Anda di halaman 1dari 9

BAB X

PENGEMBANGAN KETERAMPILAN ORIENTASI


Sebagaimana dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa orientasi
merupakan suatu proses penggunaan indera yang masih berfungsi dalam
menetapkan posisi diri hubungannya dengan objek-objek yang ada di lingkungan.
Apabila kita analisa tentang pengertian tersebut, orientasi mengandung beberapa
aspek kegiatan fisik dan mental. Pertama dalam orientasi ada proses penggunaan
indera. Indera yang digunakan tentunya adalah indera yang masih berfungsi
termasuk mata bagi tunanetra yang masih mempunyai sisa penglihatan
cukup.sebagaimana Anda ketahui, indera adalah perlengkapan fisik yang
berfungsi menyalurkan dan menyampaikan rangsangan stimulus dari luar fisik ke
otak.
Rangsangan atau stimulus dari luar bisa berupa rangsangan tactual, bisa
berupa rangsangan visual atau rangsangan yang tampak, bisa juga rangsangan
pendengaran yang berbentuk suara, bisa rangsangan penciuman yaitu sesuatu
yang bisa dicium, atau rangsangan pengecap. Rangsangan indera lainnya bisa
berupa rangsangan keseimbangan, atau rangsangan kinestetik.
Rangsangan baru ada maknanya, apabila rangsangan itu bisa sampai ke
otak dan otak bisa memproses rangsangan tersebut. Sampainya rangsangan ke
otak dan otak mampu memproses rangsangan tersebut, maka kegiatan ke dua
orientasi dimulai. Kegiatan ke dua dalam orientasi adalah menetapkan posisi diri.
Posisi baru akan bisa diketahui dan ditetapkan apabila dihubungkan dengan objek
lain di lingkungannya. Demikian juga seseorang akan bisa mengetahui posisi
dirinya dihubungkan dengan objek lain di lingkungannya. Untuk mampu
menghubungkan dengan objek lain, tentunya orang tersebut membutuhkan
informasi. Informasi yang dibutuhkan tentunya informasi yang bisa ditangkap
oleh indera yang

masih bergungsi. Misalnya ia tidak dapat memfungsikan

matanya, maka informasi visual atau informasi yang bisa dilihat tiak dibutuhkan
olehnya. Demikian juga bagi indera yang lainnya.

Di atas saya telah jelaskan bahwa posisi sesuatu itu baru bisa diketahui
kalau dihubungkan dengan objek lain di lingkungannya. Tanpa menghubungkan
dengan objek lain maka keberadaan sesuatu sulit ditentukan posisinya. Kalau
Anda ingin tahu posisi Anda sekarang di mana, maka Anda tentu melihat objekobjek yang ada di sekitar Anda. Saya mengatakan melihat objek sekitar, kalau
Anda seorang yang berpenglihatan baik. Dengan melihat objek di sekitar Anda,
Andaakan tahu arah, jarak, sehingga bisa menetapkan langkah selanjutnya.
Dengan tahu posisinya, Anda tahu juga di manatujuan Anda selanjutnya dan
bagaimana bisa sampai ke sana.
Bagaimana dengan yang penglihatannya tidak dapat difungsikan? Kita
teloah

