Anda di halaman 1dari 9

HAK ASASI MANUSIA DALAM ISLAM

MAKALAH LK II
Ahmad Marthin Hadiwinata*
Bab I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Hak asasi manusia atau biasa disingkat HAM merupakan sebuah hal yang menjadi keharusan dari sebuah
negara untuk menjaminnya dalam konstitusinya. Melalui deklarasi universal ham 10 desember 1948
merupakan tonggak bersejarah berlakunya penjaminan hak mengenai manusia sebagai manusia. Sejarah
HAM dimulai dari magna charta di inggris pada tahun 1252 yang kemudian kemudian berlanjut pada bill
of rights dan kemudian berpangkal pada DUHAM PBB. Dalam konteks keIndonesiaan penegakan HAM
masih bisa dibilang kurang memuaskan. Banyak faktor yang menyebabkan penegakan HAM di Indonesia
terhambat seperti problem politik, dualisme peradilan dan prosedural acara (kontras, 2004;160).
Islam sebagai agama bagi pengikutnya meyakini konsep Islam adalah sebagai way of life yang berarti
pandangan hidup. Islam menurut para penganutnya merupakan konsep yang lengkap mengatur segala
aspek kehidupan manusia. Begitu juga dalam pengaturan mengenai hak asasi manusia Islam pun mengtur
mengenai hak asasi manusia. Islam adalah agama rahmatan lil alamin yang berarti agama rahmat bagi
seluruh alam. Bahkan dalam ketidakadilan sosial sekalipun Islam pun mengatur mengenai konsep kaum
mustadhafin yang harus dibela.
Dalam Islam, konsep mengenai HAM sebenarnya telah mempunyai tempat
tersendiri dalam pemikiran Islam. Perkembangan wacana demokrasi dengan Islam
sebenarnya yang telah mendorong adanya wacana HAM dalam Islam. Karena dalam
demokrasi, pengakuan terhadap hak asasi manusia mendapat tempat yang spesial.
Berbagai macam pemikiran tentang demokrasi dapat dengan mudah kita temukan
didalamnya konsep tentang penegakan HAM.
Bahkan HAM dalam Islam telah dibicarakan sejak empat belas tahun yang lalu (Anas
Urbaningrum, 2004;91). Fakta ini mematahkan bahwa Islam tidak memiliki konsep
tentang pengakuan HAM. berangkat dari itu makalah ini akan mencoba memberikan
sedikit penerangan mengenai wacana HAM dalam Islam.
1.2 Rumusan Masalah
Beberapa yang menjadi topik sentral permasalahan dalam makalah ini yang akan
dibahas adalah:
1.2.1 Apakah islam itu?
1.2.2 Apakah ham itu?
1.2.3 Adakah ham dalam islam
1.2.4 Seperti apa bentuk ham dalam Islam?
1.3 Tujuan Pembahasan Masalah
Setiap kegiatan yang dilakukan scara sistematis pasti mempunyai tujuan yang
diharapkan, begitu pula makalah ini. Tujuan pembahasan makalah ini adalah:
1.3.1 Mengetahui apakah Islam itu
1.3.2 Mengetahui apakah HAM itu
1.3.3 Mengetahui apakah ada HAM dalam Islam
1.3.4 Mengetahui bentuk HAM dalam Islam

