka
Keadilan Substantif Yang Terabaikan Dalam Sengketa Sita Jaminan (M. Syamsudin)
| 39
penyelesaiannya dari segi hukumnya. Bahanbahan hukum tersebut berfungsi sebagai patokan
dan dasar yang dipergunakan untuk menilai
fakta-fakta hukum yang ada, sehingga akan dapat
ditemukan hukumnya dari pertanyaan hukum
yang diajukan. Jika isu atau masalah hukum
itu sudah dapat ditemukan hukumnya, berarti
masalah hukum itu sudah terpecahkan atau sudah
terjawab (Syamsudin, 2008: 40).
kecerdasan dalam memaknai fakta-fakta hukum konsep-konsep hukum. Pada level hukum positif,
dengan sumber-sumber hukum yang relevan.
konsep-konsep hukum pada umumnya sudah
terumuskan secara jelas dan pasti dalam bahasa
Dengan mengacu pada bahan-bahan
perundang-undangan.
hukum yang ada, hakim dapat menemukan
pengertian, konsep, asas, ajaran atau teori yang
Indikator-indikator perilaku atau perbuatan
dapat digunakan untuk menilai fakta-fakta yang dilarang, dibolehkan dan diperintahkan pada
hukum yang ada, sehingga akan dapat diketahui umumnya sudah terumuskan dalam perundangstatus hukumnya, hubungan hukumnya, unsur- undangan. Peneliti tinggal menafsirkan faktaunsurnya, akibat hukumnya, sanksinya, dan juga fakta atau kejadian atau disebut peristiwa itu
kategori-kategori hukum yang lainnya. Oleh dengan patokan atau ukuran atau indikatorkarena itu dalam melakukan analisis hukum, indikator yang ada dalam norma undang-undang
dibutuhkan perspektif yang luas sehingga akan itu. Jika perilaku itu memenuhi unsur-unsur atau
menambah luas dan mendalamnya makna hukum masuk dalam kualifikasi konsep hukum tersebut
yang dapat diberikan atau dijawab oleh hakim.
maka implikasinya perbuatan itu akan membawa
Untuk melakukan analisis hukum, berikut
ini diuraikan langkah-langkah yang dapat
dilakukan, yaitu dimulai dari mengemukakan
fakta hukum, melakukan telaah atas fakta hukum
dengan bahan-bahan hukum yang relevan, dan
yang terakhir menentukan hukumnya. Langkah
awal dalam proses analisis hukum ini adalah
mengemukakan fakta-fakta hukum atau kejadian
yang revelan dengan norma-norma hukum. Oleh
karena itu langkah awal dalam analisis ini adalah
mengumpulkan fakta-fakta hukum selengkaplengkapnya. Fakta-fakta hukum bisa berupa
perbuatan, peristiwa, atau keadaan. Pembunuhan
adalah perbuatam hukum, kelahiran adalah
peristiwa hukum dan di bawah umur adalah
suatu keadaan. Fakta-fakta hukum ini diuraikan
secara obyektif dan naratif sesuai dengan urutan
kejadian atau peristiwanya.
Keadilan Substantif Yang Terabaikan Dalam Sengketa Sita Jaminan (M. Syamsudin)
| 41
Keadilan Substantif Yang Terabaikan Dalam Sengketa Sita Jaminan (M. Syamsudin)
| 43
44 |
Keadilan Substantif Yang Terabaikan Dalam Sengketa Sita Jaminan (M. Syamsudin)
| 45
46 |
dapat
b.
c.
| 47
Berdasarkan
data
atau
informasi
yang terdapat dalam isi Putusan Pengadilan
Tinggi Yogyakarta No. 42/PDT/2011/PT.Y
dapat dikemukakan hal-hal bahwa dari segi
profesionalisme, majelis hakim masih terkesan
sangat positivistik dan formalistik dalam
memeriksa dan menyelesaikan perkara, sehingga
terkesan hanya mengedepankan nilai keadilan
prosedural dan mengesampingkan nilai keadilan
Sementara itu, majelis juga menyadari
substantif. Oleh karena itu nilai profesionalisme bahwa dari segi moral majelis hakim menilai
48 |
Keadilan Substantif Yang Terabaikan Dalam Sengketa Sita Jaminan (M. Syamsudin)
| 49
karena itu nilai profesionalisme hakim masih Mertokusumo, Sudikno. 1990. Pendidikan
ditunjukkan sebatas profesional dalam artian
Hukum di Indonesia dalam Sorotan. Harian
yang formal dan belum menyentuh hal-hal yang
Kompas. 7 Nopember 1990.
substansial.
Shidarta. 2004. Karakteristik Penalaran Hukum
dalam Konteks Keindonesiaan. Bandung:
CV.Utama.
DAFTAR PUSTAKA
Luthan, Salman. 2009. Aksesibilitas Pencari
Ali, Ahmad. 1996. Menguak Tabir Hukum (Suatu
Keadilan Miskin Mendapatkan Bantuan
Kajian Filosofis dan Sosiologis). Jakarta:
Hukum di Pengadilan. Makalah dalam
Chandra Pratama.
Rangka Seleksi Hakim Agung 2009.
Alkostar, Artidjo. 2009. Peran dan Upaya
Mahkamah Agung dalam Menjaga dan
Menerapkan Hukum yang Berkepastian
Hukum, Berkeadilan dan Konsisten
melalui Putusan-Putusan MA. Makalah
disampaikan dalam Seminar Nasional
PROSPEK POLITIK PENEGAKAN
HUKUM DI INDONESIA: Pemberdayaan
Peran Institusi Penegakan Hukum dan
HAM dalam Menjunjung Tinggi Peradilan
Bermartabat, Berwibawa, dan Berkeadilan
oleh Center for Local Law Development
Studies UII di Auditorium UII Lt. 3, Jl Cik
Dik Tiro No. 1 Yogyakarta, Sabtu, 7 Maret
2009.
Darmodiharjo, Darji & Shidarta. 2004. PokokPokok Filsafat Hukum, Apa dan Bagaimana Putusan Pengadilan Tinggi Yogyakarta Nomor
42/PDT/2011/PT.Y
Filsafat Hukum Indonesia. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
Wawancara dengan Hakim Pengadilan Tinggi
Yogyakarta (H) pada Hari Rabu, 14
Putra, Heddy Shri Ahimsa. 2011. Paradigma
Maret 2012 di Fakultas Hukum UII, Jl.
Profetik Sebuah Konsepsi. Makalah
Tamansiswa No. 158 Yogyakarta.
disampaikan dalam Diskusi Pengembangan
Ilmu Profetik, di Pusat Studi Hukum
Fakultas Hukum UII Yogyakarta, 18
Nopember 2011. diselenggarakan oleh
Fakultas Hukum - UII, Yogyakarta, 18
November 2011.
