Anda di halaman 1dari 24

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Metode penemuan adalah metode mengajar yang mengatur pengajaran
sedemikan rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan yang sebelumnya
belum diketahuinya itu tidak melalui pemberitahuan sebagian atau seluruhnya
ditemukan sendiri. Bruner berpendapat bahwa seseorang murid belajar
dengan cara menemui struktur konsep-konsep yang dipelajari
Pada saat proses belajarmengajar berlangsung di kelas, akan terjadi
hubungan timbal balik antara guru dan siswa yang beraneka ragam, dan itu
akan mengakibatkan terbatasnya waktu guru untuk mengontrol bagaimana
pengaruh tingkah lakunya terhadap motivasi belajar siswa. Selama pelajaran
berlangsung guru sulit menentukan tingkah laku mana yang berpengaruh
positif terhadap motivasi belajar siswa, misalnya gaya mengajar mana yang
memberi kesan positif pada diri siswa selama ini, strategi mana yang dapat
membantu kejelasan konsep selama ini, metode dan model pembelajaran
mana yang tepat untuk dipakai dalam menyajikan suatu pembelajaran
sehingga dapat membantu mengaktifkan siswa dalam belajar.
Hal tersebut memperkuat anggapan bahwa guru dituntut untuk lebih
kreatif dalam proses belajar mengajar, sehingga tercipta suasana belajar
yang menyenangkan pada diri siswa yang pada akhirnya meningkatkan
motivasi belajar siswa.
Salah satu alternatif untuk memperbaiki kondisi pembelajaran yang
dipaparkan di atas adalah model pembelajaran yang tepat bagi siswa serta
dapat memecahkan masalah yang dihadapi.
Berhasil tidaknya proses belajar mengajar tergantung pada pendekatan,
metode, serta teknik mengajar yang dilakukan oleh guru. Untuk itu, guru
diharapkan

selektif

dalam

menentukan

dan

menggunakan

model

pembelajaran. Dalam proses belajar mengajar guru harus menguasai prinsip


prinsip belajar mengajar serta mampu menerapkan dalam proses belajar

mengajar. Prinsip prinsip belajar mengajar dalam hal ini adalah model
pembelajaran yang tepat untuk suatu materi pelajaran tertentu.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian model pembelajaran discovery (penemuan)?
2. Bagaimana teori belajar yang digunakan Bruner?
3. Bagaimana teori instruksi Bruner?
4. Apa ciri khas teori pembelajaran menurut Bruner?
5. Apa manfaat belajar penemuan menurut Bruner?
6. Bagaimana tahap proses belajar Bruner?
7. Apa tujuan model pembelajaran discovery learning?
8. Apa macam-macam model pembelajaran discovery?
9. Bagaimana strategi-strategi dalam pembelajaran discovery?
10. Bagaiman peranan guru dalam pembelajaran discovery learning?
11. Bagaimana aplikasi pembelajaran discovery learning di kelas?
12. Apa kelebihan dan kekurangan model pembelajaran discovery learning?
13. Bagaiaman contoh aplikasi pembelajaran discovery learning di kelas?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui Pengertian Model Pembelajaran Discovery
(Penemuan)
2 Untuk memahami Teori yang digunakan Bruner
3 Untuk mengetahui Teori Instruksi Bruner
4 Dapat memahami Ciri khas Teori Pembelajaran Menurut Bruner
5 Untuk mengetahui Manfaat Belajar Penemuan Menurut Bruner
6 Dapat memahami Tahap proses belajar Bruner
7 Dapat memahami Tujuan Model Pembelajaran Discovery Learning
8 Untuk mengetahui Macam-macam Model Pembelajaran Discovery
9 Untuk mengetahui Strategi-strategi dalam Pembelajaran Discovery
10 Untuk memahami Peranan Guru dalam Pembelajaran Discovery
Learning
11 Dapat memahami Aplikasi Pembelajaran Discovery Learning di Kelas
12 Untuk mengetahui Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran
Discovery learning
13 Untuk mengetahui Contoh Aplikasi Pembelajaran Discovery Learning di
Kelas.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Model Pembelajaran Discovery (Penemuan)
Penemuan (discovery) merupakan suatu model pembelajaran yang
dikembangkan

berdasarkan

pandangan

konstruktivisme.

Model

ini

menekankan pentingnya pemahaman struktur atau ide-ide penting terhadap


suatu disiplin ilmu, melalui keterlibatan siswa ssecara aktif dalam proses
pembelajaran.
Menurut Wilcox (Slavin, 1977), dalam pembelajaran dengan penemuan
siswa didorong untuk belajar sebagian besar melalui keterlibatan aktif mereka
sendiri dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip, dan guru mendorong siswa
untuk memiliki pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan
mereka menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri.

