Anda di halaman 1dari 6

PERJALANAN GARUDA DI PIALA AFF 2010

Razki Raditya Mashan mencatat beberapa hal besar yang terjadi


pada penyelenggaraan AFF Suzuki Cup 2010 di Jakarta,
khususnya yang berkaitan dengan tim Indonesia

Euforia si merah

Lautan merah...ribuan pendukung tim nasional Indonesia memadati stadion Gelora Bung Karno, Jakarta

DA SATU HAL yang membuat


merinding saat menyaksikan laga tim
nasional secara langsung di Gelora Bung
Karno, Senayan. Sambil meneriakkan yel-yel
pembangkit semangat, menabuh genderang,
hingga menyalakan kembang api untuk lebih
membakar semangat para pemain, ribuan
penonton di lapangan dan ribuan lainnya di
luar lapangan menyeragamkan semangat dan
dukungan terhadap tim kebanggaan bangsa. Tapi
tidak hanya menyeragamkan dukungan, nyaris
seluruh suporter juga menyeragamkan pakaian
berwarna sama dengan yang dikenakan para
pemain, yaitu merah. Para penonton mampu
menyulap Senayan menjadi lautan merah yang
seperti diakui oleh pelatih Filipina, Simon

McMenemy, membuat dirinya dan timnya


terkagum-kagum.
Kostum timnas, kostum kita semua. Ya,
mungkin, kalimat itu tepat untuk menggambarkan euforia merah belakangan ini. Di
manapun kostum tim nasional dijual, pasti
banyak suporter yang mencari, bahkan hingga di
luar Jakarta, sampai luar Indonesia. Bukan hanya
kostum yang diburu para pencinta sepak bola
tanah air, segala pernak-pernik yang berbau tim
nasional juga dicari. Dan berbicara mengenai
kostum, ada baiknya jika kita melihat sejarahnya.
Pada Piala AFF Suzuki tahun ini, tim
nasional Indonesia masih menggunakan produk
dari sebuah produsen alat-alat olahraga ternama,
Nike, yang kerjasamanya telah dimulai sejak

tahun 2006. Kostum tim nasional yang sekarang


ini sendiri, diklaim sebagai kostum yang ramah
lingkungan, karena tiap kausnya terbuat dari
bahan poliester yang mendaur ulang delapan
botol plastik. Dengan menggunakan bahan
poliester daur-ulang untuk kostum tim nasional
ini, Nike pun berhasil mengurangi limbah
poliester yang akan dibuang ke TPA (Tempat
Pembuangan Akhir) di seluruh dunia.
Lebih lanjut, kostum tim nasional juga
dirancang dengan mempertimbangkan budaya
dan identitas negara, dengan inspirasi budaya
dalam negeri yang menjadi acuan dalam
pembuatan konsep kostum ini.
Bhinneka Tunggal Ika menjadi desain
inspiratif dalam penentuan pesan yang
memotivasi tim nasional dalam bertanding dan
dicantumkan di dalam desain. Tulisan Bhinneka
Tunggal Ika dapat ditemukan di balik lambang
Garuda pada sisi kiri depan seragam. Logo sayap
Garuda di bagian leher dalam, melambangkan
lambang negara sekaligus cermin identitas bangsa.
Dari ulasan di atas, dapat dilihat bahwa
filosofi di balik kostum tim nasional kali ini
adalah untuk menonjolkan identitas dan budaya
persepakbolaan yang unik dari tim nasional.
Dengan lambang Garuda tersemat di dada kiri
dan watermark besar di bagian depan serta
tulisan Bhinneka Tunggal Ika di balik lambang
Garuda, menunjukkan bahwa kostum dan tim
nasional ini adalah milik negara, milik kita
bersama. Persis seperti jargon yang sering
terdengar belakangan ini, Garuda di dadaku,
kostum inilah penggambaran sebenarnya dari
jargon tersebut. Semoga Garuda tetap di dada
masyarakat Indonesia.