50 |
Abstract
| 51
I.
PENDAHULUAN
RUMUSAN MASALAH
b.
| 53
54 |
| 55
| 57
b.
keterangan ahli,
c.
d.
petunjuk,
e.
| 59
1.
2.
3.
4.
5.
berdiri
sendiri-sendiri
tentang Ad.c. Surat
suatu kejadian atau keadaan dapat
Surat sebagaimana tersebut dibuat atas
digunakan sebagai suatu alat bukti
sumpah jabatan atau dikuatkan dengan sumpah,
yang sah apabila keterangan saksi itu
adalah:
ada hubungannya satu dengan yang
a. berita acara dan surat lain dalam
lain sedemikian rupa, sehingga dapat
bentuk resmi yang dibuat oleh pejabat
membenarkan adanya suatu kejadian
umum yang berwenang atau yang
atau keadaan tertentu.
dibuat dihadapannya, yang memuat
Baik pendapat maupun rekaan, yang
keterangan tentang kejadian atau
diperoleh dari hasil pemikiran saja, bukan
keadaan yang didengar, dilihat atau
merupakan keterangan saksi. Dalam menilai
yang dialaminya sendiri, disertai
kebenaran keterangan seorang saksi, KPPU harus
dengan alasan yang jelas dan tegas
dengan sungguh-sungguh memperhatikan:
tentang keterangannya itu;
60 |
a.
b.
c.
d.
b.
c.
d.
keahliannya mengenai sesuatu hal saksi, surat dan keterangan pelaku usaha/terlapor
atau sesuatu keadaan yang diminta sebagai sumber yang dapat melahirkannya, dan
secara resmi dan padanya;
hanya boleh diambil dan diperoleh dari ketiga
surat lain yang hanya dapat berlaku alat bukti yang lain tersebut.
jika ada hubungannya dengan isi dari
alat pembuktian yang lain.
Ad. d. Petunjuk
surat;
c.
1.
2.
3.
4.
| 61
62 |
boleh merubah penafsiran undangundang adalah pembentuk undangundang dan hakim. KPPU bukan
hakim sebagai organ yudikatif.
3.
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, Robert. Et.al., Kerangka Rancangan
dan
Pelaksanaan
Undang-Undang
Kebijakan Persaingan. Terjemahan Pahala
Tamba. Washington D.C.: Bank DuniaOECD Paris.
Sumber lain:
Peraturan KPPU No. 2 Tahun 2010 tentang
Pedoman Pasal 22 Undang-Undang
No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan
Persekongkolan Dalam Tender.
Putusan KPPU No. 35/KPPU-I/2010.
Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat No. 34/
Pdt.G/KPPU/2011/ PN.JKT.PST.
Undang-Undang No. 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan
Peraturan
PerundangUndangan.
Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 tentang
Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan
Usaha Tidak Sehat.
Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 tentang
Hukum Acara Pidana.
| 63
Abstract
Agung.
Penolakan
tersebut
dapat
internasional,
khususnya
terhadap
internasional.
64 |
I.
PENDAHULUAN
Penolakan Putusan Arbitrase Internasional Dalam Kasus Astro All Asia Network PLC (Mutiara Hikmah)
| 65
2.
Bagaimana
analisis
mengenai
pertimbangan Mahkamah Agung RI
yang telah menguatkan penolakan
terhadap
putusan
arbitrase
internasional pada kasus AAAN?
Studi Pustaka
Bagaimana
analisis
mengenai
pertimbangan
pengadilan
yang
memberikan penolakan terhadap
putusan arbitrase internasional pada
kasus AAAN?
Yang dimaksud dengan TPP adalah halhal dan keadaan-keadaan yang melahirkan
atau menciptakan suatu hubungan HPI. Karena
terdapatnya TPP ini, maka lahirlah hubunganhubungan HPI. Macam-macam TPP dalam
Penolakan Putusan Arbitrase Internasional Dalam Kasus Astro All Asia Network PLC (Mutiara Hikmah)
| 67
| 69
Penolakan Putusan Arbitrase Internasional Dalam Kasus Astro All Asia Network PLC (Mutiara Hikmah)
| 71
Analisis
Hukum
Singapura
sebagai
Penolakan Putusan Arbitrase Internasional Dalam Kasus Astro All Asia Network PLC (Mutiara Hikmah)
lex
| 73
74 |
3.
D.
Penetapan Pengadilan
Penolakan Putusan Arbitrase Internasional Dalam Kasus Astro All Asia Network PLC (Mutiara Hikmah)
| 75
| 77
Jika memperhatikan tentang teori hakhak yang telah diperoleh, seharusnya hakim
di pengadilan maupun di Mahkamah Agung
RI, menghormati tentang hak-hak yang telah
diperoleh pihak ASTRO yang memenangkan
perkara di hadapan lembaga arbitrase SIAC.
Dalam perkara antara Fitzroy Engineering, Menurut penulis, penolakan putusan arbitrase
Ltd. v. Flame Engineering, Inc., 1994 (N.D. 1994), internasional asal SIAC di atas, hanya menambah
Mahkamah Agung Amerika Serikat memutuskan deretan panjang mengenai kurang kondusifnya
78 |
b.
Putusan
arbitrase
internasional
tersebut bukan merupakan putusan
akhir/final. Hal tersebut kurang
tepat, mengingat prinsip umum
dalam perjanjian arbitrase, bahwa
putusannya bersifat final dan binding.
Hal ini seperti yang diatur di dalam
Undang-Undang Arbitrase Pasal 60
dan di dalam Konvensi New York
1958, Pasal 3.
c.
IV. SIMPULAN
Dari pemaparan tulisan di atas, ada
beberapa hal yang dapat disimpulkan oleh penulis
sehubungan dengan penolakan putusan arbitrase
internasional asal SIAC, antara lain:
1. Bahwa penolakan putusan yang dilakukan
oleh Pengadilan Negeri Jakarta Pusat
terhadap putusan arbitrase internasional asal
SIAC dalam perkara PT A , adalah kurang
tepat, mengingat dasar-dasar penolakan
yang diberikan oleh hakim masih belum
berpedoman dengan konvensi New York
dan Undang-Undang Arbitrase; Adapun
beberapa alasannya adalah:
a.
Penolakan Putusan Arbitrase Internasional Dalam Kasus Astro All Asia Network PLC (Mutiara Hikmah)
| 79
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Abrurrachman A. 1991. Ensiklopedia Ekonomi,
Keuangan dan Perdagangan. Jakarta:
Pradnya Paramita.
Abdurrasyid, Priyatna. 2002. Arbitrase &
Alternatif Penyelesaian Sengketa. Cetakan
pertama. Jakarta: PT Fikahati Aneska
bekerjasama dengan Badan Arbitrase
Nasional Indonesia.