Pengertian discovery learning menurut Jerome Bruner adalah metode


belajar yang mendorong siswa untuk mengajukan pertanyaan dan menarik
kesimpulan dari prinsip-prinsip umum praktis contoh pengalaman. Dan yang
menjadi dasar ide J. Bruner ialah pendapat dari piaget yang menyatakan
bahwa anak harus berperan secara aktif didalam belajar di kelas. Untuk itu
Bruner memakai cara dengan apa yang disebutnya discovery learning, yaitu
dimana murid mengorganisasikan bahan yang dipelajari dengan suatu bentuk
akhir.
Menurut Bell (1978) belajar penemuan adalah belajar yang terjadi sebagia
hasil dari siswa memanipulasi, membuat struktur dan mentransformasikan
informasi sedemikian sehingga ie menemukan informasi baru. Dalam belajar
penemuan, siswa dapat membuat perkiraan (conjucture), merumuskan suatu
hipotesis dan menemukan kebenaran dengan menggunakan prose induktif
atau proses dedukatif, melakukan observasi dan membuat ekstrapolasi.
Pembelajaran penemuan merupakan salah satu model pembelajaran yang
digunakan dalam pendekatan konstruktivis modern. Pada pembelajaran
penemuan, siswa didorong untuk terutama belajar sendiri melalui keterlibatan
aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip. Guru mendorong siswa agar
mempunyai pengalaman dan melakukan eksperimen dengan memungkinkan
mereka menemukan prinsip-prinsip atau konsep-konsep bagi diri mereka
sendiri.
Pembelajaran Discovery learning adalah model pembelajaran yang
mengatur sedemikian rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan yang

belum diketahuinya itu tidak melalui pemberitahuan, sebagian atau


seluruhnya ditemukan sendiri.
Dalam pembelajaran discovery learning, mulai dari strategi sampai dengan
jalan dan hasil penemuan ditentukan oleh siswa sendiri. Hal ini sejalan
dengan pendapat Maier (Winddiharto:2004) yang menyatakan bahwa, apa
yang ditemukan, jalan, atau proses semata mata ditemukan oleh siswa
sendiri.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
discovery learning adalah suatu model untuk mengembangkan cara belajar
siswa aktif dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang
diperoleh akan setia dan tahan lama dalam ingatan, tidak akan mudah
dilupakan siswa. Dengan belajar penemuan, anak juga bisa belajar berfikir
analisis dan mencoba memecahkan sendiri problem yang dihadapi. Kebiasaan
ini akan di transfer dalam kehidupan bermasyarakat
2.2 Teori yang digunakan Bruner
Penerapan teori Bruner yang terkenal dalam dunia pendidikan adalah
kurikulum spiral dimana materi pelajaran yang sama dapat diberikan mulai
dari Sekolah Dasar sampai Perguruan tinggi disesuaikan dengan tingkap
perkembangan kognitif mereka. Cara belajar yang terbaik menurut Bruner ini
adalah dengan memahami konsep, arti dan hubungan melalui proses intuitif
kemudian dapat dihasilkan suatu kesimpulan (discovery learning).
Bruner mempreskripsikan pembelajaran hendaknya dapat menciptakan
situasi agar siswa dapat belajar dari diri sendiri melalui pengalaman dan
eksperimen untuk menemukan pengetahuan dan kemampuan yang khas
baginya.

Sedangkan

Ausubel

mempreskripsikan

agar

siswa

dapat

mengembangkan stuasi belajar, memilih dan menstrukturkan isi, serta

menginformasikannya dalam bentuk sajian pembelajaran yang terorganisasi


dari umum menuju kepada yang rinci dalam satu satuan bahasan yang
bermakna.
Teori pembelajaran Burner mementingkan pembelajaran melalui
penemuan bebas (Free discovery learning) atau penemuan yang dibimbing,
atau latihan penemuan. Bruner mementingkan aspek-aspek berikut dalam
teori pembelajarannya yaitu; cara manusia berinteraksi dengan lingkungan
sekitar dan pengalamannya, perkembangan mental manusia dan pemikiran
semasa proses pembelajaran, pemikiran secara logika, penggunaan istilah
untuk memahami susunan struktur pengetahuan, pemikiran analisis dan
intuitif, pembelajaran induktif untuk menguasai konsep/kategori, dan
pemikiran metakognitif. Teori-teori tersebut dapat diaplikasikan dalam 10
cara sebagai berikut:
1. Pembelajaran penemuan
2. Pembelajaran melalui metode induktif
3. Memberi contoh-contoh yarg berkaitan dan tidak berkaitan dengan konsep
4. Membantu siswa melihat hubungan antar konsep
5. Membiasakan siswa membuat pemikiran intuitif
6. Melibatkan siswa
7. Pengajaran untuk pelajar tahap rendah
8. Menggunakan alat bantu mengajar
9. Pembelajaran melalui kajian luar
10. Mengajar mengikuti kemampuan siswa

