Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia adalah negara kepulauan dengan jumlah pulau sekitar 17 ribu


yang kaya akan sumber daya alam. Pulau-pulau di Indonesia terbentang mulai
dari Provinsi Nangroe Aceh Darussalam hingga Provinsi Papua Timur seperti
yang terdapat dalam lirik lagu nasional Dari Sabang Sampai Merauke karya
R. Soerardjo. Banyak pulau yang berjejer menyebabkan keanekaragaman suku
bangsa, adat istiadat/budaya, dan bahasa. Sejarah Bangsa Indonesia yang
pernah dijajah oleh beberapa negara juga menyebabkan keanekaragaman
agama. Berdasarkan rumpun bangsa (ras), Indonesia terdiri atas bangsa asli
pribumi yakni Melayu dan Papua di mana bangsa Melayu yang terbesar
jumlahnya dan lebih banyak mendiami Indonesia bagian barat (Wikipedia).
Bangsa Melayu pun masih terdiri dari beberapa suku, seperti di Pulau
Jawa terdapat Suku Betawi, Suku Sunda, Suku, Jawa, Suku Madura, Suku
Osing, Suku Badui, Suku Tengger dan masih banyak lagi. Dan setiap suku
mempunyai adat istiadat yang diatur secara tidak tertulis oleh sukunya sendiri.
Walaupun banyaknya adat istiadat tidak menjadikan Bangsa Indonesia hidup
bermusuhan, namun lebih pada hidup rukun dan saling menghargai.
Masing-masing wilayah tersebut mempunyai aturan serta norma yang
melekat yang harus dipatuhi oleh masyarakat yang mendiami wilayah tersebut
yang menyebabkan setiap wilayah mempunyai ciri khas serta karakter masingmasing. Adat yang sudah melembaga dan berlaku turun temurun disebut
tradisi. Seseorang yang mendiami wilayah tertentu apalagi di tempat yang
masih menjunjung tinggi tradisi pasti tidak pernah lepas dari yang namanya
adat istiadat. Dengan adanya adat istiadat hidup manusia menjadi lebih terikat
karena sangat melekat dengan kehidupan sehari-hari. Sesuai dengan karakter
setiap masyarakat yang berbeda, maka adatpun ada yang baik dan yang buruk.
Agar generasi penerus bisa melestarikan dan menginovasi adat yang baik dan
meninggalkan adat yang buruk, maka generasi muda harus lebih memahami
dan menghargai adat istiadat dalam suatu wilayah. Oleh keharusan
pemahaman adat istiadat tersebut, perlu disusun makalah yang berjudul Adat
Istiadat dalam Kehidupan Masyarakat.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan sebagai


berikut:
1. Permasalahan apa saja yang ditimbulkan dari adat istidat dalam kehidupan
di masyarakat?
2. Bagaimana melestarikan dan mengembangkan adat istiadat di masyarakat?
3. Mengapa adat istiadat dan nilai sosial budaya berpengaruh dalam
pembangunan masyarakat?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini adalah membahas beberapa komponen


dari adat istiadat yaitu:
1. Pengertian Adat Istiadat
2. Macam-macam Adat Istiadat
3. Permasalahan yang Ditimbulkan dari Adat Istiadat dalam Kehidupan
Masyarakat
4. Cara melestarikan dan mengembangkan adat istiadat
5. Pengaruh Adat Istiadat dan Nilai Sosial Budaya dalam Pembangunan
Masyarakat
D. Batasan Pembahasan

Dalam makalah ini, pembahasannya hanya dibatasi beberapa unsur dari


adat istiadat secara umum, namun tidak dibahas adat istiadat setiap suku atau
provinsi.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Adat Istiadat

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, adat istiadat diartikan sebagai