Kontroversi tiket
KERICUHAN
ANTREAN pembeli tiket adalah
pemandangan yang biasa terlihat di
berbagai media massa akhir Desember
lalu. Hal ini disebabkan karena para
pembeli merasa kecewa dengan
pelayanan dan mekanisme yang
diberikan.
Jumlah tiket yang dijual pun tidak
jelas, sering tidak sesuai dengan yang
diinformasikan. Belum lagi jumlah loket
yang dibuka dan waktu buka-tutup loket
yang terkesan sangat kacau. Kekisruhan
penjualan tiket semakin meningkat sejak

18 WORLD SOCCER INDONESIA | JANUARI 2011

babak semi final, yang keduanya digelar


di Gelora Bung Karno (GBK), antara
Indonesia dan Filipina. Begitu juga
dengan tiket babak final yang
dipertandingkan di Jakarta pada tanggal
29 Desember, jauh hari sebelum
pertandingan, ribuan penonton
membludak memenuhi loket penjualan tiket.
Mekanisme pembelian tiket juga
dinilai masih kacau dan terlalu
merepotkan. Sebelum dapat memiliki
tiket asli, para pembeli harus dapat
menunjukkan Kartu Tanda Penduduk
dan hanya mendapatkan bukti tanda

pembelian yang nantinya akan ditukarkan


dengan tiket asli pada hari H pertandingan
juga dengan menunjukkan Kartu Tanda
Penduduk masing-masing. Sistem ini
dianggap sangat menyulitkan penonton
dan juga panitia karena harus bekerja
dua kali. inilah yang mungkin membuat
kerja panitia terlihat lambat dan
bertele-tele. Sistem ini memang
dimaksudkan untuk mencegah
pemalsuan tiket dan pembelian oleh calo,
namun seharusnya panitia menggunakan
cara lain yang lebih efektif. Dan ini
adalah sebuah keharusan!

David Tobing dan gugatannya


Advokat David M.L. Tobing, SH, M.Kn, bicara mengenai gugatannya
dalam penggunaan lambang negara (Garuda) di kostum tim nasional
sepak bola Indonesia, yang dilayangkannya ke Pengadilan Negeri
Jakarta Pusat, 14 Desember 2010

Serius...David mencari kebenaran

Di tengah-tengah euforia
masyarakat terhadap tim nasional
dan kostumnya - Anda tiba-tiba
muncul dengan gugatan Anda. Apa
yang menjadi landasan Anda
melayangkan gugatan tersebut?
Sehari sebelum mengajukan gugatan, saya
melihat berita di TV yang memang
banyak membicarakan tentang tim
nasional. Kemudian disorot persis
lambang Garuda di bagian dada kiri
kostum para pemain dan watermark
Garuda yang cukup besar dan jelas di
bagian depan. Lalu saya berpikir, kalau
tidak salah, ada pengaturan tentang
lambang negara. Saya baca kembali
undang-undang tersebut (UndangUndang Nomor 24 tahun 2009 tentang
Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara
serta Lagu Kebangsaan), dan itu
melanggar, dan ternyata pelanggarannya
parah, yaitu mengubah bentuk, dan itu
tidak diperbolehkan. Di undang-undang
itu sangat jelas tertulis bahwa (lambang
Garuda) wajib dipakai di mana dan boleh
dipakai oleh siapa, bersifat limitatif. Jadi,
yang saya gugat di sini bukan para pemain
sepak bola ataupun masyarakat yang
menggunakan kostum tersebut, tapi
penggunaan lambang negara itu oleh
pihak-pihak terkait.
Siapa saja pihak-pihak itu, dan apa
kaitannya masing-masing?
Ada lima pihak yang menjadi tergugat
dalam kasus ini. Tergugat I adalah

