pembuat
Undang-Undang
hanya
menetapkan
peraturan-
tidak
ada
kekosongan
undang-undang
(wet
vacuum),
karena
pada
itu
diharapkan
muncul
kejelasan-kejelasan.
yuris, karenaada yang setuju dan ada pula yang enolakknya. Akan
tetapi, sebagian besar negara-negara hukum (rechtstaat) dan ahli
hukum di dunia tidak menerima analogi untuk diterapkan dalam
hukum pidana, sehingga hal ini berpengaruh pada asas legalitas
dalam hukum pidana, yang tidak membolehkan sifat retroaktif atau
berlaku surut suatu peraturan perundang-undangan.
Walaupun metode analogi dilarang digunakan oleh hakim,
tetapi menurut doktrin, ada 2 (dua) teori yang dapat digunakan oleh
hakim apabila akan menerobos larangan tersebut yaitu sebagai
berikut:
1. Teori Aksi, yang dikemukakan oleh Talcott Parsons
Menurut teori ini hakim dapat meilih penggunaan analogi
tersebut, dengan konsep voluntarism, yaitu kemampuan
individu melakukan tindakan dalam arti menetapkan cara
atau
alat
sejumlah
alternatif
tersedia
dalam
rangka
pelaku
aktif
dan
kreatif
serta
mempunyai
adalahAbraham
Maslow.
hal-hal
tertentu
untuk
peristiwa
tertentu,
berarti
bahwa
karena
peraturan
perundang-undangan
tersebut terlalu umum dan sangat luas ruang lingkupnya. Agar dapat
dipergunakan dalam menemukan hukum terhadap suatu perkara
yang sedang diperiksa, masalah hukum yang sangat luas itu
dipersempit ruang lingkupnya sehingga dapat diterapkan dalam suatu
perkara secara konkrit.
Dalam metode ini dibentuklah pengecualian-pengecualian atau
penyimpangan-penyimpangan baru dari peraturan yang bersifat
umum. Peraturan yang bersifat umum ini diterapkan terhadap
orang
lain,
mewajibkan
orang
yang
karena
salahnya
konkret
tersebut.
Dapat
dijelaskan
secara
empiris,
kehidupan
bersama
terhadap
integritas
subjek
hukum
untuk
dibebaskan
dengan
alasan
tidak
mengetahui
mengemukakan
fakta-fakta
baru,
sehingga
tampil
suatu
memenuhi
hasrat
menciptakan
stabilitas
hukum,
juga
Rahardjo
dan
Paul
Scholten
berbeda
pendapat