Anda di halaman 1dari 11

Penolakan Transfusi Darah Akibatnya Meninggal Dunia

Nicky Sanita
102014193 / C2
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510
Email : nicky.2014fk193@civitas.ukrida.ac.id
Tahun ajaran 2014/2015
Abstract
Blood transfusion is an injection of blood from a person (called the donor) into the
circulatory system of another person (called the recipient). Blood is a liquid that is present in
all living things (except plants) that serves to transmit high levels of substances and oxygen
that needed by body tissues, carrying chemical products of metabolism, as well as the body's
defenses against viruses or bacteria. The meaning of autonomy is each individual are to be
treated as human beings who have a right to self-determination yourself. In religions has a
different opinions about the relationship of transfusion to any religions. As an example the
Jehovah's Witnesses continue to wear the "Old Testament" to God, holding to the oneness different from trinity - God, refuse blood transfusions based on the book of Leviticus and
prohibit use of Christmas trees based on Jeremiah 10: 3-4.
Keyword: transfuse, blood, function, autonomy, religion.
Abstrak
Transfusi darah merupakan penginjeksian darah dari seseorang (yang disebut donor) ke
dalam sistem peredaran darah seseorang yang lain (yang disebut resipien). Darah adalah
cairan yang terdapat pada semua makhluk hidup (kecuali tumbuhan) tingkat tinggi yang
berfungsi mengirimkan zat-zat dan oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh,
mengangkut bahan-bahan kimia hasil metabolisme, dan juga sebagai pertahanan tubuh
terhadap virus atau bakteri. Autonomi adalah setiap individu harus diperlakukan sebagai
manusia yang mempunyai hak menentukan nasib diri sendiri. Secara agama mempunyai
pendapat yang berbeda-beda tentang mengenai hubungan transfusi terhadap setiap agama.

Seperti contohnya Saksi Yehowa terus memakai Perjanjian Lama untuk Allah, berpegangan
teguh pada keesaan berbeda dari ketritunggal Allah, menolak untuk transfusi darah
berdasarkan kitab Imamat dan melarang menggunakan pohon Natal berdasarkan Yeremia
10:3-4.
Kata Kunci: transfusi, darah, fungsi, autonomi, agama.

Pendahuluan
Pada negara berkembang, transfusi darah juga diperlukan untuk menangani pasien
dalam kondisi gawat darurat seperti melahirkan dan anak-anak malnutrisi yang berujung pada
anemia berat. Transfusi darah merupakan tindakan medis memberikan darah kepada seorang
penderita yang darahnya telah tersedia dalam botol kantong plastik. Usaha transfusi darah
adalah segala tindakan yang dilakukan dengan tujuan untuk memungkinkan penggunaan
darah bagi keperluan pengobatan dan pemulihan kesehatan yang mencakup masalah-masalah
pengadaan, pengolahan, dan penyampaian darah kepada orang sakit.1
Darah adalah cairan yang terdapat pada semua makhluk hidup (kecuali tumbuhan)
tingkat tinggi yang berfungsi mengirimkan zat-zat dan oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan
tubuh, mengangkut bahan-bahan kimia hasil metabolisme, dan juga sebagai pertahanan tubuh
terhadap virus atau bakteri. Darah yang digunakan adalah darah manusia atau bagianbagiannya yang diambil dan diolah secara khusus untuk tujuan pengobatan dan pemulihan
kesehatan. Penyumbang darah adalah semua orang yang memberikan darah untuk maksud
dan tujuan transfusi darah. Namun terdapat pandangan dari suatu agama yang menolak
transfusi darah yang utuh dan komponen-komponen utamanya (sel darah merah, sel darah
putih, platelet dan plasma). Hal ini disebabkan oleh kepercayaan bahwa darah itu kudus dan
merepresentasikan kehidupan di mata Allah.2
Pada kasus kali ini saya membahas skenario C tentang 28 Januari 2014 yang lalu,
seorang pasien di Berlin meninggal pada usia tahun 40 tahun setelah menolak transfusi darah
karena keyakinan yang dianutnya. Pertimbangan dokter yang diberikan seharusnya ia
memebutuhkan transfusi darah. Dalam kasus ini bertujuan untuk si pembaca lebih memahami
filosofi tentang kedokteran dan penulisan ilmiah yang baik dan benar.