Adolf, Huala. 1991. Arbitrase
Komersial
Internasional. Jakarta: Rajawali Press.
-----------------. 1990. Pelaksanaan Keputusan
Badan Arbitrase Komersil Intenasional
Menurut Konvensi New York 1958. Varia
Peradilan, No.58, Juli 1990. Jakarta: Ikatan
Hakim Indonesia.
-----------------. 1994. Hukum Arbitrase Komersial
Internasional. Jakarta: Radjagrafindo.
-----------------. 2008. Dasar-dasar Hukum
Kontrak Internasional. Cetakan kedua.
Bandung: Refika Aditama.
Black, Henry Campbell. 1968. Blacks Law
1995.
Hukum
Perdata
-----------------.
1998.
Hukum
Perdata
Internasional Indonesia. Cetakan ketiga.
Jilid III bagian 2. Buku ke-8. Bandung:
Alumni.
Hartono, Sunarjati. 1976. Pokok-pokok Hukum
Perdata Internasional Indonesia. Cetakan
I. Bandung: Binacipta.
-----------------. 1982. In Search of New Legal
Principles. Bandung: Binacipta.
-----------------. 1976. Kapita Seleka Hukum
Ekonomi. Jakarta: Binacipta.
Janvan Den Berg, Albert. 1981. The New
York Arbitration Convention of 1958.
Netherlands: Kluwer Law & Taxation
Publishers.
Kusumah Atmadja, Asikin Z. 1973. Commercial
Arbitration, Present and future Role of
Commercial. Jakarta: The Law Association
for The Asia And The Western Pacific.
-----------------. 1998. Arbitrase Perdagangan
Internasional. Bunga Rampai Eksekusi
Putusan
Arbitrase
Asing.
Jakarta:
Mahkamah Agung RI.
Longdong, Tineke Tuegeh. 1998. Asas Ketertiban
Umum dan Konvensi New York 1958.
Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.
Penolakan Putusan Arbitrase Internasional Dalam Kasus Astro All Asia Network PLC (Mutiara Hikmah)
| 81
Purbacaraka, Purnadi dan Agus Brotosusilo. 1991. Zuraida, Tin. 2006. Prinsip Eksekusi Putusan
Sendi-sendi Hukum Perdata Internasional
Arbitrase Internasional di Indonesia, Teori
(Suatu Orientasi). Cetakan III. Jakarta:
dan Praktek Yang Berkembang. Surabaya:
Rajawali Pers.
Disertasi Universitas Airlangga.
Rajagukguk, Erman. 2000. Arbitrase Dalam Internet:
Putusan Pengadilan. Jakarta: Chandra
Budidjaja, Tony. Pembatalan Putusan Arbitrase
Pratama.
di Indonesia. Akses 30 Oktober 2007.
Sumampouw, Mathilde. 1958. Pilihan Hukum
http://cms.sp.co.id/hukumonline/detail.
Sebagai Titik Pertalian Dalam Hukum
asp?id=13217&cl=Kolom>.
Perjanjian Internasional. Jakarta: Disertasi
Blum, George L. Setting Aside Arbitration award
Doktor FHUI.
on Ground of interest or bias arbitrators,
Suparman, Eman. 2004. Pilihan Forum Arbitrase
commercial,bussiness. Akses 1 November
dalam Sengketa Komersial Untuk
2007.
https://web2.westlaw.com/find/
Penegakan Keadilan. Jakarta: Tatanusa.
default.wl?care.html.
Yuhassarie, Emmy. (editor). 2003. Proceedings, Campbell, Andrew M. Refused to Enforce
Arbitrase dan Mediasi. Jakarta: Pusat
Foreign Arbitral Awards on Public Policy
Pengkajian Hukum.
Grounds. Akses 1 November 2007. https://
web2.westlaw.com/find/default.wl?care.
Zuraida, Tin. 2009. Prinsip Eksekusi Putusan
html.
Arbitrase Internasional di Indonesia, Teori
dan Praktek Yang Berkembang. Surabaya: Hakim Dan Mafia Peradilan. Akses 17 Maret
PT Wastu Lanas Grafika.
2008. http://www.kompas.com/31 Agustus
2007.
Karya Ilmiah/Disertasi:
Mathilde, Sumampouw. 1958. Pilihan Hukum
Sebagai Titik Pertalian dalam Hukum
Perjanjian Internasional. Jakarta: Disertasi
Doktor FHUI.
Penolakan Putusan Arbitrase Internasional Dalam Kasus Astro All Asia Network PLC (Mutiara Hikmah)
| 83
ABSTRAK
memberikan
Paten
sebagai
konstruksi
hukum
84 |
I.
PENDAHULUAN
| 85
86 |
A.
Studi Pustaka
(inventive step/non obviousness), juga memenuhi penemuan (invensi) tersebut sebelum tanggal
penerimaan atau tanggal prioritas (Purwaningsih,
syarat formal.
2005: 221).
Menurut Saidin (2010: 127) bahwa
Invensi bisa saja dihasilkan oleh masyarakat
kelemahan inventor Indonesia itu terletak pada
ketidakmampuannya untuk melakukan langkah umumnya, maupun oleh masyarakat kampus.
inventif terhadap invensi yang sudah ada Invensi yang patentable harus memenuhi
sebelumnya. Di AS dan Jepang di Kantor Paten novelty, non obviousness/inventive step, dan
setiap hari dipenuhi oleh tenaga-tenaga ahli industrial applicable. Dosen dan mahasiswa
peneliti untuk mempelajari formula paten yang dituntut untuk menghasilkan karya ilmiah, jadi
telah ada dan mereka mencari langkah inventif bisa saja menghasilkan produk tangible seperti
untuk dapat dilindungi menjadi paten baru. mesin atau robot, ataupun formula obat dan
Merujuk pendapat tersebut, kelengkapan online sebagainya. Pembukaan wawasan tentang HKI
digital library atau fasilitas discovery search mutlak diperlukan, serta akses ke Ditjen HKI juga
harus digalakkan baik di Ditjen HKI maupun di penting untuk mengetahui apakah invensi yang
dihasilkan oleh dosen dan mahasiswa ini tidak
lembaga riset dan kampus.
anticipated by patented invention. Kesadaran
Khusus mengenai kebaruan, sifat baru
hukum akan perlunya perlindungan terhadap
pada penemuan mutlak akan hilang apabila ada
invensi dan eksploitasi terhadap invensi tersebut
publikasi dengan cara bagaimanapun, dan di
harus ditanamkan bersama dengan pembangunan
negara manapun, atau pernah diketahui dengan
budaya paten (Purwaningsih, 2009: 30).