ketahui bahwa

seorang yang masih dapat memfungsikan matanya,

cenderung memanfaatkan matanya secara dominan di dalam memperoleh


informasi dari lingkungannya. Bagi mereka yang matanya tidak dapat difungsikan
atau tidak dapat dijadikan saluran utama di dalam memperoleh informasi, akan
mengalihkannya pada indera yang lain. Meskipun demikian indera yang lain
(selain mata) tidak akan mampu menandingi kemampuan mata atau tidak dapat
mengkompensasi fungsi mata. Indera berfungsi menyalurkan informasi ke otak.
Otak dapat mengolahnya dan memberikan makna kepada rangsangan informasi
yang diterimanya. Dengan demikian ia bisa menetapkan posisinya di mana ia
berada dan bagaimana hubungannya dengan objek lain serta ia tahu tentang cara
untuk sampai ke objek tersebut.
Untuk mempermudah di dalam menetapkan posisi diri hubungannya
dengan objek lain melalui proses penggunaan indera yang masih berfungsi, maka
tunanetra harus belajar tentang ciri-ciri medan atau ciri lokasi. Ia perlu belajar
tentang tanda-tanda dan isyarat alam, ia perlu belajar tentang aturan-aturan yang
berlaku di lingkungan seperti sistim penomoran dan sebagainya. Di samping itu
tunanetra perlu mempelajari arah mata angin serta bagaimana memperkirakan dan
mengukur jarak.
Dari uraian di atas keterampilan pengetahuan yang diperlukan untuk
mempermudah

tunanetra

mengembangkan

dikelompokkan ke dalam 6 komponen yaitu:

kemampuannya

berorientasi

1.
2.
3.
4.
5.

Landmark (ciri medan)


Clues (Tanda-tanda)
Numbering system (sistem penomeran)
Measurement (pengukuran)
Compass Direction (arah mata angin)
Kelima komponen pengetahuan keterampilan di atas dapat diaplikasikan

kepada satu keterampilan praktis


6. Self familiarization (Memfamilierkan diri)
Untuk jelasnya akan dijelaskan secara rinci setiap komponen tersebut.
1. Landmark (ciri medan)
Seorang apabila melakukan perjalanan menuju suatu tempat akan
dihadapkan pada pertanyaa. Pertama apa nama tempat itu atau tempat apa itu?
Kedua, apa betul tempat itu yang saya cari atau yang akan saya tuju?
Untuk menjawab hal itu diperlukan tentang pengetahuan ciri dari suatu objek
atau likasi. Ciri yang dapat memberikan jawaban tentang objek atau tempat apa
itu dan apa betul objek atau tempat itu yang saya cari, maka itulah landmark
(ciri medan).
a. Pengertian Ciri medan (Landmark)
Ada lokasi-lokasi yang memiliki karakteristik tertentu

yang dapat

dibedakan dari lokasi-lokasi lain. Misalnya lokasi itu dapat dikenali dari
bau-baunya, suara-suaranya, suhunya atau

petunjuk-petunjuk tactual

tertentu yang sifatnya konstan.


Karakteristik yang khas dan permanen dari suatu lokasi baik benda
ataupun rangsangan-rangsangan indera yang

sifatnya konstan

disebut

dengan Lanmark. Landmark menunjukkan ciri-ciri yang khas dari suatu


medan. Jadi Landmark (ciri medan)

adalah semua objek, benda

atau

rangsangan indra (suara, bau-bauan, temperature atau tanda-tanda tactual)


yang permanen, konstan dan sudah dikenal, mudah ditemukan (sudah
diketahui dan tetap lokasinya) di lingkungan tersebut.
Contoh
1) Stasiun kereta api dapat kita kenal dari deru kereta api, suara pluit
lonceng kereta api, suara bising dari keramaian karena banyak orang.
2) Toko roti dapat dikenal dari baunya yang khas dan konstan.

Kalau di sepanjang jalan itu terdapat dua toko roti, sedangkan kita
akan menuju salah satu dari toko roti tersebut, maka kita memerlukan ciri
medan (landmark) yang
dengan

toko roti

lain yang membedakan toko roti yang dicari

lainnya. Misalnya

bentuk pintu masuknya, bentuk

tangganya dan sebagainya.


b. Prinsip-prinsip Landmark
1) Landmark itu sifatnya konstan dan permanen
Permanen, artinya sesuatu objek yang dijadikan landmark harus sesuatu
objek yang tidak bisa pindah atau dipinahkan. Konstan, artinya tetap
lokasinya, tetapi istilah konstan cenderung ditujukan pada benda yang
tidak bisa diraba, seperti bau-bauan, suara dan lainnya.
2) Sesuatu yang dijadikan Landmark harus mempunyai ciri khas yang
dapat membedakan suatu objek dari objek lain atau membedakan dua
objek yang mmpunyai jenis yang sama. Di sini menuntut

kejelian

seorang tunanetra dalam mmilih dan menetapkan sesuatu untuk dijadikan


Landmark. Sesuatu yang dijadikan landmark bisa

lebih

dari satu

macam, asalkan dapat membedakan objek yang satu dengan yang


lainnya.
3) Karakteristik yang dijadikan Landmark dapat dikenal melalui indera
yang masih berfungsi seperti visual, tactual, kinesthetic,

auditoris,

penciuman atau kombinasi dari semua itu.