Pembahasan

KDB
Autonomi

Kontrantrr
a

Penolakan
Transfusi Darah

Pro

Filosofi
Darah

Makna
Darah

Hubungan filosofi
antara manusia
dengan Tuhan

Keyakinan

Menyelamatkan
nyawa pasien

Tenaga
Medis

Fungsi
Darah

Tidak boleh
menerima
tranfusi darah

Meninggal

Hidup

Pemberian
Penjelasan

Transfusi Darah
Transfusi darah adalah pemindahan darah dari satu orang (donor) ke dalam pembuluh
darah orang lain (resipien). Hal ini biasanya dilakukan sebagai manuver penyelamatan nyawa
(life-saving) untuk menggantikan darah yang hilang karena perdarahan hebat, saat operasi
ketika terjadi kehilangan darah atau untuk meningkatkan jumlah darah pada pasien anemia.
Darah terdiri dari sel-sel darah serta plasma darah. Sel darah terdiri dari sel darah merah
(eritrosit), sel darah putih (leukosit) dan trombosit, sedangkan plasma darah mengandung air,
protein, glukosa, mineral, fibrinogen.1

Manfaat Transfusi Darah


Bagi pendonor sendiri banyak manfaat yang dapat dipetik dari mendonorkan darah.
Beberapa di antaranya adalah: (1) mengetahui golongan darah, terutama bagi mereka yang
baru pertama kali mendonorkan darahnya, (2) mengetahui beberapa penyakit tertentu yang
sedang diderita. Setidaknya setiap darah yang didonorkan akan melalui 13 pemeriksaan (11
diantaranya untuk penyakit infeksi). Pemeriksaan tersebut antara lain HIV/AIDS, hepatitis C,
sifilis, dan malaria, (3) mendapat pemeriksaan fisik sederhana, seperti pengukuran tekanan
darah, denyut nadi, dan pernapasan, (4) mencegah timbulnya penyakit jantung.3

Kaidah Dasar Bioetik


Dalam kaidah Autonomy, prima-facie disini muncul pada sosok pasien yang dewasa
dan berkepribadian matang untuk menentukan nasibnya sendiri. Menurut Kant otonomi
kehendak sama dengan otonomi moral dan terbagi menjadi 3 yakni: (1) kebebasan bertindak,
memutuskan (memilih), dan menentukan diri sendiri pada saat kesadaran terbaik bagi dirinya,
(2) tanpa hambatan, paksaan atau campur-tangan pihak (heteronomy), (3) motivasi berdasar
prinsip rasional atau self legislation dari manusia.4,5
Dalam prinsip ini seorang dokter menghormati martabat manusia. Setiap individu
harus diperlakukan sebagai manusia yang mempunyai hak menentukan nasib diri sendiri.
Dalam hal ini pasien diberi hak untuk berpikir secara logis dan membuat keputusan sendiri.
Autonomy bermaksud menghendaki, menyetujui, membenarkan, membela, dan membiarkan
pasien demi dirinya sendiri. Autonomy mempunyai ciri-ciri: menghargai hak menentukan
nasib sendiri, berterus terang menghargai privasi, menjaga rahasia pasien, dan melaksanakan
informed consent.4
Menurut Mill otonomi tindakan/pemikiran sama dengan otonomi individu adalah
kemampuan dalam melakukan pemikiran dan tindakan (realisasi keputusan dan kemampuan
melaksanakan), hak penentuan diri dari sisi pandang pribadi.5

Filsafat Mati dan Hidup


Menurut KBBI
Hidup adalah masih terus ada, bergerak, dan bekerja, sebagaimana mestinya (baik
manusia, hewan, dan tumbuhan).
Mati adalah suatu keadaan tubuh yang tak mungkin untuk tidak sadar kembali.6

Filosofi Darah
Secara Medis
Darah adalah cairan yang mengalir dalam pembuluh.2

Fungsi Darah
Secara Medis
Fungsi darah adalah mengangkut oksigen dari kedua paru-paru ke jaringan tubuh dan
mengangkut karbon dioksida dari jaringan tubuh ke kedua paru-paru.7