BAB II

Pembahasan

2.1. Apakah Islam Itu?


Apakah islam itu sebenarnya? Kata Islam berasal dari bahasa arab , dari kata
aslama, yuslimu islaman yang berarti menyerah patuh (DR Zainuddin Nainggolan,
2000;9). Menurut Nurcholish Madjid yang dikutip dari buku Junaidi Idrus (2004;87)
Islam itu adalah sikap pasrah kehadirat Tuhan. Kepasrahan merupakan karakteristik
pokok semua agama yang benar. Inilah world view Al-Quran, bahwa semua agama
yang benar adalah Al-Islam, yakni sikap berserah diri kehadirat Tuhan. Dan bagi
orang yang pasrah kepada Tuhan adalah muslim.
Menurut Masdar F. Masudi (1993;29) klaim kepasrahan dalam pengertian Islam
termaktub dalam tiga tataran. Pertama, Islam sebagai aqidah, yaitu sebagai
komitmen nurani untuk pasrah kepada Tuhan. Kedua, Islam sebagai syariah, yakni
ajaran mengenai bagaimana kepasrahan itu dipahami. Ketika, Islam sebagai akhlak,
yakni suatu wujud perilaku manusia yang pasrah, baik dalam dimensi diri
personalnya maupun dalam dimensi sosial kolektifnya. Berangkat dari pengertian
diatas Islam adalah agama yang mengajarkan seseorang untuk menyerah pasrah
kepada aturan Allah (Sunnatullah) baik tertulis maupun tidak tertulis. Dan orang
yang menyerah pasrah kepada Tuhan dan hukum-Nya disebut seorang muslim.
Dalam Islam itu terdapat dua kelompok sumber ajaran Islam. Kelompok pertama
disebut ajaran dasar (qatI al-dalalah), yaitu Al-Quran dan Hadist sebagai dua pilar
utama ajaran Islam. Al-Quran mengandung 6236 ayat dan dari ayat-ayat itu,
menurut para ulama hanya 500 ayat yang mengandung ajaran mengenai dunia dan
akhirat selebihnya merupakan bagian terbesar mengandung penjelasan tentang
para nabi, rasul, kitab dan ajaran moral maupun sejarah ummat terdahulu.
Kelompok kedua disebut ajaran bukan dasar (zhanni al-dalalah), yaitu ajaran yang
merupakan produk ulama yang melakukan ijtihad dan muatan ajarannya bersifat
relative, nisbi, bisa berubah dan tidak harus dipandang suci, sakaral ataupun
mengikat (Junaidi Idrus, 2004;95-96).
2.2 Apakah Hak Asasi Manusia?
Tonggak berlakunya HAM internasional ialah pada Deklarasi Universal Hak Asasi
Manusia (DUHAM) pada 10 Desember 1948 di Paris, Prancis. Disini tonggak
deklarasi universal mengenai hak asasi manusia yang mengakui hak setiap orang
diseluruh dunia. Deklarasi ini ditanda tangani oleh 48 negara dari 58 negara
anggota PBB dan disetujui oleh majelis umum PBB. Perumusan penghormatan dan
pengakuan norma-norma HAM yang bersifat universal, nondiskriminasi, dan
imparsial telah berlangsung dalam sebuah proses yang sangat panjang.
Sejarah awal hak asasi manusia di barat berkembang sejak tahun 1215 yaitu dalam
Magna Charta yang berisi aturan mengenai tindakan dan kebijakan negara supaya
tidak berjalan sewenang-wenang. Isi dari Magna Charta ialah bermaksud untuk
mengurangi kekuasan penguasa. Usaha untuk diadakannya Magna Charta ini
dimulai dari perjuangan tuan tanah dan gereja untuk membatasi kekuasaan raja
dan para anggota keluarga. Pada periode awal ini hubungan antara isi dasar HAM
adalah mengenai (hubungan) antara anggota masyarakat yang berada dibawaha
kekuasaan yang diatur kebendaanya.
Sekelompok tuan tanah dan ksatria menggalang kekuatan dan mereka berhasil
mendesak raja untuk tidak lagi memberlakukan tindakan penahan, penghukuman

