Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

LABORATORIUM UNIT OPERASI


WETTED WALL

Oleh :
Kelompok 2
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Harry Christian
Ahmad Febriyansyah
Anissa Nurul Badriyah
Fifin Sunarlie
Irvan Rizky
Amir Mahmud Afandi

03111003035
03111003051
03111003075
03111003082
03111003084
03111003085

JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2014

BAB I
PENDAHULUAN
0

1.1. Latar Belakang


Industri petrokimia merupakan salah satu jenis industri yang menggunakan
senyawa gas sebagai bahan baku untuk menghasilkan produk. PT. Pupuk
Sriwidjaja merupakan salah satu pabrik kimia yang mengolah gas alam dan udara
untuk dijadikan pupuk urea. Gas alam terdiri dari berbagai jenis komponen mulai
dari C1-C10, sehingga dibutuhkan treatment khusus agar kemurnian gas alam
mencapai spesifikasi yang telah ditentukan. Salah satu metode pemurnian gas
alam adalah dengan mengumpankan pada glycol absorber. Pada glycol absorber
senyawa heavy hidrocarbon (HHC) diabsorp sehingga kadar gas metana pada gas
alam meningkat. Proses yang terjadi pada glycol absorber berupa Absorpsi.
Absorpsi adalah proses penyerapan absorbat pada seluruh permukaan
absorben. Zat yang diserap disebut absorbat yang berfase gas sedangkan yang
menyerap disebut absorben. Absorben berupa zat cair karena proses absorpsi
terjadi antara zat cair dengan senyawa gas. Secara umum absorpsi dapat
dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu absorbsi fisika dan absobsi kimia. Pada
absorpsi fisika, absorpsi disebabkan oleh gaya Van der Waals yang ada pada
permukaan absorbent. Panas absorpsi fisika biasanya rendah dan lapisan yang
terjadi pada permukaan absorbent biasanya lebih dari satu molekul.
Absorpsi dan Stripping merupakan proses yang umum ditemui di Industri
yang menggunakan gas sebagai raw material atau menghasilkan produk berupa
gas, tentunya memiliki absorber dan stripper yang diinstal berdampingan dengan
tujuan untuk mengefisiensikan lokasi dan energi.
Berdasarkan uraian mengenai fungsi absorber dan stripper di Industri,
maka praktikum operasi teknik kimia mengenai wetted wall perlu untuk
dilakukan. Praktikum wetted wall mensimulasikan prinsip kerja dari absorber dan
stripper pada industri yang menggunakan gas sebagai bahan baku maupun industri
yang menghasilkan gas sebagai produk. Sebagai mahasiswa Teknik Kimia yang
akan melaksanakan kerja praktek tentunya perlu untuk memahami proses yang
terjadi pada kolom absorber dan stripper.

1.2. Tujuan
1.
2.

Mengetahui prinsip dan cara kerja Wetted Wall Absorption Column


Mengetahui cara menghitung koefisien perpindahan massa dalam liquid (kL)

3.

Mengetahui aplikasi dari Wetted wall Absorption Column

1.3. Permasalahan.
1.

Bagaimanakah pengaruh laju aliran udara pada Watted Wall Adsorbtion


Column terhadap Koefisien Perpindahan Massa (KL), Reynold Number (Re)
dan Sherwood Number (Sh).

2.

Bagaimanakah pengaruh laju aliran aur pada Watted Wall Adsorbtion Column
terhadap Koefisien Perpindahan Massa (KL), Reynold Number (Re) dan
Sherwood Number (Sh).

1.4. Hipotesa
1.

Semakin besar laju aliran udara pada Watted Wall Adsorbtion Column maka
semakin besar pula Koefisien Perpindahan Massa (KL), Reynold Number
(Re) dan Sherwood Number (Sh).

2.

Semakin besar laju aliran air pada Watted Wall Adsorbtion Column maka
semakin besar pula Koefisien Perpindahan Massa (KL), Reynold Number
(Re) dan Sherwood Number (Sh).

1.5. Manfaat
1.

Mengetahui cara kerja alat wetted wall absorption secara lebih jelas.

2.

