Anda di halaman 1dari 8

KAJIAN PEMBERIAN BIOCHAR TERHADAP KETERSEDIAAN AIR PADA TANAH

ALFISOL DI JATIKERTO MALANG


1. Mekanisme Biochar terhadap peningkatan Air Tersedia
Penambahan bahan organik berupa biochar ke dalam tanah menyebabkan pori makro
meningkat. Dimana bahan organik membuat agregat tanah menjadi lebih mantap dan
memperbesar ruang pori tanah (Fahriani Y, 2008). Sebaran pori tanah memiliki 3 ukuran
yaitu pori drainase cepat (pori makro) yang mempunyai ukuran 0,3 0,075 mm, pori
drainase lambat (pori meso) yang memiliki ukuran 0,075 0,03 mm, dan pori pemegang air
(pori mikro) yang mempunyai ukuran <0,03 mm (Juo dan Franzluebbers, 2003).
Berikut ini merupakan 3 jenis biochar yaitu biochar limbah pertanian sekam padi,
kulir buah kakao dan tempurung kelapa sawit yang merupakan 3 jenis biochar terbaik
berdasarkan pengujian di laboratorium dengan lama pembakaran 3,5 jam untuk kulit buah
kakao dan sekam padi, dan 1 jam untuk tempurung kelapa sawit dengan temparatur 250
350oC (rata rata 300oC) (Nurida et al., 2008).
Tabel 1. Sifat Kimia Pembenah Tanah Biochar Limbah Pertanian

Kada
Jenis Biochar

r Air

COrganik

pH
H2O

(%)
Sekam Padi 100%
2,5
3,72
8,3
Sekam Padi 75%
8,69
32,82
7,7
Sekam Padi 50%
10,24
32,07
7,1
Sekam Padi 25%
11,64
31,05
8,0
Kulit Kakao 100%
11,5
4,21
10,8
Kulit Kakao 75%
19,03
30,84
10,4
Kulit Kakao 50%
18,74
31,47
10,3
Kulit Kakao 25%
17,68
32,02
10,0
Tempurung Kelapa Sawit 100%
5
18,78
8,2
Tempurung Kelapa Sawit 75%
8,75
45,00
7,3
Tempurung Kelapa Sawit 50%
10,07
41,83
7,4
Tempurung Kelapa Sawit 25%
11,29
38,85
7,6
Tabel 2. Tabel 1. Sifat Kimia Pembenah Tanah Biochar Limbah Pertanian
Karakteristik
pH H2O (1:2,5)
C-Organik (%)
N-Total (%)

Sekam Padi
7,9
20,93
0,71

C/N

7
25
22
21
12
29
21
20
5
34
26
24

Bahan
Kayu Tempurung Kelapa
9,3
9,4
71,47
60,07
0,81
0,95

P (%)
K (%)
Na (%)
Ca (%)
Mg (%)
KTK (NH4OAClNpH7) (me/100g)

0,06
0,14
2,24
1,37
0,06
17,47

0,01
0,36
0,43
1,20
0,06
4,98

0,10
0,71
3,82
2,16
0,10
16,41

Dari Tabel 1 dan Tabel 2 dapat disimpulkan bahwa kualitas bahan baku biochar
sangat ditentukan oleh sumber bahan baku biochar yang digunakan dan proses produksinya
(Brewer et al., 2010; Laird et al., 2010; Spokas et al., 2012; Rutherford et al., 2012). Selain
itu temperatur selama proses produksi biochar sangat menentukan kandungan C, pH, dan
KTK biochar yang dihasilkan (Chen et al., 2008; Van Zwieten et al., 2010). Jenis biochar
yang baik memiliki kadar air yang rendah yaitu biochar sekam padi, tetapi tidak diikuti
dengan kadar c-organiknya yang hanya rendah dibandingkan dengan jenis biochar kayu dan
tempurung kelapa sawit. Kadar C-organik tertinggi terdapat pada biochar tempurung kelapa
sawit 75% dengan rasio C/N 34. Tanah yang mengandung banyak bahan organik bahan
organik akan lebih mampu mengikat air karena sifat BO yang mempunyai kerapatan rendah
dan ruang pori tinggi.
2. Distribusi Ruang Pori Pada Biochar
Penurunnya BI tanah, meningkatnya kemantapan agregat dan porositas. Penurunan BI
diakibatkan oleh sifat bahan organik yang porous sehingga menciptakan ruang pori tanah
sehingga BI tanah menurun (Thamrin, 2000 dalam Mariana: 2006).