Tujuan
utama
saya
bukan
untuk
mencari
tenar, tapi
mencari
benar

pemegang kekuasaan pemerintah negara


Republik Indonesia, dalam hal ini
presiden, yang diamanatkan oleh
undang-undang untuk menetapkan
kebijakan, pengaturan dan pengawasan di
bidang penggunaan lambang negara
seperti yang diatur secara jelas dalam
Pasal 1 angka 9 Undang-Undang
Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara
serta Lagu Kebangsaan. Lalu, tergugat II
adalah menteri pendidikan nasional, yang
merupakan pihak yang memiliki otoritas
dan kewenangan untuk merumuskan serta
melaksanakan kebijakan dan standarisasi
teknis di bidang penggunaan Bendera,
Bangsa, dan Lambang Negara serta Lagu
Kebangsaan. Kemudian, tergugat III
adalah menteri pemuda dan olahraga,
yang kegiatan utamanya adalah sebagai
pengawas setiap induk organisasi cabang
olahraga dan perjanjian kerjasama yang
dibuat dengan pihak lain. Selanjutnya,
tergugat IV adalah Persatuan Sepakbola
Seluruh Indonesia (PSSI), yang
merupakan induk cabang olahraga sepak
bola yang melakukan perjanjian dan
mengizinkan penggunaan Lambang
Negara kepada tergugat V, dalam hal ini,
PT Nike Indonesia, perusahaan yang
membuat dan memasarkan kostum tim
nasional sepak bola Indonesia.
Apa sebenarnya yang ingin Anda
capai?
Memang banyak orang berpikir saya
mencari popularitas dan sensasi, bahkan
ada juga yang menganggap saya sebagai
orang suruhan satu pihak sebagai langkah
pemasaran. Bukan itu sebenarnya. Tujuan
utama saya bukan untuk mencari tenar,
tapi mencari benar. Setelah benar, jika
memang nantinya menjadi tenar, saya
tidak akan munafik. Jadi, maksud saya
adalah untuk mengingatkan pemerintah
dan masyarakat Indonesia bahwa kita
harus patuh kepada undang-undang, suka
ataupun tidak. Pemerintah harus
konsisten dengan undang-undang,
jalankan undang-undang apapun
risikonya. Ada dua output yang
diharapkan dari gugatan ini: pertama,
pemerintah dan masyarakat harus aware
adanya undang-undang tersebut. Masalah
mau dipatuhi atau tidak, itu urusan lain
dan sepertinya dengan munculnya
masalah ini ke permukaan, sudah cukup
membuktikan bahwa mereka sudah mulai
aware. Yang kedua, jika akhirnya

undang-undang tersebut tidak dipatuhi,


pemerintah harus bertanya apakah
undang-undang itu perlu direvisi atau
tidak. Setelah itu, penggunaan lambang
negara dapat diterapkan di tempat yang
memang layak peruntukannya. Kalau
pemerintah tidak diingatkan secepatnya
terhadap pelanggaran undang-undang
atau karena sedang dalam situasi euforia
seperti ini, ya, maka akan terjadi
pelanggaran selamanya. Apalagi jika hal
ini dianggap sepele.
Banyak yang merespon dengan
mengatakan bahwa penggunaan
Garuda (dalam kostum tim nasional)
sudah sejak dulu, dan kenapa baru
sekarang dipermasalahkan?
Undang-undang baru dikeluarkan tahun
2009, pelarangan yang bersifat limitatif
tersebut baru keluar di tahun itu.
Sekarang saya kembalikan, pertanyaannya
adalah, kenapa tidak dari dulu sejak
undang-undang berlaku, pemerintah dan
DPR mengawasi, dan malah membiarkan
pelanggaran terjadi?
Bagaimana kelanjutan dari gugatan
tersebut hingga sekarang?
Masih berjalan sampai saat ini, tapi saya
belum mengetahui kapan sidang pertama
akan dilaksanakan.
Banyak orang mencemooh, bahkan
mengancam Anda...
Ada yang beranggapan bahwa saya lain
daripada yang lain (mencari sensasi), tapi
saya satu di antara banyak orang yang
sadar hukum. Kebanyakan orang
Indonesia hanya mengikuti arus. Kalau
ada satu orang yang melawan arus tapi
menyampaikan kebenaran, ia justru
disebut orang gila. Banyak juga ancaman
yang saya terima melalui akun Facebook
saya, begitu pun melalui akun milik istri
saya. Saya sudah menduga risiko yang
akan saya terima seperti apa, namun bagi
saya, pekerjaan publik ini adalah hobi, jadi
harus dijalankan, mau risikonya dibenci
orang, dibilang melawan arus, dan risiko
keluar uang. Tapi menurut saya, kalau hal
itu adalah untuk menuntut kebenaran,
akan terus saya jalani. Toh, saya tidak
menuntut materi dalam gugatan ini.