Menentukan nilai Sh dan nilai Re dari suatu senyawa dengan


menggunakan metode wetted wall absorption.

3.

Mengetahui hubungan antara Sh number dengan Re number dengan


melihat grafik.

4.

Membuktikan secara langsung bahwa memang benar terjadi peristiwa


absorpsi bila suatu gas dilewatkan pada suatu cairan.

BAB II
TUNJAUAN PUSTAKA
2.1. Absorpsi
Absorpsi adalah proses penyerapan gas yang merupakan absorbat pada
seluruh permukaan zat cair (absorbent). Secara umum absorpsi dapat
dikelompokkan menjadi 2 bagian, yaitu :
1. Absorpsi fisika
Absorpsi fisika disebabkan oleh gaya Van der Wall yang terdapat di
permukaan absorben. Panas absorpsi pada absorpsi fisiki tergolong rendah
dan lapisan yang terbentuk pada permukaan absorbent lebih dari satu lapis.
Absorbsi fisik merupakan absorbsi dimana gas terlarut dalam larutan
2.

penyerap tidak disertai dengan reaksi kimia.


Absorpsi kimia

Absorber

Gambar
Feed Gas

Stripper

Stripping Gas
1. Konfigurasi Absorber-Stripper

Absorpsi kimia terjadi karena terdapat reaksi antara zat yang diserap/
absorbat dengan absorben cair. Panas absorpsi pada absorpsi kimia tergolong
tinggi dan lapisan yang terbentuk pada permukaan absorbent hanya satu lapis.
Suatu keuntungan dalam absorbsi kimia adalah meningkatkan harga
koefisien perpindahan massa(kga). Sebagian dari perubahan ini disebabkan
makin besarnya luas efektif antar muka karena absorbsi kimia dapat juga
berlangsung di daerah hamper stagnan di samping perangkapan dinamik.
Untuk memperluas permukaan kontak digunakan kolom berisi packing
(packed coloum) dengan criteria pemilihan packing sebagai berikut :
a.
b.
c.
d.

Memiliki luas permukaan terbasahi tiap unit volume yang besar.


Memiliki ruang kosong yang besar sehingga kehilangan tekanan kecil.
Karakteristik pembasahan baik.
Densitas kecil sehingga berat kolom secara keseluruhan kecil.

e. Tahan korosi dan ekonomis.


f. Beberapa jenis packing yang sering digunakan antara lain raching ring,
intolox sadle, poll ring.
Pada perancangan suatu menara absorbsi harga koefisien perpindahan
massa merupakan besaran yang sangat penting. Penurunan korelasi harga Kga
didasarkan pada absorbsi fisik. Dengan tersedianya harga Kga dapat
ditentukan besaran-besaran lain, seperti :
a. Kecepatan perpindahan massa
Kecepatan perpindahan massa dapat dihitung setelah konsentrasi gas yang
berkeseimbangan dengan fase cairnya diketahui. Dalam hal ini gas harus
mendifusi ke aliran cairan tiap satuan waktu.
b.Waktu operasi
Jika harga Kga diketahui maka kecepatan perpindahan massanya juga
dapat diketahui sehingga waktu operasi absorbsi dapat diketahui juga.
c. Ukuran alat dan biaya
Untuk mengetahui dimensi alat dan besarnya biayapembuatan alat tersebut
dapat diturunkan dari persamaan berikut :
2.2. Tipe-tipe Kolom Absorpsi
Pada perhitungan ukuran Tower Absorpsi, salah satu faktor yang sangat
penting adalah nilai koefisien transfer atau tinggi unit transfer. Sementara itu,
kecepatan aliran total gas dan cairan akan ditentukan oleh proses yang
berlangsung, hal ini penting untuk menentukan aliran yang cocok per unit area
yang melalui kolom. Aliran gas dibatasi dengan tidak boleh melebihi kecepatan
flooding, dan akan ada hasil drop jika kecepatan cairan sangat rendah. Hal ini
cocok untuk menguji pengaruh kecepatan aliran gas dan cairan pada koefisien
transfer, dan juga dalam menyelidiki pengaruh variabel, seperti: temperatur,
tekanan, dan diffusitivity pada kolom absorpsi.
Operasi perpindahan massa yang berlangsung di dalam tower didesain
untuk kontak atara dua phase yaitu adsorbat berfasa gas dengan adsorben berfasa
caian. Peralatan absorpsi diklasifikasi ke dalam 4 tipe utama dengan metode yang
digunakan untuk menghasilkan kontak interphase. Berikut Klasifiksai peralatan
absorpsi berdasarkan kontak interphase yang terjadi:
1. Spray tower