sebuah aturan yang sudah biasa dilakukan sejak dahulu hingga sekarang. Adat
merupakan sebuah bentuk dari ide serta gagasan pemikiran yang mengandung
nilai-nilai kebudayaan, norma, hukum, serta antara aturan yang satu dengan
aturan yang lain saling berkaitan menjadi suatu sistem ataupun kesatuan.
Sedangkan istiadat diartikan sebagai kebiasaan. Dengan begitu, adat istiadat
merupakan kumpulan berupa kaidah-kaidah sosial yang telah lama ada
kemudian menjadi kebiasaan dalam masyarakat.
Lebih lanjut Jalaludi Tunsam (Wikipedia), seorang yang
berkebangsaan Arab yang tinggal di Aceh dalam tulisannya pada
tahun 1660 menyatakan bahwa adat berasal dari bahasa
arab yang merupakan bentuk jamak dari adah yang
memiliki arti cara atau kebiasaan. Seperti yang telah
dijelaskan bahwa adat merupakan suatu gagasan kebudayaan
yang mengandung nilai kebudayaan, norma, kebiasaan serta
hukum yang sudah lazim dilakukan oleh suatu daerah. Apabila
adat ini tidak dipatuhi maka akan ada sanksi baik yang tertulis
maupun langsung yang diberikan kepada pelaku yang
melanggarnya.
Sedangkan menurut Koentjaraningrat (1990:181), adat
ialah suatu bentuk perwujudan ideal dari kebudayaan.
Kemudian, adat digambarkan sebagai tata kelakuan. Adat
merupakan sebuah norma atau aturan yang tidak tertulis,
akan tetapi keberadaannya sangat kuat dan mengikat
sehingga siapa saja yang melanggarnya akan dikenakan
sanksi yang cukup keras. Contohnya, masyarakat Lampung yang
melarang terjadinya perceraian, apabila terjadi suatu perceraian, maka tidak
hanya yang bersangkutan yang mendapat sanksi, tetapi seluruh keluarganya
pun ikut tercemar (Hadikusuma, 1989:28). Oleh karena itu, orang yang
melakukan pelanggaran tersebut dikeluarkan dari masyarakat, termasuk
keturunannya, sampai suatu saat keadaan semula pulih kembali. Hal lain yang
bisa dilakukan adalah dengan melakukan upacara adat khusus (yang biasanya
membutuhkan biaya besar).
Sanksi atas pelanggaran adat istiadat dapat berupa pengucilan,
dikeluarkan
dari
masyarakat/kastanya,
atau
harus
memenuhi
persyaratan/hukuman tertentu yang telah ditetapkan, seperti melakukan
upacara tertentu untuk media rehabilitasi diri.

Masyarakat adat adalah komunitas-komunitas yang hidup berdasarkan


asal-usul leluhur secara turun temurun diatas suatu wilayah adat, yang
memiliki kedaulatan atas tanah dan kekayaan alam, kehidupan sosial budaya,
yang diatur oleh hukum adat dan lembaga adat yang mengelola
keberlangsungan kehidupan masyarakatnya.
Di Indonesia kata adat baru digunakan pada sekitar akhir abad 19.
Sebelumnya kata ini hanya dikenal pada masyarakat Melayu setelah
pertemuan budayanya dengan agama Islam pada sekitar abad 15-an. Kata ini
antara lain dapat dibaca pada Undang-undang Negeri Melayu.
Sehingga dapat disimpulkan, adat istiadat dalam kehidupan masyarakat
dapat diartikan sebagai berikut:
1. Sekelompok orang yang hidup dengan tradisi dan budaya budaya
tertentu, adat istiadat yang sudah ada sebelumnya, yang tidak terpengaruhi
oleh perubahan zaman karena mereka merasa cukup dengan kehidupan
dan penghidupan yang mereka jalani secepat apapun evolusi kebudayaan
pada masa tersebut.
2. Masyarakat yang kehidupannya masih dipegang teguh oleh adat istiadat
lama yang mereka miliki. Yang dimaksud adat istiadat disini adalah
adanya suatu aturan baku mencangkup segala konsep budaya yang di
dalamnya terdapat aturan terhadap tingkah laku dan perbuatan manusia
dalam menjalani kehidupan.

B. Klasifikasi Adat Istiadat

Adat dibaginya atas empat tingkat, yaitu :


1. Tingkat Nilai Budaya.

Adat yang berada pada tingkat nilai budaya bersifat sangat abstrak, ia
merupakan ider-ide yang mengkonsesikan hal-hal yang paling berniali
dalam kehidupan suatu masyarakat. Seperti nilai gotong royong dalam
masyarakat Indonesia.
2. Tingkat Norma
Adat pada tingkat norma-norma merupakan nilai-nilai budaya yang telah
terkait kepada peran-peran tertentu (roles), peran sebagai pemimpin,
peran sebagai mamak, peran sebagai guru membawakan sejumlah norma

yang menjadi pedoman bagi kelakuannya dalam hal memainkan


peranannya dalam berbagai kedudukan tersebut.
3. Tingkat Hukum
Adat pada tingkat hukum terdiri dari hukum tertulis dan hukum adat yang
tidak tertulis.
4. Tingkat Aturan Khusus
Adat pada tingkat aturan-aturan yang mengatur kegiatan khusus yang
jelas terbatas ruang lingkupnya pada sopan santun.
C. Tingkatan Norma Sosial Adat

