Anda di halaman 1dari 33

LEUKEMIA

Dr Haris Budi W.

Bannet

& Virchoe 1845: Leukemia penyakit


darah putih.
Leukemia adalah proliferasi sel leukosit
yang berbeda dari normal, jumlahnya
berlebihan dan oleh karena menginfiltrasi
sumsum tulang dapat menyebabkan
anemia, trombositopenia atau
granulositopenia, dan diakhiri dengan
kematian.
Kematian sering terjadi karena perdarahan
akibat trombositopenia, atau infeksi
karena granulositopenia.

Leukemia:

akut dan kronik.


Leukemia akut, sel darah sangat tidak normal,
tidak dapat berfungsi seperti sel normal, dan
jumlahnya meningkat secara cepat.Kondisi
pasien leukemia akut memburuk dengan cepat.
Leukemia kronik, pada awalnya sel darah yang
abnormal masih dapat berfungsi, dan orang
dengan leukemia jenis ini mungkin tidak
menunjukkan gejala.
Perlahan-lahan, leukemia kronik memburuk
dan mulai menunjukkan gejala ketika sel
leukemia bertambah banyak dan produksi sel
normal berkurang.

Leukemia

juga digolongkan menurut tipe sel


darah putih yang terkena.
Maksudnya, leukemia dapat muncul dari sel
limfoid (disebut leukemia limfositik) atau mieloid
(disebut leukemia mieloid).
Leukemia dibagi menjadi : Leukemia Limfositik
Kronik (mengenai orang berusia lebih 55 tahun,
dan jarang mengenai anak-anak), Leukemia
Mieloid Kronik (mengenai orang dewasa),
Leukemia Limfositik Akut (mengenai anak-anak,
tetapi dapat juga mengenai dewasa) dan
Leukemia Mieloid Akut (mengenai anak maupun
orang dewasa dan merupakan 20 % leukemia
pada anak).

Leukemia

Mieloid Akut (mielositik,


mielogenous, mieloblastik, mielomonositik,
AML) adalah penyakit yang bisa berakibat
fatal, dimana mielosit (yang dalam keadaan
normal berkembang menjadi granulosit)
berubah menjadi ganas dan dengan segera
akan menggantikan sel-sel normal di
sumsum tulang.
Pemaparan terhadap radiasi (penyinaran)
dosis tinggi dan penggunaan beberapa obat
kemoterapi antikanker akan meningkatkan
kemungkinan terjadinya AML.

Etiologi
Penyebab

leukemia masih belum


diketahui secara pasti hingga kini.
Menurut hasil penelitian, orang
dengan faktor risiko tertentu lebih
meningkatkan risiko timbulnya
penyakit leukemia.
Faktor risiko tersebut adalah:

1.

Radiasi dosis tinggi : Radiasi dengan


dosis sangat tinggi, seperti waktu bom
atom di Jepang pada masa perang
dunia ke-2 menyebabkan peningkatan
insiden penyakit ini. Terapi medis yang
menggunakan radiasi juga merupakan
sumber radiasi dosis tinggi. Sedangkan
radiasi untuk diagnostik (misalnya
rontgen), dosisnya jauh lebih rendah
dan tidak berhubungan dengan
peningkatan kejadian leukemia.

2.
3.

4.

Pajanan terhadap zat kimia tertentu :


benzene, formaldehida, pestisida
Obat obatan: golongan alkilasi
(sitostatika), kloramfenikol, fenilbutazon,
heksaklorosiklokeksan
Kemoterapi : Pasien kanker jenis lain yang
mendapat kemoterapi tertentu dapat
menderita leukemia dikemudian hari.
Misalnya kemoterapi jenis alkylating
agents. Namun pemberian kemoterapi
jenis tersebut tetap boleh diberikan dengan
pertimbangan rasio manfaat-risikonya.

5.