Sudut Pandangan Transfusi Darah terhadap Agama


Dalam prinsip ini seorang dokter menghormati martabat manusia. Setiap individu
harus diperlakukan sebagai manusia yang mempunyai hak menentukan nasib diri sendiri.
Fatwa MUI perihal Donor Darah dan Transfusi Darah.
Saksi Yehowa
Bahwa Saksi Yehowa terus memakai Perjanjian Lama untuk Allah, berpegangan
teguh pada keesaan berbeda dari ketritunggal Allah, menolak untuk transfusi darah
berdasarkan kitab Imamat dan melarang menggunakan pohon Natal berdasarkan Yeremia
10:3-4.8

Agama Islam
Para Alim Ulama Indonesia yang meninjau soal Transfusi Darah dan Ilmu Kedokteran
dan Hukum Agama Islam, telah menuangkan keputusannya dalam fatwa Nomor: 6 Tahun
1956 tertanggal 2 Oktober 1956 dari Majelis Pertimbangan Kesehatan dan Syara Depkes RI,
telah memutuskan, yaitu:9

Bahwa yang diharamkan mengenai darah dalam Al-Quran adalah memakan dan
meminumnya yaitu memasukkan melalui kerongkongan.

Alim Ulama berpendapat bahwa haramnya darah adalah beralasan karena darah itu najis.
Dari penyelidikan Ilmu Kedokteran sekarang ini, ternyata bahwa:
-

Darah yang dikeluarkan dengan suntikan pemindahan darah sesudah diperiksa dari

segi dan dipilih sangat bermanfaat untuk jadi obat.


Diantara penyakit ada yang tidak dapat diobati kecuali dengan satu-satunya jalan,
yaitu: dengan menambahkan darah yang sehat dan cocok kepada darah si penderita
yaitu: penyakit kekurangan darah (Anemia), luka parah karena kecelakaan, dan
operasi besar.

Memasukkan darah dengan suntikan pemindahan darah, tidaklah sama dengan


memasukkannya dengan jalan memakan dan meminumnya baik salurannya maupun
akibat atau hasilnya.

Berobat dengan darah boleh hukumnya karena tidak ada nash yang sharih dari Al-Quran
dan Hadist mengenai: (1) haramnya darah buat jadi obat, (2)Najisnya darah, (3)Larangan
berobat dengan najis.

Karena darah itu ada manfaatnya bahkan ada kalanya orang berobat dengan darah dengan
jalan memindahkan darah yang sehat dan cocok maka tetaplah pengobatan dengan
pemindahan darah (transfusi) itu boleh hukumnya.

Dalam keadaan darurat yang tidak ada obat lagi kecuali darah sehingga si penderita hanya
dapat diselamatkan jiwanya dengan pemindahan darah maka pengobatan dengan darah itu
tidak saja boleh bahkan wajib hukumnya. Darah hukumnya haram/diminum dan najis bila
daripadanya dapat diambil manfaat yang halal menurut hukum syara tidak untuk

dimakan/diminum, contohnya seperti untuk penambah darah orang yang menderita


penyakit kurang darah (jadi obat) boleh dihibahkan (diberikan dengan cuma-cuma) atau
diberikan dengan penggantian kerugian.

Agama Katolik
Menurut Ajaran agama Katolik ,menjadi donor darah pada dasarnya diperbolehkan.
Agama Katolik justru mengizinkan dan menganjurkan agar kita menjadi Donor Darah.
Hal ini dikuatkan juga oleh ajaran Yesus Kristus, yakni:10

Kasihanilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.


Sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudaramu

yang paling hina,kamu telah melakukanya untuk Aku(Mt.25 .40).


Yang menabur sedikit akan menuai sedikit,yang menabur banyak akan menuai
banyak(II Kor . 9.6).
Mencermati ajaran Yesus tersebut di atas, jelaslah bahwa kita dituntut untuk

membantu orang lain yang membutuhkan. Berdonor darah menyebabkan jiwa dan rohani
menjadi sehat sehingga dapat berfungsi ganda, baik bagi diri sendiri maupun orang lain.
Donor darah menurut ajaran katolik sangat memupuk semangat persaudaraan dan solidaritas
kepada mereka yang menderita sakit.