4) Landmark itu harus mudah ditemukan. Ini berarti sesuatu yang
dijadidkan Landmark letaknya tidak tersembunyi atau jauh dari
jangkauan tunanetra.
c. Prasyarat menguasai ciri medan (Landmark)
Sebelum memiliki keterampilan mengenal

dan

menggunakan

landmark diperlukan beberapa kemampuan dan pengetahuan tertentu yang


mendasari, antara lain:
1) Ingatan penginderaan yang kuat
Rangsangan atau objek yang dapat ditangkap dan dirasakan indra
harus mampu diingat, baik wujudnya, namanya, lokasinya, arahnya dan
sebagainya.

Untuk melatih ingatan sensori, guru harus banyak menanyakan kembali


apa yang dialami sebelumnya tentang sesuatu objek, misalnya baunya,
bentuknya, bunyinya dan sebagainya.
2) Memahami konsep tentang posisi yang relatif
Posisi suatu objek itu relatif tergantung dari titik mana kita memberi
makna dan menilainya. Misalnya posisi tempat duduk si A ada di sebelah
kiri dari meja guru kalau kita melihat dari yang berlawanan, tetapi kalau
dilihat dari arah yang lain bisa berobah di sebelah kanan meja guru.
3) Kesadaran akan dasar-dasar hubungan ruang
Anak tunanetra perlu dilatih kesadarannya untuk menyadari bahwa
ruangan satu dengan ruangan yang lain posisinya saling berhubungan.
Ruang berhubungan dengan lokasi, posisi, dan arah dan jarak. Sesuatu
objek

bisa dihubungkan antara yang satu dengan lainnya melalui

lokasinya, arahnya, posisinya, jaraknya serta waktu yang dibutuhkan


untuk sampai ke tempat atau ruang tersebut.
4) Konsep tentang objek yang permanen dan konstan (tidak dapat pindah
dan dipindahkan)
Objek ada yang bergerak dan ada pula yang bisa digerakkan/
dipindahkan. Objek yang permanen artinya objek itu tidak bisa pindah
maupun dipindahkan

dalam keadaan situasi

yang normal. Keadaan

situasi yang normal dimaksudkan suatu keadaan di mana dalam


memindahkan objek tersebut tidak menggunakan tenaga tambahan di luar
tenaga manusia. Konstan mmpunyai konotasi sama dengan permanen,
tetapi ditujukan pada objek yang tidak bisa diraba.
5) Kesadaran akan jarak
Antara objek dengan objek lain mempunyai jarak yang beraneka
ragam. Di dalam mendatangi objek diperlukan waktu. Waktu yang
diperlukan tergantung dari jarak dan kecepatan yang digunakan. Makin
jauh jarak yang ada, makin lama waktu yang dibutuhkan untuk
mendatanginya. Jadi kesadaran akan jarak berhubungan dengan
kemampuan tunanetra menghubungkan jarak dan waktu terhadap dirinya.
6) Lokalisasi suara
Lokalisasi suara adalah suatu cara untuk menetapkan di mana posisi,
lokasi dan arah suatu sumber suara. Lokalisasi suara ini berhubungan

dengan

keterampilan

menggunakan

pendengaran.