2.3 Teori Intruksi Bruner


Dalam hal ini akan dibahas tentang bagaimana pengajaran atau intruksi
dilaksanakan sesuai teori yang telah dikemukakan tentang belajar. Menurut
Bruner, suatu teori intruksi (Bruner,1966) hendaknya meliputi:
1. Pengalaman-pengalaman optimal bagi siswa untuk mau dan dapat
belajar
Menurut Bruner, belajar dan pemecahan masalah tergantung pada
penyelidikan alternative-alternatif. Oleh karena itu pengajaran atau
intruksi harus memperlancar dan mengatur penyelidikan alternativealternatif ditinjau dari segi siswa.
Penyelidikan
alternative-alternatif

membutuhkan

aktivasi,

pemeliharaan dan pengarahan. Dengan lain perkataan, penyelidikan


alternative-alternatif membutuhkan sesuatu untuk dapat mulai, sesudah
dimulai keadaan itu harus dipelihara atau dipertahankan kemudian
dijaga agar tidak kehilangan arah.
Kondisi untuk aktivasi ialah adanya suatu tingkat ketidaktentuan
yang optimal. Keingintahuan merupakan suatu respon terhadap
ketidaktentuan dan kesangsian. Suatu tugas yang begitu terperinci
menghendaki sedikit penyelidikan tugas yang begitu tidak dak-tentu
dapat menimbulkan kebingungan dan kecemasan dengan akibat
mengurangi penyelidikan.
Setlah penyelidikan teraktifkan, situasi itu dipelihara dan membuat
risiko seminim mungkin dalam penyelidikan itu. Belajar dengan
pertolongan guru seharusnya kurang mengambil risiko dibandingkan
dengan belajar sendiri. Ini berarti, bahwa akibat membuat kesalahan
menyelidiki alternative-alternatif yang salah, hendaknya tidak banyak
terjadi di bawah bimbingan guru dan hasil dari penyelidikan alternativealternatif yang benar dengan sendirinya besar.
Arah penyelidikan tergantung pada dua hal yang saling berkaitan
yaitu tujuan dari tugas yang diberikan sampai batas-batas tertentu harus
diketahui dan sampai seberapa jauh tujuan itu telah tercapai harus
diketahui.

2. Penstrukturan pengetahuan untuk pemahaman optimal


Struktur suatu domain pengetahuan mempunyai tiga cirri dan setiap
cirri itu mempengaruhi kemampuan siswa untuk menguasainya. Ketiga
cirri itu ialah cara penyajian, ekonomi dan kuasa. Cara penyajian,
ekonomi dan kuasa berbeda bila dihubungkan dengan usia gaya para
siswa dan jenis bidang studi.
Kita sudah mengetahui bahwa ada tiga cara penyajian yaitu cara
enaktif, ikonik dan simbolik dan contoh-contoh untuk setiap cara
penyajian itu telah diberikan pula. Banyak bidang studi mempunyai
berbagai alternatif cara penyajian.
Ekonomi dalam penyajian dihubungkan dengan sejumlah informasi
yang dapat disimpan dalam fikiran dan diproses untuk mencapai
pemahaman. Makin banyak jumlah informasi yang harus dipelajari
siswa untuk memahamisesuatu atau untukmenangani suatu masalah,
makin banyak langkah-langkah yang harus ditempyh dalam memproses
informasi untuk ,mencapai suatu kesimpulan dan makin kurang
ekonomis.
Lebih ekonomis untuk merangkum hubungan antara volume dan
tekanan gas dengan rumus:
PV=C
Misalnya daripada menyajikan dalam bentuk tabel tentang hasil-hasil
pengamatan mengenai hubungan volume dan tekanan berbagai macam
gas.
Ekonomi berbuah dengan cara penyajian. Ekonomi makin
meningkat dengan menggunakan diagram atau gambar. Dapat kita
bandingkan

suatu

flow

chart

dengan

uraian

mengenai

cara

menghasilkan gula putih dari tebu misalnya. Yang manakah yang lebih
ekonomis?
Kuasa dari suatu penyajian dapat juga diterangkan sebagai
kemampuan penyajian itu untuk menghubung-hubungkan hal-hal yang
kelihatannya sangat terpisah-pisah.
3. Perincian urutan-urutan penyajian materi pelajaran secara optimal

Dalam mengajar, siswa dibimbing melalui urutan pernyatanpernyataan dari suatu masalah atau sekumpulan pengetahuan untuk
meningkatkan kemampuan siswa dalam menerima, mengubah dan
mentransfer apa yang telah dipelajarinya. Jadi, urutan materi dalam
suatu domain pengetahuan mempengaruhi kesulitan yang dihadapi
siswa dalam mencapai penguasaan. Biasanya ada berbagai urutan setara
dalam kemudahan dan kesulitan bagi para siswa. Tidak ada satu urutan
khas bagi semua siswa dan urutan yang optimal tergantung pada
berbagai factor, misalnya belajar sebelumnya, tingkat perkembangan
anak, sifay materi pelajaran dan perbedaan individu.
Dikemukakan oleh Bruner, bahwa perkembangan intelektual
bergerak dari penyajian enaktif melalui penyajian ekomnik ke penyajian
simbolik. karena itu urutan optimum materi pelajaran juga mengikuti
arah yang sama.
4. Bentuk dan pemberian reinforsemen
Dalam teori Bruner, Bruner mengemukakan bahwa bentuk hadiah
atau pujian dan hukuman harus dipikirkan. Demikian pula bila pujian
atau hukuman itu diberikan selama proses belajar mengajar.Secara
intuitif jelas bahwa selama proses belajar mengajar berlangsung ada
suatu ketika hadiah ekstrinsik bergeser ke hadiah intrinsik. Sebagai
hadiah ekstrinsik misalnya berupa pujian dari guru seangkan hadiah
intrinsik timbul karena berhasil memecahkan masalah. Demikian pula
ada kalanya hadiah yang diberikan secara langsung , harus diganti
dengan hadiah yang pemberiannya harus ditunda atau ditangguhkan.
Ketepatan waktu pergeseran dari hediah ekstrinsik ke hadiah intrinsik
dan sebaliknya dan dari hadiah langsung ke hadiah yang ditangguhkan
sedikit sekali diketahui karena itu dengan sendirinya penting untuk
diperhatikan.
Akhirnya patut ditekankan bahwa tujuan mengajar adalah untuk
menjadikan siswa merasa puas. Umpan balik berupa perbaikanperbaikan apapun juga membawa bahaya bagi siswa karena siswa
bersangkutan menjadi tetp bergantung pada guru atau tutor. Tutor