Agama Hindu
Setiap orang mendapat kekuatan dari tiga sumber, yaitu: harta, ilmu pengetahuan dan
jasmani/ketiga kekuatan ini harus digunakan dengan baik untuk menolong orang lain.
Mendonor darah pada hakekatnya adalah member pertolongan pada orang yang
membutuhkannya. Beberapa ajaran, yakni:10

Dalam manua Ckarma. Sastra IV.193 diingatkan dengan tegas bahwa: Hartawan yang
menimbun hartanya yang diperoleh dari masyarakat dinyatakan sebagai tindakan yang
biadab.

Dalam Bagwat Git VII.II diingatkan yaitu: Balaw Balawataw yang artinya, Aku adalah
kekuatan yang perkasa. Oleh karena itu kita wajib mensyukurinya dengan menggunakan

kekuatan kita ini untuk menolong yang lemah.


Atmaivedam Sarwam (CH. UP. VII.XXII.2), dalam kesadaran Atma kita berkata: Aku

menolong diriku. Aku membenci diriku.Aku melukai diriku.


Tat Twam Asi (CH. UP): Pengetahuan tentang diri kita sebagai Atma (roh)
mendatangkan kekuatan dalam melayani orang lain.
Warga Hindu tak perlu ragu-ragu untuk mendonorkan darahnya sebab semua

kekuatan berasal dari Tuhan. Individu dan masyarakat ibarat ikan dengan air. Masyarakat itu
akan terjadi kalau ada jalinan cinta kasih antar individu yang ditandai oleh saling member.
Alangkah senangnya kita, seandainya menjadi donor darah yang dapat menyelamatkan
nyawa orang lain. Menurut filsafat Karma Yoga, bantuan yang dijiwai oleh karunia dan
materi akan berpahala berlipat ganda.

Agama Kristen Protestan


Al Kitab menyatakan bahwa manusia adalah ciptaan Allah. Di sepanjang sejarah
manusia, Tuhan senantiasa memperhatikan kehidupan manusia. Melalui penyaliban, kematian
dan kebangkitan kristus, manusia dibebaskan dari kuasa dosa.
Hal ini sejalan dengan beberapa Ajaran Tuhan, yakni:10

Tuhan berfirman kepada Kain: Apakah yang telah kau perbuat ini? Darah adikmu itu

berteriak kepadaKu dari tanah.


Yesus Kristus: Inilah darahku, darah perjanjian yang ditumpahkan bagi banyak orang

pengampunan dosa (Mattius 26:28).


Dia bersabda: Barangsiapa memberi yang lapar, memberi minum yang haus, member
tumpangan orang perantauan, memberi pakaian kepada yang tiada berpakaian,

mengunjungi yang sakit atau yang ada dalam penjara, adalah wujud mengasihi Kristus.
Yesus Kristus bersabda: Inilah perintahKu kepadamu: Kasihanilah seorang akan yang

lain (Yohanes 15:17).


Barang siapa memegang perintahKu dan melakukannya, dialah yang mengasihi Aku
(Yohanes 14:21).

Agama Buddha
Sang Buddha mengajarkan kepada kita bahwa manusia dalam hidupnya harus
senantiasa tolong-menolong serta memberi bantuan kepada yang lemah. Manusia diajak
untuk sadar akan dirinya, sadar akan kewajibanya sebagai makhluk pribadi, sebagai anggota
masyarakat, sebagai warga Negara, sebagai makhluk Tuhan untuk mewujudkan kasih suci
sebagai Dharma. Dharma adalah kasunyatan. Hakikat kasunyatan adalah Dukkha.
Mendonorkan darah dibenarkan oleh Sang Buddha, sepanjang darah yang didonorkan adalah
darah yang sehat.
Donor darah sesuai dengan ajaran Buddha. Hal tersebut didasarkan atas ajaran, yakni:

Menurut Sang Buddhayang pantas dilakukan ialah: Sabda papasa akaranang, kussalassa
Upasampada, Sacita Pariyodapanang, tang Budhana Sasanang yang artinya Jangan

berbuat kejahatan, perbanyaklah perbuatan baik, sucikan hati dan pikiranmu.


