Salah satu hipotesis dalam teori ini adalah bahwa manajemen dalam mengelolah perusahaan
cenderung lebih mementingkan kepentingan pribadinya daripada meningkatkan nilai perusahaan.
Contoh nyata yang dominan terjadi dalam kegiatan perusahaan dapat disebabkan karena pihak
agensi memiliki informasi keuangan daripada pihak prinsipal (keunggulan informasi), sedangkan
dari pihak prinsipal boleh jadi memanfaatkan kepentingan pribadi atau golongannya sendiri
(self-interest) karena memiliki keunggulan kekuasaan (discretionary power).
Contoh lain Agency theory sebenarnya juga dapat dipahami dalam lingkup lembaga
kemahasiswaan. Pengurus yang dipercayakan menjadi perpanjangan tangan keluarga mahasiswa
untuk mengelolah organisasi menjadi agen yang idealnya mampu mengakomodasi semua
kepentingan keluarga. Namun, terkadang pengurus lembaga kemahasiswaan tak mampu
menjalankan ini dengan baik. Kecenderungan pengurus lebih memilih melaksanakan
kepengurusan sesuai dengan keinginannya. Kepentingan keluarga menjadi terabaikan.
Pengembangan akuntansi kontemporer salah satunya adalah digunakannya Agency Theory dalam
menjustifikasi akuntansi positif. Menurut Baiman (1990), terdapat 3 model hubungan agensi
yaitu The Principal-Agent Model, The Transaction Cost Economics Model, The Rochester
Model.
Ketiganya memiliki dua kerangka kesamaan dan dua perbedaan. Kesamaannya, pertama,
ketiganya memahami ketentuan dan penyebab hilangnya efisiensi yang diciptakan oleh
divergensi antara perilaku kerjasama dan kepentingan individu; kedua, ketiganya menganalisa
dan memahami implikasi perbedaan proses pengendalian menghindari hilangnya efisiensi pada
masalah agensi. Sedangkan perbedaannya, pertama, menekankan perbedaan sumber-sumber
divergensi perilaku kerjasama dan kepentingan individu; kedua, menekankan perbedaan aspek
pada agenda riset pada umumnya; ketiga, pemodelan berhati-hati yang mendasari konteks
ekonomi yang menyebabkan timbulnyamasalah agensi; keempat, derivasi optimalisasi hubungan
kerja dan memahami bagaimana hubungan kerja yang meringankan masalah agensi; kelima,
komparasi hasil-hasil untuk melakukan observasi praktik model yang dipakai dan
menganalisanya.Artinya dalam kerangka umum model hubungan agensi memperlihatkan bahwa
manajer melakukan maksimasi expected utility agar dapat mempengaruhi desain kontrak kerja
mereka. Pemilik dan manajer secara bersama dibatasi biaya atas masalah agensi, sehingga
memerlukan insentif untuk mendesain kontrak yang mengurangi secara efisien masalah agensi.
Dua tokoh utama (principal dan agent) dalam interaksi bisnis tersebut sebenarnya mengarah pada
kepentingan yang sama, yaitu wealth (kekayaan). Bentuk ekstrim (extreme ways) dari agency
theory sendiri sebenarnya adalah ketika hubungan agensi dijadikan mekanis-matematis untuk
kepentingan legitimasi kepentingan mutualis insklusif.
Terdapat tiga masalah utama dalam hubungan agensi, yaitu :
1. Kontrol pemegang saham kepada manajer
2. Biaya yang menyertai hubungan agensi
3. Menghindari dan meminimalisasi biaya agensi
Hubungan agensi ini memotivasi setiap individu untuk memperoleh sasaran yang harmonis, dan
menjaga kepentingan masing-masing antara agen dan principal. Hubungan keagenan ini
merupakan hubungan timbal balik dalam mencapai tujuan dan kepentingan masing-masing pihak
yang secara eksplisit dan sadar memasukkan beberapa penekanan seperti:
1. Kebutuhan principal akan memberikan kepercayaan kepada manajer dengan imbalan atau
kompensasi keuangan
2. Budaya organisasi yang berlaku dalam perusahaan
3. Faktor luar seperti karasteristik industri, pesaing, praktek kompensasi, pasar tenaga kerja,
manajerial dan isu-isu legal
4. Strategi yang dijalankan perusahaan dalam memenangkan kompetisi global
Ditegaskan oleh Watts (1992) bahwa hubungan agensi kaitannya dengan laporan keuangan
perusahaan sangat dipengaruhi oleh kepentingan pasar dan politik.
Hubungan agensi dengan demikian tidak dibangun dari akar self-interest, tetapi dengan cinta.
Cinta akan tetap memberi kemanfaatan materi, saling berbagi dan kebermaknaan hidup.
Mudahnya, bila konsep kekayaan hanya dipandang sebagai bentuk ekonomi semata, maka yang
terjadi adalah konflik kepentingan di atas hubungan kooperatif. Tetapi bila konsep kekayaan
dipandang sebagai bentuk trilogi, maka ada proses trust yang masuk dalam mekanisme
hubungan, trust yang didasari oleh cinta dan saling berbagi. Gagasan ini memang mirip seperti
model principal-agent yang lebih teoritis dan perlu diuji secara empiris, daripada mendekat pada
model positivist yang lebih empiris tetapi akan mereduksi konsep teoritis yang sebenarnya
penting seperti juga ditegaskan oleh Eisenhardt (1989).