Dengan

menggelengkan kepala ke kiri dan ke kanan, tunanetra dapat


mendengarkan suara melalui kedua telinganya sehingga dapat menerka
tahu di mana lokasi dan arah sumber suara itu berada.
7) Penggunaan petunjuk mata angin
Penggunaan mata angin untuk menetapkan arah suatu objek akan
mempermudah tunanetra menemukan objek yang dijadikan landmark.
Menentukan arah mata angin bisa menggunakan alat seperti kompas,
tetapi juga bisa menggunakan matahari sebagai petunjuk arah. Negeri
kita yang berada di sekitar garis khatulistiwa lebih mudah menentukan
arah dengan menggunakan matahari. Matahari di daerah khatulistiwa
akan keluar dan bergerak dari arah timur ke arah barat. Dengan
mengetahui arah timur dan barat maka arah lain akan ketahuan pula.
Banyak tanda-tanda yang bisa digunakan untuk menetapkan arah mata
angin, misalnya geografis tanah dalam suatu daerah, angin yang
menyentuh kulit dalam suatu lokasi dan sebagainya.
8) Mampu menjelaskan dengan pola yang sistematis
Pola yang sistematis dalam menjelajahi suatu
menggunakan

metode

menjelajahi

(grid

method)

daerah
dan

bisa

metode

mengelilingi (perimeter method). Menjelajahi suatu daerah bisa hanya


menggunakan tangan dengan meraba yang sistimatis dan juga dengan
seluruh badannya bergerak menjelajahi suatu daerah dengan sistematis.
Untuk jelasnya metode yang sistimatis dalam menjelajahi suatu daerah
dapat dipelajari pada masalah: Orientasi ruang di halaman lain.
9) Kemampuan mengidentifikasi ciri khas suatu objek untuk dapat dijadikan
landmark
Kemampuan mengidentifikasi atau menemukan ciri khas suatu objek
untuk dijadikan landmark, tidak bisa hanya dengan teori yang diajarkan
secara verbal. Anak tunanetra harus banyak diberi kesempatan untuk
banyak

berlatih

mengeksplorasi

suatu

menemukan ciri khusus dari objek tersebut.


d. Penggunaan dan kegunaan khusus Landmark

objek

sehingga

mampu

Di samping seperti yang diuraikan di awal tentang landmark, maka


secara khusus landmark dapat digunakan:
1) Untuk menetapkan dan memperoleh orientasi arah
Dengan mengetahui landmark sutau tempat, tunanetra akan mampu
menetapkan ke arah mana harus pergi.
2) Untuk dijadikan point of reference
Dengan menemukan landmark suatu tempat/lokasi maka ia bisa
mengetahui objek-objek lain yang ada di sekitar landmark tersebut.
3) Untuk menetapkan dan memperoleh hubungan arah
Di samping dia tahu lokasi objek-objek sekitar landmark, ia bisa
menetapkan hubungan landmark dengan objek di sekitar dan berapa jauh
jaraknya dari landmark ke objek-objek tersebut.
4) Untuk menemukan/mengetahui letak tujuan tertentu
Tujuan tertentu akan diketahui setelah tunanetra menemukan landmark.
Ia dapat meyaki8nkan dirinya bahwa tempat itu yang dicari setelah
menemukan Landmark.
5) Untuk mengorientasi atau reorientasi diri sendiri pada suatu daerah
Dengan mengetahui landmark suatu lokasi maka tunanetra dapat
melakukan orientasi dan apabila ia tersesat maka ia dapat melakukan
orientasi ulang (reorientasi) dengan kembali ke landmark.
6) Untuk memperoleh informasi tentang kesamaan suatu daerah
Misalnya suara air terjun di suatu tempat, maka untuk di tempat lain juga
sama. Jadi jenis landmark tertentu bisa digunakan untuk daerah yang
lain.
e. Menggunakan teknik menetapkan Landmark
Untuk menetapkan landmark, perlu dilakukan dengan prosedur dan
teknik yang tepat. Prosedur bisa dilakukan sebagai berikut:
1) Temukanlah suatu landmark dan perhatikan lokasinyta.
2) Tentukanlah nama landmark itu.
3) Yakinkan bahwa landmark tersebut permanen.
4) Carilah karakteristik yang sudah dikenal dan berguna dan biasakan
dengan hal tersebut.
5) Tentukan arahnya, misalnya pintu sebagai Landmark. Bila punggung
kita menyentuh pintu maka saya menghadap utara. Tentukan situasinya
dari landmark tersbut. Misalnya bila anda tegak lurus dengan objek
(pintu) tersebut, maka tunanetra akan mendapatkan garis lurus dalam
bergerak.