Tabel 2. Berat isi (BI), ruang pori total (RPT) dan pori drainase (PDC) dengan berbagai komposisi
biochar 10 minggu setelah aplikasi pada tanah masam dan non masam

Jenis Biochar
Sekam Padi 100%
Sekam Padi 75%
Sekam Padi 50%
Sekam Padi 25%
Kulit Kakao 100%
Kulit Kakao 75%
Kulit Kakao 50%

Tanah Masam
BI
RPT
PDC
gr cm3
% vol
1,12
54,33 27,05
1,11
54,35 26,47
1,10
55,50 29,16
1,08
54,75 28,06
1,09
57,36 30,95
1,12
55,85 27,71
1,13
54,42 26,62

Tanah Non Masam


BI
RPT
PDC
gr cm3
% vol
1,44
45,31
30,15
1,49
43,10
29,09
1,43
45,43
29,93
1,43
46,54
32,18
1,41
45,49
32,97
1,44
44,21
29,15
1,42
46,70
31,33

Kulit Kakao 25%


Tempurung Kelapa Sawit 100%
Tempurung Kelapa Sawit 75%
Tempurung Kelapa Sawit 50%
Tempurung Kelapa Sawit 25%

1,08
1,14
1,13
1,11
1,17

56,25
55,51
54,47
53,91
52,81

29,35
27,64
26,25
27,56
23,20

1,44
1,47
1,50
1,47
1,43

44,99
44,48
43,29
43,11
46,08

29,34
31,03
32,65
29,12
29,91

Dari Tabel 2 diatas dapat dilihat bahwa tanah yang diberi 100% biochar (SP 100,
KK100 dan KS100) mempunyai sifat fisik yang tidak berbeda nyata dengan formula lainnya.
Pada gambar di bawah ini diketahui bahwa pori air tersedia pada tanah yang diberi biochar
100% (SP 100, KK100 dan KS100) relatif lebih baik, kecuali pada biochar tempurung kelapa
sawit (KS100) di lahan masam menghasilkan PDC (pori drainase cepat) sekitar 23,20 +
0,72% vol sampai 10 minggu setelah aplikasi.
Secara umum nilai rata rata BI tanah pada berbagai perlakuan semakin rendah
seiring dengan bertambahnya waktu pengamatan. Hal ini disebabkan adanya pengaruh kadar
BOT. Pegaruh Bahan Organik akan berubah dengan berjalannya waktu. Berdasarkan uji
regresi antara stabilitas agregat dengan BI dari kedua pengamatan, koefisien regresi pengaruh
stabilitas agregat terhadap BI umur 45 hst sebesar -0,21 yang bearti bahwa setiap
peningkatan stabilitas agregat sebesar 1 mm kan terjadi penurunan BI sebesar 0,21 g.cm-3,
begitu juga dengan umur 90 hst diperoleh koefisien -0,44 yang bearti bahwa setiap
peningkatan stabilitas agregat sebesar 1 mm kan terjadi penurunan BI sebesar 0,44 g.cm-3.
Gambar 1. Pori drainase cepat (PDC) dan pori air tersedia dengan pembenah tanah berbahan baku
biochar berbagai limbah pertanian pada 10 minggu setelah aplikasi pada tanah masam dan non
masam.

Secara keseluruhan biochar SP50, KK100 dan KK25 memberikan sifat yang lebih
baik dibandingkan biochar lainnya dengan dosis sebesar 5 ton ha -1. Perbaikan sifat fisik
tersebut diduga merupakan pengaruh tidak langsung dari meningkatnya pH tanah mineral
masam dan ketersediaan hara sehingga terjadi peningkatan populasi mikroba (Lehmann et
al., 2011; Sohi et al., 2010). Sedangkan pada tanah non masam, pori air tersedia dan pori
drainase cepat (PDC) pada tanah yang diberi formula 50% dengan 25% biochar relatif sama.
Sampai 10 minggu setelah aplikasi, secara keseluruhan biochar SP25, KK50 dan KS25
memberikan sifat yang lebih baik dibandingkan formula lainnya dengan dosis 5 ton ha-1.