Spray tower terdiri dari ruangan-ruanan besar dimana gas mengalir dan
masuk serta kontak dengan liquid di dalam spray nozzles. Spray nozzles
didesain untuk aliran liquid yang mempunyai nilai pressure drop besar maupun
kecil, untuk aliran liquid yang mempunyai flow rate yang kecil maka cross area
kontaknya harus besar. Laju aliran yang mempunyai drop falls akan
menentukan waktu kontak dan sirkulasinya. Serta pengaruh mass transfer
antara dua fasa dan harus kontak secara kontinyu. Hambatan pada transfer
yaitu pada fasa gas dikurangi dengan gerakan swirling dari falling liquid
droplets.

Gambar 2. Spray Tower


Spray tower digunakan untuk transfer massa larutan gas yang tinggi
dimana akan dilakukan kontrol terhadap laju perpindahan massa secara normal
pada phase gas. Untuk ketinggian yang rendah, efisiensi ruang spray kira-kira
mendekati packed tower, tetapi untuk ketinggian yang melebihi 4 ft efisiensi
spray tower turun dengan cepat. Sedangkan kemungkinan berlakunya interfasa
aktif yang sangat besar dengan terjadinya sedikit penurunan, pada prakteknya
ditemukan ketidakmungkinan untuk mencegah hubungan ini, dan selama
permukaan interfasa efektif berkurang dengan ketinggian, dan spray tower
tidak digunakan secara luas.
2. Bubble Tower
Pada Bubble tower gas terdispersi menjadi phase liquid didalam fine
bubble. Small gas bubble menentukan luas area kontak antara gas dan cairan.
Kontak perpindahan massa terjadi di dalam bubble formation dan bubble rise

up melalui liquid. Gerakan bubble mengurangi hambatan liquid-phase. Bubble


tower digunakan pada sistem dimana pengontrolan laju perpindahan massa
pada phase liquid yang absorpsinya phase gas. Gambar ini menunjukkan
panjang kontak dan aliran phase mengalir didalam Bubble tower. Mekanisme
dasar perpindahan massa terjadi didalam bubble tower dan juga alirannya
counter didalam tank bubble batch dimana gas ini terdispensi didalam bottom
tank.

Gambar 3. Buble Cap Tray pada Diameter Column yang Besar


3. Packed Column

Gambar 4. Packed Column


Keuntungan dari penggunaan packed column :
a. Pressure drop aliran gas rendah.
b. Lebih ekonomis dalam operasi menggunakan cairan korosif, hal ini karena
sifat korosif dari fluida dapat ditahan oleh packing keramik.
c. Pada ukuran diameter yang sama, biaya column jenis ini lebih murah dari
phase column.
d. Cairan untuk hold up lebih kecil.
4. Plate Column

Gambar 5. Plate Column


Penggunaan plate column lebih luas apabila dibandingkan dengan packed
column secara khusus untuk destilasi. Keuntungan dari plate column adalah:
a. Menyiapkan kontak lebih positif antara dua phase liquid.
b. Dapat menghandle cairan lebih besar tanpa terjadi floading.
c. Lebih mudah dibersihkan.
5. Wetted-Wall Column
Pada skala laboratorium, Wetted-Wall Column telah digunakan oleh
sejumlah peneliti sebagai pilot plant dari kolom absorpsi yang sebenarnya dan
telah dibuktikan pentingnya menentukan berbagai faktor pada kondisi operasi
menggunakan wetted-wall column, dan dengan mengadakan basis dari
hubungan yang telah dikembangkan untuk Packed Tower.