dan perampasan benda benda secara sewenag-wenang. Raja Jhon terpaksa


menyetujui tuntutan ini dengan memberikan cap pengesahan yang berlangsung
pada juni 1215 di Runnymede, sebuah padang rumput di pinggir sungai Thames. Isi
dari Magna Charta ini ada tiga. Pertama, raja dilarang menarik pajak sewenang
wenang. Kedua, pejabat pemerintah dilarang mengambil jagung dengan tanpa
membayar. Dan yang ketiga, tidak seorang pun dapat dipenjara tanpa saksi yang
jelas. Pengesahan ini menjadi dokumen tertulis yang pertama tentang hak-hak tuan
tanah, gereja, ksatria dan orang merdeka atau orang sipil yang belum menikmati
kebebasan.
Berlanjut setelah keberhasilan tuan tanah, bangsawan dan orang merdeka untuk
memperjuangkan hak-hak mereka di hadapan raja membangkitkan kesadaran
diberbagai kalangan masyarakat terhadap pentingnya hak-hak untuk dihormati dan
dilindungi. Pada 1628, kaum bangsawan menuntut hak-hak mereka kepada raja.
Mereka mencetuskan Petition Of Right. Yang menuntut sebuah negara yang
konstitusional, termasuk didalamnya fungsi parlemen dan fungsi pengadilan. Jhon
locke (1632-1704) bersama lord Ashley merumuskan tuntutan bagi toleransi
beragama. Selain itu, juga menyatakan bahwa semua orang diciptakan sama dan
memiliki hak-hak alamiah yang tidak data dicabut seperti hak untuk hidup,
kemerdekaan hak milik dan hak untuk meraih kebahagiaan.
Salah satu karya Locke yang terkenal ialah second treaties on civil government
yang berisi mengenai negara atau pemerintah harus berfungsi untuk melindungi
hak milik pribadi. Pemerintah dibentuk guna menjamin kehidupan, harta benda dan
kesejahteraan rakyat. Gagasan locke ini sesuai dengan perkembangan didalam
masyarakat inggris yang mulai berubah dari nehgara kerajaan yang absolut menuju
kerajaan yang konstitusional.
Pada 1653 instrument of government berhasil didesakkan. Pembatasan kekuasaan
raja semakin dikukuhkan dengan lahirnya Habeas Corpus Act pada Mei 1679.
Lonceng kebebasan terus berdentang dan pada 16 desember 1689 Bill Of Rights
lahir. Mereka tidak hanya berhasil membebaskan diri dari kesewenangan raja. Dan
mereka juga berhasil membentuk parlemen yang mempunyai kewenangan untuk
mengontrol kekuasaan raja. Itulah sekilas sejarah awal dari HAM yang berkembang
di barat khususnya yang berkembang diwilayah Inggris.
Ada tiga prinsip utama dalam pandangan normatif hak asasi manusia, yaitu berlaku
secara universal, bersifat non-diskriminasi dan imparsial. Prinsip keuniversalan ini
dimaksudkan agar gagasan dan norma-norma HAM telah diakui dan diharapkan
dapat diberlakukan secara universal atau internasional. Prinsip ini didasarkan atas
keyakinan bahwa umat manusia berada dimana-mana,disetiap bagian dunia baik di
pusat-pusat kota maupun di pelosok pelosok bumi yang terpencil. Berdasar hal itu
ham tidak bisa didasarkan secara partikular yang hanya diakui kedaerahahan dan
diakui secara local.
Prinsip kedua dalam norma HAM adalah sifatnya yang non-diskriminasi. Prinsip ini
bersumber dari pandangan bahwa semua manusia setara (all human being are
equal). Pandangan ini dipetik dari salah satu semboyan Revolusi Prancis, yakni
persamaan (egalite). Setiap orang harus diperlakukan setara. Seseorang tidak boleh
dibeda-bedakan antara satu dengan yang lainnya. Akan tetapi latar belakang
kebudayaan sosial dan tradisi setiap manusia diwilayahnya berbeda-beda. Hal ini
tidak bisa dipandang sebagai suatu hal yang negatif, melainkan harus dipandang
sebagai kekayaan umat manusia. Karena manusia berasal dari keanekaragaman