Usage adalah cara-cara individu dalam melakukan bentuk perbuatan


tertentu yang telah diterima dalam masyarakat tetapi tidak secara
terus-menerus. Contoh: cara makan yang wajar dan baik apabila tidak
mengeluarkan suara seperti hewan.
Folkways adalah kebiasaan yang diulang-ulang dalam melakukan
perbuatan yang sama yang dilakukan secara sadar dan mempunyai
tujuan-tujuan jelas dan dianggap baik dan benar. Contoh: Memberi
hadiah kepada orang-orang yang berprestasi dalam suatu kegiatan
atau kedudukan, memakai baju yang bagus pada waktu pesta.
Mores (tata kelakuan) adalah sekumpulan perbuatan yang
mencerminkan sifat-sifat hidup dari sekelompok manusia yang
dilakukan secara sadar guna melaksanakan pengawasan oleh
sekelompok masyarakat terhadap anggota-anggotanya. Dalam tata
kelakuan terdapat unsur memaksa atau melarang suatu perbuatan.
Contoh: Melarang pembunuhan, pemerkosaan, atau menikahi saudara
kandung.
Custom (adat istiadat) adalah kumpulan tata kelakuan yang kekal dan
paling tinggi kedudukanya serta kuat integrasinya dengan kaidah
pola-pola kelakuan masyarakat yang dikenal, diakui, dihargai dan
ditaati, namun tidak mempunyai kekuatan mengikat (binding force)
yang dapat dipaksakan.

D. Permasalahan yang Ditimbulkan dari Adat Istiadat dalam Kehidupan

Masyarakat
Perlu disadari bahwa manusia tidak hidup sendiri di dunia dimana ia
terbebas dari segala nilai dan adat-istiadat dan bisa berbuat apapun sesukanya,

sebab sebagai mahluk yang tinggal di dunia ini, manusia selalu berinteraksi
dengan keluarga, orang-orang di lingkungan hidup sekelilingnya, lingkungan
pekerjaan, suku dan bangsa dengan kebiasaan dan tradisinya dimana ia
dilahirkan, dan budaya religi turun-temurun dimana suku dan bangsa itu
memiliki tradisi nenek-moyang yang kuat. Karena itu manusia tidak terbebas
dari adat-istiadat.
Posisi adat-istiadat yang selama ini menjadi pedoman dalam pengatur
tata kelakuan manusia telah diambil alih posisinya oleh sistem nilai yang baru.
Sedangkan struktur masyarakat adat telah pula cenderung berubah menuju
masyarakat modern. Perubahan ini ditandai dengan timbulnya kenyataankenyataan dalam kehidupan sehari-hari antara lain sebagai berikut:
1.

Sistem nilai budaya atau adat istiadat lokal yang selama ini mengatur tata
kelakuan hidup manusia telah kehilangan legitimasinya sehingga posisi
adat-istiadat telah diganti oleh hukum positif dan politik yang
dikendalikan negara.

2.

Nilai-nilai kepercayaan yang bersumber dari agama mulai luntur dan


posisinya telah diganti oleh nilai-nilai ilmu pengetahuan yang sekuler.

3.

Di dalam masyarakat telah mulai luntur nilai gotong-royong dan diganti


dengan nilai individualistis yang mengancam akhlak manusia.

4.

Adanya rasa malu dalam diri masyarakat untuk mengembangkan adatistiadat yang menjadi pedoman masyarakat selama ini.

5.

Sikap antagonistis/penolakan akan segala bentuk adat-istiadat yang tidak


diinginkannya, gejala ini kita lihat dalam bentuk fundamentalisme yang
ektrim.

6.

Sikap terbuka yang kompromistis yang menerima segala bentuk adatistiadat

lingkungannya.

