Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang Masalah


Al-Quran datang ke hadapan kaum Arab kala itu dengan format yang tidak
pernah mereka kenal sebelumnya serta keindahan gaya bahasa yang tak tertandingi
oleh para tokoh dan pakar bahasa waktu itu. Kitab suci ini telah menantang para
pujangga dan tokoh-tokoh penyair Arab untuk membuat tandingan bagi Al-Quran,
mulai dari terberat atau membuat satu saja:
1

(38).

Atau (patutkah) mereka mengatakan: "Muhammad membuat-buatnya." Katakanlah:


"(Kalau benar yang kamu katakan itu), maka cobalah datangkan sebuah surat
seumpamanya dan panggillah siapa-siapa yang dapat kamu panggil (untuk
membuatnya) selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar."(Q.S. Yunus : 38),
Banyak cara pendekatan dan corak tafsir yang mengandalkan nalar, sehingga
akan sangat luas pembahasan apabila kita bermaksud menelusurinya satu demi satu.
Untuk itu, agaknya akan lebih mudah dan efesien, pembahasan didalam makalah
hanya mengambil empat metode tafsir saja yaitu tahliliy, ijmaliy, muqaran, dan
maudhui. Pentingnya metode tafsir tahlili,ijmali, muqaran dan maudhui dalam
menafsirkan ayat-ayat Al-Quran adalah untuk membantu dan memudahkan bagi
orang yang ingin mempelajari dan memahami ayat Al-Quran itu sendiri. dan
mengingat empat metode tersebut telah menjadi pilihan banyak mufassir (ulama
tafsir) dalam karyanya.
B. Rumusan masalah
1.

Apa Pengertian Metode Tafsir Tahliliy, Ijmaliy, Muqaran, Dan Maudhu.?

2.

Bagaimana analisis Kelebihan Dan Kekurangan dari berbagai metode?

1 Departemen Agama, Al-Quran dan Terjemahannya, Q.S.Yunus (38).

BAB II
PEMBAHASAN
A.

Model Penafsiran
Al-Quran adalah sumber bacaan ajaran agama Islam. Laksana samudera
yang keajaiban dan keunikannya tidak pernah sirna ditelan masa, sehingga lahirlah
beberapa macam-macam penafsiran dengan metode yang beranekaragam. Para
ulama telah menulis dan mempersembahkan karya-karya mereka dibidang tafsir ini,
dan menjelaskan metode-metode yang digunakan oleh masing-masing tokoh
penafsir, metode-metode yang digunakan oleh masing-masing tokoh penafsir ialah
metode tahlily, ijmali, muqaran, dan maudhui.2. Pentingnya metode

tafsir tahlili,ijmali, muqaran dan maudhui dalam menafsirkan ayat-ayat Al-Quran


adalah untuk membantu dan memudahkan bagi orang yang ingin mempelajari dan
memahami ayat Al-Quran itu sendiri. dan mengingat empat metode tersebut telah
menjadi pilihan banyak mufassir (ulama tafsir) dalam karyanya.
1.

Tafsir Tahlily
Kata tahliliy adalah bahasa arab yang berasal hallala-yuhallilu-tahlilan yang

berarti to analize atau detailing, ana lyzing, menganalisa atau mengurai, dan kata
tahlily berarti analytic3. Metode tahliliy, yang dinamai oleh Baqir Al-Shadr sebagai
metode tajziiy,adalah satu metode tafsir yang Mufassirnya berusaha
kandungan ayatayat-ayat

menjelaskan

ayat Alquran dari berbagai seginya dengan memperhatikan runtunan

Alquran sebagaimana tercantum di dalam

mushaf.[4]

Al-farmawi juga mendefenisikan tafsir tahlili dengan suatu metode tafsir


yang bermaksud menjelaskan kandungan ayat-ayat Al-Quran dari seluruh
aspeknya. Dan menerangkan makna-makna yang tercakup didalamnya sesuai
dengan keahlian dan kecenderungan mufassir yang menafsirkan ayat-ayat
tersebut. Dan beliau juga menguraikan bahwa bahwa penjelasan makna tersebut