warna kulit seperti kulit putih,hitam, kuning dan lainnya. Keanekaragam kebangsaan
dan suku bangsa atau etnisitas. Kenekaragaman agama juga merupakan sesuatu
hal yang mendapat tempat dalam sifat non-diskriminasi ini. Pembatasan sesorang
dalam beragama merupakan sebuah pelanggaran HAM.
Prinsip ketiga ialah imparsialitas. Maksud dari prinsip ini penyelesaian sengketa
tidak memihak pada suatu pihak atau golongan tertentu dalam masyarakat. Umat
manusia mempunyai beragam latar belakang sosial aupun latar belakang kultur
yang berbeda antara satu dengan yang lain hal ini meupakan sebuah keniscayaan.
Prinsip imparsial ini diimaksudkan agar hukum tidak memihak pada suatu golongan.
Prinsip ini juga dimaksudkan agar pengadilan sebuah kasus diselesaikan secara adil
atau tidak meihak pada salah satu pihak. Pemihakan hanyalah pada norma-norma
ham itu sendiri.
Terdapat dua garis besar pembagian hak asasi manusia yaitu Hak Negatif dan Hak
Positif. Pembagian hak-hak ini berhubungan dengan dengan ukuran keterlibatan
negara dalam pemenuhan hak asasi manusia. Pembagian ini tidak berdasarkan baik
atau buruk dalam hak yang terkandung di dalamnya.
Mengenai Hak Negatif adalah hak meminimalkan peran campur tangan negara,
maka semakin terpenuhi pula hak-hak sipil dan politik. Sebaliknya, bila negara
terlalu banyak melakukan campur tangan, maka semakin terhambat pula
pelaksanaan hak-hak sipil politik warganya. Peminimalisiran peran negara dalam
pemenuhan hak-hak sipil dan politik karena hak-hak yang berkaitan dengan sipil
dan politik adalah hak yang berkaitan dengan kebebasan. Karena sebagian besar
kandungan hak-hak sipil politik adalah hak-hak atas kebebasan (rights to liberty).
Hak yang terkandung dalam hak sipil dan politik ada dua puluh dua hak. Pertama
hak atas kehidupan, karena hidup seseorang harus dilindungi. Kedua hak untuk
tidak disiksa dan diperlakukan secara keji. Karena setiap orang berhak untuk
memperoleh perlakuan secara manusiawi dan tidak merendahkan martabat. Ketiga,
hak untuk tidak dperbudak dan dipekerjakan secara paksa. Keempat, hak atas
kebebasan dan keselamatan pribadi. Kelima, hak setiap orang yang ditahan untuk
diperlakukan secara manusiawi. Keenam, hak setiap orang untuk tidak dipenjara
akibat tidak mampu memenuhi kewajiban kontrak. Ketidakmampuan sesorang
dalam memenuhi suatu perjanjian kontrak, tidak boleh dipenjara. Hanya boleh
melalui hukum perdata hanya melalui penyitaan. Ketujuh, hak atas kebebasan
bergerak dan memilih tempat tinggal. Kedelapan hak setiap warga asing.
Kesembilan, hak atas pengadilan yang berwenang, independen dan tidak memihak.
Kesepuluh, hak atas perlindungan dari kesewenangan hukum pidana. Kesebelas,
hak atas perlakuan yang sama didepan hukum. Keduabelas, hak atas urusan
pribadi. Ketigabelas, hak atas kebebasan berpikir, berkeyakinan dan beragama.
Keempatbelas, hak berpendapat dan berekspresi. Kelimabelas, hak atas kebeasan
berkumpul. Keenambelas, hak atas kebebasan berserikat. Ketujuh belas, hak untuk
menikah dan membentuk keluarga. Kedelapanbelas, hak anak atas perlindungan
bagi perkembangannya. Kesembilanbelas, hak untuk berpartisipasi dalam politik.
Keduapuluh, hak atas kedudukan dan perlindungan yang sama didepan hukum.
Keduapuluhsatu, hak bagi golongan minoritas. Keduapuluhdua, larangan
propaganda perang dan diskriminasi.
Selain hak hak sipil dan politik diatas hak asasi manusia juga mencakup hak dalam
bidang ekonomi, sosial dan budaya. Hak ini termasuk dalam pembagan hak positif
yang mengusahakan peran negara secara maksimal dalam pemenuhannya. Adanya
hak ini dalam HAM universal adalah buah dari perdebatan blok sosialis eropa timur
dengan blok liberal. Karena blok sosialis lebih berpegangan pada ekonomi sebagai