6) Temukanlah hubungan jarak dan arah dengan objek-objek lain yang


penting di sekitarnya, termasuk suara-suara kendaraan di jalan.
7) Gunakanlah ingatan kinestic dari jarak untuk menemukan kembali
landmark dan dapat mengetrapkan pengetahuan tersebut untuk daerah
lain yang mempunyai karakteristik yang sama.
f. Cara mengajarkan
Untuk mengajarkan anak memperoleh keterampilan menetapkan dan
menggunakan landmark, pertama kali bawalah anak ke suatu Landmark
yang

mudah

dikenal.

Jelaskan

apa

Landmark

itu,

bagaimana

penggunaannya. Anak diberi penjelasan tentang lokasi itu dihubungkan


dengan objek lingkungan yang ada di sekitarnya. Untuk memantapkan
penetapan Landmark pada anak-anak, guru dapat menempuh langkahlangkah sebagai berikut:
1) Anak harus mempelajari dan membiasakan diri dengan landmark.
2) Anak diminta untuk menunjukkan objek-objek yang ditunjuk
guru/instruktur dari landmark itu.
3) Anak diminta untuk menjelaskan route ke objek-objek tertentu dari
landmark.
4) Anak diminta berjalan ke arah objek-objek tersebut dari landmark.
5) Anak harus kembali ke landmark dari objek-objek yang dituju tadi.
6) Anak harus dmenunjuk landmark dari objek-objek tertentu, yang telah
diketahui hubungannya

dengan

landmark tanpa berangkat dari

landmark.
7) Berjalan dari objek-objek tadi menuju ke arah landmark.
8) Berjalan di antara objek-objek tertentu yang telah diketahui hubungannya
dengan landmark tanpa setiap kali kembali ke landmark.
Setelah prosedur di atas dapat pula ditempuh cara mengajarkan landmark
sebagai berikut:
1) Anak diminta untuk menemukan suatu landmark yang penting.
2) Kemudian anak harus berjalan dari landmark tersebut untuk
menemukan objek-objek yang jauh untuk kemudian kembali lagi ke
landmark.
Latihan ini diulang-ulang sampai anak mentapkan posisi landmark
dalam hubungannya dengan objek-objek yang penting di sekitarnya.
Sedangkan untuk mengevaluasinya, anak dibawa ke suatu area yang

belum dikenal dan anak diminta untuk menentukan landmark secara


mandiri.
2. Clues (Tanda-tanda)
a) Pengertian
Clue (petunjuk) merupakan suatu rangsangan auditoris (bunyi/suara),
rangsangan tactual, bau, temperatur (suhu), kinesthetic, rangsangan visual
yang mengenai indera dan yang segera dapat diubah menjadi petunjuk untuk
menetapkan suatu posisi atau suatu garis arah.
Contoh: Seorang tunanetra bermaksud membeli sate kambing yang menurut
penjelasan temannya berada dekat pintu kereta api. Saat itu kebetulan
terdengar bunyi lonceng yang menandakan bahwa pintu kereta api harus
ditutup karena ada kereta api yang mau lewat. Keadaan ini dapat
dimanfaatkan oleh orang tunanetra itu sebagai petunjuk arah dia harus
berjalan ke mana dan setelah dekat ia akan dapat mencium bau sate yang
dibakar dan selanjutnya ia dengan mudah dapat sampai pada tujuannya.
Suara kereta api atau suara lonceng pintu kereta merupakan petunjuk (clue)
yang memberitahu posisi tunanetra dan garis arah dari perjalanan yang
harus dilalui.
b)
3. Numbering system (sistem penomeran)
4. Measurement (pengukuran)
5. Compass Direction (arah mata angin)
6. Self familiarization (Memfamilierkan diri)
7.

Anda mungkin juga menyukai