Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH GEOGRAFI SEJARAH

Hubungan Internasional Indonesia Dalam


Bidang Sosial, Sebelum Merdeka Hingga Sesudah
Merdeka
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Geografi Sejarah
Semester Genap, Tahun Akademik 2013/2014

Disusun Oleh:
Hayati Indah Ibrahim (4315115998)
Hillary Clarinda (4315115984)
Rafhel Nur Ikhsan (4315115992)
Septiana Dwi Putri (4315115988)

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI 2011


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2014

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya, dengan segala kemudahan-kemudahan
sehingga kami berhasil menyelesaikan tugas makalah yang diberikan oleh dosen
mata kuliah Geografi Sejarah, yaitu membuat makalah bertemakan Kontak
Dengan Negara Luar Dalam Bidang Sosial. Adapun tujuan dari dibuatnya
makalah ini adalah selain untuk memenuhi kewajiban sebagai mahasiswa disiplin
yang senantiasa melaksanakan tugas yang diberikan oleh dosen juga sebagai
pondasi dasar agar selama melaksanakan studi empat tahun kedepan kita diberi
kemudahan dalam menangkap ilmu yang diberikan oleh para pengajar.
Penyusun sepenuhnya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna. Seperti peribahasa "Tak ada gading yang tak retak". Mungkin itulah
yang menggambarkan hasil kerja penyusun. Maka dari itu penyusun menerima
saran dan kritikan konstruktif dari pembaca untuk memacu kami supaya lebih
baik dimasa yang akan datang.
Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi penyusun pada
khususnya

dan

pembaca

semua

pada

umumnya

dan

juga agar

dapat

menimbulkan kesadaran untuk lebih giat dalam mencari ilmu .

Jakarta, Maret 2014

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2Rumusan Masalah .............................................................................. 2
1.3Tujuan Penelitian ................................................................................ 2
BAB II KAJIAN TEORITIS
2.1
2.2
2.3
2.4

Pengertia Hubungan Internasional.....................................................3


Wujud dar Hubungan Internasional....................................................3
Sifat Hubungan Internasional.............................................................3
........................................................................................................... Pola

Hubungan Internasional......................................................................4
2.5 Arti Penting Hubungan dan Kerjasama Internasional.........................8
2.6 ........................................................................................................... AsasAsas dalam Hubungan Internasional...................................................8
2.7 Perlunya Kerjasama Internasional......................................................9
2.8 Sarana-Sarana Hubungan Internasional Indonesia.............................10
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Hubungan Internasional Indonesia dengan Negara Lain Sebelum Merdeka....
11
3.2 Hubungan Internasional Indonesia dengan Negara Lain Setelah Merdeka
BAB IV KESIMPULAN
4.1
Kesimpulan......................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 28

15

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna

diantara makhluk lain. Dengana akal budinya, manusia dapat berpikir dan
menemukan cara-cara yang paling tepat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya,
baik kebutuhan sebagai makhluk individual maupun sebagai makhluk sosial.
Salah satu cara yang ditemukan oleh manusia dalam rangka memenuhi
kebutuhannya tersebut adalah kerja sama dan melakukan hubungan. Manusia
sadar bahwa tanpa kerja sama, mereka tidak mungkin memenuhi kebutuhannya
sendiri secara layak.

Kedudukan manusia tersebut mencakup tiga segi

hubungan, yaitu: Hubungan antara manusia dengan Tuhan, hubungan antar


manusia, dan hubungan antara manusia dengan makhluk lainnya. Bangsa
Indonesia sebagai umat manusia religious dengan sendirinya harus dapat
berperan sesuai dengan kedudukan tersebut.
Setiap negara pasti mempunyai kelebihan dan kekurangannya. Negara
bagaikan suatu organisme yang tidak dapat hidup sendiri. Keberlangsungan
hidupnya ikut dipengaruhi juga oleh negara-negara lain, terutama negara-negara
tetangganya atau negara yang berada dalam satu kawasan dengannya. Suatu
negara yang merdeka tidak mungkin dapat hidup sendiri tanpa bantuan dari
negara lain. Untuk menjaga kelangsungan hidupnya dan mempertahankan
kemerdekaannya, negara tersebut membutuhkan dukungan dari negara lain.
Untuk mendapatkan dukungan tersebut, suatu negara harus mengadakan
hubungan yang baik dengan negara lain. Tak terkecuali Indonesia.
Semenjak dahulu kala manusia telah mengenal kerjasama antar bangsa
baik itu dibidang perdagangan, militer, sosial budaya, ekonomi dan banyak lagi.
Kerjasama pada zaman dahulu

tidak serumit saat ini yang pada saat itu

kerjasama antar bangsa tidak dilandasi undang undang serta kebijakan


diplomatik yang berbeda setiap negara, berdasarkan hal itu tentu dari zaman
dulu hingga saat ini inti kerjasama antar bangsa mempunyai tujuan yang sama
yaitu saling membutuhkan dan ketergantungan.
Hubungan
multilateral dan

antar

negara

tersebut

biasa

disebut

dengan

hubungan

hubungan bilateral. Proses hubungan internasional baik yang

bersifat bilateral maupun multilateral dipengaruhi oleh potensi yang dimiliki oleh

setiap negara. Potensi tersebut antara lain adalah kekuatan nasional, jumlah
penduduk, sumber daya, dan letak geografis. Suatu negara dapat mengadakan
hubungan internasional manakala kemerdekaan dan kedaulatannya telah diakui
baik secara de facto maupun de jjure oleh Negara lain.
Negara Indonesia saat ini menjalin hubungan dengan negara-negara lain
baik yang berada di kawasan Asia Tenggara, Asia bahkan menjalin hubunngan
dengan negara uni Eropa dan Amerika. Hubungan antar negara-negara tersebut
sangatlah beragam dan tidak dapat digeneralisir satu sama lain. Untuk itu dalam
makalah ini akan membahas mengenai Hubungan Internasional Indonesia
Dengan Negara Lain Dalam Bidang Sosial sejak sebelum kemerdekaan, awal
kemerdekaan hingga saat ini yang pastinya memiliki perbedaan dari tiap
zamannya. Oleh sebab itu, dengan adanya kerjasama atau hubungan antar
negara satu sama lain dapat saling menyalurkan kelebihan dan menutupi
kekurangan negara tersebut. Dengan demikian, pembangunan di negara kita
maupun di negara lain akan berjalan dengan lancar.
1.2

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, perumusan masalah dalam makalah


ini adalah :
1. Bagaimanakah hubungan internasional indonesia dengan negara lain dalam
bidang sosial dari zaman sebelum merdeka hingga sesudah kemerdekaan
sampai saat ini?
1.3

Tujuan Penulisan
Dengan di buatnya makalah yang bertemakan Kontak Dengan Negara Luar,

diharapkan kami dapat memberi pengetahuan mengenai hubungan internasional


Indonesia dengan negara lain dalam bidang sosial yang dapat menguntungkan
untuk masing-masing pihak yang terkait. Serta memberikan gambaran mengenai
hubungan

yang

terjalin

pada

kemerdekaan sampai saat ini.

masa

sebelum

merdeka,

hingga

sesudah

BAB II
KAJIAN TEORI
2.1

Pengertian Hubungan Internasional


Menurut

RENSTRA

(Rrencana

Strategi

Pelaksanaan

Politik

Luar

Negeri Indonesia) adalah hubungan antar bangsa dalam segenap aspeknya


yang dilakukan suatu Negara yang meliputi aspek politik, ekonomi, social budaya
dan hankam dalam rangka mencapai tujuan nasional bangsa itu.
Hubungan Internasional merupakan kegiatan interaksi manusia antar
bangsa baik secara individual maupun kelompok, ahli hukum mengatakan bahwa
hubungan internasional adalah hubungan antara bangsa.
Tujuan Nasional Bangsa Indonesia adalah sebagaimana yang termaktub
dalam Pembukaan UUD 1945, yaitu :
1.
2.
3.
4.

melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia


untuk memajukan kesejahteraan social
mencerdaskan kehidupan bangsa
dan untuk melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial.

2.2

Wujud dari Hubungan Internasional

a. Individual ( turis mahasiswa pedagang yang mengadakan kontak-kontak


pribadi sehingga timbul kepentingan timbal balik di antara mereka ).
b. Antar kelompok (Lembaga social dan keagamaan dan perdagangan yang
melakukan kontak secara insidental, periodik atau permanen).
c. Hubungan antar Negara ( negara yang satu dengan negara lainmengadakan
kerjasama dalam bidang ekonomi, kebudayaan, tekhnologi, dll ).

2.3

Sifat Hubungan Internasional


a. Persahabatan
b. Persengketaan
c. Permusuhan
d. Peperangan

2.4

Pola Hubungan Internasional

a. Penjajahan: bangsa yang satu menghisap bangsa lain yang disebabkan oleh
perkembangan kapitalisme. Kapitalisme membutuhkan bahan mentah bagi
industri dalam negeri, oleh karena bahan mentah itu banyak diluar negeri
maka timbul kehendak untuk menguasai wilayah bangsa lain untuk
menghisap kekayaan bangsa lain itu.
b. Saling ketergantungan : hubungan ini terjadi antara negara-negara yang
belum berkembang (negara-negara dunia ke tiga ) dengan negara maju.
Negara

baru

kesejahteraan

merdeka

atau

rakyatnya

negara

mereka

berkembang

melakukan

ingin

hubungan

meningkatkan
ekonomi

mengembangkan industri dan bersaing dengan negara maju di pasar global.