dasar masyarakat. Kebijakan negara sosialis lebih menitikberatkan pada


pemenuhan hak-hak ekonomi, sosial dan budaya seperti pendidikan gratis.
Sedangkan masyarakat blok liberal lebih menekankan manusia sebagai individu
yang bebas. Namun, akhirnya usulan dari blok sosialis diterima. Sehingga HAM
universal menganjurkan melindungi dan memnuhi hak-hak ekonomi, sosial dan
budaya setiap warganya.
Pengakuan dan perlindungan universal atau jaminan normatif atas terpenuhinya
hak-hak ekonomi, sosial dan budaya tercantum dalam Kovenan Internasional HakHak Ekonomi, Sosial dan Budaya (international covenant on economic, social and
culture rights). Ada sepuluh hak yang diakui dalam kovenan tersebut. Hak-hak
tersebut dapat diuraikan sebaagai berikut.
Pertama, hak untuk memenuhi kebutuhan ekonomi, sosial dan budaya. Kedua, hak
atas pekerjaan. Ketiga, hak atas upah yang layak, kondisi kerja yang aman dan
sehat, peluang karir dan liburan. Keempat, hak berserikat dan mogok kerja bagi
buruh. Kelima, hak atas jaminan sosial. Keenam, hak atas perlindungan keluarga
termasuk ibu dan anak. Ketujuh, hak atas standar hidup yang layak, yakni sandang,
pangan dan perumahan. Kedelapan, hak atas kesehatandan lingkungan yang sehat.
Kesembilan, hak atas pendidikan. Kesepuluh, hak untuk berpartisipasi dalam
kebudayaan.
Itulah sekilas gambaran singkat mengenai HAM internasional. Dari mulai sejarah
awal Magna Charta sampai ke isi dari HAM internasional yang dibagi atas dua pokok
garis besar yaitu hak positif dan hak negatif. Kedua hak itu didasarkan atas
partisipasi negara dalam pemenuhannya.
2.3 Adakah HAM dalam Islam?
Pertanyaan adakah ham dalam Islam harus dirunut secara sejarah dialektika HAM
dalam Islam. Menurut Anas Urbaningrum hak asasi manusia atau lebih dikenal
manusia modern sebagai HAM, telah lebih dahulu diwacanakan oleh Islam sejak
empat belas abad silam. Hal ini memberi kepastian bahwa pandangan Islam yang
khas tentang HAM sebenarnya telah hadir sebelum deklarasi universal HAM PBB
pada 18 Shafar 1369 Hijriyah atau bertepatan dengan 10 Desember 1948 Masehi
(Anas, 2004;91). Secara internasional umat Islam yang terlembagakan dalam
Organisasi Konferensi Islam (OKI) pada 5 Agustus 1990 mengeluarkan deklarasi
tentang HAM dari perspektif Islam. Deklarasi yang juga dikenal sebagai Deklarasi
Kairo mengandung prinsip dan ketentuan tentang HAM berdasarkan syariah
(Azra).
HAM dalam Islam telah dibicarakan sejak empat belas tahun yang lalu (Anas
Urbaningrum, 2004;91). Ini dibuktikan oleh adanya Piagam Madinah (mitsaq AlMadinah) yang terjadi pada saat Nabi Muhammad berhijrah ke kota Madinah. Dalam
Dokumen Madinah atau Piagam Madinah itu berisi antara lain pengakuan dan
penegasan bahwa semua kelompok di kota Nabi itu, baik umat yahudi, umat
nasrani maupun umat Islam sendiri, adalah merupakan satu bangsa (Idris,
2004;102). Dari pengakuan terhadap semua pihak untuk bekerja sama sebagai satu
bangsa, didalam piagam itu terdapat pengakuan mengenai HAM bagi masingmasing pihak yang bersepakat dalam piagam itu. Secara langsung dapat kita lihat
bahwa dalam piagam madinah itu HAM sudah mendapatkan pengkuan oleh Islam
Memang, terdapat prinsip-prinsip HAM yang universal; sama dengan adanya
perspektif Islam universal tentang HAM (huqul al-insan), yang dalam banyak hal
kompatibel dengan Deklarasi Universal HAM (DUHAM). Tetapi juga harus diakui,
terdapat upaya-upaya di kalangan sarjana Muslim dan negara Islam di Timur Tengah