Sikap

demikian

sering

terlihat

dalam

kecenderungan liberalisme ekstrim yang sering menganut faham


kebebasan. Misalnya di Belanda yang dikenal sebagai negara Eropa yang
paling liberal, pecandu narkoba bisa menjadi anggota dewan kota dan
euthanasia dihalalkan. Kebebasan yang kebablasan demikian juga kurang
tepat, karena bagaimanapun manusia hidup didunia berhubungan dengan

orang lain, maka kebebasan yang keterlaluan dari sekelompok yang satu
bisa berdampak merugikan kelompok lain
Setiap penyakit pasti ada obatnya, begitupun dengan permasalahan adat
istiadat pasti ada penyelesaiannya. Munculnya tujuh masalah tersebut di atas
menandaskan kepada kita untuk membentuk gerakan kembali ke adat. Bahwa
Gerakan Kembali ke Adat adalah gerakan moral yang berisi cita-cita moral
agar segenap komponen masyarakat dapat melestarikan nilai budaya (adatistiadat) masyarakat yang bernilai tinggi. Sehingga dampak negatif dari
perubahan dan globalisasi tidak mengikis habis bangunan moral masyarakat
lokal. Paling tidak, gerakan ini akan memperingatkan kepada kita untuk tetap
memelihara unsur-unsur budaya dan adat istiadat masyarakat lokal supaya
terhindar dari kepunahan.
Oleh karena itu, Gerakan Kembali ke Adat sebenarnya juga berisikan
cita-cita moral sebagai berikut:

1.

Mencegah kepunahan adat-istiadat.

2.

Mempertahankan adat-istiadat yang bernilai luhur serta mendukung


terwujudnya ketertiban, kerukunan, kedamaian, kesetiakawanan dan
kesejahteraan sosial masyarakat.

3.

Mendukung (tidak anti) proses perubahan dalam masyarakat.

4.

Sikap dualisme. Sikap ini tidak mempertentangkan dan tidak


mencampurkan faham-faham adat itu, tetapi membiarkan semua adatistiadat itu berjalan sesuai dengan situasi dan kondisi masing-masing.

E. Pelestarian dan Pengembangan Adat Istiadat

Pelestarian dan pengembangan adat istiadat dan nilai sosial budaya


masyarakat dibangun dengan mengedepankan tiga pilar utama yaitu pilar
pengembangan ekonomi masyarakat, pilar pelestarian dan pilar kemandirian
masyarakat.

Pilar pertama menyangkut aspek nilai guna adat istiadat bagi tumbuh
kembangnya ekonomi masyarakat untuk menjawab tantangan pemenuhan
kebutuhan ekonomi. Pilar yang kedua menyangkut aspek kebertahanan
identitas sosial budaya masyarakat yang menyokong pada integrasi nasional.
Pilar ketiga berkaitan dengan kemampuan masyarakat melaksanakan
pengorganisasian potensi adat istiadat dan nilai sosial budaya secara otonom,
mandiri dan profesional.
Potensi dan aset adat istiadat dan nilai budaya masyarakat sangat besar,
namun belum didayagunakan secara optimal. Khususnya dalam memberi
fundamen ke arah peningkatan ekonomi masyarakat secara nyata. Dengan
demikian, pemberdayaan kelompok masyarakat adat adalah hal penting guna
menopang kehidupan masyarakat khususnya pengembang adat istiadat dan
nilai budaya setempat.
Upaya pelestarian dan pengembangan dimaksudkan untuk
memperkokoh jati diri individu dan masyarakat dalam mendukung kelancaran
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan. Tujuannya mendukung
pengembangan budaya nasional dalam mencapai kualitas ketahanan nasional
dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Karena tujuan tersebut,
diperlukan peran pemerintah dalam pelestarian dan pengembangan adat
istiadat.
Peran pemerintah dalam melestarikan dan mengembangkan adat istiadat
bisa dirinci sebagai berikut:

Membantu masyarakat dalam kelancaran dan pelaksanaan pembangunan


di segala bidang terutama dalam bidang keagamaan, kebudayaan dan
kemasyarakatan.

Mengawasi pelaksanaan hukum adat dan istiadat dalam desanya

Membantu membina dan mengembangkan nilai-nilai adat dalam rangka


memperkaya, melestarikan dan mengembangkan kebudayaan nasional

Ikut serta menjaga, memelihara dan memanfaatkan kekayaan desa adat


untuk kesejahteraan masyarakat desa adat

Mengangkat kembali moral bangsa agar masyarakat dapat mencintai adat


istiadat yang ada di negeri ini

Tidak semua adat istiadat yang ada di masyarakat dilestarikan dan


dikembangkan, apabila adat tersebut menyimpang dari norma sosial maka
perlu diadakan penghapusan bahkan apabila adat istiadat tersebut masih bisa
dilsetarikan namun ada salah satu unsurnya menyimpang maka hanya perlu
direvisi atau restrukturisasi. Beberapa istilah lain dalam pelestarian dan
pengembangan kebudayaan adalah sebagai berikut:
a. Revitalisasi