Faktor keluarga / genetik : pada


kembar identik bila salah satu
menderita AML maka kembarannya
berisiko menderita leukemia pula
dalam 5 tahun, dan insiden
leukemia pada saudara kandung
meningkat 4 kali bila salah satu
saudaranya menderita AML.

6.

7.

8.

Sindrom Down : Sindrom Down dan berbagai


kelainan genetik lainnya yang disebabkan oleh
kelainan kromosom dapat meningkatkan risiko
kanker.
Kondisi perinatal: penyakit ginjal pada ibu,
penggunaan suplementasi oksigen, asfiksia post
partum, berat badan lahir >4500 gram, dan
hipertensi saat hamil dan ibu hamil yang
mengkonsumsi alkohol.
Human T-Cell Leukemia Virus-1 (HTLV-1). Virus
tersebut menyebabkan leukemiaT-cell yang
jarang ditemukan. Jenis virus lainnya yang
dapat menimbulkan leukemia adalah retrovirus
dan virus leukemia feline.

9.

Sindroma mielodisplastik: Suatu


kelainan pembentukan sel darah
yang ditandai berkurangnya
kepadatan sel (hiposelularitas)
pada sumsum tulang. Penyakit ini
sering didefinisikan sebagai preleukemia. Orang dengan kelainan
ini berisiko tinggi untuk
berkembang menjadi leukemia.

AML

merupakan penyakit dengan transformasi


maligna dan perluasan klon- klon sel-sel
hematopoetik yang terhambat pada tingkat
diferensiasi dan tidak bisa berkembang
menjadi bentuk yang lebih matang.
Sel darah berasal dari sel induk hematopoesis
pluripoten yang kemudian berdiferensiasi
menjadi induk limfoid dan induk mieloid (non
limfoid) multipoten.
Sel induk limfoid akan membentuk sel T dan sel
B, sel induk mieloid akan berdiferensiasi
menjadi sel eritrosit, granulosit, monosit dan
megakariosit.

Pada

setiap stadium diferensiasi dapat


terjadi perubahan menjadi suatu klon
leukemik yang belum diketahui
penyebabnya. Bila hal ini terjadi maturasi
dapat terganggu, sehingga jumlah sel muda
akan meningkat dan menekan
pembentukan sel darah normal dalam
sumsum tulang.
Sel leukemik tersebut dapat masuk
kedalam sirkulasi darah yang kemudian
menginfiltrasi organ tubuh sehingga
menyebabkan gangguan metabolisme sel
dan fungsi organ.

AML

merupakan neoplasma uniklonal


yang menyerang rangkaian mieloid
dan berasal dari transformasi sel
progenitor hematopoetik.
Defek kualitatif dan kuantitatif pada
semua garis sel mieloid, yang
berproliferasi pada gaya tak
terkontrol dan menggantikan sel
normal.

Sel-sel

leukemik tertimbun di dalam


sumsum tulang, menghancurkan dan
menggantikan sel-sel yang menghasilkan
sel darah yang normal.
Sel kanker ini kemudian dilepaskan ke
dalam aliran darah dan berpindah ke
organ lainnya, selanjutnya tumbuh dan
membelah diri.
Sel ini bisa membentuk tumor kecil
(kloroma) di dalam atau tepat di bawah
kulit dan bisa menyebabkan meningitis,
anemia, gagal hati, gagal ginjal dan
kerusakan organ lainnya.

Kematian

pada penderita leukemia


akut pada umumnya diakibatkan
penekanan sumsum tulang yang
cepat dan hebat, akan tetapi dapat
pula disebabkan oleh infiltrasi sel
leukemik tersebut ke organ tubuh
penderita

Gejala Klinis
Gejala pertama biasanya terjadi
karena sumsum tulang gagal
menghasilkan sel darah yang normal
dalam jumlah yang memadai. Gejala
pasien leukemia bevariasi tergantung
dari jumlah sel abnormal dan tempat
berkumpulnya sel abnormal tersebut.
Adapun gejala-gejala umum yang
dapat ditemukan pada pasien AML
antara lain:

Kelemahan Badan dan Malaise


.Merupakan keluhan yang sangat
sering diketemukan oleh pasien,
rata-rata mengeluhkan keadaan ini
sudah berlangsung dalam beberapa
bulan. Gejala ini disebabkan anemia,
sehingga beratnya gejala kelemahan
badan ini sebanding dengan anemia.