2 Baidan Nashruddin, Metodologi Penafsiran Al-Quran, Pustaka Pelajar, Cet.1, 1998.


hal.63.
3 Ibid, hal.63.
2

bisa tentang makna kata, penjelasan umumnya, susunan

kalimatnya, asbab al-

nuzulnya.
Metode ini terkadang menyertakan perkembangan kebudayaan generasi
Nabi, Sahabat maupun Tabiin, terkadang pula diisi dengan uraian-uraian
kebahasaan dan meteri-materi khusus lainnya yang kesemuanya ditujukan untuk
memahami Al-Quran yang mulia ini. Sedangkan M. Quraish Shihab
berpendapat bahwa tafsir tahlili merupakan suatu bentuk tafsir dimana
mufassirnya berusaha menjelaskan kandungan ayat-ayat Al-Quran dari berbagai
seginya dengan memperhatikan runtutan ayat-ayat Al-Quran sebagaimana tercantum
dalam mushaf.4
Para ulama membagi wujud tafsir Al-Quran dengan metode tahlily kepada
tujuh macam, yaitu : tafsir bi al-Matsur, tafsir bi al-Rayi, tafsir shufi, tafsir
falasafi, tafsir fiqhi, tafsir ilmi, dan tafsir adabi.
a.

Tafsir bi al-Matsur , yaitu penafsiran ayat Al-Quran terhadap

maksud ayat Al-Quran yang lain, termasuk dalam tafsir ini ialah
dengan hadis-hadis

yang diriwayatkan dari Rasulullah.SAW.

Penafsiran Al-Quran dengan pendapat para sahabat dan tabiin.


b.

Tafsir bi al-Rayi, yaitu penafsiran yang dilakukan mufassir dengan


menjelaskan ayat Al-Quran berdasarkan pendapat atau akal. Para
ulama menegaskan bahwa tafsir ini ada yang diterima dan ada yang
ditolak. Suatu penafsiran bi al-Rayi dapat dilihat dari segi kualitas
penafsirannya.

c.

Tafsir Shufi, yaitu penafsiran yang dilakukan para sufi yang pada
umumnya dikuasai oleh ungkapan mistik. Ungkapan-ungkapan
tersebut tidak dapat dipahami kecuali oleh orang-orang sufi dan yang
melatih diri untuk menghayati ajaran tasawuf.

d.

Tafsir Fikih, yaitu penafsiran ayat Al-Quran yang dilakukan (tokoh)


suatu mazhab untuk dapat dijadikan sebagai dalil atas kebenaran
mazhabnya. Tafsir fikih banyak ditemukan dalam kitab-kitab fikih
karangan imam-imam dari berbagai mazhab yang berbeda.

e.

Tafsir Falsafi,

yaitu penafsiran ayat-ayat Al-Quran

dengan

menggunakan teori-teori filsafat


4 Anton Baker, Metode-Metode Filsafat, Ghalia Indonesia, Jakarta, hal.10.
3

f.

Tafsir Ilmi, yaitu penafsiran ayat-ayat Al-Quran dengan mengaitkan


dengan ilmu-ilmu pengetahuan modern yang timbul pada masa
sekarang.

g.

Tafsir Adabi,

yaitu penafsiran ayat-ayat Al-Quran

dengan

mengungkapkan segi balaghah Al-Quran dan kemujizatannya,


menjelaskan
Al-Quran ,

makna -makna dan sasaran-sasaran yang dituju oleh


mengungkapkan hukum-hukum alam, dan tatanan

kemasyarakatan yang dikandungnya. Tafsir adabi merupakan corak


baru yang menarik pembaca dan menumbuhkan kecintaan kepada AlQuran serta memotivasi untuk menggali makna-makna dan rahasiarahasia Al-Quran.5
2.Tafsir Ijmali
Tafsir ijmali yaitu, penafsiran Al-Quran dengan uraian singkat dan global
tanpa uraian panjang lebar. Mufassir menjelaskan arti dan makna ayat dengan
uraian singkat yang dapat menjelaskan sebatas artinya tanpa menyinggung
hal-hal selain arti yang dikehendaki. Hal ini dilakukan terhadap ayat-ayat Al-Quran,
ayat demi ayat dan surat demi surat sesuai urutannya dalam mushaf dalam kerangka
uraian yang mudah dengan bahasa dan cara yang dapat dipahami oleh semua orang.
Kadangkala mufassir dengan metode ini menafsirkan Al-Quran dengan lafazh AlQuran sehingga pembaca merasa bahwa uraian tafsirnya tidak jauh dari konteks AlQuran. Kadangkala pada ayat-ayat tertentu ia menunjukkan sebab turunnya ayat,
peristiwa yang dapat menjelaskan arti ayat, mengemukakan hadis Rasulullah atau
pendapat ulama yang saleh.
Dengan cara demikian , dapatlah diperoleh pengetahuan yang sempurna dan
sampailah ia kepada tujuannya dengan cara yang mudah serta uraian yang singkat
dan bagus.6
3.Tafsir Muqaran
Kata muqaran merupakan mashdar dari kata - - yang berarti
perbandingan (komparatif). At-Tafsir al-Muqarin (tafsir perbandingan), yakni tafsir
5 Said Agil Al-Munawar, Al-Quran (Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki), Ciputat
Press, Jakarta,hal.69-72.
6 Ibid, hal.72.
4