: dihidupkan lagi dan didorong agar tumbuh dan


berkembang. Contohnya yaitu jika ada pasangan yang melakukan
suatu hubungan tidak terpuji seperti perzinahan maka
pasangan tersebut akan mendapatkan sanksi baik secara
fisik maupun mental seperti yang diterapkan oleh provinsi
Aceh yang menerapkan hukuman cambuk (Syarkawi,
2011:42).
b. Reaktualisasi : dihidupkan kembali dengan adanya kesepakatan yang
ditulis dalam suatu peraturan untuk suatu tujuan yang baik. Contohnya
Dalam pelaksanaan akad nikah, seandainya pasangan calon pengantin
tidak mampu membaca al-Quran, maka akad pernikahannya diundur
sampai yang bersangkutan mampu membaca al-Quran dengan baik dan
benar. Keberadaan Perda Kabupaten Solok Nomor 10 Tahun 2001 tentang
Pandai Baca Huruf alQuran Bagi Murid Sekolah Dasar, Siswa Sekolah
Lanjutan Tingkat Pertama dan Siswa Sekolah Lanjutan Tingkat Atas serta
Calon Pengantin menghidupkan kembali peran tradisional tokoh
masyarakat dalam bentuk yang lebih modern, sehingga tujuan restorasi
nilai-nilai ajaran Islam dan budaya Minangkabau mendapatkan
kewibawaannya kembali. Perda ini merupakan bentuk usaha resistensi
masyarakat terhadap kemungkinan negatif yang terjadi seiring
perkembangan zaman dan modernisasi, namun bentuknya tidak lebih dari
reaktualisasi nilai-nilai tradisional dalam bentuk positivisasi hukum
(Rachmat, 2011:29).
c. Revisi
: disesuaikan dari tujuan semula. Contohnya adalah
ungkapan sunda. Budaya Sunda dikenal dengan budaya yang sangat
menjujung tinggi sopan santun. Pada umumnya karakter masyarakat
Sunda; ramah tamah (someah), murah senyum, lemah lembut, dan sangat
menghormati orang tua. Jika dilihat dari filosofinya, Someah hade ka
semah merupakan local wisdom dari tatar Sunda. Ini berarti bahwa urang
Sunda harus ramah pada tetamunya. Agar tidak Jati kasilih ku junti,

d.

e.

f.

g.

maka Someah hade ka semah diterapkan kepada semah nu hade


(pendatang yang berperilaku baik); Someah hade ka semah anu hade
(Arip, 2013:32).
Restrukturisasi : dimodifikasi agar sesuai dengan jamannya. Contohnya
pembangunan Stadion Karapan Sapi Madura yang akan menjadi icon
Pariwisata Madura. Ini adalah upaya untuk tetap mengangkat budaya
Madura dalam pembangunan tersebut. Upaya restrukturisasi untuk
mengembangkan masyarakat yang nantinya menjadikan potensi kejahatan
menurun atau hilang. Masyarakat dengan sendirinya tidak akan melakukan
kejahatan lagi, karena tujuan melakukan kejahatan sudah hilang. Mereka
sudah mendapatkan pekerjaan, penghasilan, sehingga hasrat untuk
melakukan kejahatan hilang (Iqbal, 2011:239).
Fill In
: diisi dengan nilai-nilai baru. Contohnya jimpitan atau
lumbung mini masyarakat. Budaya Jimpitan merupakan salah satu bentuk
gotong royong masyarakat pedesaan. Tradisi beras jimpitan atau lumbung
mini mungkin kini hampir tidak pernah terdengar lagi. Padahal, tradisi
beras jimpitan ini memiliki multi fungsi bagi ketahanan pangan keluarga
sekaligus bisa menjadi ketahanan ekonomi bagi bangsa. Kearifan lokal
yang dimiliki bangsa ini memang paling tidak mengajarkan spirit
menabung dalam artian tidak menabung uang, melainkan menyisihkan
sejumput beras untuk ditabung guna keperluan keluarga, kelompok dan
komunitas suatu masyarakat menjaga ketahanan pangannya (Arip,
2013:39).
Inovasi
: adanya kreativitas budayawan agar lebih menarik.
Misalnya inovasi wayang golek. Asep Sunandar Sunarya
mengkombinasikan wayangnya berdasarkan aspek sandiwara dan
remediasi. Juga menirukan gerakan-gerakan kartun Amerika dan film silat
dari Hongkong. Begitu pula dalam iringan musiknya, banyak
menampilkan berbagai unsur musik diantaranya dangdut. Gaya inovatif
Asep dianggap revolusi wayang pada tahun 1980-an dan merupakan
kebangkitan wayang. Selain inovasi gerakan dan musik wayang, Asep
terkenal dengan kreativitasnya terhadap tokoh cepot. Hal ini bertujuan
agar anak cucu generasi penerus lebih menyukai wayang (Kurnia, 2010).
Kreasi
: membuat kreasi baru yang sesuai dengan daerahnya. Ini
bisa dilestarikan dalam lingkungan kampus, apabila ada perlombaan
desain baju, bisa mengkreasikan baju adat dengan barang bekas, selain