1.

Febris
.Febris merupakan keluhan pertama
AML. Demam ini timbul karena
infeksi bakteri akibat
granulositopenia atau netropenia.
Pada waktu febris juga didapatkan
gejala keringat malam, pusing, mual
dan tanda-tanda infeksi lain.

2.

Simptom

lain yang sering


disebabkan adalah fenomena
perdarahan, dimana penderita
mengeluh sering mudah gusi
berdarah, lebam, petechiae,
epitaksis, purpura dan lain-lain.
Beratnya keluhan perdarahan
berhubungan erat dengan beratnya
trombositopenia.

Penurunan berat badan


.Penurunan berat badan ini tidak
begitu hebat dan jarang merupakan
keluhan utama. Penurunan berat
badan juga sering bersama-sama
gejala anoreksia akibat malaise atau
kelemahan badan.

3.

Nyeri tulang
.Rasa nyeri ini disebabkan oleh
infiltrasi sel-sel leukemik dalam
jaringan tulang atau sendi yang
mengakibatkan terjadi infark tulang.

4.

Tanda-tanda pemeriksaan fisik pasien


AML:
a. Pucat, takikardi,
Pada pemeriksaan fisik, simptom
yang jelas dilihat pada penderita
adalah pucat karena adanya anemia.
Pada keadaan anemia yang berat,
bisa didapatkan simptom
kardiorespirasi seperti sesak nafas,
takikardia, palpitasi, sinkope dan
angina.

Walaupun

jarang didapatkan
dibandingkan ALL, pembesaran
massa abdomen atau limfonodi bisa
terjadi akibat infiltrasi sel-sel
leukemik pada penderita AML.
Splenomegali lebih sering
didapatkan daripada hepatomegali.
Hepatomegali jarang memberikan
gejala begitu juga splenomegali
kecuali jika terjadi infark.

Kelainan

kulit dan hipertrofi gusi


Deposit sel leukemik pada kulit sering
terjadi pada subtipe AML tertentu,
misalnya leukemia monoblastik (FAB M5)
dan leukemia mielomonosit (FAB M4).
Kelainan kulit yang didapatkan
berbentuk lesi kulit, warna ros atau
populer ungu, multiple dan general, dan
biasanya dalam jumlah sedikit.
Hipertrofi gusi akibat infiltrasi sel-sel
leukemia

Diagnosis
Diagnosis AML dapat ditegakkan melalui
pemeriksaan darah rutin, sediaan darah
tepi dan dibuktikan aspirasi sumsum
tulang belakang, karyotype, atau dengan
Polymerase Chain Reaction(PCR).
Aspirasi sumsum tulang belakang (Bone
Marrow Aspiration) merupakan syarat
mutlak untuk menegakkan diagnosa
definitif dan menentukan jenis leukemia
akut.

Terapi
Penatalaksanaan pasien AML adalah berupa
terapi suportif, simptomatis dan kausatif.
Terapi suportif dilakukan untuk menjaga
balance cairan melalui infus dan menaikkan
kadar Hb pasien melalui tranfusi.
Terapi simptomatis diberikan untuk
meringankan gejala klnis yang muncul
seperti pemberian penurun panas.
Yang paling penting adalah terapi kausatif,
dimana tujuannya adalah menghancurkan
sel- eukemik dalam tubuh pasien AML. Terapi
kausatif yang dilakukan yaitu kemoterapi.

Anda mungkin juga menyukai