cara bagaimanapun, dan di negara manapun
Banyak perguruan tinggi yang menghasilkan
sebelum aplikasi diajukan. Kebaruan relatif
berarti sifat baru dari suatu temuan itu akan akademisi yang handal. Lembaga penelitian,
hilang apabila ada publikasi di negara manapun pengembangan dan penerapan teknologi disesaki
atau penggunaan setempat yang diketahui umum oleh peneliti yang hebat. Banyak kegiatan riset
sebelum aplikasi diajukan. Jadi, Indonesia yang dilakukan. Anggaran sudah dikucurkan
dalam hal syarat kebaruan menganut sistem walaupun perlu diakui juga tidak terlalu besar
kebaruan yang luas (world wide novelty), hal jumlahnya oleh pemerintah, tapi kontribusinya
itu dapat dilihat dari ketentuan yang tercantum terhadap pembangunan berbagai sektor belum
dalam peraturan perundang-undangan mengenai optimal (Lakitan, 2009: 179). Demikian pula
paten, baik pada peraturan yang lama maupun menurut Endang (2012: 64) tanpa adanya
pada peraturan perundang-undangan yang baru. perlindungan hukum maka kegiatan dalam
Ketentuan Pasal 3 Undang-Undang tentang Paten, bidang penelitian dan pengembangan tidak akan
menunjukkan syarat kebaruan yang luas, yaitu: bergairah, juga diperlukan insentif serta jaminan
bahwa suatu penemuan tidak dianggap baru, jika dari pemerintah agar setiap hasil kreativitas
pada saat pengajuan permintaan paten, penemuan intelektual tidak mudah ditiru oleh pihak lain.
tersebut telah diumumkan di Indonesia atau di Landasan pembenaran paten antara lain adalah
luar Indonesia dalam suatu tulisan, uraian lisan insentif untuk kegiatan R&D, rewarding dan paten
atau melalui peragaan, atau dengan cara lain yang sebagai sumber informasi bagi improvement and
memungkinkan seorang ahli untuk melaksanakan improvement on the improvement. Jadi merujuk
Penerapan World Wide Novelty dan Function-Way-Result Test Pada Paten (Endang Purwaningsih)
| 87
88 |
Penerapan World Wide Novelty dan Function-Way-Result Test Pada Paten (Endang Purwaningsih)
| 89
dan kepentingan ekonomi si inventor yang ingin Demikian pula ada teori yang bermaksud untuk
diraup dalam dunia industri, yang nantinya mengetes fungsi, cara dan hasil, yang dikenal
berwujud monopoly patent right.
dengan tes function-way-result yang pertama
kali diperkenalkan pada kasus Graver Tank tahun
Pieoroen dalam Beschermingsomvang van
1950. Intinya, bahwa jika secara substansial invensi
Octrooien in Nederland, Duitsland en Engeland
milik seseorang sama atau mirip dengan fungsi,
(1988) menyatakan bahwa dimungkinkan
cara dan hasil yang (terkover klaim) dilindungi
terjadi discrepancy antara the words of the
paten, maka telah terjadi infringement.
claim dan the extent (scope) of protection.
Kesulitan pembuatan rumusan klaim dipahami B. Analisis
memungkinkan terjadinya perlindungan melebihi
Memahami bahwa esensi dan luasnya
kata-kata klaim. Jadi terdapat penafsiran secara
luas (broad interpretation) dan penafsiran secara perlindungan paten merupakan sesuatu yang
sempit (narrow interpretation), yang kesemuanya substansial, maka scope of claims sangat
bertujuan menciptakan keadilan dan kepastian berpengaruh terhadap pelaksanaan paten itu sendiri
dalam dunia industri. Dari segi teknologi, penafsiran
hukum.
yang terlalu luas terhadap klaim akan menyebabkan
Sehubungan dengan esensi dan batas setiap perbaikan atau penyempurnaan terhadap
lingkup perlindungan itulah, pengadilan sangat penemuan yang dipatenkan dianggap sebagai
penting peranannya untuk menerangkan makna pelanggaran, sebaliknya apabila terlalu sempit
sebenarnya isi peraturan perundang-undangan, akan bermunculan teknologi yang mirip-mirip
juga untuk menggali dan menginterpretasikannya. dan sangat mempersempit hak monopoli pemilik
Misalnya mengenai pelanggaran paten, luas paten.
sempitnya scope paten dan lain-lain, peraturan
Dari segi ekonomi, sempit atau luasnya
perundangan tidak mengatur secara detail atau
kurang jelas, sehingga pengadilan lah yang perlindungan akan menimbulkan persaingan, baik
berperan besar menentukan arti klaim, batasan pada saat aplikasi maupun pada saat pelaksanaan
pelanggaran dan lain-lain; guna mencapai paten di pasar industri. Demikian juga klaim
kepastian hukum, keseimbangan dan keadilan. merupakan substansi yang dapat memicu
Di dalam prakteknya, ketiga hal tersebut sangat terjadinya sengketa, antara para penemu dengan
sulit diwujudkan bahkan saling bertentangan satu penemuan yang mirip, yang terdahulu maupun
yang kemudian, juga antara berbagai negara yang
sama lain (Purwaningsih, 2005: 25).
mengadakan transaksi paten.
Untuk menentukan perbedaan secara
Dengan demikian, inti ruang lingkup
substantif antara pelbagai invensi, bisa dilakukan
dengan pelbagai metode. Banyak teori juga perlindungan paten tidak sama antara berbagai
sudah dikemukan oleh banyak ahli misalnya negara, ada yang didasarkan pada kata-kata dalam
teori equivalensi, means plus function, history klaim dan ada pula yang berdasarkan makna/
estoppel/wrapper estoppel dan teori yang telah intisarinya. Jadi perlu dikaji mengenai esensi
dikemukakan Pieroen mengenai The qualifying perlindungan paten, penentuan batas-batasnya
principle of due care, risk and predictability. dihubungkan dengan technological interest
90 |
Penerapan World Wide Novelty dan Function-Way-Result Test Pada Paten (Endang Purwaningsih)
| 91
2.
92 |
3.
4.
Tanggal
penerimaan
atau
tanggal prioritas dokumen yang
dipublikasikan tersebut lebih awal
daripada tanggal penerimaan atau
tanggal prioritas dari permohonan
yang substantifnya sedang diperiksa.
Jika diperhatikan kata-kata yang
tercetak tebal dari penulis di atas,
dikembalikan pada Pasal 3 ayat
(1) dan Pasal 3 ayat (2) tentu tidak
sinkron, karena pada Pasal 3 ayat (2)
tertera: teknologi yang diungkapkan
sebelumnya sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) adalah teknologi yang
telah diumumkan di Indonesia
atau di luar Indonesia dalam suatu
tulisan, uraian lisan atau melalui
peragaan, atau dengan cara lain
yang memungkinkan seorang ahli
untuk melaksanakan invensi tersebut
sebelum: a. tanggal penerimaan atau
tanggal prioritas.