Namun mereka tidak memiliki modal dan tekhnologi, maka negara tadi
bergantung kepada modal dan tekhnologi negara maju. Pola hubungan ini
dekat dengan neo- kolonoalisme, yaitu usaha menguasai negara lain atas
bidang ekonomi, kebudayaan, idiologi atau kemiliteran negara atau kawasan
tertentu tapi dengan cara mengindahkan proforma kemerdekaan politis.
c. Sama derajat anatr bangsa : hubungan ini dilakukan dalam rangka kerjasama
dalam rangka untuk mewujutkan kesejahteraan mereka. Pola hubungan ini
sulit dilakukan terutama oleh negara-negara atau bangsa-bangsa yang serba
ketinggalan

dalam kualitas sumber dayanya, terutama sumber daya

manusianya.
Terkait dengan hubungan sama derajat sila kedua Pancasila mengajarkan
bahwa hubungan antar negara atau antar bangsa harus bertolak pada kodrat
manusia. Dalam Pancasila kodrat manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan YME
yang merdeka dan sama derajatnya. Oleh karena itu hubungan antar bangsa
harus diwarnai dengan penghormatan atas kodrat manusia sebagai makhluk
yang

sederajat,

tapa

memandang

pemerintahan dari negara lain itu.

idiologi,

bentuk

negara

dan

sistem

Oleh karena itu nasionalisme bangsa indonesia tidak jatuh kepaham


Chauvinisme

dan

kosmopolitisme. Chauvinisme adalah

paham

yang

mengagung-agungkan bangsa sendiri dengan memandang renfah bangsa


lain. Kosmopolitisme adalah pandangan yang melihat kosmos (seluruh Dunia )
sebagai polis (negeri sendiri ) sehingga cenderung melupakan nasionalisme yang
sehat dan mengabaikan tugas terhadap bangsanya sendiri.
Itulah sebabnya bangsa indonesia memilih politik luar negeri Bebas Aktif.
Bebas berarti :
1. Banga Indonesia bebas bergaul denagn bangsa manapun.
2. Dalam pergaulan itu bangsa indonesia tidak Intervensi atau

tidak

mencampuri urusan dalam negeri negara lain.


3. Dalam pergaulan itu terjadi saling memberi dan menerima bantuan dan
pertolongan yang tidak mengikat.
Aktif berarti :
1. Bangsa Indonesia aktif bekerjasama dengan bangsa lain untuk perdamaian
dunia
2. Bangsa indonesia aktif membela bangsa yang terancam keberadaan dan
kedaulatannya atas dasar persamaan derajat tidak termasuk intervensi.
Dalam pelaksanaan kerjasama

dan hubungan Internasional Presiden

sebagai kepala negara dibantu oleh Menteri dan Departemen Luar Negeri serta
dibantu oleh para Duta dan Konsul yang diangkat oleh Presiden dan dibantu oleh
Duta dan Konsul Negara lain yang diterimanya. Pengankatan Duta dan Konsul
serta penerimaan Duta dan Konsulk negara lain telah diatur dalam pasal 13 UUD
1945, yang berbunyi :

Ayat 1 Presiden mengangkat duta dan konsul


Ayat 2
Dalam hal mengangkat duta, Presiden

pertimbangan DPR
Ayat 3 Presiden menerima

penempatan

duta

memperhatikan

negara

lain

dengan

memperhatikan pertimbangan DPR.


2.5 Arti Penting Hubungan Dan Kerjasama Internasional
Tidak

satupun

ketergantungan

bangsa

dengan

di

bangsa

dunia
dan

ini

negara

dapat
lain.

membebaskan
Menurut

diri

Mochtar

Kusumaatmaja hubungan dan kerjasama antar bangsa itu timbul karena


adanya kebutuhan yang disebabkan oleh pembagian kekayaan alam dan
perkembangan industri yang tidak merata di dunia. Disamping itu hubungan
antar bangsa penting disebabkan :

1.
2.
3.
4.
5.

Menciptakan hidup berdampingan secara damai.


Mengembangka penyelesaian masalah secara damai dan diplomasi.
Membangun solidaritas dan saling menghormati antar bangsa.
Berpartisipasi dalam melaksanakan ketertiban dunia
Menjamin kelangsungan hidup bangsa dan nrgara di tengah bangsa-bangsa
lain.

2.6

Asas-asas dalam Hubungan Internasional

1. Asas

Teritorial

yaitu hak

dari

suatu

Negara

atas

wilayahnya,

berhak

menegakkan hokum terhadap barang dan semua orang yang berada di


wilayahnya.
2. Asas Kebangsaan yaitu kekuasan Negara atas warga negaranya, setiap warga
Negara dimanapun ia berada tetap mendapat perlakuan hokum dari
negaranya. Asas ini memiliki kekuatan eksteritorial yaitu hokum Negara
tersebut tetap berlaku bagi warga negaranya walaupun berada di Negara
asing.
3. Asas kepentingan umum Yaitu Negara dapat melindungi dan mengatur
kepentingan dalam kehidupan masyarakat. Negara dapat menyesuaikan diri
dengan semua peristiwa yang ada hubungannya dengan kepentingan
umum. Hukum tidak terbatas oleh wilayah suatu Negara.
2.7

Perlunya Kerja Sama Internasional


Ada beberapa faktor yang ikut menetukan dalam proses hubungan

internasional,baik secara bilateral maupun multilateral, antara lain kekuatan


nasional, jumlah penduduk, sumber daya alam, dan letak geografis negaranya.
Secara umum, titik berat dalam hubungan internasional, antara lain dalam
bidang pertahanan dan keamanan, ekonomi, sosial dan budaya, serta ideologi.
Suatu negara dapat melakukan hubungan internasional manakala kemerdekaan
dan kedaulatannya, baik secara de facto maupun de jure telah diakui oleh
negara lain. Perlunya kerja sama internasional dalam bentuk hubungan
internasional karena ada faktor-faktor sebagai berikut :
1. Faktor Internal
Faktor internal

yaitu

adanya

kekhawatiran

terancam

kelangsungan

hidupnya,baik melaui kudeta maupun intervensi dari negara lain.


2. Faktor eksternal
Faktor eksternal yaitu kekuatan hukum alam yang tidak dapat dipungkiri
bahwa suatu negara tidak dapat berdiri sendiri tanpa bantuan dan kerja
sama dengan negara lain.Ketergantungan tersebut terutama dalam upaya

memecahkan

masalah-masalah

ekonomi,politik,hukum,sosial

dan

budaya,serta pertahanan dan keamanan.


Hubungan dalam rangka menjalin kerja sama oleh manusia, antara lain sebagai
berikut :
1. Individu

dengan

individu

tanpa

membedakan

suku,ras,agama

dan

golongan.
2. Antar sesama warga negara dan pemerintah beserta aparatnya dengan
menghormati hak dan kewajibannya.
3. Antar lembaga negara sesuai dengan tugasnya masing-masing.
4. Bangasa Indonesia dengan bangsa lain di dunia saling menghormati
kedaulatan masing-masing.
Secara hukum alam,manusia bersifat interdefedensi, yakni suatu sifat
saling menggantungkan manusia yang satu dengan yang lainnya (makhluk
individu dan makhluk sosial). Salah satu contoh yang mengagambarkan prinsip
asas kekeluargaan bangsa Indonesia adalah asas kepemimpinan Pancasila
yang meliputi ing ngarso sungtolodoing madya mangunkarsa tut wuri handayani.
Ciri-ciri yang berhubungan dengan asas kekeluargaan,antara lain sebagai
berikut:
1.
2.
3.
4.

Timbulnya kerja sama yang akrab;


Kesejahteraan dan kebahagiaan bersama yang menjadi titik tumpu;
Berdasarkan kasih saying dan pengorbanan;
Kerelaan atau kejujuran serta keikhlasan menjadi landasan dalam bekerja
sama.
Kerja sama adalah kegiatan atau usaha yang dilakukan oleh beberapa

pihak secara bersama-sama dengan penuh tanggung jawab untuk mencapai


hasil yang lebih baik daripada dikerjakan secara Invidual. Pengaruh bangsa lain
tidak dapat dihindarkan.Untuk itu,sudah selayaknya bangsa Indonesia menjalin
kehidupan yang selaras dengan semua bangsa-bangsa di dunia. Dalam rangka
ikut

melaksanakan

ketertiban

dunia

yang

berdasarkan

kemerdekaan,

perdamaian abadi dan keadilan sosial, seperti tercantum dalam Pembukaan UUD
1945, bangsa Indonesia berusaha dengan sebaik-baiknya membina kerja sama
berdasarkan persaudaraan dengan semua bangsa.
2.8
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Sarana-sarana Hubungan Internasional Indonesia


Departemen Luar Negeri.
Perutusan tetap RI
Perwakilan Diplomatik
Perwakilan konsuler
Misi Khusus
Perjanjian Internasional

7. Organisasi Internasional, ada 3:


a. Bilateral
b. Regional
c. Multilateral

BAB III
PEMBAHASAN
3.1

Hubungan Internasional Indonesia Dengan Negara Lain Sebelum

Merdeka
Tiap-tiap negara, dalam menjalankan kehidupannya pasti melakukan
interaksi dan hubungan dengan negara-negara lainnya. Pembangunan dalam
negeri pada suatu negara adalah sesuatu yang amat sangat penting, namun
selain daripada itu, pembangunan dan interaksi keluar juga adalah sesuatu yang
sangat penting. Oleh sebab itu, suatu negara pasti melakukan aktivitas yang
kemudian disebut sebagai politik luar negeri. Secara harafiah, politik luar negeri
dapat diartikan sebagai strategi yang dilakukan oleh suatu negara dalam
berhubungan dengan negara lain guna mencapai suatu tujuan tertentu (Sudarso,
2012).
Maka, Politik luar negeri Republik Indonesia juga kemudian dapat diartikan
sebagai kebijakan yang diambil oleh pemerintah Indonesia yang ditujukan bagi
negara lain, untuk mencapai suatu kepentingan nasional tertentu. Sebuah
contoh sederhana dari politik luar negeri Indonesia adalah politik luar negeri

bebas aktif yang sangat terkenal yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia
pasca kemerdekaan. Kebijakan politik bebas aktif yang dimaksudkan dalam hal
ini adalah kebijakan yang diambil oleh pemerintah Indonesia untuk tidak
memihak blok Barat atau blok Timur yang pada masa itu tengah berkuasa,
sebaliknya, memutuskan untuk berdiri sebagai pihak yang netral (Hatta, 1948).
Dengan kebijakan politik bebas aktif tersebut, Indonesia menyatakan diri
untuk bersikap tidak memihak kedua blok, dan sebaliknya, justru netral, untuk
memperjuangkan kepentingan-kepentingan seperti misalnya menjaga hubungan
dengan Amerika Serikat dan Uni Soviet, sehingga dapat meminta bantuan kedua
negara dalam berbagai hal di waktu yang bersamaan. Politik luar negeri suatu
negara juga dapat diwujudkan berupa kerjasama dalam bidang ekonomi, politik,
sosial

dan

lain

sebagainya.