yang mempergunakan metode perbandingan (analogi). Apa yang diperbandingkan


dalam tafsir al-muqarin ini ? Yang diperbandingkan adalah antara penafsiran satu
ayat dengan penafsiran ayat yang lain, yakni ayat-ayat yang mempunyai kemiripan
redaksi dari dua masalah atau kasus yang berbeda atau lebih, atau ayat-ayat yang
memiliki redaksi yang berbeda dalam kasus yang sama atau diduga sama. Juga
membandingkan antara penafsiran ayat Al-Quran dengan hadits Rasulullah SAW
serta membandingkan pendapat ulama tafsir yang satu dengan yang lain dalam
penafsiranAl-Quran. 7
Seorang mufassir dengan metode muqaran dituntut harus mampu
menganalisis pendapat-pendapat para ulama tafsir yang ia kemukakan, lalu ia harus
mengambil sikap menerima penafsiran yang dinilai benar dan menolak penafsiran
yang tidak dapat diterima rasionya, serta menjelaskan kepada pembaca alasan dari
sikap yang diambilnya. Selain rumusan sebagaimana dikemukakan diatas, metode
tafsir muqaran mempunyai pengertian dan lapangan yang luas, yaitu
membandingkan antara ayat-ayat Al-Quran yang berbicara tentang satu masalah
atau membandingkan antara ayat-ayat Al-Quran dengan hadis-hadis Nabi yang
tampaknya (lahiriyah) berbeda , serta mengkompromikan dan menghilangkan dugaan
adanya pertentangan antara hadis-hadis Rasulullah.SAW. dan kajian-kajian lain yang
sangat berharga, yang dengan itu akan tampak jelas kelebihan dan profesionalisme
seorang mufassir pada bidangnya dengan kemampuan menggali makna-makna AlQuran yang belum berhasil diungkapkan penafsir lainnya.
4.

Tafsir Maudhui
Metode tafsir maudhui (tematik), yaitu metode yang ditempuh seorang

mufassir dengan cara menghimpun seluruh ayat-ayat Al-Quran yang berbicara


tentang suatu masalah serta mengarah kepada satu pengertian dan satu tujuan,
sekalipun ayat-ayat itu (cara) turunnya berbeda, tersebar pada berbagai surat dalam
Al-Quran dan berbeda pula waktu dan tempat turunnya.
Kemudian ia menentukan ayat-ayat itu sesuai dengan masa turunnya,
mengemukakan sebab turunnya sepanjang hal itu dimungkinkan (jika ayat-ayat itu
turun karena sebab tertentu), menguraikannya dengan sempurna menjelaskan makna
dan tujuannya. Ciri metode ini ialah menonjolkan tema. Judul atau topik
pembahasan, sehingga tidak salah jika dikatakan bahwa metode ini juga disebut
7 Ibid, hal.73.
5

metode topikal. Jadi, mufassir mencari tema-tema atau topik-topik yang ada di
tengah masyarakat atau berasal dari al-Quran itu sendiri, atau dari lain-lain.
Kemudian tema-tema yang sudah dipilih itu dikaji secara tuntas dan menyeluruh dari
berbagai aspeknya sesuai dengan kapasitas atau petunjuk yang termuat di dalam
ayat-ayat yang ditafsirkan tersebut. Jadi penafsiranyang diberikan tidak boleh jauh
dari pemahaman ayat-ayat al-Quran agar tidak terkesan penafsiran tersebut
berangkat dari pemikiran atau terkaan berkala [al-ray al-mahdh]. Oleh karena itu
dalam pemakainnya, metode ini tetap menggunakan kaidah-kaidah yang berlaku
secara umum di dalam ilmu tafsir
Pada tahun 1977, Abdul Hay al-Farmawy, guru besar Fak.
Ushuluddin alAzhar, mengarang sebuah karya yang berjudul Al-Bidayah fi alTafsir al-Mauduiy. Dalam buku itu diungkapkan secara rinci tentang
langkah-langkah dalam menggunakan metode Mauduiy, yaitu:
a.

Menetapkan masalah (topik) yang akan dibahas

b.

Menghimpun ayat-ayat yang berkaitan dengan masalah tersebut

c.

Menyusun runtutan ayat sesuai masa turunnya (Asbab al-Nuzul)

d.