Dalam kasus tersebut terdapat
keganjilan bahwasanya utuk kelas
dispenser
seharusnya
memang
masuk ke dalam peralatan sederhana
atau rumah tangga sehingga lebih
5.
Dalam
pemeriksaan
substantif
seharusnya juga diperhatikan clarity
dan unity (jika paten biasa) dari klaim,
selain novelty, inventive step (paten
biasa) dan industrial applicable.
Lebih khusus tentang novelty, invensi
yang dipatenkan harus merupakan
Penerapan World Wide Novelty dan Function-Way-Result Test Pada Paten (Endang Purwaningsih)
| 93
94 |
Test
2.
Pertimbangan
hukum
tentang
penerapan
worldwide
novelty
seharusnya dinyatakan secara tegas, dictionary (kamus), dan prior art sejenis lainnya.
demi menjamin kepastian hukum dan Ekstrinsik evidence demikian tidak boleh
digunakan untuk merubah meaning of a claim
keadilan.
term, seperti yang ditentukan oleh intrinsik
Hakim harus bisa memilah mana yang
evidence yang ini sudah menjadi catatan umum.
benar secara hukum, kenapa Ditjen
HKI bisa memberikan sertifikat
Penelitian kedua (perbandingan alat dan
paten sederhana terhadap invensi proses) meliputi membandingkan produk atau
dengan lebih satu klaim, yang tentu metode tergugat dengan klaim invensi. Pelanggaran
menyalahi UUPaten.
terhadap patent claim bisa digambarkan secara
3.
Hakim juga harus bisa menilai kenapa harfiah (literal infringement) suatu produk atau
Penerapan World Wide Novelty dan Function-Way-Result Test Pada Paten (Endang Purwaningsih)
| 95
96 |
2.
Perlunya
pemeriksa
substantif
menerapkan tes/pemeriksaan tentang
fungsi, cara dan hasil, apakah mirip/
sama secara substansial atau tidak.
Hal ini sangat menentukan pokok
invensi yang terlihat dalam klaim.
Jurnal Yudisial Vol. 5 No. 1, April 2012: 84-98
| 97
Abstract
prioritizes prevention.
pencegahan.
| 99
I.
PENDAHULUAN
kecuali di kemudian hari ada putusan hakim yang konsekuensi dan implikasi, sebagai berikut:
menjatuhkan pidana kepada terdakwa karena
1. semua subsistem akan saling
telah melakukan tindak pidana sebelum habis
tergantung (interdependent) karena
masa percobaan selama 3 (tiga) bulan.
produk (output) suatu subsistem
merupakan masukan (input) bagi
II. RUMUSAN MASALAH
subsistem lainnya,
Dengan latar belakang masalah yang telah
diuraikan di atas, maka permasalahan dibatasi:
Apakah penjatuhan pidana dalam perkara Nomor
247/Pid.B/2009/Pn.Pwt telah sesuai dengan ide
dasar pemberian pidana bersyarat?
2.
pendekatan
sistem
mendorong
adanya interagency consultation an
co-operation yang pada gilirannya
akan meningkatkan upaya-upaya
penyusunan strategis dari keseluruhan
sistem; dan
3.
| 101
| 103
itu ada.
| 105
Selanjutnya
terdakwa
melaksanakan
niatnya secara diam-diam tanpa sepengetahuan
pemiliknya mengambil 3 (tiga) biji buah cokelat
atau kakao berat sekitar 3 (tiga) kilogram dengan
cara dipetik dengan menggunakan tangan
terhadap buah cokelat yang masih berada di
pohonnya dan terdakwa juga membawa 1 (satu)
buah kandi untuk menaruh buah kakao atau
a. Identitas
cokelat tersebut, tapi belum sempat terdakwa
Terdakwa Mnh alias Ny. S binti S. Tempat membawanya meninggalkan tempat kejadian,
lahir Banyumas, umur 55 tahun, tahun lahir ternyata perbuatan terdakwa diketahui oleh
1955. Jenis kelamin Perempuan. Kebangsaan mandor perkebunan yaitu saksi T bin S dan saksi
Indonesia. Tempat tinggal desa D Kecamatan R alias D bin A yang sedang melakukan patroli
Aji, Kabupaten B. Agama Islam, Pekerjaan rutin telah memergoki dan menangkap basah
106 |
1. Barang Bukti
Untuk memperkuat pembuktiannya, jaksa
penuntut umum mengajukan barang bukti ke
persidangan berupa:
a.
| 107
menyampaikan
keprihatinannya
dan mendatangi DPRD agar ikut
memberikan
dukungan
moral,
tujuannya agar majelis hakim
bisa menegakkan keadilan yang
sesungguhnya untuk masyarakat;
b.
3.
Pendapat
pakar
Hukum
Pidana
2.
3.
4.
2.
3.
4.
5.
1.
Barang siapa;
2.
Mengambil;
3.
4.
terdakwa
Mnh
Setelah
mendengar
keterangan
saksi| 109
Sepanjang
persidangan
berlangsung
menurut pengamatan majelis, terdakwa dalam
keadaan sehat jasmani maupun rohani, mampu
mengikuti jalannya persidangan dengan baik dan
diperoleh fakta bahwa perbuatan yang dilakukan
terdakwa atas kehendak sendiri, bukan karena
perintah jabatan yang tidak sah, dikira sah dan
tidak pernah diketemukan alasan pembelaan
Setelah terbukti adanya tindak pidana darurat, sehingga menurut majelis hakim tidak
tersebut dan tidak ditemukan alasan pembenar, diketemukan alasan pemaaf sebagaimana
selanjutnya majelis hakim mempertimbangkan ditentukan dalam Pasal 44 KUHP, Pasal 48
mengenai pertanggungjawaban pidana terhadap KUHP, Pasal 48 ayat (2) KUHP dan Pasal
terdakwa yang mengandung unsur-unsur sebagai 51 ayat (2) KUHP, sehingga terdakwa dapat
dipertanggungjawabkan atas perbuatan yang
berikut:
dilakukannya.
1. Barang siapa (pelaku subjek
Fenomena kasus Mnh ini menjadi menarik
hukum).
2. Kesalahan
(sengaja/dolus
atau masyarakat karena menyentuh sisi kemanusiaan,
melukai keadilan rakyat dimejahijaukan ambil
kealpaan/culpa).
3 (tiga) biji kakao/cokelat senilai Rp21.999,-.