10

seharunya memperbaiki siswa sedemikian rupa sehingga akhirnya siswa


itu dimungkinkan untuk menggantikan fungsi tutor itu.
2.4 Ciri khas Teori Pembelajaran Menurut Bruner
Ciri khas Teori pembelajaran Bruner, antara lain:
1. Empat Tema tentang Pendidikan

Tema pertama mengemukakan pentingnya arti struktur pengetahuan.


Hal ini perlu karena dengan struktur pengetahuan kita menolong
siswa untuk untuk melihat, bagaimana fakta-fakta yang kelihatannya
tidak ada hubungan, dapat dihubungkan satu dengan yang lain.

Tema kedua adalah tentang kesiapan untuk belajar. Menurut Bruner


kesiapan terdiri atas penguasaan ketrampilan-ketrampilan yang lebih
sederhana yang dapat mengizinkan seseorang untuk mencapai
kerampilan-ketrampilan yang lebih tinggi.

Tema ketiga adalah menekankan nilai intuisi dalam proses


pendidikan. Dengan intuisi, teknik-teknik intelektual untuk sampai
pada formulasi-formulasi tentatif tanpa melalui langkah-langkah
analitis untuk mengetahui apakah formulasi-formulasi itu merupaka
kesimpulan yang sahih atau tidak.

Tema keempat adalah tentang motivasi atau keingianan untuk belajar


dan cara-cara yang tersedia pada para guru untuk merangsang
motivasi itu.

2. Model dan Kategori


Pendekatan Bruner terhadap belajar didasarkan pada dua asumsi.
Asumsi pertama adalah bahwa perolehan pengetahuan merupakan suatu
proses interaktif. Berlawanan dengan penganut teori perilakau Bruner
yakin bahwa orang yang belajar berinteraksi dengan lingkungannya
secara aktif, perubahan tidak hanya terjadi di lingkungan tetapi juga
dalam diri orang itu sendiri.
Asumsi

kedua

adalah

bahwa

orang

mengkontruksi

pengetahuannya dengan menghubungkan informasi yang masuk dengan


informasi yang disimpan yang diperoleh sebelumnya, suatu model alam

11

(model of the world). Model Bruner ini mendekati sekali struktur kognitif
Aussebel. Setiap model seseorang khas bagi dirinya. Dengan menghadapi
berbagai aspek dari lingkungan kita, kita akan membentuk suatu struktur
atau model yang mengizinkan kita untuk mengelompokkan hal-hal
tertentu atau membangun suatu hubungan antara hal-hal yang
diketahui.
3. Belajar sebagai Proses Kognitif
Bruner mengemukakan bahwa belajar melibatkan tiga proses yang
berlangsung hampir bersamaan. Ketiga proses itu adalah (1) memperoleh
informasi baru, (2) transformasi informasi dan (3) menguji relevansi dan
ketepatan pengetahuan (Bruner, 1973).
Informasi baru dapat merupaka penghalusan dari informasi
sebelumnya yang dimiliki seseorang atau informasi itu dapat dersifat
sedemikian rupa sehingga berlawanan dengan informasi sebelumnya
yang dimiliki seseorang. Dalam transformasi pengetahuan seseorang
mempelakukan pengetahuan agar cocok dengan tugas baru. Jadi,
transformasi menyangkut cara kita memperlakukan pengetahuan, apakah
dengan cara ekstrapolasi atau dengan mengubah bentuk lain.
Hampir semua orang dewasa melalui penggunaan tiga sistem
keterampilan untuk menyatakan kemampuanny secara sempurna. Ketiga
sistem keterampilan itu adalah yang disebut tiga cara penyajian (modes
of presentation) oleh Bruner (1966). Ketiga cara itu ialah: cara enaktif,
cara ikonik dan cara simbolik.

Cara penyajian enaktif ialah melalui tindakan, jadi bersifat


manipulatif. Dengan cara ini seseorang mengetahui suatu aspek
dari kenyataan tanpa menggunakan pikiran atau kata-kata. Jadi cara
ini terdiri atas penyajian kejadian-kejadian yang lampau melalui
respon-respon motorik. Misalnya seseorang anak yang enaktif
mengetahui bagaimana mengendarai sepeda.

Cara

penyajian

ikonik

didasarkan

atas

pikiran

internal.