Memahami korelasi ayat-ayat dalam surahnya masing-masing

e.

Menusun pembahasan dalam kerangka yang sempurna

f.

Melengkapi pembahasan dengan hadits-hadits yang relevan dengan pokok


bahasan
g.

Mempelajari ayat-ayat secara keseluruhan dengan cara menghimpun ayatayatnya yang mempunyai pengertian yang sama, atau mengkompromikan
antara yang am dan yang khas, mutlak dan muqayyad, atau yang pada
lahirnya bertentangan sehingga semuanya bertemu dalam satu muara tanpa
perbedaan atau pemaksaan.8

Kelebihan dan Kekurangan dari Berbagai Metode


1.

Kelebihan dan Kekurangan Tafsir Tahlili


1.1

Kelebihan Tafsir Tahlili


a.

Ruang lingkup yang luas: Metode analisis mempunyai ruang


lingkup yang termasuk luas. Metode ini dapat digunakan
oleh mufassir dalam dua bentuknya; matsur dan ray dapat

8 Al-Farmawy, Al-Bidayah fi Al-Maudhuiy, Al-Hadararah Al-Arabiyah, Kairo, 1997, hal.62.


6

dikembangkan dalam berbagai penafsiran sesuai dengan


keahlian masing-masing mufassir.
b.

Memuat berbagai ide: metode analitis relatif memberikan


kesempatan yang luas kepada mufassir untuk mencurahkan
ide-ide dan gagasannya dalam menafsirkan al-Quran. Itu
berarti, pola penafsiran metode ini dapat menampung berbagai
ide yang terpendam dalam bentuk mufassir termasuk yang
ekstrim dapat

ditampungnya. Dengan terbukanya pintu

selebar-lebarnya

bagi mufassir

untuk mengemukakan

pemikiran-pemikirannya dalam menafsirkan al-Quran.


1.2.

Kekurangan Tafsir Tahlili


a.

Penafsiran dengan memakai metode ini tidak dapat diberikan


kepada pemula yang baru mempelajari tafsir,karena
pembahasan yang dikemukakan di dalamnya terlalu luas dan
kadang-kadang ekstrim,

b.

Metode

ini kurang dapat diandalkan untuk menjawab

permasalahan sosial yang tumbuh di tengah masyarakat,


karena metode ini lebih mengutamakan perbandingan dari pada
pemecahan masalah,
c.

Metode ini terkesan lebih banyak menelusuri penafsiranpenafsiran yang pernah dilakukan oleh para ulama daripada
mengemukakan penafsiran-penafsiran baru yang lebih kreatif
dan orisinal. Jadi ini hanya kumpulan kitab tafsir dari berbagai
sumber terus disusun menjadi satu kitab.

2.

Kelebihan dan Kekurangan Tafsir Ijmali


2.1.

Kelebihan Tafsir Ijmali


a.

Praktis dan mudah diphami oleh umat dari berbagai strata


sosial dan lapisan masyarakat.

b.

Bebas dari penafsiran spekulatif.

c.

Akrab dengan bahasa Al-Quran, karena tafsir ini dengan


metode global menggunakan bahasa yang singkat dan akrab
dengan bahasa Arab.

2.2.

Kekurangan Tafsir Ijmali

a.

Menjadikan petunjuk Al-Quran bersifat parsial, padahal AlQuran merupakan satu kesatuan yang utuh, sehingga satu ayat
dengan ayat yang lain membentuk satu penegertian yang utuh ,
tidak terpecah-pecah.

b.

Tidak ada ruangan untuk mengemukakan analisis yang


memadai. Tafsir yang

memakai metode ijmali tidak

menyediakan ruang untuk memberikan uraian yang luas, jika


menginginkan adanya analisis yang rinci.9
3.

Kelebihan dan Kekurangan Tafsir Muqaran.


3.1.

Kelebihan Tafsir Muqaran


a.

Memberikan wawasan penafsiran yang relatif lebih luas


kepada pada pembaca bila dibandingkan dengan metodemetode lain. Di dalam penafsiran ayat al-Quran dapat ditinjau
dari berbagai disiplin ilmu pengetahuan sesuai dengan keahlian
mufassirnya,

b.

Membuka pintu untuk selalu bersikap toleransi terhadap


pendapat orang lain yang kadang-kadang jauh berbeda dari
pendapat kita dan tak mustahil ada yang kontradiktif. Dapat
mengurangi fanatisme yang berlebihan kepada suatu mazhab
atau aliran tertentu,

c.

Tafsir dengan metode ini amat berguna bagi mereka yang ingin
mengetahui berbagai pendapat tentang suatu ayat,

d.