3. Tidak ada alasan pemaaf.
Aktivis Dukung Ny. Mnh dibebaskan
mestinya polisi, jaksa dan majelis hakim bisa
Ad. 1 dan 2:
melihat dampak yang ditimbulkan dari perbuatan
Unsur
kesatu
dan
kedua
telah si pelaku. Kalau dampaknya tidak begitu
dipertimbangkan sebagaimana tersebut di atas merugikan masyarakat secara luas termasuk pihak
dan kedua unsur ini telah terbukti dan terpenuhi. korban itu bisa ditangani dengan pendekatan lain
dulu, tidak terus semua diproses pidana.
Ad. 3:
Perbuatan terdakwa merupakan gejala tidak
Alasan pemaaf yang tertulis dalam KUHP
diberdayakannya masyarakat setempat sekitar PT.
ada 4 (empat) macam, yaitu:
RSA IV Darmakradenan sehingga menimbulkan
1. Tidak mampu bertanggung jawab ketimpangan dan kecemburuan sosial. Lebih jauh
lagi bahwa yang terpenting putusan haruslah
(Pasal 44 KUHP)
membawa makna, makna itu disiratkan melalui
2. Daya paksa (Pasal 48 KUHP)
fantasi dan imajinasi yang divisualisasikan fantasi
3. Pembelaan darurat yang melampaui
dan imajinasi hakim haruslah memimpin sebuah
batas (Pasal 49 ayat (2) KUHP)
peradaban. Ketentuan pidana yang tercantum
4. Sedangkan alasan pemaaf yang
dalam pasal perundangan yang didakwakan
| 111
2.
1.
2.
3.
4.
5.
b.
c.
| 113
b.
1.
2.
Sejumlah
penggiat
gender
menyampaikan
keprihatinannya
dan mendatangi DPRD agar ikut
memberikan
dukungan
moral,
tujuannya agar majelis hakim
bisa menegakkan keadilan yang
sesungguhnya untuk masyarakat;
3.
4.
| 115
DAFTAR PUSTAKA
Atmasasmita, Romli. 1996. Cet. Ke-2. Sistem
Peradilan Pidana (Perspektif Eksestialisme
dan Abolisionisme). Bandung: Binacipta.
Fakultas Hukum Universitas Indonesia (Tim).
2001. Sinkronisasi Ketentuan Perundangundangan Mengenai Sistem Peradilan
Pidana Terpadu Melalui Penerapan Asasasas Umum. Jakarta.
Huda, Chairul. 2006. Dari Tiada Tanpa Kesalahan
Menuju Kepada Tiada Pertanggungjawaban
Pidana Tanpa Kesalahan: Tinjauan Kritis
Terhadap Teori Pemisahan Tindak Pidana
dan Pertanggungjawaban Pidana. Jakarta:
Kencana Prenada Media.
Kaligis, O.C. 2006. Edisi Pertama. Cet. Ke-1.
Perlindungan Hukum Atas Hak Tersangka,
Terdakwa dan Terpidana. Bandung: PT
Alumni.
Lestijono, Agus Dwi. 2005. Telaah Konsep Hak
Asasi Manusia dalam Kaitannya dengan
Sistem Peradilan Pidana. Jurnal Hukum
Vol. 01 No. 1 Tahun 2005, hal. 96.
Mudzakir. 2001. Posisi Hukum Korban Kejahatan
Dalam Sistem Peradilan Pidana. Disertasi.
Jakarta: Program Pascasarjana Fakultas
Hukum Universitas Indonesia.
Muladi. 1995. Kapita Selekta Sistem Peradilan
Pidana. Semarang: Badan Penerbit
Universitas Diponegoro.
Muladi. 2002. Lembaga Pidana Bersyarat.
Bandung: Alumni.
Rahardjo, Satjipto. 1986. Hukum dan Masyarakat.
Bandung: Angkasa.
116 |
BIODATA PENULIS
Ibnu Sina Chandranegara, adalah Dosen pada Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah
Jakarta Bagian Hukum Tata Negara, lahir di Jakarta, pada tanggal 11 Oktober 1989. Memperoleh
gelar Sarjana Hukum (S1) pada Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Jakarta dan saat
ini masih melanjutkan studi pada Program Magister Hukum Sekolah Pascasarjana Universitas
Muhammadiyah Jakarta dengan Konsentrasi Hukum Tata Negara. Penulis juga merupakan
Anggota Asosiasi Pengajar Hukum Acara Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia. Di
samping itu Penulis juga merupakan Anggota Majelis Hukum dan Hak Asasi Manusia Pimpinan
Pusat Muhammadiyah Periode 2010-2015. Email: himynameisnou@rocketmail.com. HP:
+6281311075760.
Mella Ismelina FR, adalah Dekan dan pengajar pada Fakultas Hukum Universitas Islam Bandung
sekaligus pengajar pada Pascasarjana Universitas Islam Bandung dan Program Magister Ilmu
Hukum Universitas Tanjungpura Pontianak. Gelar kesarjanaan diperoleh dari Fakultas Hukum
Universitas Islam Bandung, gelar magister diperoleh dari Program Magister Ilmu Hukum
Universitas Padjadjaran Bandung dan gelar doktor ilmu hukum diperoleh dari Program Doktor
Ilmu Hukum Universitas Diponegoro Semarang serta memperoleh jabatan Guru Besar di bidang
Ilmu Hukum. Beliau aktif melakukan penelitian dan menulis di jurnal ilmiah.
M. Syamsudin, lahir di Purworejo, Jawa Tengah, 4 September 1969. Menyelesaikan Sarjana
Hukum di Fakultas Hukum Universitas Diponegoro (Undip) Semarang 1994, Magister Hukum
di Program Pascasarjana Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, 2002, dan Program Doktor
Ilmu Hukum di Pascasarjana Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, 2010. Bekerja sebagai
Dosen Tetap pada Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta (Program S1,
S2 dan S3) mengampu matakuliah: Hukum Adat, Antropologi Hukum, Metode Penelitian Hukum,
Filsafat Hukum, dan Teori Hukum. Jabatan yang pernah dipegang Kepala Pusat Penelitian
Sosial Lembaga Penelitian UII Yogyakarta (2002-2005), Kepala Pusat Studi Hukum Fakultas
Hukum UII (2010-sekarang), Sekretaris Senat FH UII (2005-2010), Konsultan Peneliti di Badan
Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian Perhubungan Republik Indonesia
(2002-sekarang), Ketua Penyunting Jurnal Fenomena Pusat Penelitian Sosial UII (2003-2005).
Peserta pada Training on Social-Legal Studies in Promoting and Protecting Indigenous Rigths:
A Harmonization between Modern Law and Customary Law in Indonesia, 15 March 1 April
2010, di Van Vollenhoven Institute, Leiden University Belanda. Peserta Program Sandwich Like
di School of Law, Flinders University, Adelaide South Australia, September-Desember 2008. HP:
08562880013.