mereka bisa lebih mengenal budaya masing-masing juga bisa menjaga


kelestarian lingkungan.
h. Delete
: adanya penghapusan nilai-nilai yang tidak sesuai.
Contohnya ritual mencari pesugihan semacam babi ngepet dan lainnya
dilakukan orang di Gunung Kemukus, Sragen, Jawa Tengah. Untuk
mendapatkan pesugihan itu, konon harus berhubungan seks dengan
pasangan tidak sah. Ritual mesum ini banyak dilakukan oleh orang-orang
yang mencari jalan pintas untuk menjadi kaya. Di gunung ini, ratusan
warga dari berbagai wilayah di Jawa terutama datang berduyun-duyun ke
Gunung Kemukus ini. Mereka bertujuan untuk mencari pasangan
melakukan ritual pesugihan itu. Ritual ini bisa menjadi semacam tata cara
dan menjadi semacam tradisi yang sesat (Abduh, 2013).
F. Pengaruh Adat Istiadat dan Nilai Sosial Budaya dalam Pembangunan

Masyarakat
Keanekaragaman budaya Indonesia merupakan peluang sebagai
berikut: (1) pemersatu di antara berbagai kelompok etnis dan suku yang
dipersatukan karena pengalaman bersama pada masa lalu dalam menghadapi
penjajah (2) merupakan kekuatan agar bangsa yang majemuk tetap eksis.
Untuk itu diperlukan komunikasi dan interaksi yang dapat membuat anggota
masyarakat Indonesia saling bekerjasama dan memiliki pengertian yang benar
terhadap unsur-unsur budaya yang berbeda (Widiastuti, 2013:12).
Sebagai alat komunikasi dan interaksi dibutuhkan bahasa guna perekat
antar anggota masyarakat. Bahasa Indonesia menjadi peluang membangun dan
mengembangkan budaya, suku-suku yang beragam dalam kebersamaan dan
persatuan. Penggunaan bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi antar suku
tidak bermaksud menghilangkan bahasa daerah, tetapi mempermudah
seseorang mengenal dan merespon lingkungan sekitar dengan lebih baik, dan
menimbulkan kesadaran sambung rasa secara terus menerus. Hal ini
diharapkan dapat membangkitkan kembali etnik dan kebudayaan lokal bangsa
Indonesia.
Untuk itu diperlukan peran masyarakat dan khususnya generasi muda
untuk melestarikan kebudayaan lokal guna mewujudkan citacita bangsa yang
luhur dan tetap menjaga keutuhan warisan nenek moyang. Hal ini pada
akhirnya akan dilihat dan diakui oleh dunia internasional sebagai bangsa yang
hidup dan tinggal di negara kepulauan dengan budaya yang khas. Diharapkan
dapat menarik para wisatawan/turis dari berbagai mancanegara untuk datang