Gambar 6. Diagram khusus Wetted-Wall Coloumn 1 in.


2.3. Aplikasi Absorpsi

Absorpsi gas oleh zat padat digunakan pada gas masker. Alat ini berisi
arang halus, yang berfungsi menyerap gas-gas yang tidak diinginkan, misalnya
gas racun. Arang halus juga dipakai untuk membuat vakum, dengan temperatur
yang rendah dapat dibuat vakum sampai 10-4 mm.
Senyawa grafit banyak dipakai sebagai pelumas karena molekulnya yang
pipih hingga mudah bergeser terhadap satu sama lain. Namun faktanya, bahwa
pada temperatur yang tinggi sifat pelumas grafit sangat berkurang dan kembali
lagi bila temperatur direndahkan. Dalam analisis kimia kadang-kadang diperoleh
kesukaran karena adanya daya serap dari beberapa endapan terhadap ion-ion
dalam larutan.
2.4. Absorbsi Dengan Reaksi Kimia
Proses absorbsi di berbagai industri diikuti dengan reaksi kimia. Reaksai
di dalam komponen absorbsi dengan reagent dalam cairan absorben secara umum.
kadang-kadang reagent dan produk dari reaksi keduanya dapat larut seperti
absorbsi pada karbondioksida dalam pelarut etanol atau pelarut alkalin yan lain.
Sebaliknya pembakaran gas yang terdiri dari sulfur dioksin dapat dikontakkan
dengan batu kapur untuk membentuk kalsium sulfat yang tidak dapat larut.
2.5. Perpindahan Massa di dalam Wetted Wall Columns
Data yang paling baik mass-tranfer antara luas permukaan pipa dan aliran
fluida sebaiknya digunakan wetted-wall column, alasan prinsip penggunaan
column ini adalah pengamatan perpindahan massa yaitu kontak luas permukaan
antara dua phase yang hasilnya bisa akurat.
Koefisien perpindahan massa untuk aliran gas ditunjukkan oleh
persamaan:
x

= 0,023 Re 0,83 Sc 0,44

(1)

Dan koefisien perpindahan massa untuk film ditunjukkan oleh persamaan


Vivian dan Peacemen:
= 0,433 (SC)0,5 (gz/ 2)1/6 (Re)0,4
dimana:

(2)

DAB

= massa difusivitas komponen A yang menjadi liquid

= panjang kotak

= densitas liquid B

= gravitasi.

Re

= Reynold Numbers.

= viskositas liquid B

Sc

= bilangan number Schmidt


4r/ dimana r adalah massa flowrate liquid per unit wetted parameter.

Koefisien film liquid terlentak antara 10 20% lebih rendah dari persamaan
teoristis untuk absorpsi didalam aliran laminar film.
2.6. Persamaan Dasar Wetted Wall Absorption Column
1. Koefisien Perpindahan Massa Untuk Aliran Gas
KC D B I M
= 0,23. Re0,83 . Sc0,44
(3)
DAB

2. Koefisien Perpindahan Massa Untuk Lapisan Film (Persamaan Vivian dan


Peaceman)
kL Z
3
= 0,433 S c 0,5 g 2z
D AB

1
6

Re

0, 4

(4)

Dimana:
Z

= panjang.

DAB

= difusivitas massa antara komponen A dan B.

= densitas liquid B.
= viskositas liquid B.

= percepatan gravitasi.

Sc

= schmidt number.

Re

= reynold number.

2.7. Sistem Dua Komponen


Jika kualitas dari gas tunggal dan hubungan cairan non volatil menemui
equilibrium, maka hasil konsentrasi gas dalam liquid dikenal dengan nama
solubility/kelarutan. Solubilitas gas secara umum diamati dan ditentukan pada
temperatur dan tekanan standar. Hal ini mengikuti ketentuan diagram
termodinamika isotherm line. Beberapa gas yang dapat larut dipengaruhi oleh