Pengetahuan disajikan oleh sekumpulan gambar-gambar yang


mewakili suatu konsep, tetapi tidak mendefinisikan sepenuhnya

12

konsep itu. Misalnya sebuah segitiga menyatakan konsep


kesegitigaan.

Penyajian simbolik menggunakan kata-kata atau bahasa. Penyajian


simbolik

dibuktikan

oleh

kemampuan

seseorang

lebih

memperhatikan proposisi atau pernyataan daripada objek-objek,


memberikan

struktur

hirarkis

pada

konsep-konsep

dan

memperhatikan kemungkinan-kemungkinan alternatif dalam suatu


cara kombinatorial.
Sebagai contoh dari ketiga cara penyajian ini, tentang pelajaran
penggunaan timbangan. Anak kecil hanya dapat bertindak berdasarkan
prinsip-prinsip timbangan dan menunjukkan hal itu dengan menaiki
papan jungkat-jungkit. Ia tahu bahwa untuk dapat lebih jauh kebawah
ia harus duduk lebih menjauhi pusat. Anak yang lebih tua dapat
menyajikan timbangan pada dirinya sendiri dengan suatu model atau
gambaran. Bayangan timbangan itu dapat diperinci seperti yang
terdapat dalam buku pelajaran. Akhirnya suatu timbangan dapat
dijelaskan dengan menggunakan bahasa tanpa pertolongan gambar atau
dapat juga dijelaskan secara matematik dengan menggunakan Hukum
Newton tentang momen.
4. Ciri khas Teori Bruner dan perbedaannya dengan teori yang lain
Teori Bruner mempunyai ciri khas daripada teori belajar yang
lain yaitu tentang discovery yaitu belajar dengan menemukan konsep
sendiri. Disamping itu, karena teori Bruner ini banyak menuntut
pengulangan-penulangan, maka desain yang berulang-ulang itu disebut
kurikulum spiral kurikulum. Secara singkat, kurikulum spiral
menuntut guru untuk memberi materi pelajaran setahap demi setahap
dari yang sederhana ke yang kompleks, dimana materi yang
sebelumnya sudah diberikan suatu saat muncul kembali secara
terintegrasi di dalam suatu materi baru yang lebih kompleks. Demikian
seterusnya sehingga siswa telah mempelajari suatu ilmu pengetahuan
secara utuh.

13

Bruner berpendapat bahwa seseorang murid belajar dengan cara


menemui

struktur

konsep-konsep

yang

dipelajari.

Anak-anak

membentuk konsep dengan melihat benda-benda berdasarkan ciri-ciri


persamaan dan perbedaan. Selain itu, pembelajaran didasarkan kepada
merangsang

siswa

menemukan

konsep

yang

baru

dengan

menghubungkan kepada konsep yang lama melalui pembelajaran


penemuan
2.5 Manfaat Belajar Penemuan Menurut Bruner
1. Belajar penemuan dapat digunakan untuk menguji apakah belajar sudah
bermakna
2. Pengetahuan yang diperoleh siswa akan tertinggal lama dan mudah
diingat
3. Belajar penemuan sangat diperlukan dalam pemecahan masalah sebab
yang diinginkan dalam belajar dari siswa dapat mendemonstrasikan
pengetahuan yang diterima
4. Transfer dapat ditingkatkan dimana generalisasi telah ditemukan sendiri
oleh siswa daripada disajikan dalam bentuk jadi
5. Penggunaan belajar penemuan mungkin mempunyai pengaruh dalam
menciptakan motivasi siswa
6. Meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan untuk berpikir secara
bebas.

2.6 Tahap proses Belajar Penemuan menurut Bruner


Menurut Bruner dalam proses belajar ada tiga tahap, yaitu:
1. Tahap informasi
Tahap informasi yaitu tahap awal untuk memperoleh pengetahuan atau
pengalaman baru dimana dalam setiap pelajaran diperoleh sejumlah
informasi yang berfungsi sebagai penambahan pengetahuan yang lama,

14

memperluas dan memperdalam dan kemungkinan informasi yang baru


bertentangan dengan informasi yang lama.
2. Tahap tansformasi
Tahap tansformasi yaitu tahap memahami, mencerna dan menganalisis
pengetahuan baru serta ditransformasikan dalam bentuk yang baru yang
mungkin bermanfaat untuk hal-hal yang lain, yaitu informasi harus
dianalisis dan ditransformasikan ke dalam bentuk yang lebih abstrak atau
konsetual agar dapat digunakan dalam hal lebih luas.
3. Tahap evaluasi
Tahap evaluasi yaitu untuk mengetahui apakah hasil transformasi pada
tahap ke dua benar atau tidak. Evaluasi kemudian dinilai sehingga
diketahui mana-mana pengetahuan yang diperoleh dan transformasi dapat
dimanfaatkan untuk memahami gejala-gejala lain.
2.7 Tujuan Model Pembelajaran Discovery Learning
Bell (1978) mengemukakan beberapa tujuan spesifik dari pembelajaran
dengan penemuan, yakni sebagai berikut:
a. Dalam penemuan siswa memiliki kesempatan untuk terlibat secara aktif
dalam pembelajaran. Kenyataan menunjukan bahwa partisipasi banyak
siswa dalam pembelajaran meningkat ketika penemuan digunakan.
b.