Salah

satu

diantaranya

adalah

hubungan

internasional baik bilateral maupun multilateral dengan negara lain dalam


bidang sosial sebelum kemerdekaan.
Diskusi tentang arah dan tujuan politik luar negeri Indonesia sendiri
sesungguhnya telah dilakukan sebelum Indonesia merdeka. Indonesia pada
tahun 1945 sempat mengalami kekosongan kekuasaan (vacuum of power) oleh
karena menyerahnya Jepang pada sekutu pada 15 Agustus 1945. Hal tersebut
kemudian memudahkan Indonesia untuk mendapatkan kemerdekaan dari tangan
penjajah, pun demikian kemerdekaan yang sesungguhnya ternyata tidak dapat
diraih dengan gampang. Pasca proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 17
Agustus 1945, dengan pemerintahan yang baru saja dibentuk, Indonesia harus
berjuang

keras untuk mendapatkan

pengakuan

internasional. Pemerintah

Indonesia yang baru merdeka tersebut kemudian harus membersihkan nama


Indonesia dari bayang-bayang penjajah seperti Belanda dan Inggris, dimana para
pemimpin nasionalis Indonesia pada masa itu kemudian melakukan banyak
usaha dengan membuktikan kemampuan administratif negara baru dan rasa
tanggung jawab pemerintahan Indonesia (Leifer, 1983). Di tengah-tengah
keadaan yang seperti itu kemudian arah dan tujuan politik luar negeri Indonesia
didiskusikan. Menurut Soekarno (dalam Leifer, 1983), kebijakan politik luar negeri
yang diambil oleh Indonesia harus diarahkan pada dunia internasional, yang
persyaratan utamanya adalah diplomasi. Diplomasi dalam konteks ini, menurut
Soekarno tetap tidak dapat dipisahkan dengan kekuatan paksaan, yang
maksudnya adalah diplomasi yang dibaliknya dibarengi dengan administrasi
fungsional yang dapat melaksanakan kewenangan dan dengan cara demikian
dapat mencegah terjadinya anarki dan teror (Leifer, 1983).

3.1.1

Hubungan Indonesia Australia

Pra Kemerdekaan-Pasca

Kemerdekaan
Indonesia adalah tetangga Australia yang terdekat. Hubungan antara
kedua negara ini mempunyai sejarah yang panjang dari sejarah geologi hingga
sejarah manusia. Persamaan antara hewan dan tanaman yang ada di Australia,
Irian Jaya, Nusa Tenggara dan Sulawesi merupakan bukti adanya hubungan
tersebut. Juga terdapat hubungan sosial dan budaya. Cerita mengenai hubungan
ini sudah lama dimulai dalam sejarah manusia.
Ketika bangsa Jepang menjajah Indonesia pada tahun 1942, dibentuklah
pemerintahan Kolonial Belanda dalam pengasingan di Australia. Sebagai anggota
tentara Sekutu, Belanda dan pemerintahannya yang dalam pengasingan
tersebut mendapatkan kekuasaan ekstra teritorial serta dibantu oleh Pemerintah
Australia.
Oleh karena adanya penjajahan Jepang tersebut, banyak pengungsi
Indonesia yang berkumpul di Australia. Di antara pengungsi ini ada pelaut dan
pramugara Indonesia dari kapal-kapal Belanda, dan ada juga tentara Indonesia
dari angkatan bersenjata Belanda, serta petugas dan pegawai kesehatan.
Pada tahun 1943 Belanda mengangkut 500 orang lebih ke Australia, baik
pria, wanita dan anak-anak, dari perkampungan tawanan di Tanah Merah. Juga,
Belanda bermaksud untuk mengasingkan para tawanan ini di Australia.
Para tawanan ini berhasil menyampaikan surat kepada seorang Australia
pekerja pelabuhan dan kemudian juga kepada seorang pegawai kereta api.
Surat-surat ini berisi penjelasan mengenai maksud Belanda tersebut di atas dan
mereka meminta bantuan kepada masyarakat Australia. Tanggapan terhadap
surat ini cepat dan kuat. Serikat Buruh Australia melakukan kampanye secara
bersemangat dan berhasil membebaskan para tawanan ini.
Mereka juga membantu orang-orang Indonesia yang terdampar di
Australia akibat Perang Dunia, untuk mengatur pemberian dukungan bagi
negaranya. Sesudah Indonesia menyatakan kemerdekaannya pada tanggal 17
Agustus 1945, semakin bersemangatlah kampanye yang dilakukan oleh Serikat
Buruh di Australia. Serikat Buruh tersebut menekan Pemerintah Australia agar
mendukung perjuangan kemerdekaan Indonesia. Australia merupakan salah satu
dari negara-negara yang pertama mengakui hak Indonesia untuk merdeka.
Usaha-usaha Pemerintah Belanda untuk meneguhkan kembali kendali
kolonialnya di Indonesia di antara tahun 1945 dan 1949 benar-benar dihalangi

oleh Serikat Buruh dan oleh Pemerintah Australia yang waktu itu dikuasai Partai
Buruh. Kapal-kapal Belanda tidak diberi bahan bakar, dan para pekerja
pelabuhan tidak mau menaikkan muatan bahan persediaan ke atas kapal
Belanda.

Gambar 1. Demonstrasi Di Australia Untuk Mendukung Kemerdekaan


Indonesia Pada Tahun 1945

Pada bulan Oktober 1945, Pemerintah Indonesia mulai memulangkan


orang-orang Indonesia ke beberapa daerah di Indonesia yang dikuasai oleh
tentara Republik, meskipun usaha ini ditentang oleh Belanda. Australia
membantu para pejuang nasionalis Indonesia dalam perjuangan mereka
mencapai kemerdekaan.
Pada tahun 1947, Indonesia meminta Australia untuk mewakili Indonesia
dalam Komisi Tiga Negara yang diusahakan oleh Perserikatan Bangsa-bangsa
(PBB). Australia mewakili Indonesia dalam perundingan-perundingan yang
menuju ke pengakuan Belanda terhadap Indonesia pada tahun 1949. Australia
juga mensponsori masuknya Indonesia ke PBB pada tahun 1950.
Australia dan Indonesia tetap menjaga hubungan baik sejak saat itu.
Namun, terdapat juga beberapa perbedaan pendapat. Salah satu perbedaan
tersebut berkenaan dengan perselisihan yang terjadi antara pemerintah
Indonesia dan Belanda atas Nugini Barat (Irian Jaya sekarang).
3.1.2 Hubungan Indonesia Mesir

Hubungan sosial Indonesia (Hindia Belanda)-Mesir telah berlangsung sejak


pertengahan abad ke-19, dimana puluhan mahasiswa asal Nusantara yang
dikenal dengan Ruwaq Jawi menuntut ilmu di Al Azhar Mesir.