Wawancara oleh Razki Raditya Mashan

JANUARI 2011 | WORLD SOCCER INDONESIA 19

LPI LIGA PRIMER INDONESIA

Menunggu Kick-off

Pertama...pemain Persebaya (kiri) melawan Indo-Holland


dalam pertandingan amal LPI

LIGA PRIMER INDONESIA (LPI)


telah dipastikan 100% akan
bergulir awal tahun depan.
Musim kompetisi pertamanya,
2011, akan dimulai kali pertama
di Kota Solo pada 8 Januari 2011
nanti. Di saat yang bersamaan,
rencananya LPI juga akan
menyumbangkan hasil penjualan
tiket, pendapatan sponsor dan
hak siar dari Charity Match yang
dilangsungkan pada 10 dan 12
November lalu, kepada Palang
Merah Indonesia (PMI), sebesar
300 juta rupiah.
Sebanyak 19 klub secara resmi
telah menyatakan partisipasi
mereka dalam LPI musim kompetisi
2011, dinyatakan dengan kehadiran
perwakilan masing-masing klub
dalam acara launching LPI yang
diadakan Rabu, 22 Desember
lalu, di Hotel Kempinski, Jakarta.
Bersamaan dengan acara itu, LPI
juga meluncurkan logo resmi
mereka yang merepresentasikan
sepak bola Indonesia yang bersih
dan modern.
Dalam keterangan persnya,
Arifin Panigoro, chairman LPI
mengatakan, LPI merupakan
langkah awal menuju profesionalisme dan kemandirian sepak
bola Indonesia. Pekerjaan kami
sendiri tidak berhenti di sini,
langkah berikutnya adalah
mereformasi organisasi sepak
bola, mengembangkan sports
science institute, dan membina
bakat-bakat muda melalui
kompetisi yang berjenjang.
Menuju pro
Musim kompetisi LPI 2011 sendiri
akan menerapkan sistem
kompetisi penuh (kandangtandang). Pada setiap akhir

62 WORLD SOCCER INDONESIA | JANUARI 2011

pekan akan ada empat


pertandingan yang
diselenggarakan, dan pada Senin
malam akan ada satu
pertandingan yang digelar.
Perangkat pertandingan
sejauh ini tidak ada masalah,
kami tetap pada rencana awal
untuk menggunakan wasit asing.
Namun, nantinya kami akan
mengupayakan adanya
transformasi dari wasit asing
kepada wasit lokal, ungkap
general manager Bidang Liga
LPI, Arya Abhiseka, yang
ditemui di tempat dan waktu
terpisah, ketika dikonfirmasi
mengenai kesiapan perangkat
pertandingan. Selain itu, kami
juga akan mengadakan
workshop untuk wasit-wasit
lokal, dan screening terhadap
mereka, tambah Arya.
Arya juga menjelaskan bahwa
jika ditelaah secara benar,
permasalahan sepak bola
Indonesia terletak pada
perwasitan dan coaching
(pelatihan). Dari sudut pandang
masalah perwasitan, katanya,
dapat langsung terlihat di
lapangan, dari reaksi langsung
penonton yang menyaksikan
pertandingan. Oleh sebab itu,
pada musim pertama bergulirnya
LPI, setiap pertandingan akan
dipimpin oleh wasit asing, namun
tidak menutup kemungkinan
untuk wasit lokal dapat
berpartisipasi sebagai asisten
wasit. Jadi, tidak semua
pertandingan LPI akan dipimpin
sepenuhnya oleh wasit asing. Hal
ini, menurutnya lagi, juga
dimanfaatkan LPI sebagai alat
untuk mentransfer ilmu
pengetahuan dari para wasit

asing kepada wasit lokal,


sehingga prosesnya akan lebih
efisien.
Sementara dari bidang
pelatihan, Arya menyoroti fakta
bahwa Indonesia adalah salah
satu negara yang belum memiliki
pelatih yang bersertifikat AFC
Pro (strata pelatih tertinggi di
tingkat Asia untuk dapat melatih
di liga profesional AFC C yang
terendah). Sedangkan tingkat
tertinggi sertifikat pelatih di
Indonesia, barulah setingkat AFC
A. Maka dari itu, sebanyak 12
dari 19 klub peserta LPI
menggunakan pelatih asing,
meski hal itu bukan berarti
bahwa pelatih-pelatih lokal kalah
bersaing. Justru, hal inilah yang
diharapkan dapat menjadi
cambuk bagi para pelatih lokal
untuk dapat terus mengembangkan kemampuan mereka.
Ketika disinggung mengenai
status LPI yang masih menjadi
pro dan kontra, Arya
mengatakan bahwa afiliasi
dengan otoritas sepak bola