untuk lebih mengkontekstualisasikan DUHAM dengan interpretasi tertentu dalam


Islam dan bahkan dengan lingkungan sosial dan budaya masyarakat-masyarakat
Muslim tertentu pula.
Islam sebagai agama universal membuka wacana signifikan bagi HAM. tema-tema
HAM dalam Islam, sesungguhnya merupakan tema yang senantiasa muncul,
terutama jika dikaitkan dengan sejarah panjang penegakan agama Islam. Menurut
Syekh Syaukat Hussain yang diambil dari bukunya Anas Urbaningrum, HAM
dikategotrikan dalam dua klasifikasi. Pertama, HAM yang didasarkan oleh Islam bagi
seseorang sebagai manusia. Dan kedua, HAM yang diserahkan kepada seseorang
atau kelompok tertentu yang berbeda. Contohnya seperti hak-hak khusus bagi nonmuslim, kaum wanita, buruh, anak-anak dan sebagainya, merupakan kategori yang
kedua ini (Anas, 2004;92).
Berdasarkan temuan diatas akan kita coba mencari kesamaan atau kompatibilitas
antara HAM yang terkandung dalam Islam. Akan kita coba membagi hak asasi
manusia secara klasifikasi hak negatif dan hak positif. Dalam hal ini hak negatif
yang dimaksud adalah hak yang memberian kebebasan kepada setiap individu
dalam pemenuhannya.
Yang pertama adalah hak negatif yaitu memberikan kebebasan kepada menusia
dalam pemenuhannya. Bebrapa yang dapat kita ambil sebagai contoh yaitu:
Hak atas hidup, dan menghargai hidup manusia. Islam menegaskan bahwa
pembunuhan terhadap seorang manusia ibarat membunuh seluruh umat manusia.
Hak ini terkandung dalam surah Al-Maidah ayat 63 yang berbunyi :
Oleh karena itu kami tetapkan (suatu hukum) bagi bani israil, bahwa: barang siapa yang
membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan
karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh
manusia seluruhnya. Dan barang siapa yang memlihara kehidupan seorang manusia, maka
seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan sesungguhnya telah
datang kepada mereka rasul-rasul Kami dengan (membawa) keternagan-keterangan yang
jelas, kemudian banyak diantar amereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas
dalam berbuat kerusakan dimuka bumi. (QS 5;63)

Hak untuk mendapat perlindungan dari hukuman yang sewenarg wenang. yaitu
dalam surat Al Anam : 164 dan surat Fathir 18 yang masing masing berbunyi :

Katakanlah: Apakah aku mencari Tuhan selain Allah, padahal Dia adalah tuhan bagi segala
sesuatu. Dan tidaklah sesorang membuat dosa melainkan kemudharatannya kembali
kepada dirinya sendiri; dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain.
Kemudian kepada Tuhanmulah kamu kembali, dan akan diberitakan-Nya kepadamu apa
yang kamu perselisihkan. (QS 6;164)
Dan orang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Dan jika sesorang yang berat
dosanya memanggil (orang lain) untuk memikul dosanya itu tiadalah akan dipikulkan
untuknya sedikit pun meskipun (yang dipanggilnya itu) kaum kerabatnya. Sesungguhnya
yang dapat kamu beri peringatan hanya orang-orang yang takut kepada azab Tuhannya
(sekalipun) mereka tidak melihat-Nya dan mereka mendirikan sembahyang. Dan
barangsiapa yang mensucikan dirinya, sesungguhnya ia mensucikan diri untuk kebaikan
dirinya sendiri. Dan kepada Allah-lah kembali(mu). (QS 35;18)

Hak atas keamanan dan kemerdekaan pribadi terdapat dalam surat An Nisa ayat 58
dan surat Al-Hujurat : 6 yang berbunyi seperti ini:
Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak
menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum diantara manusia supaya
kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaikbaiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (QS 4;58)
Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang yang fasik membawa suatu
berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada

suatu kaum tanpa mengetahui keadaanya yang menyebabkan kamu menyesal atas
perbuatanmu itu. (QS 49;6)

Hak atas kebebasan beragama memilih keyakinan berdasar hati nurani. Yang bisa
kita lihat secara tersirat dalam surat Al Baqarah ayat 256 dan surat Al Ankabut ayat
46 yang berbunyi:
Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang
benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada yang thagut
dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang
amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS
2;256)
Dan janganlah kamu berdebat dengan ahli kitab, melainkan dengan cara yang paling baik,
kecuali dengan orang-orang zhalim di antara mereka, dan katakanlah: kami telah beriman
kepada (kitab-kitab) yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepadamu; Tuhan
kami dan Tuhanmu adalah satu; dan kami hanya kepada-Nya berserah diri. (QS 29;46)