Al Azhar

merupakan universitas utama tujuan pelajar Indonesia yang ingin lebih


memperdalam ilmunya tentang agama Islam.
Hubungan resmi antara Hindia Belanda dan Mesir mulai terjalin pada
tanggal 14 September 1923 ketika Pemerintah Mesir mengeluarkan surat izin No.
323

yang

membolehkan

mahasiswa

Hindia

Belanda

mendirikan

sebuah

perhimpunan yang bergerak di bidang sosial maupun politik. Pengaruh Mesir


terhadap perkembangan pemikiran Islam di Hindia Belanda sangat besar,
dimana para pembaharu Islam di Hindia Belanda terinspirasi oleh tokoh-tokoh
pembaharu Islam di Mesir seperti Muhammad Abduh, Jamaluddin Al-Afghani, dan
Ibnu Taimiyyah. Pengaruh ini telah melahirkan organisasi-organisasi Islam yang
modern seperti Muhammadiyah dan Persis (Persatuan Islam).
Sebelum masa kemerdekaan Indonesia, para mahasiswa telah melakukan
aksi propaganda tentang kemerdekaan Indonesia melalui lisan, tulisan dan
seminar-seminar. Keinginan para mahasiswa untuk merdeka dari belenggu
penjajah ini disambut baik oleh Raja Mesir, Raja Faruq. Raja Faruq memberikan
dukungan sepenuhnya terhadap kemerdekaan Indonesia, terutama karena
masyarakat Indonesia berpenduduk muslim.
Kemerdekaan Indonesia diproklamasikan oleh Soekarno dan Hatta pada
tanggal 17 Agustus 1945. Di Mesir, berita mengenai kemerdekaan Indonesia
disambut gembira dan dimuat dalam headline-headline surat kabar di negaranegara Arab. Di Mesir juga didirikan Panitia Pembela Indonesia (PPI) yang
dipimpin oleh Jendral Saleh Harb Pasya, mantan Menteri Pertahanan Mesir. PPI
ini kemudian mengadakan pertemuan dengan para tokoh Mesir dan mahasiswa
Indonesia di Kairo yang menghasilkan keputusan untuk mengakui kemerdekaan
Indonesia oleh negara-negara Arab.
Pertemuan itu ditindaklanjuti oleh para mahasiswa Indonesia dengan
mengadakan

konferensi

kerja

yang

dihadiri

oleh

perwakilan

Perpindom

(perhimpunan Pelajar Indonesia-Malaya) Mesir, Pertindom (Perhimpunan Talabah


Indonesia-Malaya) Saudi Arabia, dan Makindom (Majlis Kebangsaan Indonesia
Malaya) pada tanggal 13 November 1945. Kongres kerja itu menghasilkan
keputusan disetujuinya usulan Panitia Kairo.
Pada tanggal 23 Maret 1946 Mesir mengumandangkan bahwa negaranya
telah mengakui Indonesia sebagai negara yang merdeka. Pada saat itu Mesir

adalah satu-satunya negara yang mengakui kedaulatan Indonesia secara de


facto. Pengakuan Mesir ini mendorong negara-negara Arab mengakui kedaulatan
Indonesia.
Tanggal 18 November 1946, sidang Menteri Luar Negeri Liga Arab
menghasilkan sebuah resolusi untuk mengakui kedaulatan Indonesia secara
penuh. Muhammad Abdul Munim menjelaskan bahwa negara-negara Arab telah
mengakui kemerdekaan Indonesia dan Indonesia dapat melakukan hubungan
diplomatik dan perjanjian ekonomi dengan negara-negara Arab.
Perjanjian persahabatan Mesir-Indonesia ini merupakan kemenangan
pertama diplomasi Indonesia di luar negeri sekaligus sebagai kegagalan Belanda
untuk mencegah pengakuan kedaulatan Indonesia di luar negeri.
3.2

Hubungan Internasional Indonesia Dengan Beberapa Negara Dalam


Bidang Sosial Sesudah Merdeka

3.2.1 Hubungan Indonesia Amerika


Hubungan Indonesia AS cukup kompleks. Hal itu disebabkan oleh banyak
faktor, baik yang bersumber dari hakikat dan sifat Indonesia sebagai Negarabangsa maupun sifat dan perkembangan AS sebagai Negara-bangsa. Ketika
belum merdeka bangsa Indonesia pada umumnya mempunyai pandangan amat
positif terhadap Amerika. Itu disebabkan oleh banyak hal, antara lain karena AS
dianggap bukan negara penjajah seperti Belanda yang menjajah Indonesia. AS
juga dinilai positif karena orang Indonesia mendengar atau membaca betapa di
AS banyak peluang untuk maju bagi semua orang. Banyak yang mengetahui
cerita tentang orang-orang Eropa yang meninggalkan tanah asalnya untuk
membuat kehidupan yang lebih baik di Amerika. Juga kenyataan bahwa AS
adalah negara yang kuat dan kaya turut membangun citra positif dalam pikiran
orang Indonesia terhadap Amerika.
Namun dalam masa pendudukan tentara Jepang atas Indonesia dalam
Perang Dunia 2 Bung Karno sering berpidato yang kurang positif terhadap AS.
Hal itu antara lain keluar dalam seruan yang cukup sering diucapkannya, yaitu
Amerika Kita Seterika, Inggris Kita Linggis!. Akan tetapi seruan demikian lebih
banyak karena usaha Bung Karno untuk mengamankan bangsa Indonesia dari
tindakan dan perlakuan Jepang yang kejam. Itu sebabnya Indonesia setuju ketika
pimpinan Komisi Tiga Negara yang bertugas menengahi konflik IndonesiaBelanda dipegang oleh AS, dengan Australia dan Belgia sebagai anggota Komisi
lainnya. Namun pandangan positif bangsa Indonesia terhadap Amerika tidak

sepenuhnya terbalas oleh sikap serta penilaian serupa dari Amerika terhadap
Indonesia.
Dalam masa perang dingin Indonesia telah menentukan untuk menganut
politik luar negeri yang bebas-aktif. Itu berarti bahwa Indonesia tidak berpihak
kepada blok Barat maupun blok Komunis, tetapi mengambil sikap sama jauh
dengan landasan kepentingan nasional. Sudah tentu sikap Indonesia itu tidak
disenangi AS maupun Uni Soviet, terutama karena posisi geopolitik dan
geostrategi negara Indonesia Itu merupakan alasan kuat bagi AS untuk lebih
memihak Belanda sebagai anggota blok Barat dari pada mendukung Indonesia
yang bersifat netral.
Dalam perkembangan selanjutnya hubungan Indonesia-AS tidak menjadi
lebih mudah. Perang Dingin makin menguat sedangkan Indonesia telah
menetapkan diri sebagai negara non-blok yang menganut politik luar negeri
bebas-aktif. Bagi AS sikap non-blok (non-alignment) dinilai amoral, sebagaimana
dinyatakan John Foster Dulles, menteri luar negeri AS pada tahun 1950-an.
Mengingat pentingnya Indonesia dalam konstelasi internasional, baik karena
jumlah penduduknya yang besar (pada tahun 1950-an sudah sekitar 150 juta
orang), banyaknya sumberdaya alam yang dikandung buminya maupun karena
berada di posisi silang yang amat strategis antara dua samudera dan dua benua,
maka blok Barat dan khususnya AS berkepentingan Indonesia berada di
pihaknya menghadapi blok Komunis.
Hubungan Indonesia dengan AS mengalami perubahan positif ketika pada
tahun 1965 Indonesia dapat mengalahkan pemberontakan komunis kedua dan
mengakhiri riwayat Partai Komunis Indonesia (PKI) yang telah menjadi partai
komunis terbesar di dunia di luar negara komunis. Meskipun selalu ada insinuasi,
baik dari pihak pendukung PKI maupun dari AS sendiri, bahwa tindakan Indonesia
itu merupakan hasil dari pengaruh AS, namun dalam kenyataan Indonesia telah
bertindak

sepenuhnya

karena

kehendak

sendiri

untuk

menyelamatkan

kepentingan nasionalnya. Namun demikian, Indonesia tetap negara non-blok


dengan politik luar negeri bebas aktif.
Kemenangan AS dalam perang dingin dan runtuhnya Uni Soviet membawa
AS pada ambisi untuk memimpin Dunia atau malahan menjadi satu Empire yang
menguasai dunia. Sikapnya terhadap dunia makin keras untuk mengikuti
kehendaknya. Kalau sebelumnya AS berhati-hati sikapnya terhadap negara lain,
khususnya non-blok, karena khawatir negara itu berpihak kepada blok Komunis,
setelah kemenangannya AS tidak perlu lagi khawatir dan dapat mengambil sikap

keras sesuai kepentingannya. Perubahan sikap AS itu mau tidak mau juga
berpengaruh

terhadap

hubungannya

dengan

Indonesia.

Tidak

mungkin

kepentingan AS yang cenderung kepada perwujudan hegemoni dunia, akan terus


sama atau sejajar dengan Indonesia yang menganut politik bebas aktif. Sebab itu
dalam periode tahun 1990-an makin nampak bahwa AS kurang menyukai
perkembangan Indonesia dan berusaha mempengaruhi terjadinya perubahan
sesuai dengan kepentingannya.
Itu terbukti ketika Indonesia mengalami Krisis Moneter pada tahun 1997.
IMF yang boleh dikatakan dikendalikan pemerintah AS bukannya membantu
Indonesia mengatasi masalahnya. Sebaliknya banyak keputusan IMF malahan
makin mempersulit Indonesia, sebagaiman juga dikatakan oleh pengamat
internasional. Malahan ada yang mengatakan bahwa mungkin saja krisis
ekonomi di Asia Timur diciptakan AS demi kepentingannnya. Akibatnya terjadi
kegagalan ekonomi kepemimpinan Soeharto pada tahun 1998. Maka Indonesia
tidak hanya diliputi krisis ekonomi, tetapi juga krisis politik. Maka terbuka
peluang

yang

lebar

bagi

AS

untuk

mewujudkan

kehendaknya,

yaitu

mempengaruhi perkembangan di Indonesia sesuai dengan kepentingannya.


Sikap Amerika terhadap Indonesia makin tajam ketika negara itu
mengalami serangan pada 11 September 2001 terhadap World Trade Center di
New York dan Pentagon, sedangkan penyerangnya adalah teroris Islam yang
bergabung dalam organisasi Al Qaeda di bawah pimpinan Osama bin Laden.
Meskipun Indonesia menyatakan dukungannya kepada AS yang kemudian
melancarkan War on Terrorism, namun hubungan menjadi makin sulit. Hal itu
terutama disebabkan karena Indonesia adalah negara dengan penduduk Muslim
terbanyak di dunia dan telah terjadi perkembangan yang kurang baik pada
sementara warga Muslim Indonesia. Ternyata telah terbentuk organisasi Jemaah
Islamiyah di Asia Tenggara yang melibatkan warga Msulim Indonesia, baik
sebagai pimpinan maupun anggota. Dan nyata sekali bahwa ada hubungan
dekat antara Jemaah Islamiyah dan Al Qaeda.
Akan tetapi Hubungan Indonesia dengan Amerika Serikat pada umumnya
hangat dan ramah setelah pembentukan Orde Baru pada masa pemerintahan
presiden Soeharto. Pada tahun 1991 perdagangan Amerika Serikat dengan
Indonesia lebih besar daripada perdagangan dengan seluruh Eropa Timur.
Meskipun

mengaku

nonalignment,

Indonesia

juga

mengakui

pentingnya

kehadiran militer dan politik Amerika Serikat di Asia Tenggara dalam menjaga
keseimbangan daerah kekuasaan. Amerika Serikat dilihat Indonesia sebagai

landasan keamanan regional di Asia Tenggara dan mitra dagang utama.