Penggagas...Arifin Panigoro

Indonesia, dalam hal ini


Persatuan Sepakbola Seluruh
Indonesia (PSSI), masih tetap
diupayakan. Sementara itu, para
perangkat pertandingan; pelatih
dan pemain yang terlibat, telah
mendapatkan jaminan melalui
kontrak kerja jangka panjang.
Jika dilihat dari tujuannya, LPI
ada sebagai perwujudan dari
komitmen peningkatan standar
sepak bola tanah air yang
mandiri dan profesional. Namun,
pada akhirnya nanti, setelah bola
pertama LPI resmi ditendang,
akan timbul sebuah pertanyaan:
sebagai olahraga rakyat, akankah
sepak bola kembali merakyat di
Indonesia?

Resmi...para perwakilan klub peserta LPI bersama-sama mengangkat tangan,


sebagai simbol dimulainya perubahan sepak bola Indonesia

JANUARI 2011 | WORLD SOCCER INDONESIA 63

LPI LIGA PRIMER INDONESIA THE TEAMS


ACEH UNITED
Pelatih: Lionel Charbonnier
(Perancis)
Stadion: Harapan Bangsa, Banda
Aceh (kapasitas 40.000)
Persepakbolaan di Kota Banda
Aceh kembali hidup dengan
kehadiran Aceh United sebagai
salah satu peserta Liga Primer
Indonesia. Banda Aceh memiliki
potensi besar, karena banyak
tersedia bakat-bakat pemain
muda dan suporter sepak bola
yang aktif. Adalah Aceh United
yang akan menampung bakatbakat pemain muda tersebut,
untuk kemudian berprestasi dan
memberikan tontonan menghibur
kepada para suporter.
BALI DEWATA
Pelatih: Willy Scheepers
(Belanda)
Stadion: Kapten I Wayan Dipta,
Gianyar (kapasitas 25.000)
Bali tercatat pernah memiliki
tim-tim yang bermain di pentas
sepak bola nasional, seperti pada
era Liga Sepakbola Utama
(Galatama) tahun 1980-an dan
Liga Divisi Utama pada tahun
2000-an. Kini Liga Primer
Indonesia bertekad membawa
semangat Bali dalam revolusi
sepak bola nasional, melalui klub
Bali Dewata
BANDUNG FC
Pelatih: Nandar Iskandar
Stadion: Siliwangi, Bandung
(kapasitas 25.000)
Bandung selalu memiliki klub-klub
yang berprestasi di kancah sepak
bola nasional. Setelah Persib dan
Maung Bandung Raya, kini muncul
Bandung FC sebagai klub sepak
bola baru di Bandung, yang akan
semakin mengharumkan nama
kota kembang. Kekuatan klub
muda ini langsung terlihat dalam
laga pra musim kompetisi LPI dan
diyakini memiliki harapan besar.
BATAVIA UNION
Pelatih: Roberto Bianchi (Brasil)
Stadion: Tugu, Jakarta
(kapasitas 20.000)
Mewakili Kota Jakarta, Batavia Union
merupakan klub baru dengan materi
pemain-pemain yang andal dan
berpengalaman menggeluti liga
nasional. Meski masih baru, klub ini
telah memiliki basis suporter yang
setia dan penuh semangat. Klub ini
juga merupakan salah satu klub
yang bersinar pada laga pra musim
kompetisi LPI.
BOGOR RAYA
Pelatih: John Arwandy
Stadion: Persikabo, Bogor
(kapasitas 15.000) dan Pajajaran,
Bogor (kapasitas 12.000)
Klub yang dikenal dengan nama
Laskar Kujang ini, berisikan
manajemen muda yang kreatif
dan penuh semangat. Klub ini

juga membuat kejutan dengan


mendatangkan mantan pemain
River Plate, Diego Bogado,
gelandang sayap asal Argentina
berusia 24 tahun. Bogor Raya
optimis dapat mengubah
persepakbolaan Indonesia melalui
semangat generasi muda.