3. Waktu Aplikasi Biochar


Pemberian BO baik berupa pupuk tunggal mauppun kombinasi, semakin lama akan
mengalami dekomposisi dan menghasikan humus. Humus berperan sebagai pengikat partikel
tanah dalam proses agregasi, sehingga dapat mengubah susunan padatan tanah. Dengan
adanya susunan padatan tanah, maka akan diikuti oleh perubahan volume tanah, sehingga
berpengaruh pula terhadap BI tanah. Selain itu BO mempengaruhi berat volume dengan cara
menurunkan densitas agregat, dan meningkatkan ukuran agregat. Hal ini menunjukkan
bahwa semakin rendah BI maka dapat menyebabkan partikel tanah menjadi lebih renggang
dan besar, sehingga nilai berat volume menjadi lebih rendah yang berarti meningkatkan
stabiitas agregat tanah.
Tabel 3. Bahan Biochar dan Dosis Biochar yang berdampak terhadap kadar air pada 1- 30
hari

Perlakuan

Dosis Biochar (t/ha)


0
15
30
45
Jenis Biochar
SP (Sekam Padi)
K (Kayu)
T (Tempurung Kelapa)

Kadar Air (%)


30 hari

Kadar Air (%)


60 hari

sebelum

sebelum

pencucian

pencucian

22,71
18,71
17,40
16,16
17,37
20,33
18,53

Kadar Air (%)


60 hari
sesudah

Tinggi

pencucian

Tanaman
(cm)
60 hari

38,96
43,74
50,44
54,94

23,30
17,24
17,18
16,02

38,30
77,23
85,21
88,64

46,03
49,50
45,23

17,23
20,08
18,00

73,38
66,77
74,90

Ada pengaruh interaksi jenis biochar da dosis biochar terhadap kadar air tanah setelah
pencucian pada hari ke-30. Perlakuan tanpa aplikasi biochar menunjukkan kadar air tertinggi
sebelum pencucian pada hari ke-30 dan setelah pencucian pada hari ke-60, dan kadar air
terendah terdapat sebelum pencucian pada hari ke-60. Kadar air tertinggi terdapat pada
perlakuan biochar kayu. Aplikasi biochar menigkatkan 54,78% air yang tersimpan,
sedangkan kadar air tanpa aplikasi biochar 50,86%. Dalam hal ini, porositas ditunjukkan
dengan pori drainase cepat (PDC). Semakin rendah nilai PDC, maka semakin besar kapasitas
menahan air dan kadar air tersedia. Menurut Lehmann et al., 2003 menyebutkan bahwa
biochar tidak menurunkan perkolasi air dan menyebabkan retensi hara. Air ditahan oleh tanah

yang digunakan untuk pertumbuhan tanaman. Kadar air tanah sebelum pencucian bervariasi
tergantung pada pertumbuhan tanaman. Setelah pencucian pada hari ke-30, kadar air tanah
tertinggi adalah perlakuan biochar kayu 45ton/ha hal ini terkait dengan pertumbuhan
tanaman.
Ditinjau dari waktu terjadinya agregasi, dapat dikemukakan bahwa makin mudah BO
terdekomposisi, makin kurang berperan dalam membatu agregasi. Apabila bahan organik
mudah terdekomposisi diberikan kedalam tanah, peningkatan agregasi terjadi segera
beberapa hari kemudian setelah waktu penambahan, tetapi setelah nilai maksimum, agregasi
akan menurun. BO yang lebih sulit terdekomoposisi memerlukan waktu yang lebih lama
untuk menunjukkan pengaruhnya, tetapi pengaruhnya dalam membantu agregasi dapat
berlangsung lebih lama.
Permasalahan utama dalam pengelolaan BOT pada tanah tropika adalah tingkat
pelapukan BO yang berlangsung sangat cepat, sehingga pemberian BO harus diberikan
secara berulang setiap musim (Masulili et al., 2010). Biochar sebagai pembenah tanah
empunyai sifat rekalsitran, lebih tahan terhadap oksidasi dan lebih stabil dalam tanah
sehingga memiliki pengaruh jangka panjang terhadap perbaikan kualitas kesuburan tanah
(Steiner et al., 2007)