Melalui pembelajaran dengan penemuan, siswa belajar menemukan


pola dalam situasi konkrit mauun abstrak, juga siswa banyak
meramalkan (extrapolate) informasi tambahan yang diberikan

c. Siswa juga belajar merumuskan strategi tanya jawab yang tidak rancu
dan menggunakan tanya jawab untuk memperoleh informasi yang
bermanfaat dalam menemukan.
d. Pembelajaran dengan penemuan membantu siswa membentuk cara
kerja bersama yang efektif, saling membagi informasi, serta mendengar
dan mneggunakan ide-ide orang lain.
e. Terdapat beberapa fakta yang menunjukan bahwa keterampilanketerampilan, konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang dipelajari
melalui penemuan lebih bermakna.

15

f. Keterampilan yang dipelajari dalam situasi belajar penemuan dalam


beberapa kasus, lebih mudah ditransfer untuk aktifitas baru dan
diaplikasikan dalam situasi belajar yang baru.
2.8 Macam-macam Model Pembelajaran Discovery
Model penemuan atau pengajaran penemuan dibagi 3 jenis :
1. Penemuan Murni
Pada pembelajaran dengan penemuan murni pembelajaran terpusat
pada siswa dan tidak terpusat pada guru. Siswalah yang menentukan
tujuan dan pengalaman belajar yang diinginkan, guru hanya memberi
masalah dan situasi belajar kepada siswa. Siswa mengkaji fakta atau
relasi yang terdapat pada masalah itu dan menarik kesimpulan
(generalisasi) dari apa yang siswa temukan.
Kegiatan penemuan ini hampir tidak mendapatkan bimbingan guru.
Penemuan murni biasanya dilakukan pada kelas yang pandai.
2.

Penemuan Terbimbing
Pada pengajaran dengan penemuan terbimbing guru mengarahkan
tentang materi pelajaran. Bentuk bimbingan yang diberikan guru dapat
berupa petunjuk, arahan, pertanyaan atau dialog, sehingga diharapkan
siswa dapat menyimpulkan (menggeneralisasikan) sesuai dengan
rancangan guru.
Generalisasi atau kesimpulan yang harus ditemukan oleh siswa
harus dirancang secara jelas oleh guru. Pada pengajaran dengan metode
penemuan, siswa harus benar-benar aktif belajar menemukan sendiri
bahan yang dipelajarinya.

3. Penemuan Laboratory
Penemuan laboratory adalah penemuan yang menggunakan objek
langsung (media konkrit) dengan cara mengkaji, menganalisis, dan
menemukan secara induktif, merumuskan dan membuat kesimpulan.
Penemuan laboratory dapat diberikan kepada siswa secara
individual atau kelompok.Penemuan laboratory dapat meningkatkan

16

keinginan belajar siswa, karena belajar melalui berbuat menyenangkan


bagi siswa yang masih berada pada usia senang bermain.
2.9 Strategi-strategi dalam Pembelajaran Discovery
Dalam pembelajaran dengan penemuan dapat digunakan beberapa
strategi, strategi-strategi yang dimaksud adalah sebagai berikut:
a. Strategi Induktif
Strategi ini terdiri dari dua bagian, yakni bagian data atau contoh
khusus dan bagian generalisasi (kesimpulan). Data atau contoh khusus
tidak dapat digunakan sebagai bukti, hanya merupakan jalan menuju
kesimpulan. Mengambil kesimpulan (penemuan) dengan menggunakan
strategi induktif ini selalu mengandung resiko, apakah kesimpulan itu
benar ataukah tidak. Karenanya kesimpulan yang ditemukan dengan
strategi induktif sebaiknya selalu mengguankan perkataan barangkali
atau mungkin.

b. Strategi deduktif
Dalam matematika metode deduktif memegang peranan penting
dalam hal pembuktian. Karena matematika berisi argumentasi deduktif
yang saling berkaitan, maka metode deduktif memegang peranan penting
dalam pengajaran matematika. Dari konsep matematika yang bersifat
umum yang sudah diketahui siswa sebelumnya, siswa dapat diarahkan
untuk menemukan konsep-konsep lain

yang belum ia ketahui

sebelumnya. Sebagai contoh, untuk menentukan rumus luas lingkaran,


siswa dapat diarahkan untuk membagi kertas berbentuk lingkaran

17

menjadi n buah sector yang sama besar, kemudian menyusunnya


sedemikian rupa sehingga berbentuk seperti persegi panjang dan rumus
keliling lingkaran yang sudah diketahui sebelumnya, siswa akan dapat
menemukan bahwa luas lingkaran adalah
2.10

Peranan Guru dalam Pembelajaran Discovery Learning


Dahar (1989) mengemukakan beberapa peranan guru dalam
pembelajaran dengan penemuan, yakni sebagai berikut:
a. Merencanakan pelajaran sedemikian rupa sehingga pelajaran itu
terpusat pada masalah-masalah yang tepat untuk diselidiki para siswa.
b. Menyajikan materi pelajaran yang diperlukan sebagai dasar bagi para
siswa untuk memecahkan masalah. Sudah seharusnya materi pelajaran
itu dapat mengarah pada pemecahan masalah yang aktif dan belajar
penemuan,

misalnya

dengan

menggunakan

fakta-fakta

yang

berlawanan.
c. Guru juga harus memperhatikan cara penyajian yang enaktif, ikonik,
dan simbolik.
d.