Hubungan antara Indonesia dan Amerika Serikat bersifat positif dan terus
meningkat sejak terpilihnya Presiden Yudhoyono pada Oktober 2004. Amerika
Serikat memainkan peran penting dalam kemerdekaan Indonesia pada akhir
1940-an dan memuji peran Indonesia sebagai negara anti-komunis saat Perang
Dingin. Hubungan kerja sama masih berlangsung sampai sekarang, meski tidak
ada perjanjian keamanan formal yang mengikat kedua negara. Amerika Serikat
dan Indonesia memiliki tujuan yang sama dalam mempertahankan perdamaian,
keamanan, dan stabilitas kawasan dan melakukan dialog mengenai ancaman
keamanan kawasan.
3.2.2 Hubungan Indonesia RRC
Di sisi lain, hubungan bilateral Indonesia dengan Cina juga terus
ditingkatkan mengingat posisi geografis dan politik negara dengan penduduk
terbesar itu yang sangat strategis dan penting, di mana Cina juga merupakan
salah satu negara besar di Asia. Indonesia dan Cina mendirikan hubungan
diplomatik pada 13 April 1950. Hubungan bilateral mereka dikembangkan secara
bertahap sejak dimulainya kembali hubungan diplomatik kedua negara. Sejak
hubungan dirintis 1990 lalu, kedua negara memiliki hubungan emosional yang
tinggi sehingga peningkatan kerjasama di berbagai bidang tidak bisa dihindari.
Kedua negara saling percaya dan mendukung secara politis, di mana hal ini
dapat dilihat dari segi ekonomi dan perdagangan, serta mengutamakan
koordinasi dan kerja sama dalam permasalahan dalam maupun luar negeri. Fakta
menunjukkan bahwa pengembangan hubungan Tiongkok-Indonesia adalah untuk
kepentingan mendasar kedua negara dan bangsa tersebut, serta dapat bersifat
kondusif

untuk

mempromosikan

perdamaian,

stabilitas

dan

kemakmuran

kawasan dan dunia secara keseluruhan.


Hubungan ini mencapai masa paling harmonis ketika masa pemerintahan
Presiden

Soekarno.

memutuskan

Namun,

hubungan

setelah

diplomatik

itu
kedua

pemerintahan
negara

pada

Presiden
1967,

Soeharto
meskipun

kemudian hubungan diplomatik tersebut kembali dihidupkan pada 1990. Sejak


pergantian presiden pada 1998, hubungan kedua negara berangsur semakin
membaik. Terutama setelah dicabutnya sejumlah larangan praktek tradisi Cina
oleh Presiden Abdurrahman Wahid.
Jika dilihat dari jumlah penduduk dan luas wilayah, RRC merupakan negara
terbesar di Asia. Jumlah penduduk yang besar menawarkan potensi pasar yang

cukup

luas.

Negara

tersebut

juga

dikenal

kuat

dalam

bidang

industri,

perdagangan, dan keuangan. RRC telah mengalami transformasi besar pada


dekade terakhir ini. Meskipun mayoritas dari 1,2 miliar penduduknya masih
hidup dalam kemiskinan, RRC berada dalam langkahnya menjadi kekuatan
ekonomi dunia terbesar. Maka, sangat penting bagi Indonesia untuk menjalin
hubungan baik dengan RRC.
Naiknya Megawati ke kursi kepresidenan juga membawa upaya ke arah
peningkatan hubungan kedua negara dengan lebih baik. Mulai dari pertemuan
antara Presiden RRC Jiang Zemin dan Megawati pada pertemuan OPEC di
Shanghai pada Oktober 2001 hingga menyusul kunjungan Perdana Menteri RRC
Zhu Rongji ke Jakarta pada November 2001. Dalam kunjungan tersebut, dicapai
banyak kemajuan baru dalam kerja sama kedua negara dalam berbagai bidang.
Perkembangan besar terakhir dalam hubungan kedua negara tentunya adalah
kunjungan Presiden Megawati ke RRC pada 24 hingga 27 Maret 2002 lalu. Dalam
kesempatan itu, pemerintah Indonesia dan RRC sepakat untuk meningkatkan
kerja sama politik dan ekonomi.
Pasca kunjungan kenegaraan Presiden SBY pada 27 Juli lalu, Indonesia pun
berkesempatan untuk mempelajari keberhasilan RRC, dalam mengentaskan
kebiasaan korupsi yang sebelumnya begitu merasuki masyarakat dan kalangan
aparatur di sana. Yang menarik, pendekatan yang dilakukan oleh pemerintah
RRC dalam mengentaskan kebiasaan korupsi itu adalah melalui culture
approaching, pun punishment atau hukuman yang keras terhadap para pelaku
korupsi. Selain penegakan hukum dan budaya bangsa yang begitu dijunjung
tinggi oleh rakyat Cina, pendidikanpun menjadi sektor vital yang tak lepas dari
perhatian pemerintahnya.
Bagaimanapun Republik Indonesia dan Republik Rakyat Cina ( RRC)
merupakan suatu negara yang cukup besar dan cukup berpengaruh di Asia,
karena kedua negara mempunyai pandangan yang sama dan saling memberikan
dukungan difora internasional. Selain itu juga mempunyai komitmen yang sama
khususnya untuk menciptakan stabilitas keamanan yang baik di kawasan Asia.
3.2.3 Kerjasama Indonesia Malaysia
Selain kerjasama dan hubungan di bidang perdagangan, investasi dan
energi yang diharapkan dapat berkembang lagi sekaligus meningkatkan
perekonomian kedua negara serta membuka lapangan kerja yang memang
dibutuhkan untuk mengurangi pengangguran yang terus meningkat. Hubungan

bilateral ini melakukan kerja sama dalam bidang sosial dan kesejahteraan, kedua
pemimpin negara juga bersepakat terus menggalang kerjasama khususnya di
bidang ketenagakerjaan. Kedua negara sepakat untuk melakukan pengelolaan
secara lebih baik lagi melalui kebijakan dan langkah-langkah kerjasama di bidang
ketenagakerjaan tersebut.
Kerjasama itu sendiri, untuk selanjutnya akan ditindaklanjuti di tingkat
menteri dan organisasi-organisasi pemerintahan termasuk diantara kalangan
dunia usaha baik swasta maupun milik negara. Kedua belah pihak, menurut dia,
telah menunjukkan kesungguhan untuk menindak lanjuti kesepakatan yang telah
terbentuk, baik antara dua pemerintahan maupun antara kalangan dunia usaha.
3.2.4 Kerjasama Indonesia Singapura
Indonesia dan Singapura sepakat membentuk enam kelompok kerja atau
Working Group guna meningkatkan kerja sama ekonomi di antara kedua negara.
Kesepakatan tersebut dicapai dalam Leaders` Retreat selama tiga jam antara
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Perdana Menteri Lee Hsien Loong di
Botanic Garden, Singapura, Senin. Sementara dalam bidang tenaga kerja,
Indonesia berharap agar tenaga kerja terampil atau kaum profesional semakin
mendapatkan tempat dalam pasar tenaga kerja Singapura.
3.2.5 Hubungan Indonesia Australia
Kerja sama antara Pemerintah Australia-Indonesia dan hubungan antara
kedua bangsa telah semakin meningkat. Pemerintah kedua negara bekerja keras
untuk membina saling pengertian antara bangsa Indonesia dan Australia.
Sehubungan dengan hal tersebut, sedang dikembangkan hubungan yang lebih
akrab dalam perniagaan, politik, pendidikan, kesenian, media dan komunikasi,
olahraga dan profesi.
Sejak kemerdekaan Indonesia, kedua negara telah memiliki hubungan
diplomatik, kerja sama formal (khususnya dalam bidang konservasi ikan,
penegakan hukum, dan keadilan), kerja sama keamanan, perluasan hubungan
perjanjian, keanggotaan bersama di forum regional, dan keanggotaan bersama
di sejumlah perjanjian multilateral.
Pada

tahun

20012002

Australia

akan

menyediakan

bantuan

pembangunan kepada negara-negara lain sejumlah 1,725 juta dolar Australia.


Indonesia akan menerima kira-kira 7,04% dari dana bantuan ini, yang berjumlah
121,5 juta dolar, melalui Program Kerjasama Pembangunan. Australia merupakan

negara pemberi donor terbesar kelima kepada Indonesia. Australia telah


menyumbang 1.5% sampai 6% dana bantuan luar negeri Indonesia. Tujuan
bantuan Australia adalah pengurangan kemiskinan dengan bantuan yang melalui
dua aliran:

Memperbaiki pemerintahan termasuk administrasi pemerintah, lembaga


perbankan, keuangan dan keadilan.