Dalam rangka memotivasi para manajer dan pemegang saham agar berperilaku dalam sikap yang
memajukan tujuan perusahaan, Burdett dapat memberikan rekomendasi kepada dewan direksi,
yaitu :
Penilaian terhadap kinerja manajer dibuat dengan kontrak yang jelas sehingga
memotivasi agen bekerja dengan kepentingan terbaik principal
Principal memberikan pilihan rencana insentif jangka pendek dan jangka panjang dan
agen diberikan keleluasan dengan batasan yang menguntungkan kepentingan para
pemegang saham
Untuk mencegah kemungkinan terjadinya konflik tersebut, maka ada beberapa hal yang harus
dilakukan, diantaranya:
1. Penyusunan Standar yang jelas mengenai siapa saja yang pantas menjadi apa baik untuk
jabatan fungsional maupun struktural ataupun untuk posisi tertentu yang dianggap
strategis dan kritis. Hal ini harus diiringi dengan sosialisasi dan implementasi
(enforcement) tanpa ada pengecualian yang tidak masuk akal
2. Diadakan tes kompetensi dan kemampuan untuk mencapai suatu jabatan tertentu dengan
adil dan terbuka. Siapapun yang telah memenuhi syarat mempunyai kesempatan yang
sama dan adil untuk terpilih. Terpilih artinya walaupun pejabat lain diatasnya tidak
berkenan dengan orang tersebut, tetapi karena ia yang terbaik maka tidak ada alasan
logis untuk menolaknya ataupun memilih yang orang lain. Disinilah peran
profesionalisme dikedepankan
3. Akuntabilitas dan Transparansi setiap proses bisnis dalam organisasi agar
memungkinkan monitoring dari setiap pihak sehingga penyimpangan yang dilakukan
oknum2 dapat diketahui dan diberikan sangsi tanpa kompromi. Oknum2 tersebut harus
diumumkan pada publik dan tindakan apa yang telah diambil untuk menciptakan kontrol
agar tidak terjadi permainan sehingga oknum2 tersebut bisa lolos dari sangsi yang
berat. Oknum yang terbukti bersalah tidak berhak lagi mendapatkan penghargaan
sehingga dapat menimbulkan efek kapok bagi yang lain agar tidak berani mencobacoba. Hal yang sama juga diperlakukan pada pegawai/pejabat yang berprestasi, selain
diberi reward, juga diumumkan untuk memberi efek IDOL sehingga ditiru oleh
pegawai/pejabat lainnya.
Akhirnya, akuntansi menjadi alat yang powerfull untuk memberikan keuntungan yang sebesarbesarnya kepada pemilik modal di satu sisi, juga dapat memberikan manfaat injeksi modal dan
investasi yang makin besar dan linier kepada agen dari pemilik modal, yaitu manajemen
perusahaan, dalam mengelola perusahaan.
Kemudian, masalah keagenan juga akan timbul jika pihak manajemen atau
agen perusahaan tidak atau kurang memiliki saham biasa perusahaan tersebut.
Karena dengan keadaan ini menjadikan pihak manajemen tidak lagi berupaya untuk
memaksimumkan keuntungan perusahaan dan mereka berusaha untuk mengambil
keuntungan dari beban yang ditanggung oleh pemegang saham. Cara yang
dilakukan pihak manajemen adalah dalam bentuk peningkatan kekayaan dan juga
dalam bentuk kesenangan dan fasilitas perusahaan. Dijelaskan dalam Jensen dan
Meckling (1976), Jensen (1986), Weston dan Brigham (1994), bahwa masalah
keagenan dapat terjadi dalam 2 bentuk hubungan, yaitu; (1)antara pemegang
saham dan manajer, dan (2)antara pemegang saham dan kreditor. Jika suatu
perusahaan berbentuk perusahaan perorangan yang dikelola sendiri oleh
pemiliknya, maka dapat diasumsikan bahwa manajerpemilik tersebut akan
mengambil setiap tindakan yang mungkin, untuk memperbaiki kesejahteraannya,
terutama diukur dalam bentuk peningkatan kekayaan perorangan dan juga dalam
bentuk kesenangan dan fasilitas eksekutif. Tetapi, jika manajer mempunyai porsi
sebagai pemilik dan mereka mengurangi hak kepemilikannya dengan membentuk
perseroan dan menjual sebagian saham perusahaan kepada pihak luar, maka
pertentangan kepentingan bisa segera timbul. Keadaan ini menjadikan manajer
mungkin saja tidak sedemikian gigih lagi untuk memaksimumkan kekayaan
pemegang saham karena jatahnya atas kekayaan tersebut telah berkurang sesuai
dengan pengurangan kepemilikan mereka. Atau mungkin saja manajer menetapkan
gaji yang besar bagi dirinya atau menambah fasilitas eksekutif, karena sebagian di
antaranya akan menjadi beban pemegang saham lainnya.
Konflik antara pemegang saham dengan kreditur Kreditur menerima uang
dalam jumlah tetap dari perusahaan (bunga hutang),sedangkan pendapatan
pemegang saham bergantung pada besaran laba perusahaan.Dalam situasi ini,
kreditur lebih memperhatikan kemampuan perusahaan untuk membayar kembali
Agen dan pinsipal memiliki informasi yang simetris artinya baik agen maupun
majikan memiliki kualitas dan jumlah informasi yang sama sehingga tidak terdapat
informasi tersembunyi yang dapat digunakan untuk keuntungan dirinya sendiri
2.
Risiko yang dipikul agen berkaitan dengan imbal jasanya adalah kecil yang