Dalam Ayat Dhammapada Ayat 149:21, Sang Budha bersabda tentang kesadaran:
Appamado amatanni padam. Pamado maccuno padam, Apanattaha niyanti, Yapasatta
yatamatha, yang artinya kesadaran adalah jalan menuju kehidupan, ketidaksadaran
adalah jalan menuju kematian.
Jadi mendonorkan darah termasuk awal pencapaian pembebasan penderitaan manusia

didalam menerapkan sifat-sifat Boddhisatwa, untuk kesejahteraan manusia tanpa pandang


derajat orang.

Dasar Filosofi Tenaga Medis


Dalam kasus diatas bahwa tenaga medis menjadi pro. Karena pasien mempunyai
haknya dan dokter harus bisa menerima hak pasien dan dokter juga tidak boleh memaksa
pasien untuk melakukan transfusi darah. Karena masih masuk dalam prinsip kaidah dasar
bioetik yang autonomi. Maka dari itu dokter tidak boleh melanggar KODEKInya. Jika dokter
melanggar maka ada ketentuan-ketentuan dokter dengan hukum.
Dokter menjelaskan informasi jika pasien menolak untuk transfusi darah. Cara
komunikasi dokter dengan pasien harus baik yang sesuai dengan profesinya. Harus bisa
membuat pasien mengerti dengan informasi yang diberikan oleh dokter tersebut. Jika pasien
tidak mengerti maka dokter harus menjelaskan kembali kepada pasien.

Kesimpulan
Transfusi darah merupakan penginjeksian darah dari seseorang (yang disebut donor)
ke dalam system peredaran darah seseorang yang lain (yang disebut resipien). Dalam kasus
ini menggunakan prinsip kaidah dasar bioetik yang Autonomi pada dokter dan pasien, dan
dokter memberikan penjelasan kepada pasien bahwa jika tidak transfusi darah maka bisa saja
pasien tersebut mengalami antara hidup dan matinya. Yang membuat pasien menolak untuk
transfusi darah dikarenakan keyakinannya terhadap agama kuat mengenai transfuse sehingga
tidak mau di transfusi yang akhirnya membuat pasien tersebut meninggal.

Daftar Pustaka

1. Ebrahim AFM. Realitas transfuse darah. Dalam: kloning, eutanasia, transfuse darah,
transparansi organ, dan eksperimen pada hewan. Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta;
2007.h.55.
2. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;
2004.h.218-9.
3. Koraag JF. Berbagi nyawa: hidup bahagia dengan berdonor darah.Yogyakarta: Pustaka
Marwa; 2010.h.65-7.
4. Saltike
AD.

Bioetika

kedokteran.

Diunduh

dari

http://www.academia.edu/7245584/BIOETIKA_KEDOKTERAN, 4 November 2014.

5. Hartono B, Asnawi E. Bioetika humaniora dan profesionalisme dalam Profesi Dokter.


Jakarta: UKRIDA; 2014.h.19-20
6. Moody RA. Hidup setelah mati. Jakarta: Alvabet; 2005.h.140.
7. Sumardjo D. Pengantar kimia: buku panduan kuliah mahasiswa kedokteran dan program
strata 1 fakultas bioeksakta. Jakarta: Buku Kedokteran EGC; 2009.h.18.
8. Baker DL. Satu alkitab dua perjanjian: suatu studi tentang hubungan teologis antara
perjanjian lama dan perjanjian baru. Jakarta: Gunung Mulia; 2006.h.154.
9. Ebrahim AFM. Ketentuan-ketentuan fikih. Dalam: kloning, eutanasia, transfuse darah,
transparansi organ, dan eksperimen pada hewan. Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta;
2007.h.74-6.
10. Wong DL, Eaton MH, Wilson D, Winkelstein ML, Schwartz P. Buku ajar keperawatan
pediatrik. Jakarta: Buku Kedokteran EGC; 2009.h.93-9.

Anda mungkin juga menyukai