10

temperatur yang digambarkan oleh hukum vant hoff. Hukum vant Hoff
berbunyi, yaitu jika temperatur di dalam sistem equilibrium mengalami kenaikan,
maka perubahan yang akan terjadi berupa penyerapan panas pada kolom absorpsi.
2.8. Sistem Multikomponen
Apabila campuran gas dikontakkan dengan liquid pada kondisi tertentu,
kelarutan setimbang, gas tidak akan saling mempengaruhi kelarutan gas, yang
dinyatakan dalam tekanan parsiil dalam campuran gas. Bila dalam campuran gas
ada gas yang sukar larut maka kelarutan gas ini tidak mempengaruhi kelarutan gas
yang mudah larut. Pada beberapa komponen dalam campuran gas mudah larut
dalam liquid, kelarutan masing-masing gas tidak saling mempengaruhi bila gas
tidak dipengaruhi oleh sifat liquid. Ini hanya terjadi pada larutan ideal.
Karakteristik larutan ideal yaitu:
a. Gaya rata-rata tolak menolak dan tarik-menarik dalam larutan tidak berubah,
dalam campuran bahan, volume larutan berubah secara linear.
b. Pada pencampuran bahan tidak ada panas yang diserap maupun yang
dilepaskan.
c. Tekanan uap total larutan berubah secara linear dengan komposisi.
Suatu alat yang banyak digunakan dalam absorpsi gas dan beberapa
operasi lain ialah menara isian. Alat ini terdiri dari sebuah kolom berbentuk
sekunder atau menara yang dilengkapi dengan pemasukan gas dan ruang distribusi
pada bagian bawah, pemasukan zat cair dan distributornya pada bagian atas,
sedang pengeluaran gas dan zat cair masing-masing pada bagian atas dan bagian
bawah serta tower packing. Penyangga itu harus mempunyai fraksi ruang terbuka
yang cukup besar untuk mencegah terjadinya pembanjiran pada piring penyangga
itu. Zat cair yang masuk disebut weak liquor berupa pelarut murni atau larutan
encer zat terlarut di dalam pelarut, didistribusikan di atas isian itu dengan
distributor, sehingga pada operasi yang ideal membebaskan permukaan isian
secara seragam. Gas yang mengandung zat terlarut disebut fat gas, masuk ke
ruang pendistribusian yang terdapat di bawah isian dan mengalir ke atas melalui
celah-celah antara isian berlawanan arah dengan aliran zat cair. Isian itu
memberikan permukaan yang luas untuk kontak zatcair dan gas serta membantu
terjadinya kontak antara kedua fase.

11

Persyaratan pokok yang diperlukan untuk isian menara ialah:


a. Harus tidak bereaksi kimia dengan fluida di dalam menara
b. Harus kuat, tetapi tidak terlalu berat.
c. Harus mengandung cukup banyak laluan untuk kedua arus tanpa terlalu banyak
zat cair yang terperangkap atau menyebabkan penurunan tekanan terlalu tinggi.
d. Harus memungkinkan terjadinya kontak yang memuaskan antara zat cair
dengan gas.
e. Harus tidak terlalu mahal.
Prinsip-prinsip absorpsi tergantung pada banyaknya gas atau zat cair yang
akan diolah sifat-sifatnya, rasio antara kedua arus itu, tingkat perubahan
konsentrasi dan pada laju perpindahan massa persatuan volume isian. Laju
optimum zat cair untuk absorpsi didapatkan dengan menyeimbangkan biaya
operasi untuk kedua unit dan baiaya tetap untuk peralatan. Bila gas hanya
diumpankan ke dalam menara absorpsi, suhu di dalam menara itu berubah secara
menyolok dari dasar menara ke puncaknya. Kalor absorpsi zat terlarut
menyebabkan naiknya suhu larutan, penguapan pelarut cenderung menyebabkan
suhu turun. Efeknya secara menyeluruh ialah peningkatan suhu larutan, tetapi di
dekat dasar kolom suhu itu bisa sampai melewati maksimum. Bentuk profil suhu
bergantung pada laju penyerapan zat terlarut, penguapan dan kondensasi pelarut,
serta perpindahan kalor antara kedua fase. Laju absorpsi dapat dinyatakan dengan
4 cara yang berbeda yaitu:
a. Menggunakan koefisien individual
b. Menggunakan koefisien menyeluruh atas dasar fase gas atau zat cair.
c. Menggunakan koefisien volumetrik.
d. Menggunakan koefisien persatuan luas.
2.9. Teori Film
Teori film bersifat elementer, semua aliran di dalam fluida turbulen
terkonsentrasi dalam suatu stagnant film. Selanjutnya, turbulensi akan
terkonsentrasi pada dinding atau batas stasioner fluida. Berdasarkan model ini,
semua driving force atau gaya pendorong konsentrasi untuk mengurangi stagnant
film dan konsentrasi dalam bulk fluida adalah konstan. Hal ini disebabkan oleh
gerakan turbulen pada fluida yang tinggi.