DAFTAR PUSTAKA
Brewer, C.E., R. Unger, K. Schidt-Rohr, and R.C. Brown. 2010. Criteria to select biochars for field
study based on biochar chemical properties. Bioenergy Research 4(4):312-323
Chen, B., D. Zhou, and L. Zhu. 2008. Transitional adsorption and partition of nonpolar and polar
aromatic contaminants by biochars of pine needles with different pyrolytic temperatures.
Environmental Science & Technology 42:5137-5143
Fahriani, Y. 2008. Skripsi : Pengaruh pemberian Vermikompos sampah daun terhadap beberapa sifat
fisik tanah dan pertumbuhan tanaman jagung (Zea mays L.) pada Alfisol Jatikerto.
Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Malang
Juo, A.S.R. and Franzluebbers, K., 2003. Tropical Soils. Oxford University Press. New York
Laird, D.A., P. Fleming, D.D. Davis., R. Horton, B/Q. Wang, and D.L. Karlen. 2010. Impact of
biochar amandement on quality of typical midwestren agricultural soil. Geoderma 158
(3-4):443-449
Lehmann, J., J.P. da Silva Jr., C. Steiner, T. Nehls, W. Zech, and B. Glaser. 2003. Nutrient
availability and leaching in an archaelogical Anthrosol and a ferrasol of the Central
Amazon Basin: fertilizer, manure and charcoal amenmends. Plant and Soil 249:342-357
Lehmann, J., C.R. Manthias, T. Janice, A.M. Caroline, C.H. William, and C. David. 2011. Biochar
effect on biota A review. Soil Biology and Biochemistry 43:18 12-1836
Masulili A, WH Utomo& Syechfani. 2010. Rice husk biochar for rice based cropping system in acid
soil 1. The characteristics of rice husk biochar and its influence on the properties of acid
sulfate soils and rice growth in West Kalimantan, Indonesia. J Agrid Sci 2(1), 39-47
Nurida, N.L., A. Dairiah, dan A. Rachman. 2008. Kualitas Limbah Pertanian sebagai bahan baku
berupa biochar untuk rehabilitasi lahan. Hlm 209-215. Dalam Prosiding Seminar
Nasional dan Dialog Sumberdaya Lahan Pertanian. Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Sumberdaya Laha Pertanian. Bogor
Rutherford, D.W., R.L. Wershaw, C. E. Rostad, and C.N. Kelly. 2012. Effect of formation conditions
on biochar: compositional and structural properties of cellulose, liginin and pine
biochars. Biomass and BioenergyPp 693-701
Sohi, S., E. Krull, E. Lopez-Capel, and R. Bol. 2010. A review of biochar and its use and function in
soil. Advances in Agronomy 105:4-82
Spokas, K.A., K.B. Cantell, J.M. Novak, D.W. Archer, J.A. Ippolito, H.P. Collin, A.A. Boateng, I.M.
Lima, M.C. Lamb, A.J. Mc Allon, R.D. Lentz, and K.A. Nicholas. 2012. Biochar: A

sythesis of its agronomic impact beyond carbon sequestration. J. Envviron Qual


41(4):973-989
Steiner, Cristoph, Teixeira, wenceslau, Lehmann, Johannes, Nehls, thomas, de macdo, Jeferson,
Blum, Winfried, and Zech Wolfgang. 2007. Long term effect of manure, charcoal and
mineral fertilization on crop production and fertility in a highly weathered Central
Amazonian upland soil. Plant and Soil 291(1), 275-290, Springer Netherland.
Mariana, H. 2006. Skripsi : Pengaruh Kompos Ampas Tapioka dan Pemberian Air terhadap
Ketersediaan air dan Pertumbuhan Tanaman Sawi (Brassica juncea L.) Pada Entisol
Wajak, Malang. Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Malang.
Van Zwieten, L., S. Kimber, S. Morris, K.Y. Chan, A. Downie, J. Rust, S. Joseph, and A. Cowie.
2010. Effect of biochar from slow pyrolisis of papermill waste on agronomic
performance and soil fertility. Plant and Soil 327:235-246

Anda mungkin juga menyukai