Hak atas persamaan hak didepan hukum secara tersirat terdapat dalam surat AnNisa ayat 1 dan 135 dan Al Hujurat ayat13:
Hai sekalian manusia bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciotakan dari diri yang
satu, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah
memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada
Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan
(peliharalah)hubungan silaturahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi
kamu. (QS 4;1)
Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan,
menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum
kerabatmu. Jika ia kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tau kemaslahatannya. Maka
janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika
kamu memutarbalikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah
adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjakan. (QS 4;135)
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjdaikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah
orang yang paling bertakwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi
Maha Mengenal. (QS 49;13)

Dalam hal kebebasan berserikat Islam juga memberikan dalam surat Ali Imran ayat
104-105 yang berbunyi:
Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang maruf dan mencegah dari yang munkar ; merekalah orang yang
beruntung. (QS 3;104)
Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai berai dan berselisih sesudah
datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat
siksa yang berat. (QS 3;105)

Dalam memberikan suatu protes terhadap pemerintahan yang zhalim dan bersifat
tiran. Islam memberikan hak untuk memprotes pemerintahan yang zhalim, secara
tersirat dapat diambil dari surat An-Nisa ayat 148, surat Al Maidah 78-79, surat Al
Araf ayat 165, Surat Ali Imran ayat 110 yang masing masing berbunyi:
Allah tidak menyukai ucapan buruk, (yang diucapkan) dengan terus terang kecuali oleh
orang yang dianiaya. Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS 4;148)
Telah dilanati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud dan Isa Putera Maryam.
Yang demikian itu. Disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas. (QS 5;78)
Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan yang munkar yang mereka perbuat.
Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu. (QS 5;79)
Maka tatkala mereka melupakan apa yang diperingatkan kepada mereka, Kami selamatkan
orang-orang yang melarang dari perbuatan jahat dan Kami timpakan kepada orang-orang
yang zalim siksaan yang keras, disebabkan mereka selalu berbuat fasik. (QS 7;165)

Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang
maruf, dan mencegah dari yang munkar dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab
Beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; diantara mereka yang ada yang beriman, dan
kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik. (QS 3;110)

Dalam pemenuhan kebutuhan dasarnya seperti bentuk hak positif dalam hak
ekonomi sosial dan Islam pun mengandung secara tersirat mengenai hak ini.
Hak mendapatkan kebutuhan dasar hidup manusia secara tersirat terdapat dalam
surat Al Baqarah ayat 29, surat Ad-Dzariyat ayat 19, surat Al Jumuah ayat 10, yang
berbunyi:
Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada dimuka bumi untuk kamu dan Dia
berkehendak menuju langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui
segala sesuatu. (QS 2;29)
Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin
yang tidak mendapat bagian. (QS 51;19)
Apabila telah ditunaikan sembahyang, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah
karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung. (QS 62;10)

Dalam hak mendapatkan pendidikan Islam juga memiliki pengaturan secara tersirat
dalam surat Yunus ayat 101, surat Al-Alaq ayat 1-5, surat Al Mujadilah ayat 11 dan
surat Az-Zumar ayat 9 yang masing-masing berbunyi berbunyi:
Katakanlah: Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi. Tidaklah bermanfaat tanda
kekuasaan Allah dan rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak
beriman. (QS 10;101)
Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: berlapang-lapanglah dalam
majlis, maka lapangkanlah. Niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila
dikatakan:berdirilah kamu, maka berdirilah kamu, niscaya Allah akan meninggikan orang
orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa
derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS 58;11)
(apakah kamu hai orang yang musyrik) ataukah orang-orang yang beribadat di waktu-waktu
malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhrat dan mengharapkan
rahmat Tuhannya? Katakanlah: adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orangorang yang tidak mengetahui?. Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat
menerima pelajaran.