12

bulk
gas

gas
liquid bulk
film CO film liquid

C1
X
L

Gambar 7. Model Teori Film pada Absorpsi


Tebal film semu untuk massa pada kecepatan aliran yang sebanding adalah
tidak sama kecuali pada kondisi batas. Berdasarkan analogi bilangan reynold,
koefisien transfer massa banyak digunakan, tetapi lebih sedikit dibandingkan
dengan koefisien transfer atau koefisien permukaan.
2.9. Teori Dua Film
Dalam berbagai proses pemisahan, bahan-bahan harus mengalami difusi
dari suatu fase ke fase lain, dan laju difusi didalam kedua fase itu mempengaruhi
perpindahan massa menyeluruh. Dalam teori dua film yang diusulkan oleh
Whitman pada tahun 1923 diandaikan terdapat keseimbangan pada antarmuka,
dan tahanan terdapat perpindahan massa pada kedua fase itu lalu dijumlahkan
untuk mendapatkan tahanan menyeluruh, yang lebih muda dipergunakan untuk
perhitungan rancang dari pada koefisien-koefisien individual (tersendiri).
Hal yang membuat perpindahan massa antara fase menjadi lebih rumit
ialah perpindahan kalor dan diskontinuitas (ketaksinambungan) yang terdapat
pada antar muka. Yang terjadi karena konsentrasi atau fraksi mol zat terlarut yang
terdifusi hampir tidak pernah sama kedua sisi antarmuka itu. Sebagai contoh,
dalam destilasi campuran biner, Y*A lebih besar dari XA dan gradian didekat
permukaan gelembung. Untuk absorpsi gas yang sangat mudah larut, fraksi mol di
dalam zat cair pada antarmuka akan lebih besar dari fraksi mol didalam gas.
Suku 1/Ky dapat dianggap sebagai tahanan menyeluruh terhadap
perpindahan massa, sedang suku m/Kx dan 1/Ky adalah tahanan di dalam film zat
cair dan film gas. Film ini tidak selalu merupakan lapisan stagnan yang
mempunyai ketebalan tertentu agar teori dua Film berlaku. Perpindahan massa di
dalam salah satu Film dapat berlangsung melalui difusi melalui lapisan batas
laminar atau melalui difusi keadaan taksteadi, seperti umpamanya dalam teori
penetrasi dan koefisien menyeluruh masih bisa didapatkan. Dalam beberapa