Pengembangan sumber daya manusia masyarakat yang miskin dengan


memperbaiki pendidikan;

Kesehatan, khususnya ibu dan anak serta pengendalian hiv/aids; dan


penyediaan air minum.
Banyak sumbangan Australia yang diarahkan ke Indonesia bagian timur,

terutama ke Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur dan Irian Jaya sebab
daerah-daerah ini merupakan daerah yang paling miskin dan paling ketinggalan
di Indonesia. Kebanyakan bantuan Australia berbentuk program pendidikan dan
pelatihan. Dalam sektor pendidikan di Indonesia, Australia menyediakan program
beasiswa yang terbesar.
Perdagangan antara kedua negara terus tumbuh setiap tahun. Pada tahuntahun terakhir, komitmen bantuan Australia semakin besar untuk Indonesia, dan
Australia telah menjadi destinasi pendidikan populer bagi pelajar Indonesia. Pada
tahun 2008-09, Indonesia merupakan penerima bantuan terbesar Australia
dengan nilai AUD462 juta.
3.2.6

Hubungan IndiaIndonesia
Meningkatkan pemahaman budaya kedua negara melalui kerja sama di

sektor

pariwisata,

kesenian,

media,

olahraga

dan

pertukaran

pemuda.

Memperluas kerja sama di bidang pertolongan bencana alam dan pencegahan


bencana alam melalui pengembangan sistem perhatian yang lebih awal.
Mendorong kerja sama di bidang kesehatan untuk penanggulangan penyakit
epidemis, antara lain Flu Burung (avian influenza) dan Severe Acute Respiratory
Syndrome (SARS) dan Membentuk pusat studi tentang kemitraan strategis
Indonesia-India untuk mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi kedua
negara.

3.2.7

Hubungan IndonesiaJepang

Indonesia dan Jepang memiliki hubungan baik. Indonesia memiliki


kedutaan besar di Tokyo dan konsulat di Osaka. Japan memiliki kedutaan besar di
Jakarta dan konsulat di Medan, Denpasar, Surabaya, dan Makassar. Jepang
adalah mitra ekspor terbesar Indonesia. Kedua negara adalah anggota ekonomi
besar G20 dan APEC. Kerjasama dibidang sosial-budaya budaya juga digalakkan,
seperti pelatihan yang diberikan jepang kepada Indonesia yaitu dalam masalah
kesehatan, pertanian dan tranportasi,kerjasama di bidang pendidikan dan
budaya. Upaya kerjasama dibidang pendidikan ini tampak dalam pertukaran
pelajar, yang mana banyak warga Indonesia yang bersekolah disana dan begitu
juga sebaliknya. Indonesia juga menawarkan bantuan saat terjadi gempa bumi di
Jepang tahun 2011.
Dari berbagai contoh-contoh hubungan diplomasi Indonesia-Jepang, maka
dapat dilihat bahwa hubungan bilateral antar Indonesia dan Jepang sudah terjalin
semakin banik disini dapat kita lihat bahwa hubungan bilateral antar Indonesia
dan Jepang itu terjalin sangat baik. Dimana banyak terjadi hubungan diplomasi
dan kerjasama yang terus ditingkatkan dalam hampir seluruh aspek.
3.2.8

Hubungan Indonesia - Korea Selatan


Indonesia memiliki kedutaan besar di Seoul. Korea Selatan memiliki

kedutaan besar di Jakarta. Skala perdagangan bilateral antara kedua negara


bernilai US$14,88 miliar. Kementerian Luar Negeri dan Perdagangan Korea
Selatan telah meningkatkan hubungan dengan Indonesia Indonesia dan Korea
Selatan telah berinvestasi dalam berbagai proyek pengembangan militer
bersama, termasuk pesawat jet tempur KFX/IFX Firma Korea Selatan, Daewoo
Shipbuilding and Marine Engineering (DSME), menjalani negosiasi kontrak final
untuk menjual tiga kapal selam Type-209 ke Indonesia. Ini akan menjadi
persetujuan pertahanan bilateral terbesar antar kedua negara dengan nilai
USD1,1 miliar. Keberadaan kedua kesepakatan tersebut merefleksikan komitmen
kedua negara untuk lebih memperkuat hubungan persahabatan people to
people, serta memajukan dan mengembangkan hubungan di bidang-bidang
seperti kebudayaan, seni, pendidikan (akademis), ilmu pengetahuan dan
teknologi.
3.2.9

Hubungan Indonesia Turki


Hubungan dengan Kekaisaran Utsmaniyah (negara sebelum Turki) dimulai

dengan ekspedisi Utsmaniyah ke Aceh pada abad ke-16 sebagai tanggapan atas

permintaan Kesultanan Aceh untuk membantu mengusir Portugis dari Malaka.


Indonesia memiliki kedutaan besar di Ankara. Turki memiliki kedutaan besar di
Jakarta. Kedua negara adalah anggota penuh Organisasi Perdagangan Dunia
(WTO), Organisasi Kerja Sama Islam (OIC), dan ekonomi besar G20.
3.3.0

Hubungan Indonesia Palestina


Konflik yang melanda bagian wilayah palestina ini mengambil empati

masyarakat di berbagai penjuru dunia, mereka menyayangkan, mengecam


bahkan mengutuk aksi israel terhadap rakyat Gaza tersebut. Indonesia adalah
satu negara yang sejak awal menentang agresi tersebut. Indonesia yang
berpenduduk mayoritas muslim mempunyai banyak kesamaan dengan palestina.
Berbagai reaksi bermunculan di Tanah Air, seperti aksi yang dihadiri lebih dari 30
Ribu

massa

Hizbut

Tahrir

di

Jakarta

yang

menuntut

diantaranya

agar

pemerintahan SBY tidak hanya mengecam tindakan brutal Israel, tetapi


membantu warga Palestina di Jalur Gaza dengan mengirimkan pasukan TNI untuk
berperang melawan tentara Israel. Di Bandung, aksi aktivis Islam juga menuntut
agar pemerintahan SBY segera memutus hubungan diplomatik dengan Amerika
jika Presiden Obama masih berstandar ganda dalam menangani konflik PalestinaIsrael.
Politik luar negeri Indonesia sendiri bersifat bebas dan aktif yang bertujuan
untuk perdamaian dunia. Dalam kasus Gaza ini, Indonesia melakukan berbagai
langkah inisiatif guna berperan dalam membantu penanganan korban agresi dan
proses pencapaian perdamaian antara Palestina dengan Israel.
Kebijakan luar negeri suatu negara tidak bisa terlepas dari input yang
masuk ke pemegang kebijakan, pemegang kebijakan akan bertindak tidak jauh
dari keinginan rakyatnya. Dalam kasus Gaza ini pemerintah mendapat banyak
input berupa himbauan bahkan tekanan yang diaspirasikan melalui unjuk rasa,
seminar, media masa dan lain-lain yang terjadi di tanah air.
Upaya-upaya yang telah dilakukan untuk membantu rakyat Gaza ketika
dan pasca serangan Israel antara lain seperti pengiriman bantuan obat-obatan
dan tim dokter Indonesia untuk merawat korban agresi hingga upaya diplomasi
Indonesia di PBB. Untuk membela warga Palestina yang tertindas antara lain
seperti mendesak PBB agar membuat suatu pernyataan yang mengecam dan
segera membuat resolusi terkait agresi Israel tersebut. Indonesia dengan
negara-negara lainnya juga turut menuntut Israel disidangkan di mahkamah
Internasional.
Pemerintah Indonesia perlu mempertimbangkan banyak hal untuk sampai pada

bentuk kebijakannya, karena pada kenyataanya musuh Palestina adalah Israel


yang mempunyai hubungan erat dengan Amerika Serikat yang selama ini
menjadi mitra baik Indonesia. Indonesia mempunyai hubungan erat dengan
Amerika, Indonesia selama ini banyak bergantung dari Amerika terlebih dalam
sektor

ekonomi

yang

menyangkut

investasi.

Pemerintah mengalami kesulitan untuk mengambil keputusan. Terdapat tekanan


dari dalam negeri agar pemerintah segera bersikap dan mengambil kebijakan
terkait agresi Israel namun disamping itu juga pentingnya menjaga hubungan
pemerintahan Indonesia dengan Amerika adalah dua hal yang menjadi acuan
dalam pengambilan keputusan pemerintah, disatu sisi pemerintah harus
merealisasikan tuntutan masyarakat agar stabilitas nasional tetap terjaga dan
citra pemerintah tidak dinilai lamban dalam penanganan suatu masalah, di sisi
lain pemerintah harus mengambil kebijakan yang tidak bertentangan dengan
Amerika, sehingga tidak mempengaruhi hubungan bilateral Indonesia dengan
Amerika. Maka dengan pertimbangan ini pemerintah Indonesia tidak bersikap
terlalu ekstrim dalam kasus ini.
Ketika gejolak terus terjadi sampai pada minggu ketiga agresi Israel
tepatnya 10 januari 2009, presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono menelepon
Presiden Prancis Nicolas Sarkozy, selain menyatakan apresiasi atas peran Prancis
sebagai salah satu anggota DK PBB yang aktif dan riil mencari solusi, SBY juga
mengharapkan Prancis bersama-sama dengan Indonesia berupaya lebih serius
mendesak Israel untuk menghentikan serangannya dan menarik mundur
pasukannya dari wilayah Palestina. Pemerintah Indonesia ketika itu meminta
dilaksanakan Sidang Darurat Majelis Umum PBB untuk membahas serangan ke
Gaza. Indonesia juga menawarkan diri sebagai monitoring PBB untuk memantau
sikap Israel dalam mematuhi resolusi DK PBB. Pada intinya, Indonesia akan
mendesak PBB mengeluarkan resolusi atau mekanisme

baru yang bisa

dijalankan penuh serta dipatuhi oleh pihak-pihak yang terlibat konflik di


Palestina.
Pendekatan yang dilakukan Indonesia lebih bersifat Humanisme, bukan
secara ekstrim. Indonesia mengirimkan bantuan senilai lebih dari 22,2 Milyar
yang terwujud dalam bentuk obat-obatan, alat-alat medis, sarana dan prasarana
medis, serta kendaraan medis. Disamping dua hal tersebut, Indonesia juga
mengirimkan para diplomatnya di berbagai konfrensi internasional untuk ikut
andil

dalam

penyelesaian

dan

perdamaian

di

Palestina,

diantaranya

keikutsertaan Indonesia dalam perumusan resolusi DK PBB terkait situasi di Jalur

Gaza, keikutsertaan Indonesia dalam sidang IPU yang diselenggarakan di jenewa


serta

keikutsertaan

Indonesia

dalam

konfrensi

rekonstruksi

Gaza

yang

diselenggarakan di Mesir pada tanggal 2 maret 2009.