Bab III

Penutup

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan paparan diatas dan pembahasan diatas dapat ditarik keimpulan
berdasarkan beberapa analisis. Dari analisis diatas antara HAM yang berkembang di
dunia internasional tidak bertentangan antara satu sama lain. Bahkan organisasi
Islam internasional yang terlembagakan dalam Organisasi Konferensi Islam (OKI)
pada 5 Agustus 1990 mengeluarkan deklarasi HAM.
Kemudian Islam mematahkan bahwa dalam Islam telah dibicarakan sejak empat
belas tahun yang lalu (Anas Urbaningrum, 2004;91). Fakta ini mematahkan bahwa
Islam tidak memiliki konsep tentang pengakuan HAM. Ini dibuktikan oleh adanya
piagam madinah (mitsaq Al-Madinah) yang terjadi pada saat Nabi Muhammad
berhijrah ke kota Madinah. Dalam dokumen madinah atau piagam madinah itu
berisi antara lain pengakuan dan penegasan bahwa semua kelompok di kota Nabi
itu, baik umat yahudi, umat nasrani maupun umat Islam sendiri, adalah merupakan
satu bangsa (Idris, 2004;102). Dalam dokumen itu dapat disimpulkan bahwa HAM
sudah pernah ditegakkan oleh Islam

Berdasar analisis diatas Islam mengandung pengaturan mengenai HAM secara


tersirat. Dapat kita bagi menjadi sembilan bagian hak asasi manusia dalam islam
yang pengaturannya secara tersirat.
Hak atas hidup, dan menghargai hidup manusia. surah Al-Maidah ayat 63. Hak
untuk mendapat pelindungan dari hukuman yang sewenag wenang yaitu dalam
surat Al Anam : 164 dan surat Fathir 18. Hak atas keamanan dan kemerdekaan
pribadi terdapat dalam surat An Nisa ayat 58 dan surat Al-Hujurat ayat 6. Hak atas
kebebasan beragama memilih keyakinan berdasar hati nurani secara tersirat dalam
surat Al Baqarah ayat 256 dan surat Al Ankabut ayat 46. Hak atas persamaan hak
didepan hukum secara tersirat terdapat dalam surat An-Nisa ayat 1 dan 135 dan Al
Hujurat ayat13. Dalam hal kebebasan berserikat Islam juga memberikan dalam
surat Ali Imran ayat 104-105. Dalam memberikan suatu protes terhadap
pemerintahan yang zhalim dan bersifat tirani secara tersirat dapat dilihat pada
surat an-nisa ayat 148, surat al maidah 78-79, surat Al Araf ayat 165, surat Ali
Imran ayat 110.
Dalam pemenuhan kebutuhan dasarnya seperti bentuk hak positif dalam hak
ekonomi sosial dan budaya Islam pun mengandung secara tersirat mengenai hak
ini. Hak mendapatkan kebutuhan dasar hidup manusia secara tersirat terdapat
dalam surat Al Baqarah ayat 29, surat Ad-Dzariyat ayat 19, surat Al Jumuah ayat
10. Dalam hak mendapatkan pendidikan Islam juga memiliki pengaturan secara
tersirat dalam surat Yunus ayat 101, surat Al-Alaq ayat 1-5, surat Al Mujadilah ayat
11 dan surat Az-Zumar ayat 9.

Daftar Pustaka
Al-Quran
Thaha, Idris, Demokrasi Religius: Pemikiran Politik Nurcholish Madjid dan M. Amien
Rais, Jakarta: Penerbit Teraju, 2004
Radjab, Suryadi, Dasar-Dasar Hak Asasi Manusia, Jakarta: PBHI, 2002
Idrus, Junaidi, Rekonstruksi Pemikiran Nurcholish Madjid Membangun Visi dan Misi
Baru Islam Indonesia, Jogjakarta: LOGUNG PUSTAKA, 2004
Pramudya, Willy, Cak Munir, Engkau Tak Pernah Pergi, Jakarta: GagasMedia 2004
Nainggolan, Zainuddin S., Inilah Islam, Jakarta: DEA, 2000
Urbaningrum, Anas, Islamo-Demokrasi Pemikiran Nurcholish Madjid, Jakarta:
Penerbit Republika, 2004

Anda mungkin juga menyukai