BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Metode penemuan adalah metode mengajar yang mengatur pengajaran
sedemikan rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan yang sebelumnya
belum diketahuinya itu tidak melalui pemberitahuan sebagian atau seluruhnya
ditemukan sendiri. Bruner berpendapat bahwa seseorang murid belajar
dengan cara menemui struktur konsep-konsep yang dipelajari
Pada saat proses belajarmengajar berlangsung di kelas, akan terjadi
hubungan timbal balik antara guru dan siswa yang beraneka ragam, dan itu
akan mengakibatkan terbatasnya waktu guru untuk mengontrol bagaimana
pengaruh tingkah lakunya terhadap motivasi belajar siswa. Selama pelajaran
berlangsung guru sulit menentukan tingkah laku mana yang berpengaruh
positif terhadap motivasi belajar siswa, misalnya gaya mengajar mana yang
memberi kesan positif pada diri siswa selama ini, strategi mana yang dapat
membantu kejelasan konsep selama ini, metode dan model pembelajaran
mana yang tepat untuk dipakai dalam menyajikan suatu pembelajaran
sehingga dapat membantu mengaktifkan siswa dalam belajar.
Hal tersebut memperkuat anggapan bahwa guru dituntut untuk lebih
kreatif dalam proses belajar mengajar, sehingga tercipta suasana belajar
yang menyenangkan pada diri siswa yang pada akhirnya meningkatkan
motivasi belajar siswa.
Salah satu alternatif untuk memperbaiki kondisi pembelajaran yang
dipaparkan di atas adalah model pembelajaran yang tepat bagi siswa serta
dapat memecahkan masalah yang dihadapi.
Berhasil tidaknya proses belajar mengajar tergantung pada pendekatan,
metode, serta teknik mengajar yang dilakukan oleh guru. Untuk itu, guru
diharapkan
selektif
dalam
menentukan
dan
menggunakan
model
mengajar. Prinsip prinsip belajar mengajar dalam hal ini adalah model
pembelajaran yang tepat untuk suatu materi pelajaran tertentu.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian model pembelajaran discovery (penemuan)?
2. Bagaimana teori belajar yang digunakan Bruner?
3. Bagaimana teori instruksi Bruner?
4. Apa ciri khas teori pembelajaran menurut Bruner?
5. Apa manfaat belajar penemuan menurut Bruner?
6. Bagaimana tahap proses belajar Bruner?
7. Apa tujuan model pembelajaran discovery learning?
8. Apa macam-macam model pembelajaran discovery?
9. Bagaimana strategi-strategi dalam pembelajaran discovery?
10. Bagaiman peranan guru dalam pembelajaran discovery learning?
11. Bagaimana aplikasi pembelajaran discovery learning di kelas?
12. Apa kelebihan dan kekurangan model pembelajaran discovery learning?
13. Bagaiaman contoh aplikasi pembelajaran discovery learning di kelas?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui Pengertian Model Pembelajaran Discovery
(Penemuan)
2 Untuk memahami Teori yang digunakan Bruner
3 Untuk mengetahui Teori Instruksi Bruner
4 Dapat memahami Ciri khas Teori Pembelajaran Menurut Bruner
5 Untuk mengetahui Manfaat Belajar Penemuan Menurut Bruner
6 Dapat memahami Tahap proses belajar Bruner
7 Dapat memahami Tujuan Model Pembelajaran Discovery Learning
8 Untuk mengetahui Macam-macam Model Pembelajaran Discovery
9 Untuk mengetahui Strategi-strategi dalam Pembelajaran Discovery
10 Untuk memahami Peranan Guru dalam Pembelajaran Discovery
Learning
11 Dapat memahami Aplikasi Pembelajaran Discovery Learning di Kelas
12 Untuk mengetahui Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran
Discovery learning
13 Untuk mengetahui Contoh Aplikasi Pembelajaran Discovery Learning di
Kelas.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Model Pembelajaran Discovery (Penemuan)
Penemuan (discovery) merupakan suatu model pembelajaran yang
dikembangkan
berdasarkan
pandangan
konstruktivisme.
Model
ini
Sedangkan
Ausubel
mempreskripsikan
agar
siswa
dapat
membutuhkan
aktivasi,
suatu
flow
chart
dengan
uraian
mengenai
cara
menghasilkan gula putih dari tebu misalnya. Yang manakah yang lebih
ekonomis?