Hubungan Bilateral Indonesia-Palestina, kuat, baik dan terus berkembang.
Oleh karena itu merupakan kewajiban kami berdua untuk menjaga dan
meningkatkannya seraya mencari peluang baru bagi peningkatan kemitraan
yang ada. Dalam pernyataannya Presiden SBY menyampaikan tiga bidang
kemitraan yang dapat terus ditingkatkan, yaitu di bidang politik, ekonomi dan
hubungan

antar manusia.

"Di bidang politik Indonesia menggarisbawahi

komitmen melalui langkah-langkah proaktif kita untuk mewujudkan negara


Palestina yang berdaulat dan merdeka. Ini adalah posisi dasar yang akan terus
kita jalankan", ujar Presiden kepada media. Merujuk pada perkembangan status
Palestina di fora internasional, seperti keanggotaannya pada UNESCO dan
statusnya sebagai observer country di PBB, Indonesia memandang ini sebagai
langkah maju bagi pencapaian negara Palestina yang berdaulat dan diakui dunia
internasional.
Kaum wanita di Palestina pun tak luput dalam daftar korban perang.
Pemerintah Indonesia pun ingin mereka dikirim ke tanah air untuk menjalani
pendidikan maupun diberdayakan secara ekonomi.
Dengan Palestina sudah ada program. Upaya tersebut akan terus
berlangsung

dengan

pengiriman

warga

perempuan

Palestina

ke

Indonesia,terang Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan


Anak (Meneg PP&PA), Linda Amalia Sari Gumelar, Selasa (4/12) malam.
Pemerintah Indonesia, diakuinya telah memiliki program untuk para
perempuan Palestinamelalui hubungan government to government. Selama
acara Konferensi Tingkat Menteri Organisasi Kerjasama Islam (OKI), di Ritz
Carlton Jakarta pun, sudah dua kali Linda mengutarakan maksudnya pada
delegasi Palestina. Program tersebut menurutnya, berupa pelatihan dengan
mendidik para wanita Palestina ke Indonesia.
Menteri Urusan Wanita Palestina, Rabhihah Hamdan mengucapkan terima
kasih atas bantuan Indonesia. Menurutnya, Palestina harus meghadapi beberapa
hal untuk memamukan negeri khususnya pemberdayaan perempuan. "Terutama
wanita sipil yang rentan konflik," ujarnya.
3.3.1

Hubungan Inodenesia Mesir

Indonesia memiliki kedutaan besar di Kairo dan Mesir memiliki kedutaan


besar di Jakarta. Mesir termasuk salah satu negara pertama yang mengakui
kemerdekaan Indonesia. Gamel Abdel Nasser dari Mesir dan Soekarno dari
Indonesia adalah dua dari lima anggota pendiri Gerakan Non-Blok. Kedua negara
adalah anggota OKI, GNB, dan negara berkembang G20.
Selain hubungan bilateral antar negara, hubungan juga terjalin di dalam
organisasi-organisasi internasional. Dengan ideologi politik luar negeri bebas
aktifnya, Indonesia turut serta berkontribusi diberbagai macam organisasi
internasional.

Keikutsertaan

Indonesia

mendapatkan

apresiasi

negara-negera

dari

dikancah

internasional

sahabat,

hal

ini

seringkali
dikarenakan

Indonesia senatiasa aktif berkontribusi dilevel internasional utamanya dalam hal


turut serta menciptakan perdamaian dunia. Oleh sebab itu, seringkali Indonesia
menduduki posisi-posisi penting dalam organisasi internasional tersebut. Dan
inilah macam-macam

organisasi

internasional dalam

bidang

sosial

dimana

Indonesia memiliki andil besar didalamnya:


1. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) atau yang dalam bahasa inggrisnya
disebut United Nations (UN) merupakan organisasi dilevel internasional yang
beranggotakan hampir seluruh negara-negera yang ada didunia. Organisasi ini
bertujuan untuk menjembatani hal-hal yang menyangkut perdamaian dunia,
keamanan

internasional,

hukum internasional,

keadilan

sosial,

hak

asasi

manusia, pengembangan ekonomi dan hal-hal lainnya. Hubungan Indonesia di


PBB mengalami pasang surut, Indonesia pernah aktif menjadi majelis umum,
dewan keamanan, dewan ekonomi dan sosial, dewan hak asasi manusia di PBB,
selain itu Indonesia juga pernah mundur dari PBB.
2. Association of South East Asian Nations (ASEAN)
Keikutsertaan Indonesia dalam organisasi internasional tidak hanya dilevel
global melainkan juga dilevel regional. Indonesia merupakan satu dari sepuluh
anggota Association of South East Asia Nations (ASEAN) atau yang dalam bahasa
Indonesianya berarti Perhimpunan Bangsa-Bangsa di Asian Tenggara (Perbara).
Indonesia memiliki peran penting dalam organisasi internasional ini karena
merupakan
terbentuknya

salah

satu

ASEAN

pendiri

adalah

terbentuknya

untuk

organisasi

meningkatkan

ASEAN.

pertumbuhan

Tujuan

ekomoni,

keadilan sosial, pengembangan budaya antara negara-negera anggota serta


menjaga perdamaian dan stabilitas dikawasan ASEAN. Tolok ukur kebijakan luar
negeri kontemporer Indonesia adalah partisipasinya dalam Association of
Southeast Asian Nations (ASEAN), karena Indonesia bersama Thailand, Malaysia,
Singapura, dan Filipina merupakan anggota pendirinya pada tahun 1967. Sejak
itu, Brunei, Vietnam, Laos, Burma, dan Kamboja bergabung dengan ASEAN.
Awalnya dibentuk untuk mempromosikan tujuan ekonomi, sosial, dan budaya
bersama. Kerjasama di bidang pembangunan dan kesejahteraan sosial dilakukan
melalui ASEAN Senior Officials Meeting on Social Welfare and Development
(SOMSWD). SOMSWD memfokuskan pada program-program kesejahteraan sosial
yang meliputi antara lain kependudukan, anak-anak, penyandang cacat, lansia
dan keluarga.
Selain itu, guna mencapai tujuan dalam membentuk komunitas ASEAN
2015, ASEAN juga telah memfokuskan kerjasama pembangunan sosial melalui
pendekatan right based approach. Upaya tersebut dimaksudkan agar seluruh
golongan masyarakat termasuk anak-anak, perempuan para manula dan juga
penyandang cacat dapat memiliki kesempatan yang sama dalam memperoleh
kesejahteraan. Upaya tersebut tercermin dari rekomendasi 2nd ASEAN GO-NGO
Forum yang berlangsung secara back-to-back dengan 6th ASEAN Ministerial
Meeting for Social Welfare and Development di Ha Noi tanggal 4-6 Desember
2007, yang berupaya mengarustamakan para penyandang cacat dalam setiap
kebijakan pembangunan dan kesejahteraan sosial dengan menggunakan right
based approach tersebut.
Pertemuan Preparatory Senior Officials Meeting for the 6th ASEAN
Ministerial Meeting for Social Welfare and Development (PrepSOM for the 6th
AMMSWD) di Ha Noi, tanggal 4-5 Desember 2007 antara lain merekomendasikan
sejumlah program kegiatan untuk dicantumkan dalam cetak biru ASEAN SocioCulture Community (ASCC Blueprint), sebagai acuan dalam pelaksanaan
kerjasama pembangunan dan kesejahteraan sosial yaitu:
- Pembentukan suatu jejaring atau kelompok kerja bagi pencegahan kekerasan
terhadap perempuan dan anak serta mengesahkan Kerangka Acuannya pada
tahun 2009.