Erman Rajagukguk, lahir di Padang 1 Juni 1946. Mendapat S.H. (Sarjana Hukum) dari
Fakultas Hukum Universitas Indonesia (1975). Melanjutkan studi ke Amerika Serikat (1982
1988) dan mendapat LL.M dari University of Washington, School of Law, Seattle (1984) dan
Ph.D dari universitas yang sama (1988). Pada tahun 1997 diangkat sebagai Gurubesar Fakultas
Hukum Universitas Indonesia. Setahun kemudian diangkat menjadi Direktur Jenderal Hukum
& Perundang-Undangan Departemen Kehakiman Republik Indonesia (1998). Delapan bulan
kemudian diangkat sebagai Wakil Sekretaris Kabinet RI sampai dengan April 2005. Ditunjuk
sebagai Wakil Ketua Team Pemerintah dalam penyusunan dan pembahasan RUU Larangan
Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat dengan DPR. Sekarang selain mengajar pada
Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Dekan Fakultas Hukum Universitas Al Azhar Indonesia
(2005sekarang). Buku yang telah diterbitkan antara lain Hukum Agraria, Pola Penguasaan
Tanah, dan Kebutuhan Hidup (Jakarta: Ghalia, 1990), Arbitrase Dalam Putusan Pengadilan
(Jakarta: Chandra Pratama, 1998), Nyanyi Sunyi Kemerdekaan: Menuju Indonesia Negara
Hukum Demokratis (Jakarta: Lembaga Studi Hukum dan Ekonomi FH UI, 2006), Hukum
Investasi di Indonesia (Jakarta: Lembaga Studi Hukum dan Ekonomi FH UI, 2007), Perseroan
Terbatas, Keuangan Negara, Dan Tindak Pidana Korupsi (Jakarta: Lembaga Studi Hukum dan
Ekonomi FH UI, 2009), Butir-Butir Hukum Ekonomi (Jakarta : Lembaga Studi Hukum dan
Ekonomi FH UI, 2011).
Mutiara Hikmah, lahir di Jakarta pada 21 Januari 1970. Berkarir sebagai Dosen Tetap di
Fakultas Hukum UI sejak Mei 1996. Saat ini menjabat Lektor Kepala dengan Pangkat/Golongan
IV-b. Gelar Sarjana Hukum dengan skripsi di Bidang Hukum Perdata Internasional, dicapai pada
tahun 1995. Kemudian Gelar Magister di bidang Hukum Ekonomi pada tahun 2002. Mengikuti
Program Doktor Pada Program Pasca sarjanaa FHUI pada tahun 2003, dan pada tahun 2010
memperoleh Gelar Doktor dari Universitas Pelita Harapan. Matakuliah yang diasuh di Fakultas
Hukum UI adalah Hukum Antar Tata Hukum/ HATAH, Hukum Perdata Internasional, Konvensikonvensi Hukum Perdata Internasional, Kapita Selekta Hukum Perdata Internasional, serta mata
kuliah Hukum dan Hak Asasi Manusia. Di Fakultas Ekonomi UI mengajar untuk Kelas Khusus
Internasional, sejak tahun 2006 pada mata kuliah Economics and Business Law in Indonesia.
Dosen yang aktif dalam menulis, meneliti dan juga mengikuti training, workshop dan konferensi
baik yang bersifat nasional maupun internasional. Penulis juga aktif memuat tulisannya di
dalam jurnal-jurnal ilmiah, antara lain Jurnal Hukum dan Pembangunan, Jurnal Keadilan dan
Jurnal Hukum Internasional. Buku-buku yang pernah ditulis, antara lain Aspek-Aspek Hukum
Perdata Internasional Pada Perkara-Perkara Kepailitan (Penerbit Refika Aditama, 2007) dan
Bunga Rampai Hukum Antar Tata Hukum dan Hak Asasi Manusia (Penerbit Fakultas Hukum UI,
2011).
Endang Purwaningsih, lahir di Purworejo, Jawa Tengah pada 04 September 1968, menamatkan
pendidikan dasar dan menengah di SDN Kaligondang I Pituruh, SMPN Pituruh dan SMAN
Kutoarjo, Kabupaten Purworejo Jawa Tengah; lulus S1 Ilmu Hukum (Hukum Keperdataan)
Universitas Diponegoro/UNDIP 1991 dengan Skripsi: Pelaksanaan Joint Venture Indonesia
dan Jepang di Indonesia; lulus S2 Ilmu Hukum (Hukum Ekonomi) Universitas Gadjah Mada/
UGM 1998 dengan Tesis: Peranan Lisensi Paten dalam Pertumbuhan Teknologi dan Industri
Indonesia, dan lulus S3 Ilmu Hukum (Hukum Hak Kekayaan Intelektual) Universitas Airlangga/
UNAIR 2005, dengan Disertasi: Perlindungan Paten Menurut Hukum Paten Indonesia (Studi
Komparatif). Saat ini Penulis menjabat sebagai Dekan Fakultas Hukum Universitas YARSI Jakarta
(2009-2013). Pengalaman penelitian Penulis antara lain Penelitian Hibah Kompetensi DIKTI
2011/2012 tentang Traditional Knowledge (sebagai Ketua); Penelitian Hibah Bersaing DIKTI
2009 tentang Perlindungan Tapis Lampung (sebagai Ketua); Penelitian Hibah Bersaing DIKTI
2008 tentang Patentability Invention di Kalangan Kampus se-Provinsi Lampung dalam rangka
menumbuhkembangkan Indigenous Technological Capabilities (sebagai Ketua); Penelitian Hibah
Bersaing DIKTI 2008-2010 tentang Perlindungan Foklor Jawa oleh Masyarakat Transmigran
Jawa di Lampung (sebagai anggota), Penelitian Fundamental DIKTI 2008 tentang Kawin Lari
Sebambangan sebagai Media Pembelajaran Sosial Mayarakat Adat Lampung (sebagai anggota);
Penelitian Hibah Bersaing DIKTI 2007 (sebagai Ketua) mengenai Patent Culture Building di
Sentra Industri Kecil dan Menengah Jawa Timur; Penelitian Hibah Bersaing DIKTI 2008 (sebagai
anggota) mengenai Model Rehabilitasi Napi Wirogunan Yogyakarta; Penelitian Hibah Bersaing
DIKTI 2007 (sebagai anggota); Penelitian Hibah Bersaing DIKTI 2006 mengenai Konflik PT
Freeport dan Masyarakat Adat Timika (sebagai anggota); Penelitian tentang Pengaruh Kesadaran
Hukum, Sosialisasi Pemerintah tentang BIO-PIRACY, dan Budaya hukum terhadap Motivasi
Produsen Jamu dan Obat Tradisional untuk Memperoleh Perlindungan Hukum HKI, 2006 (sebagai
Ketua) dan lain lain. Buku cetak yang telah diterbitkan antara lain Perkembangan Hukum
Intellectual Property Rights (Ghalia Yudistira, 2005) dan Kapita Selekta Hukum Ekonomi
(Jenggala Pustaka Utama, 2009); Hukum Bisnis (Ghalia Yudistira, 2010); dan Hak Kekayaan
Intelektual dan Lisensi (Mandar Maju, 2012). HP: 081280400620
Haryanto Dwiatmodjo, lahir di Yogyakarta tanggal 25 Februari 1957 adalah Staf Pengajar di
Fakultas Hukum UNSOED Purwokerto dan sekarang menjabat sebagai Ketua Bagian Hukum
Pidana di Fakultas Hukum UNSOED. Pendidikan S1 di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Lulus tahun 1985 dan Pendidikan S2 di Universitas Diponegoro Semarang Lulus tahun 1997.