Kuasa dari suatu penyajian dapat juga diterangkan sebagai
kemampuan penyajian itu untuk menghubung-hubungkan hal-hal yang
kelihatannya sangat terpisah-pisah.
3. Perincian urutan-urutan penyajian materi pelajaran secara optimal
Dalam mengajar, siswa dibimbing melalui urutan pernyatanpernyataan dari suatu masalah atau sekumpulan pengetahuan untuk
meningkatkan kemampuan siswa dalam menerima, mengubah dan
mentransfer apa yang telah dipelajarinya. Jadi, urutan materi dalam
suatu domain pengetahuan mempengaruhi kesulitan yang dihadapi
siswa dalam mencapai penguasaan. Biasanya ada berbagai urutan setara
dalam kemudahan dan kesulitan bagi para siswa. Tidak ada satu urutan
khas bagi semua siswa dan urutan yang optimal tergantung pada
berbagai factor, misalnya belajar sebelumnya, tingkat perkembangan
anak, sifay materi pelajaran dan perbedaan individu.
Dikemukakan oleh Bruner, bahwa perkembangan intelektual
bergerak dari penyajian enaktif melalui penyajian ekomnik ke penyajian
simbolik. karena itu urutan optimum materi pelajaran juga mengikuti
arah yang sama.
4. Bentuk dan pemberian reinforsemen
Dalam teori Bruner, Bruner mengemukakan bahwa bentuk hadiah
atau pujian dan hukuman harus dipikirkan. Demikian pula bila pujian
atau hukuman itu diberikan selama proses belajar mengajar.Secara
intuitif jelas bahwa selama proses belajar mengajar berlangsung ada
suatu ketika hadiah ekstrinsik bergeser ke hadiah intrinsik. Sebagai
hadiah ekstrinsik misalnya berupa pujian dari guru seangkan hadiah
intrinsik timbul karena berhasil memecahkan masalah. Demikian pula
ada kalanya hadiah yang diberikan secara langsung , harus diganti
dengan hadiah yang pemberiannya harus ditunda atau ditangguhkan.
Ketepatan waktu pergeseran dari hediah ekstrinsik ke hadiah intrinsik
dan sebaliknya dan dari hadiah langsung ke hadiah yang ditangguhkan
sedikit sekali diketahui karena itu dengan sendirinya penting untuk
diperhatikan.
Akhirnya patut ditekankan bahwa tujuan mengajar adalah untuk
menjadikan siswa merasa puas. Umpan balik berupa perbaikanperbaikan apapun juga membawa bahaya bagi siswa karena siswa
bersangkutan menjadi tetp bergantung pada guru atau tutor. Tutor
10
kedua
adalah
bahwa
orang
mengkontruksi
11
(model of the world). Model Bruner ini mendekati sekali struktur kognitif
Aussebel. Setiap model seseorang khas bagi dirinya. Dengan menghadapi
berbagai aspek dari lingkungan kita, kita akan membentuk suatu struktur
atau model yang mengizinkan kita untuk mengelompokkan hal-hal
tertentu atau membangun suatu hubungan antara hal-hal yang
diketahui.
3. Belajar sebagai Proses Kognitif
Bruner mengemukakan bahwa belajar melibatkan tiga proses yang
berlangsung hampir bersamaan. Ketiga proses itu adalah (1) memperoleh
informasi baru, (2) transformasi informasi dan (3) menguji relevansi dan
ketepatan pengetahuan (Bruner, 1973).
Informasi baru dapat merupaka penghalusan dari informasi
sebelumnya yang dimiliki seseorang atau informasi itu dapat dersifat
sedemikian rupa sehingga berlawanan dengan informasi sebelumnya
yang dimiliki seseorang. Dalam transformasi pengetahuan seseorang
mempelakukan pengetahuan agar cocok dengan tugas baru. Jadi,
transformasi menyangkut cara kita memperlakukan pengetahuan, apakah
dengan cara ekstrapolasi atau dengan mengubah bentuk lain.
Hampir semua orang dewasa melalui penggunaan tiga sistem
keterampilan untuk menyatakan kemampuanny secara sempurna. Ketiga
sistem keterampilan itu adalah yang disebut tiga cara penyajian (modes
of presentation) oleh Bruner (1966). Ketiga cara itu ialah: cara enaktif,
cara ikonik dan cara simbolik.
Cara
penyajian
ikonik
didasarkan
atas
pikiran
internal.
12
dibuktikan
oleh
kemampuan
seseorang
lebih
struktur
hirarkis
pada
konsep-konsep
dan
13
struktur
konsep-konsep
yang
dipelajari.