Indonesia diwujudkan melalui klub


Makassar City. Terkenal dengan
animo masyarakat yang tinggi
terhadap sepak bola, Kota
Makassar menjadi tempat yang
strategis untuk membangun
persepakbolaan Indonesia yang
lebih baik.

CENDRAWASIH FC
Pelatih: Uwe Erkebrecher
(Jerman)
Stadion: Mandala Jaya, Jayapura
(kapasitas 30.000)
Cendrawasih FC lahir dari klub
Kontiki FC, yang merupakan
binaan para mantan pemain
Persipura yang tergabung dalam
Asosiasi Mantan Pemain Persipura
(AMPP). Papua sendiri dikenal
sebagai ladang bakat-bakat muda
pemain sepak bola Indonesia, dan
secara konsisten melahirkan
pemain-pemain bintang.

MANADO UNITED
Pelatih: Muhammad Al Hadad
Stadion: Klabat, Manado
(kapasitas 20.000)
Manado United merupakan klub
sepak bola yang sudah cukup lama
berdiri di Manado. Masyarakat di
Manado sendiri sangat menantikan
kehadiran dan selalu mendukung
klub sepak bola yang dapat
berprestasi dari daerahnya. Fokus
Manado United adalah pengembangan
pemain lokal. Diperkuat oleh mantan
pemain-pemain Persma serta
kehadiran seorang pemain bintang,
Amaral, Manado United siap
berprestasi pada musim kompetisi
Liga Primer Indonesia.

JAKARTA 1928
Pelatih: Bambang Nurdiansyah
Stadion: Lebak Bulus, Jakarta
(kapasitas 25.000)
Jakarta 1928 merupakan salah
satu klub yang unik di pentas Liga
Primer Indonesia. Klub ini membawa
semangat perubahan yang diusung
Voetbalbond Indonesish Jakarta
(VIJ), salah satu klub sepak bola
yang menjadi bagian perjuangan
di masa penjajahan dulu, semangat
yang sama yang selama ini
bersemayam di klub Persija Jakarta.
KABAU PADANG
Pelatih: Divaldo Alves (Portugal)
Stadion: Agus Salim, Padang
(kapasitas 28.000)
Kabau Padang lahir dari inspirasi
kemandirian yang telah dibangun
oleh klub sepak bola mandiri,
Semen Padang. Melalui persiapan
yang cenderung tertutup, Kabau
Padang akan menyajikan
gebrakan-gebrakan di dalam
arena Liga Primer Indonesia.
KSATRIA XI SOLO
Pelatih: Branko Babic (Serbia)
Stadion: Manahan, Solo
(kapasitas 24.000)
Kota Solo memiliki sejarah
panjang dan membanggakan
dalam persepakbolaan Indonesia.
Klub asal Kota Solo ini sempat
menjuarai Galatama sebanyak
delapan kali. Namun belakangan,
nama Solo seakan tenggelam di
pentas sepak bola nasional dan
regional (Jawa Tengah). Tapi kini,
Solo FC siap membawa Solo
kembali berjaya di pentas nasional
melalui Liga Primer Indonesia.
MAKASSAR CITY
Pelatih: Michael Feichtenbeiner
(Jerman)
Stadion: Andi Mattalata,
Makassar (kapasitas 20.000)
Keinginan PSM untuk
berkompetisi di Liga Primer

64 WORLD SOCCER INDONESIA | JANUARI 2011

MEDAN BINTANG
Pelatih: Rene Van Eck (Belanda)
Stadion: Teladan, Medan
(kapasitas 20.000)
Sepak bola merupakan sebuah
olahraga yang sangat digandrungi
masyarakat Medan, dimana
sejumlah klub sepak bola sempat
mengukir prestasi di kancah nasional
dan internasional. Adalah Medan
Bintang, klub baru yang mendapat
dukungan sejumlah elemen, yang
berambisi mengangkat dan
membesarkan prestasi Kota Medan.
MEDAN CHIEFS
Pelatih: Jorg Steinebruner
(Jerman)
Stadion: Teladan, Medan (kapasitas
20.000)
Medan Chiefs lahir dari semangat
klub sepak bola Pro Titan, yang
memang sudah tidak lagi
mengandalkan APBD. Pro Titan
sudah lama bergelut di kancah sepak
bola nasional sebagai klub yang
mandiri. Semangat perjuangan klub
sepak bola dari Medan tersebut akan
berkembang melalui Medan Chiefs.
PERSEBAYA
Pelatih: Aji Santoso
Stadion: Gelora 10 November,
Tambaksari, Surabaya (kapasitas
35.000)
Persebaya memiliki sejarah
panjang dalam persepakbolaan
nasional. Klub ini sempat meraih
prestasi gemilang ketika klub-klub
Perserikatan dan Galatama
bersatu dalam Liga Indonesia
(1994) dan meraih gelar juara
pada tahun 1997 dan 2005. Kini,
Persebaya membuka lembaran
baru untuk menoreh prestasi di
Liga Primer Indonesia.