ke Indonesia sehingga meningkatkan devisa negara serta peluang alternatif


bagi dunia usaha untuk menjaring tenaga kerja Indonesia.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Adat Istiadat adalah kebiasaan yang dilakukan dalam masyarakat
dengan tradisi dan budaya budaya tertentu, adat istiadat yang sudah ada
sebelumnya, yang mempunyai sangsi apabila dilanggar.
Permasalahan yang biasa muncul dalam suatu adat istiadat untuk saat
ini lebih cenderung ke masyarakat yang mulai tidak peduli ataupun mulai
meninggalkan adat istiadat mereka karena arus moderenisasi . Adat istiadat itu
kini sudah luntur tidak seperti dulu lagi, oleh karena itu kita harus berusaha
untuk melestarikan serta mengembangkan kembali adat istiadat yang telah
luntur itu. Dalam usaha untuk pelestarian dan pengembangan adat istiadat dan
nilai sosial budaya masyarakat, masyarakat juga harus berperan penting dalam
hal ini untuk menjadikan suatu daerah lebih baik, lebih sejahtera
kehidupannya.
Selain masyarakat pemerintah juga harus berperan dalam hal ini untuk
membantu membina dan mengembangkan nilai nilai adat dalam rangka
memperkaya ,melestarikan dan mengembangkan kebudayaan nasional. Adat
istiadat dan nilai sosial budaya dapat mempengaruhi masyarakat karena adat
istiadat dan nilai sosial budaya merupakan salah satu modal social yang bila
didayagunakan dengan optimal dalam industri pariwisata yang dapat
meningkatkan ekonomi masyarakat secara nyata .

B. Saran
Pemerintah dan masyarakat harus tetap bekerja sama dengan niat yang
baik untuk pelestarian pengembangan adat istiadat dan nilai sosial budaya
masyarakat. Dan sangat diharapkan bagi masyarakat agar dapat terus

bersosialisasi dengan baik sesama masyarakat agar dapat mengurangi


timbulnya masalah adat istiadat dalam kehidupan bermasyarakat.
Dengan

terjadinya

transformasi

sosial

budaya

akibat

derasnya

globalisasi, diperlukan adanya pemaknaan terhadap nilai dan pesan-pesan


moral yang terkandung dalam keseluruhan budaya. Nilai-nilai budaya, tidak
dapat diragukan lagi dapat berpengaruh besar terhadap kehidupan aktivitas
masyarakat.
Dan sebagai pendidik, sebaiknya ikut melestarikan dan mengajarkan
kepad anak didik cara memilih budaya yang harus diikuti, cara melestarikan
budaya yang baik dan mengembangkannya disesuaikan dengan perubahan
jaman globalisasi yang penuh dengan informasi dan serba teknologi.

DAFTAR PUSTAKA

Abduh, Muhammad Tuasikal. 2013. Ritual Pesugihan Berkedok Seks di Gunung


Kemukus. Online diakses 25 Desember 2014.
http://rumaysho.com/aqidah/ritual-pesugihan-berkedok-seks-di-gunungkemukus-3164
Arip, Mahmud. 2013. Paradigma Pendidikan Masyarakat Sunda (Kajian
Antropologi di Kampung Sukasenang Tasikmalaya. Universitas Islam
Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Skripsi
Depdiknas. 1997. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Hadikusuma, Hilman. 1989. Masyarakat dan Adat Budaya Lampung. Bandung :
Mandar Maju
Iqbal, Muhamad. 2011. Pengembangan Masyarakat Sebagai Upaya Pencegahan
Kejahatan di Wilayah Pengembangan Jembatan Surabaya-Madura
(Aplikasi Community Development Crime Prevention). Jurnal Kriminologi
Indonesia Vol. 7 No. II Oktober 2011 : 228 243
Koentjaraningrat.1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : Rineka Cipta.
Kurnia, Ahmad Elqorni. 2010. Asep Sunandar Sunarya : Dalang Wayang
Golek Inovatif. Online diakses 25 Desember 2014.
http://indoculture.wordpress.com/2010/09/09/asep-sunandar-sunaryadalang-wayang-golek-inovatif/
Rachmat, Aulia. 2011. Reaktualisasi Nilai Islam dalam Budaya Minangkabau
Melalui Kebijakan Desentralisasi. Jurnal
Syarkawi. 2011. Revitalisasi Adat Istiadat dan Pembentukan Karakter (Analisis
Terhadap Adat Istiadat Dan Pembentukan Karakter Syariat Di Aceh).
Universitas Almuslim. Jurnal Volume 11 Nomer 2 2011
Widiastuti. 2013. Analisis SWOT Keragaman Budaya Indonesia. Universitas
Darma Persada. Jurnal Volume 1 Nomor 1 Mei-Juni 2013
Wikipedia.

Adat

Istiadat.

(online)

http://id.wikipedia.org/wiki/Adat

diakses

pada

23

Desember

2014.

Anda mungkin juga menyukai