- Pembentukan

Jejaring

untuk

mencegah

dan

memerangi

perdagangan

manusia, khususnya, perempuan dan anak serta mengesahkan Kerangka


Acuannya pada tahun 2011.
3. Organisasi Perburuhan Internasional (ILO)
Indonesia bergabung dengan ILO pada tahun 1950 dan pada tahun 1970
ILO membuka kantornya di Jakarta. Pada tahun 2000, Indonesia menjadi negara
Asia pertama yang meratifikasi keseluruhan delapan konvensi fundamental ILO
sebagai kelanjutan ratifikasi Konvensi No. 182 tentang dengan Penghapusan
Bentuk-bentuk Terburuk Pekerjaan Anak. Setelah diundangkannya UndangUndang No. 2 Tahun 2004 mengenai Penyelesaian Perselisihan Hubungan
Industrial, Indonesia mengimplementasikan program reformasi undang-undang
ketenagakerjaan

sesuai

dengan

komitmen

dari

gerakan

reformasi

untuk

meratifikasi dan mengimplementasikan seluruh konvensi fundamental ILO


(dengan undang-undang baru yang berkenaan dengan serikat pekerja, masalahmasalah yang berkenaan dengan angkatan kerja dan penyelesaian perselisihan
tenaga kerja). Di tahun 2011, Indonesia menjadi negara pertama di dunia yang
mengadopsi Pakta Lapangan Kerja ILO, yang diadopsi pada saat Konferensi
Tenaga Kerja Internasional di Geneva pada tahun 2009.
4. Gerakan Non-Blok (GNB)
Indonesia juga merupakan salah satu pendiri Gerakan Non Blok dan telah
mengambil posisi moderat dalam setiap pertemuan. Sebagai Ketua GNB tahun
1992-95, Indonesia menarik GNB dari retorika konfrontasi Utara-Selatan, dan
menyuarakan perluasan kerja sama Utara-Selatan dalam bidang pembangunan.
Indonesia terus menjadi pemimpin Gerakan Non-Blok terdepan dan suportif.
5. Intergovernmental Group on Indonesia (IGGI)
Setelah 1966, Indonesia menyambut dan membuat hubungan dekat
dengan negara-negara pendonor, terutama Amerika Serikat, Eropa Barat,
Australia, dan Jepang, melalui Intergovernmental Group on Indonesia (IGGI) dan
penggantinya, Consultative Group on Indonesia (CGI), yang telah menyediakan
bantuan ekonomi asing dalam jumlah besar. Masalah di Timor Leste dan
keeengganan

Indonesia

untuk

menerapkan

reformasi

memperumit hubungan Indonesia dengan negara pendonor.

ekonomi

telah

6. Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC)


Indonesia dari dulu merupakan pendukung kuat forum Asia-Pacific
Economic Cooperation (APEC). Melalui upaya Presiden Soeharto pada pertemuan
tahun 1994 di Bogor, Indonesia, semua anggota APEC setuju memberlakukan
perdagangan bebas di kawasan Asia-Pasifik pada tahun 2010 untuk negara maju
dan 2020 untuk negara berkembang.
7. UNICEF
Sejak awal masa kemerdekaan, UNICEF tetap dianggap mitra Indonesia
yang berkomitmen untuk memperbaiki hidup anak-anak dan wanita di seluruh
nusantara. Prioritas awal UNICEF adalah memberikan pelayanan dan persediaan
yang sangat diperlukan untuk memperbaiki kesehatan anak Indonesia dan
keluarganya.
Pada awal 1960an, UNICEF berkembang menjadi organisasi pembangunan
yang lebih terkonsentrasi pada kesejahteraan anak daripada sekedar bantuan
kemanusiaan. Pada 1962, UNICEF melaksanakan program gizi di 100 desa dari
delapan propinsi. Pada November 1966, Menteri Luar Negeri Adam Malik
menandatangani

perjanjian

kerjasama

UNICEF

dan

pemerintah

Indonesia

sesudah Indonesia bergabung dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa.


Awalnya fokus kerjasama menitikbertakan kelangsungan hidup anak-anak.
Baru

kemudian

fokus

berkembang

pada

masalah-masalah

lain

yang

menguntungkan kedua belah pihak. Selama 50 tahun, UNICEF memainkan


peranan penting dalam membantu pemerintah memajukan hidup anak-anak dan
wanita. Sekarang UNICEF berkarya di 12 kantor wilayah untuk membantu
melaksanakan program di 15 propinsi yang mencakup lebih dari 20 juta orang
Indonesia.

Bersama

dengan

mitra-mitranya

UNICEF

berhasil

membantu

mengembangkan dan melobi adopsi Undang-undang Perlindungan Anak 2002.


Undang-undang ini akan menjadi landasan hukum bagi perlindungan hak anak.
Indonesia dan UNICEF menandatangani perjanjian kerjasama baru untuk
Rencana Pembangunan Lima Tahun 2006-2010 yang terfokus pada enam
program: Pendidikan, Kesehatan, Air dan Sanitasi, Memerangi HIV dan AIDs,
Perlindungan

Anak

dan

Keadaan

Darurat.

ditandatangi pada tanggal 12 Januari 2010.

Kerjasama

untuk

tahun

2010

Jadi, hubungan internasional Indonesia secara social sebelum merdeka


terhadap negara tetangga khususnya adalah untuk meminta bantuan agar bisa
dapat membantu Indonesia untuk memerdekakan bangsanya. Sedangkan, pada
saat sesudah kemerdekaan indonesia mempunyai hubungan internasional
dengan negara luar baik dalam bidang sosial, ekonomi, pendidikan, kesehatan,
budaya serta pertahanan negara. Salah satu hubungan dalam bidang sosial
diantarnya

adalah

untuk

mengurangi

kemiskinan,

pemberdayaan

wanita,

perlindungan tenaga kerja wanita dan anak-anak, kesehatan serta pendidikan.


Hubungan internasional yang terjalin selain hubungan bilateral antar
negara juga hubungan yang terjalin antar organisasi internasional, salah satu
contohnya adalah menjadi anggota UNICEF, UNICEF tetap dianggap mitra
Indonesia yang berkomitmen untuk memperbaiki hidup anak-anak dan wanita di
seluruh nusantara. Prioritas awal UNICEF adalah memberikan pelayanan dan
persediaan

yang

sangat

diperlukan

untuk

memperbaiki

kesehatan

anak

Indonesia dan keluarganya.


Tidak dapat dipungkiri bahwa salah satu hal terpenting dalam peningkatan
hubungan antardua negara adalah kerja sama baik dalam bidang ekonomi,
sosial, dan politik. Maka, di tengah kondisi internal negara seperti sekarang ini,
ada baiknya Indonesia meningkatkan hubungannya dengan negara-negara kuat
di dunia. Hubungan atas dasar saling menghormati kedaulatan masing-masing.
Semakin baik pula bila hubungan bilateral itu dapat dikembangkan dalam
konteks kawasan, selama itu dapat mendukung politik luar negeri Indonesia.
Dalam konteks ini, Indonesia perlu secara bijaksana mengantisipasi setiap
perubahan global yang terjadi dengan pesat. Dari situ, Indonesia dapat memetik
banyak pelajaran berharga. Misalnya dari RRC, terutama bagaimana negara
tersebut seakan kebal menghadapi badai internasional setelah peristiwa 11
September, dan terus tumbuh menjadi salah satu negara paling berpengaruh di
dunia.
Meski demikian, Indonesia tidak diperbolehkan meninggalkan prinsip
kehati-hatian dalam politik luar negerinya, karena jelas baik RRC mapun AS juga
memiliki motivasinya sendiri dalam menjalin hubungan baik dengan negaranegara Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Andai kata pemerintah Indonesia
dipimpin secara kuat dan efektif, mungkin sekali persoalan dapat lebih dibatasi.
Akan tetapi Reformasi yang tidak kunjung menghasilkan kepemimpinan efektif
dan kuat akan berpengaruh sekali terhadap perkembangan bangsa yang
membawa kemajuan bagi rakyat.

BAB IV
PENUTUP

4.1

Kesimpulan
Hubungan Internasional merupakan kegiatan interaksi manusia antar

bangsa baik secara individual maupun kelompok, ahli hukum mengatakan bahwa
hubungan internasional adalah hubungan antara bangsa.
Hubungan

internasional

Indonesia

secara

social

sebelum

merdeka

terhadap negara tetangga khususnya adalah untuk meminta bantuan agar bisa
dapat membantu Indonesia untuk memerdekakan bangsanya. Sedangkan, pada
saat sedudah kemerdekaan hubungan internasional Indonesia terhadap negara
luar salah satu contohnya adalah menjadi anggota UNICEF, UNICEF tetap
dianggap mitra Indonesia yang berkomitmen untuk memperbaiki hidup anakanak dan wanita di seluruh nusantara. Prioritas awal UNICEF adalah memberikan
pelayanan

dan

persediaan

yang

sangat

diperlukan

untuk

memperbaiki

kesehatan anak Indonesia dan keluarganya.


Ada beberapa faktor yang ikut menetukan dalam proses hubungan
internasional, baik secara bilateral maupun multilateral, antara lain kekuatan
nasional, jumlah penduduk, sumber daya alam, dan letak geografis negaranya.
Secara umum, titik berat dalam hubungan internasional, antara lain dalam
bidang pertahanan dan keamanan, ekonomi, sosial dan budaya, serta ideologi.
Suatu negara dapat melakukan hubungan internasional manakala kemerdekaan

dan kedaulatannya, baik secara de facto maupun de jure telah diakui oleh
negara lain.

DAFTAR PUSTAKA

http://yleinussa.mhs.uksw.edu/2012/11/kerjasama-negara-indonesiadengan.html

http://www.kemlu.go.id/melbourne/Pages/News.aspx?IDP=6820&l=id

Koran Tempo, April 1, 2002


http://www.pelita.or.id/baca.php?id=11822 (diakses 17 november 2009)
http://www.antara.co.id/print/?i=1188469808 (diakses tanggal 17 november

2009)
http://www.dephan.go.id/modules.php?name=News&file=article&sid=4788

(diakses tanggal 17 november 2009)


http://frenndw.wordpress.com/2010/01/13/hubungan-indonesia-dengan-

negara-negara-besar-cina-dan-amerika-serikat/
http://id.wikipedia.org/wiki/Hubungan_luar_negeri_Indonesia
http://id.wikipedia.org/wiki/Hubungan_Amerika_Serikat_dengan_Indonesia

http://anita-irawan.blogspot.com/2012/01/artikel-kerjasama-negara-negaraasean.html

Anda mungkin juga menyukai