13

masalah tertentu, misalnya perpindahan melalui film stagnan ke fase dimana teori
penetrasi diperkirakan berlaku, koefisien teori penetrasi mengalami perubahan
kecil karena adanya perubahan konsentrasi pada interface, namun efek ini hanya
mempunyai nilai akademis semata-mata.
2.10. Teori Penetrasi
Teori penetrasi digunakan oleh Higbie untuk menganalisa fase cair. Dalam
absorpsi gas dimana cairan diasumsi aliran laminar atau stasioner. Higbie
mempertimbangkan bahwa transfer dalam cairan dengan transport molekul
unsteady state. Konsep ini menghasilkan suatu persamaan untuk flux massa pada
titik pada permukaan cairan yang diekpose untuk absorpsi gas.
Danckwerte menggunakan konsep unsteady state ini untuk absorpsi dalam
suatu cairan turbulen dengan menganggap random surface renewal Marcello,
memperbaiki model film penetrasi, kombinasi dua model diatas pada Sc yang
rendah model film steady state kelihatannya pada Sc yang tinggi. Sedangkan
model unsteady state renewal lebih menggambarkan situasi.
2.11. Aliran di dalam pipa
Korelasi untuk perpindahan massa pada dinding dalam haruslah
mempunyai bentuk yang sama dengan korelasi untuk perpindahan kalor, karena
persamaan dasar untuk difusi dan konduksi itu serupa. Persamaan ini merupakan
persamaan yang paling sederhana yang cukup cocok dengan data publikasi dalam
jangkauan angka reynolds dan angka Schmidt yang cukup luas. Bentuk alternatif
dari bentuk korelasi itu didapat dengan membagi persamaan diatas dengan NRe x
NSc sehingga menghasilkan faktor jM yang sebagaimana ditunjukkan oleh
Chilton dan Colbum sama dengan jH dan juga f/2. Suku (/w) 0,14 biasa 1,0
untuk perpindahan massa karena itu ditinggalkan. Analogi untuk persamaan ini
berlaku umum untuk perpindahan kalor dan perpindahan massa dengan pelarutan
yang sama.
Perluasan analogi ini sehingga menutupi rugi gesek yang dilakukan untuk
pipa saja karena semua rugi disini berasal dari gesek kulit saja. Analogi ini tidak
berlaku untuk rugi gesek dimana tidak terdapat seret bentuk dari pemisahan aliran,
sebagaimana terdapat pada aliran seputar benda.

14

Gambar 8. Jenis Aliran Fluida pada Pipa


Korelasi yang telah disajikan untuk berbagai kisaran angka Schmidt. Data
untuk penguapan beberapa macam zat cair didalam menara didnding basah
dikorelasi dengan eksponen yang agak lebih tinggi baik untuk angka Reynold
maupun untuk angka Schmidt. Angka Schmidt berkisar antara 0,60 dan 0,25 dan
dalam jangkau yang sempit. Perbedaan antara eksponen itu mungkin mempunyai
makna fundamental, karena perpindahan ke permukaan zat cair, yang mungkin
mempunyai riak dan kegombang mesti berbeda dari permukaan perpindahan padat
yang licin.
Korelasi untuk perpindahan massa dan angka schmidt yang tinggi (antara
430 100.000) didapat dengan mengukur laju kelarutan didalam tabung asam
benzoat didalam air dan zat cair viscous. Perbedaan antara eksponen angka
Schmidt dan nilai 1/3 yang biasa mungkin tidak banyak, tapi eksponen angka
Reynold jelas lebih besar dari 0,80.

BAB III
METODOLOGI
3.1. Alat dan Bahan
A. Bahan yang digunakan :
1. Air
2. Udara
B. Alat-alat yang digunakan :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Kolom Deoksigenerator
Pump
Compresor
Sensor probe
Bak penampung air
Flow meter udara
Flow meter air

3.2. Prosedur Percobaan


1. Tekan tombol power. Lalu tekan tombol supply.
2. Tekan tombol pump 1 untuk mengalirkan air dari bak penampungan ke kolom
deoksigenerator.
3. Atur flowmeter untuk air sesuai dengan laju alir yang ditetapkan
4. Bila kolom deoksigenator penuh dengan air, hidupkan pump 2 yang berfungsi
untuk menyedot air dan dialirkan ke flowmeter dan sensor probe, dimana alat
ini digunakan untuk menghitung laju alir air dan O2 yang terserap dari inlet.
5. Kemudian air akan mengalir ke puncak Wetted-Wall Absorption Column dan
selanjutnya akan turun dari puncak ke dasar kolom secara laminer yang
berupa lapisan tipis (film).
6. Bersamaan dengan itu tekan tombol compressor untuk mengalirkan udara
secara counter current ke dalam Wetted Wall Absorption Colum. Udara yang
dialirkan oleh compressor sebelumnya masuk dalam flow meter udara untuk
menghitung laju alir udara.
7. Kemudian air yang sudah bebas O2 masuk ke sensor probe untuk menghitung
O2 outlet. Dimana kedua alat ini dihubungkan dengan DO meter.

15

Anda mungkin juga menyukai