Anda di halaman 1dari 4

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Analisis Kadar
Analisis warna zat sintetis dilakukan dengan menggunakan
serat wol yang dapat mengabsorpsi zat warna baik yang asam
maupun yang basa. Dengan mengamati perubahan warna dari serat
HCl( p)

wol yang telah dicelupkan dalam berbagai pereaksi, yaitu:

H 2 SO4( p)

NH 4 OH ,

NaOH 10% sehingga jenis pewarna dapat

ditentukan.
Hasil analisis sampel dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil Analisis Sampel
No
1
2

Sampel
Pepsi Blue
Fanta Merah

HCl( p)
Kuning
Merah

H 2 SO4( p)

Saus (Aku)

Sedikit

Hasil

Kuning

Tidak

10%
Tidak

Ungu

berubah
Tidak

berubah
Tidak

Blue FCF
Methanil

kehitama

berubah

berubah

yellow

NH 4 OH , NaOH

->

Brilian

dan

coklat

Karmoisi

kehitama

n
Biru

14720
Ponceau

Memudar

17

Orange

CI

4
5

Biru

kehitama

Hot-hot Pop

Sedikit

n
Coklat

Fanta Hijau

berubah
Jingga

Nutri Jeruk

Jagoan Neon

Merah

Kuning

kemerahan

6RB

Kuning

Tidak

Ponceau

Agak

Tidak

berubah
Tidak

4R
Fast

kecoklata

berubah

berubah

Green

Sedikit

Tidak

FCF
Sunset

coklat

berubah

yellow

Tidak

Tidak

CFC
Brilian

berubah

berubah

Blue FCF

n
Merah

Kuning

4.2 Pembahasan
Berdasarkan data Tabel 1 diatas dapat diketahui bahwa saus
merk Aku, mengandung

zat pewarna yang dilarang oleh BPOM (Badan

Pengawasan Obat dan Makanan) yaitu Ponceau 6RB yang diperoleh dari hasil
analisis. Sedangkan sampel lain, yaitu pepsi blue, fanta merah, hot-hot pop, fanta
hijau, dan nutri jeruk menggunakan zat warna yang tidak dilarang oleh BPOM
(Badan Pengawasan Obat dan Makanan), yaitu brillian blue FCF, sunset yellow CFC,
fast green FCF, Ponceau 4R, methanil yellow dan karmoisin CI 14720 yang diperoleh
dari hasil analisis.
Pada tahun 1972 terdapat 18 macam zat pewarna yang termasuk dalam Food,
Drug and Cosmetic (FD&C). Menurut Permenkes No.235/menkes/Per/IV/1979, ada
12 macam zat pewarna yang diizinkan untuk makanan. Pada tahun 1985 berdasarkan

18

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 2351 Men.Kes.Per/V/1985


tentang zat warna tertentu yang dinyatakan sebagai bahan berbahaya yang dilarang
penggunaannya di Indonesia (Tabel 2-terlampir) (Kisman, 1984).
Pemakaian bahan pewarna sintetik dalam makanan walaupun mempunyai
dampak positif bagi produsen dan konsumen, di antaranya dapat membuat makanan
lebih menarik, meratakan warna makanan, dan mengembalikan warna dari bahan
dasar yang telah hilang atau berubah selama pengolahan, ternyata dapat pula
menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan dan bahkan mungkin memberi dampak
negatif terhadap kesehatan konsumen seperti kanker kulit, kanker mulut dan
kerusakan otak (Winarno, 1997).

Kisman, S. 1984. Analisa Zat Warna Dalam Beberapa Jenis Makanan.


Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan.
Winarno, F. G. (1997). Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama. Halaman 57
Tabel 2. Bahan Pewarna dan Sintetik

19

20

Anda mungkin juga menyukai