PERSEMA
Pelatih: Timo Scheuneman
(Jerman)
Stadion: Gajayana, Malang
(kapasitas 30.000)
Persema memiliki visi untuk
memajukan persepakbolaan
Indonesia. Karena visi itulah
Persema memilih untuk
bergabung dengan Liga Primer
Indonesia. Saat ini Persema telah
memiliki tim yang sangat tangguh
dan memiliki peluang besar di
kancah Liga Primer Indonesia.
PERSIBO
Pelatih: Sartono Anwar
Stadion: Letjen Haji Sudirman,
Bojonegoro (kapasitas 15.000)
Tim Laskar Angling Dharma ini
berdiri pada 12 Maret 1949 dan
merupakan juara Divisi Utama
musim 2009-10. Dengan prestasi
tersebut, klub ini siap menoreh
lembaran sejarah baru di Liga
Primer Indonesia.
REAL MATARAM
Pelatih: Jose Basualdo
(Argentina)
Stadion: Maguwoharjo,
Yogyakarta (kapasitas 30.000)
Gairah sepak bola Yogyakarta
kembali bersinar dengan hadirnya
klub Real Mataram. Nama Real
Mataram akan mewakili semangat
dan kekuatan Kerajaan Mataram,
yang mendapat dukungan besar
dari masyarakat Yogyakarta.
Berbekal pemain-pemain
berpengalaman, klub ini merupakan
salah satu yang terkuat dengan dua
kemenangan laga pra musim
kompetisi Liga Primer Indonesia.
SEMARANG UNITED
Pelatih: Edy Paryono
Stadion: Jatidiri, Semarang
(kapasitas 25.000)
Klub yang berbasis di Semarang,
Jawa Tengah ini, sengaja disiapkan
khusus untuk mengikuti Liga Primer
Indonesia. Klub yang digagas oleh
Novel Al Bakrie ini mendapat
dukungan luas dari masyarakat
sepak bola Kota Semarang. Hadirnya
seorang pemain berpengalaman,
Amancio Fortes, akan membuat
Semarang United menjadi salah satu
klub yang disegani di kancah Liga
Primer Indonesia.
TANGERANG UNITED
Pelatih: Paulo Camargo (Brasil)
Stadion: Benteng, Tangerang
(kapasitas 25.000)
Semangat pendukung sepak bola
Tangerang tidak dapat diragukan
lagi. Keberadaan Tangerang United
di kota Industri ini, diharapkan
dapat meningkatkan geliat dan
semangat persepakbolaan lokal.
Dipimpin oleh pelatih yang jeli
akan bakat-bakat muda, klub ini
yakin dapat memperoleh tempat
tersendiri di hati para pencinta
sepak bola Indonesia.

Bersalaman...para pemain Semarang United dan Persebaya setelah menyelesaikan


pertandingan pra musim kompetisi Liga Primer Indonesia

Bergabung...pelatih Persema,
Timo Scheuneman

Legiun asing...[kiri-kanan] Amancio Fortez (pemain Semarang United), Gill Gomes (agen
pemain FIFA), Divaldo Alves (pelatih Kabau Padang) dan Juninho (pemain Kabau Padang)

Eksentrik...pelatih
Persibo, Sartono Anwar

Yang terkuat...Real Mataram (kostum biru tua) memenangkan laga pra musim pertama
mereka di LPI atas Tangerang United, dengan skor 2-1

JANUARI 2011 | WORLD SOCCER INDONESIA 65

Anda mungkin juga menyukai