Bila siswa memecahkan masalah di laboratorium atau secara teoritis,


guru hendaknya berperan sebagai seorang pembimbing atau tutor. Guru
hendaknya jangan mengungkapkan terlebuh dahulu prinsip atau aturan
yang akan dipelajari, tetapi ia hendaknya memberikan saran-saran
bilamana diperlukan. Sebagai tutor, guru sebaiknya memberikan umpan
balik pada waktu yang tepat.

e. Menilai hasil belajar merupakan suatu masalah dalam belajar


penemuan. Secara garis besar tujuan belajar penemuan ialah

18

mempelajari generalisasi-generalisasi dengan menemukan generalisaigeneralisasi itu.


Jadi dalam belajar penemuan, guru tidak begitu mengendalikan proses
pembelajaran. Guru hendaknya mengarahkan pelajaran pada penemuan dan
pemecahan masalah. Penilaian hasil belajar meliputi tentang konsep dasar
dan penerapannya pada situasi yang baru.

2.11

Aplikasi Pembelajaran Discovery Learning di Kelas

Bruner mengajukan beberapa langkah-langkah pembelajaran, yaitu:


1. Menentukan tujuan pembelajaran
2. Melakukan identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal, minat, gaya
belajar dan sebagainya)
3. Stimulus ( pemberian perangsang/simuli); kegiatan belajar di mulai
dengan memberikan pertanyaan yang merangsang berpikir siswa,
menganjurkan dan mendorongnya untuk membaca buku dan aktivitas
belajar lain yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah;
4. Memilih materi pelajaran
5. Menentukan topik-topik yang dapat dipelajari siswa secara induktif (dari
contoh-contoh kegeneralisasi)
6. Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh,
ilustrasi, tugas, dan sebagainya untuk dipelajari siswa
7. Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana kepada yang
kompleks, dari yang konkrit kepada yang abstrak, atau dari tahap enaktik,
ikonik sampai kepada tahap simbolik melakukan penilaian proses dan hasil
belajar siswa.

19

8. Problem Statement (mengidentifikasi masalah); memberikan kesempatan


kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin masalah yang
relevan dengan bahan pelajaran kemudian memilih dan merumuskan
dalam bentuk hipotesa (jawaban sementara dari masalah tersebut);
9. Data collecton ( pengumpulan data); memberikan kesempatan kepada para
siswa untuk mengumpulkan informasi yang relevan sebanyak-banyaknya
untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesa tersebut;
10. Data Prosessing (pengolahan data); yakni mengolah data yang telah
diperoleh siswa melalui kegiatan wawancara, observasi dll. Kemudian data
tersebut ditafsirkan;
11. Verifikasi, mengadakan pemerksaan secara cermat untuk membuktikan
benar tidaknya hipotesis yang ditetapkan dan dihubungkan dengan hasil
dan processing;
12. Generalisasi, mengadakan penarikan kesimpulan untuk dijadikan prinsip
umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama dengan
memperhatikan hasil verivikasi.
2.12

Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Discovery learning


Beberapa kelebihan discovery learning antara lain:

Discovery

learning

menimbulkan

keingintahuan

siswa,

dapat

memotivasi mereka untuk melanjutkan pekerjaan sampai mereka


menemukan jawaban sendiri.

Dapat mengajar keterampilan menyelesaikan masalah secara mandiri


dan mungkin memaksa siswa untuk menganalisis dan memanipulasi
informasi dan tidak hanya menyerap secara sederhana saja

Hasilnya lebih berakar dari pada cara belajar yang lain.

20

Lebih mudah dan cepat ditangkap

Dapat dimanfaatkan dalam bidang sudi lain atau dalam kehidupan


sehari-hari.

Berdaya guna untuk meningkatkan kemampuan siswa menalar dengan


baik.

Kelemahan teori Discovey Learning Jerome Bruner antara lain:

Belajar discovery learning belum tentu bisa diaplikasikan karena


kondisi dan sistem yang belum mendukuag penemuan sendiri,
sementara secara realistis murid didominasi hanya menerima dari guru

Discovery learning belum tentu semua murid mahir untuk


menerapkannya

Discavery learning berbahaya bagi murid yang kurang mahir, sebab


pengetahuan yang ia peroleh tidak akan menambah pengetahuan yang
sempurna tapi baru sebatas coba-coba.

2.13

Contoh Aplikasi Pembelajaran Discovery Learning di Kelas


Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP)
Sekolah

: SD

Mata Pelajaran : IPA (Ilmu Pengetahuan Alam)


Kelas

: III (tiga)

Tema

: Kesehatan

Semester

: I (satu)

Standar Kompetensi:
2. Memahami kondisi lingkungan yang berpengaruh terhadap kesehatan,
dan upaya menjaga kesehatan lingkungan.