Anak-anak
siswa
menemukan
konsep
yang
baru
dengan
14
c. Siswa juga belajar merumuskan strategi tanya jawab yang tidak rancu
dan menggunakan tanya jawab untuk memperoleh informasi yang
bermanfaat dalam menemukan.
d. Pembelajaran dengan penemuan membantu siswa membentuk cara
kerja bersama yang efektif, saling membagi informasi, serta mendengar
dan mneggunakan ide-ide orang lain.
e. Terdapat beberapa fakta yang menunjukan bahwa keterampilanketerampilan, konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang dipelajari
melalui penemuan lebih bermakna.
15
Penemuan Terbimbing
Pada pengajaran dengan penemuan terbimbing guru mengarahkan
tentang materi pelajaran. Bentuk bimbingan yang diberikan guru dapat
berupa petunjuk, arahan, pertanyaan atau dialog, sehingga diharapkan
siswa dapat menyimpulkan (menggeneralisasikan) sesuai dengan
rancangan guru.
Generalisasi atau kesimpulan yang harus ditemukan oleh siswa
harus dirancang secara jelas oleh guru. Pada pengajaran dengan metode
penemuan, siswa harus benar-benar aktif belajar menemukan sendiri
bahan yang dipelajarinya.
3. Penemuan Laboratory
Penemuan laboratory adalah penemuan yang menggunakan objek
langsung (media konkrit) dengan cara mengkaji, menganalisis, dan
menemukan secara induktif, merumuskan dan membuat kesimpulan.
Penemuan laboratory dapat diberikan kepada siswa secara
individual atau kelompok.Penemuan laboratory dapat meningkatkan
16
b. Strategi deduktif
Dalam matematika metode deduktif memegang peranan penting
dalam hal pembuktian. Karena matematika berisi argumentasi deduktif
yang saling berkaitan, maka metode deduktif memegang peranan penting
dalam pengajaran matematika. Dari konsep matematika yang bersifat
umum yang sudah diketahui siswa sebelumnya, siswa dapat diarahkan
untuk menemukan konsep-konsep lain
17
misalnya
dengan
menggunakan
fakta-fakta
yang
berlawanan.
c. Guru juga harus memperhatikan cara penyajian yang enaktif, ikonik,
dan simbolik.
d.
18
2.11
19
Discovery
learning
menimbulkan
keingintahuan
siswa,
dapat
20
2.13
: SD
: III (tiga)
Tema
: Kesehatan
Semester
: I (satu)
Standar Kompetensi:
2. Memahami kondisi lingkungan yang berpengaruh terhadap kesehatan,
dan upaya menjaga kesehatan lingkungan.
21
Kompetensi Dasar:
2.1 Membedakan ciri-ciri lingkungan sehat dan lingkungan tidak sehat
berdasarkan pengamatan.
Indikator
-
Alokasi Waktu
-
2x35 menit
Tujuan Pembelajaran
-
Materi Pembelajaran
-
Discovery learning
Langkah-Langkah Kegiatan
Langkah-langkah pembelajaran
Kegiatan awal
Kegiatan guru
1. Guru mengucapkan salam dan mengecek
kesiapan siswa menerima materi
pembelajaran
2. Presensi dan doa
3. Menyampaikan tujuan pembelajaran
4. Guru mengajukan pertanyaan mengenai
lingkungan di tempat umum (sekolah,
Kegiatan inti
22
23
guru***.
5. Guru meminta siswa menuliskan jawaban
pada selembar kertas dengan
berkelompok.
Fase evaluasi:
1. Guru memeriksa kegiatan peserta didik
apakah sudah dilakukan dengan benar.
Jika masih ada peserta didik yang belum
dapat melakukan kegiatan dengan benar,
guru dapat langsung memberikan
Penutup
bimbingan.
1. Guru meminta siswa untuk
mempresentasikan hasil kerja kelompok
2. Guru memberikan penghargaan
3. Guru menyimpulkan materi pembelajaran
4. Guru menutup kegiatan pembelajaran
dengan doa.
*penyajian simbolik
**penyajian ikonik
***penyajian enaktif
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Pembelajaran discovery learning (penemuan) merupakan salah satu
model pembelajaran yang digunakan dalam pendekatan konstruktivisme.
Pada pembelajaran penemuan, siswa didorong untuk terutama belajar
sendiri melalui keterlibatan aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip.
24