PEDOMAN PENULISAN
Jurnal Yudisial menerima naskah hasil penelitian atas putusan pengadilan (court decision) suatu
kasus konkret yang memiliki kompleksitas permasalahan hukum, baik dari pengadilan di Indonesia
maupun luar negeri.
FORMAT NASKAH
Naskah dituangkan dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris baku. Apabila ada kutipan
langsung yang dipandang perlu untuk tetap ditulis dalam bahasa lain di luar bahasa Indonesia atau
Inggris, maka kutipan tersebut dapat tetap dipertahankan dalam bahasa aslinya dengan dilengkapi
terjemahannya ke dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris.
Naskah diketik di atas kertas ukuran kwarto (A-4) sepanjang 20 s.d. 25 halaman (sekitar 6.000
kata), dengan jarak antar-spasi 1,5. Ketikan menggunakan huruf (font) Times New Roman berukuran
12 poin.
Semua halaman naskah diberi nomor urut pada margin kanan bawah.
SISTEMATIKA NASKAH
I. JUDUL NASKAH
Judul utama ditulis di awal naskah dengan menggunakan huruf Times New Roman 14 poin,
diketik dengan huruf kapital seluruhnya, ditebalkan (bold), dan diletakkan di tengah margin (center
text). Tiap huruf awal anak judul ditulis dengan huruf kapital, ditebalkan, dengan menggunakan
huruf Times New Roman 12 poin. Contoh:
PERSELISIHAN HUKUM MODERN DAN HUKUM ADAT
DALAM KASUS PENCURIAN SISA PANEN RANDU
Kajian Putusan Nomor 247/Pid.B/2009/PN.BTG
A. Nama dan identitas penulis
Nama penulis ditulis tanpa gelar akademik. Jumlah penulis dibolehkan maksimal dua orang.
Setelah nama penulis, lengkapi dengan keterangan identitas penulis, yakni nama dan alamat lembaga
tempat penulis bekerja, serta akun email yang bisa dihubungi! Nama penulis dicetak tebal (bold),
tetapi identitas tidak perlu dicetak tebal. Semua keterangan ini diketik dengan huruf Times New
Roman 12 poin, diletakkan di tengah margin. Contoh:
Mohammad Tarigan
Fakultas Hukum Universitas Tarumanagara, Jalan S. Parman No. 1 Jakarta 11440,
email mohtarigan@yahoo.co.id.
b. Abstrak
Abstrak ditulis dalam dua bahasa sekaligus, yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Panjang
abstrak dari masing-masing bahasa sekitar 200 kata, disertai dengan kata-kata kunci (keywords)
sebanyak 3 s.d. 5 terma (legal terms). Jarak antar-spasi 1,0 dan dituangkan dalam satu paragraf.
II. PENDAHULUAN
Subbab ini berisi latar belakang dari rumusan masalah dan ringkasan jalannya peristiwa hukum
(posisi kasus) yang menjadi inti permasalahan dalam putusan tersebut.
III. RUMUSAN MASALAH
Subbab ini memuat formulasi permasalahan yang menjadi fokus utama yang akan dijawab
nanti melalui studi pustaka dan analisis. Rumusan masalah sebaiknya diformulasikan dalam bentuk
pertanyaan. Setiap rumusan masalah harus diberi latar belakang yang memadai dalam subbab
sebelumnya.
IV. STUDI PUSTAKA DAN ANALISIS
Subbab ini diawali dengan studi pustaka, yakni tinjauan data/informasi yang diperoleh melalui
bahan-bahan hukum seperti perundang-undangan dan Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim, juga
hasil-hasil penelitian, buku, dan artikel yang relevan dan mutakhir. Paparan dalam studi pustaka
tersebut harus menjadi kerangka analisis terhadap rumusan masalah yang ingin dijawab. Bagian
berikutnya adalah analisis permasalahan. Analisis harus dikemas secara runtut, logis, dan terfokus,
yang di dalamnya terkandung pandangan orisinal dari penulisnya. Bagian analisis ini harus menyita
porsi terbesar dari keseluruhan substansi naskah.
V. SIMPULAN
Subbab terakhir ini memuat jawaban secara lengkap dan singkat atas semua rumusan masalah.
Abelson, Raziel & Marie-Louise Friquegnon. Eds. 2010. Ethics for Modern Life. New York:
St. Martins Press.
Grassian, Victor. 2009. Moral Reasoning: Ethical Theory and Some Contemporary Moral
Problems. New Jersey: Prentice-Hall.
Cornell University Library. 2009. Introduction to Research. Akses 20 Januari 2010. <http://
www.library.cornell.edu/resrch/intro>.
PENILAIAN
Semua naskah yang masuk akan dinilai dari segi format penulisannya oleh tim penyunting.
Naskah yang memenuhi format selanjutnya diserahkan kepada mitra bestari untuk diberikan catatan
terkait kualitas substansinya. Setiap penulis yang naskahnya diterbitkan dalam Jurnal Yudisial berhak
mendapat honorarium dan beberapa eksemplar bukti cetak edisi jurnal tersebut.
CARA PENGIRIMAN NASKAH
Naskah dikirim dalam bentuk digital (softcopy) ke alamat e-mail:
jurnal@komisiyudisial.go.id
dengan tembusan ke:
a_nicedp@yahoo.com dan nuraguss@yahoo.com.
Personalia yang dapat dihubungi (contact persons):
Nur Agus Susanto (085286793322);
Dinal Fedrian (085220562292); atau
Arnis (08121368480).
Alamat redaksi:
Pusat Data dan Layanan Informasi, Gd. Komisi Yudisial Lt. 3, Jl. Kramat Raya No. 57 Jakarta
Pusat 10450, Fax. (021) 3906215.