21

Kompetensi Dasar:
2.1 Membedakan ciri-ciri lingkungan sehat dan lingkungan tidak sehat
berdasarkan pengamatan.
Indikator
-

Membedakan kondisi lingkungan sehat dan lingkungan tidak sehat.

Alokasi Waktu
-

2x35 menit

Tujuan Pembelajaran
-

Dengan diberikan media gambar lingkungan sehat dan lingkungan tidak


sehat, siswa mampu menyebutkan ciri-ciri lingkungan sehat dan
lingkungan tidak sehat.

Melalui penjelasan guru, siswa dapat memahami dan membedakan


kondisi lingkungan sehat dan lingkungan tidak sehat.

Materi Pembelajaran
-

Lingkungan sehat dan lingkungan tidak sehat.

Model dan metode Pembelajaran


-

Discovery learning

Langkah-Langkah Kegiatan
Langkah-langkah pembelajaran
Kegiatan awal

Kegiatan guru
1. Guru mengucapkan salam dan mengecek
kesiapan siswa menerima materi
pembelajaran
2. Presensi dan doa
3. Menyampaikan tujuan pembelajaran
4. Guru mengajukan pertanyaan mengenai
lingkungan di tempat umum (sekolah,

Kegiatan inti

pasar, stasiun dan lain-lain)


Fase informasi:
1. Guru membagi siswa menjadi beberapa
kelompok belajar, dan setiap kelompok
terdiri dari 4-5 orang yang dipimpin oleh
satu orang anggota kelompok yang

22

mempunyai kemampuan lebih dari pada


yang lain.
2. Guru mengarahkan jawaban siswa dengan
meminta siswa untuk membuka dan
membaca buku siswa
3. Guru memberikan penjelasan mengenai
menjaga kebersihan lingkungan kepada
siswa.
4. Guru memberikan gambar lingkungan
bersih dan lingkungan kotor.
5. Guru meminta peserta didik
mengidentifikasi lingkungan sehat dan
lingkungan tidak sehat melalui
pengamatan dan gambar secara
berkelompok.
Fase tranformasi:
1. Guru meminta peserta didik membedakan
ciri-ciri lingkungan sehat dan lingkungan
tidak sehat berdasarkan pengamatan dan
gambar.
2. Guru memberikan gambar ikon dan
symbol yang biasanya terdapat di tempat
umum yang berhubungan dengan
lingkungan sehat dan tidak sehat
(gambar bak sampah*, rokok dicoret,
gambar rumput diinjak dicoret** dan
lain-lain)
3. Guru meminta peserta didik menyebutkan
lokasi biasanya terdapat gambar-gambar
tersebut.
4. Guru bertanya mengenai perlakuan
siswa ketika menjumpai gambargambar yang telah ditunjukkan

23

guru***.
5. Guru meminta siswa menuliskan jawaban
pada selembar kertas dengan
berkelompok.
Fase evaluasi:
1. Guru memeriksa kegiatan peserta didik
apakah sudah dilakukan dengan benar.
Jika masih ada peserta didik yang belum
dapat melakukan kegiatan dengan benar,
guru dapat langsung memberikan
Penutup

bimbingan.
1. Guru meminta siswa untuk
mempresentasikan hasil kerja kelompok
2. Guru memberikan penghargaan
3. Guru menyimpulkan materi pembelajaran
4. Guru menutup kegiatan pembelajaran
dengan doa.

*penyajian simbolik
**penyajian ikonik
***penyajian enaktif

BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Pembelajaran discovery learning (penemuan) merupakan salah satu
model pembelajaran yang digunakan dalam pendekatan konstruktivisme.
Pada pembelajaran penemuan, siswa didorong untuk terutama belajar
sendiri melalui keterlibatan aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip.

24

Guru mendorong siswa agar mempunyai pengalaman dan melakukan


eksperimen dengan memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip atau
konsep-konsep bagi diri mereka sendiri.
Pembelajaran penemuan memliki beberapa kelebihan. Pembelajaran
penemuan membangkitkan keingintahuan siswa, memotivasi siswa untuk
terus bekerja hingga menemukan jawaban. Siswa melalui pembelajaran
penemuan mempunyai kesempatan untuk berlatih menyelesaikan soal,
mempertajam berpikir kritis secara mandiri, karena mereka harus
menganalisa dan memanipulasi informasi.
Pembelajaran penemuan juga mempunyai beberapa kelemahan, di
antaranya dapat menghasilkan kesalahan dan membuang-buang waktu, dan
tidak semua siswa dapat melakukan penemuan
3.2 Kritik dan Saran
Sebagai seorang guru ada baiknya menggunakan metode yang
variatif dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Diantaranya dengan
menggunakan teori belajar kognitif Bruner dengan pendekatan discovery
learning.
DAFTAR PUSTAKA
Dahar, Ratna Willis. 1989. Teori-Teori Belajar. Bandung: FPMIPA
http://8tunas8.wordpress.com/teori-belajar-mengajar-menurut-jerome-s-bruner/
http://riensuciati99.blogspot.com/2013/04/model-pembelajaran-discoverypenemuan.html

Anda mungkin juga menyukai