Dengan menggunakan metode ini, mufassir didorong untuk


mengkaji berbagai ayat dan hadis-hadis serta pendapat para
mufassir yang lain.

3.2.

Kekurangan Tafsir Muqaran


a.

Penafsiran dengan memakai metode ini tidak dapat diberikan


kepada pemula yang baru mempelajari tafsir, karena
pembahasan yang dikemukakan di dalamnya terlalu luas dan
kadang-kadang ekstrim,

b.

Metode

ini kurang dapat diandalkan untuk menjawab

permasalahan

sosial yang tumbuh di tengah masyarakat,

9 Suryadilaga,et.al, Metodologi Ilmu Tafsir, Teras, Yogyakarta, 2010, hal 89.


8

karena metode ini lebih mengutamakan perbandingan dari pada


pemecahan masalah,
c.

Metode ini terkesan lebih banyak menelusuri penafsiranpenafsiran yang pernah dilakukan oleh para ulama daripada
mengemukakan penafsiran-penafsiran baru yang lebih kreatif
dan orisinal. Jadi ini hanya kumpulan kitab tafsir dari berbagai
sumber terus disusun menjadi satu kitab.10

4. Kelebihan dan Kekurangan Tafsir Maudhui


4.1.

Kelebihan Tafsir Maudhui


a.

Menghindari problem atau kelemahan metode lain

b.

Menafsirkan ayat dengan ayat atau hadits Nabi, satu cara


terbaik dalam menafsirkan al-Quran

c.

Kesimpulan yang dihasilkan mudah dipahami

d.

Metode

ini memungkinkan seseorang untuk menolak

anggapan

adanya ayat-ayat yang bertentangan dalam al-

Quran, sekaligus membuktikan bahwa ayat-ayat al-Quran


sejalan dengan

perkembangan ilmu pengetahuan dan

masyarakat.
4.2.

Kelemahan Tafsir Maudhui


a.

Kesullitan dalam memenggal ayat al-Quran: Yang dimaksud


memenggal ayat al-Quran ialah suatu kasus yang terdapat di
dalam suatu ayat atau lebih mengandung banyak permasalahan
yang berbeda. Misalnya, petunjuk tentang shalat dan zakat.
Biasanya kedua ibadah itu diungkapkan bersama dalam satu ayat.
Apabila ingin membahas kajian tentang zakat misalnya, maka
mau tidak mau ayat tentang shalat harus di tinggalkan ketika
menukilkannya dari mushaf agar tidak mengganggu pada waktu
melakukan analisis.

b.

Memasung dan membatasi pemahaman ayat: Dengan


diterapkannya judul penafsiran, maka pemahaman suatu ayat
menjadi terbatas pada permasalahan yang dibahas tersebut.

10 M.Quraish Shihab, Membumikan Al-Quran, Mizan, Bandung, 1992.hal.40.


9

Akibatnya mufassir terikat oleh judul itu. Padahal tidak mustahil


satu ayat itu dapat ditinjau dari berbagai aspek, karena dinyatakan
Darraz bahwa, ayat al-Quran itu bagaikan permata yang setiap
sudutnya memantulkan cahaya. Jadi, dengan diterapkannya judul
pembahasan, berarti yang akan dikaji hanya satu sudut dari
permata tersebut.
c.

Teks Al quran sesuatu yang bersifat absolut dan permanen


sementara tema-tema (waqiiyyah) terus berkembang sesuai
dengan perkembangan kehidupan manusia dengan berbagai tema
yang ada. Untuk itu metode ini memungkinkan munculnya
pemerkosaan terhadap ayat atas konteks permasalahan yang ada
dalam dunia kontemporer. Misalnya kata al Sayyarah, akan
terjebak dengan pengertian makna maudzu dimaknai dengan
mobil, ayat hatifun, dimaknai sebagai ayat tema - tema telepon
dll.11

C.

Pendekatan Ilmu Sosial Modern dalam Penafsiran


1.

Pendekatan Antropologis
Antropologi, sebagai sebuah ilmu yang mempelajari manusia, menjadi sangat

penting untuk memahami agama. Antropologi mempelajari tentang manusia dan


segala perilaku mereka untuk dapat memahami perbedaan kebudayaan manusia.
Dibekali dengan pendekatan yang holistik dan komitmen antropologi akan
pemahaman tentang manusia, maka sesungguhnya antropologi merupakan ilmu yang
penting untuk mempelajari agama dan interaksi sosialnya dengan berbagai budaya.
Nurcholish Madjid mengungkapkan bahwa pendekatan antropologis sangat penting
untuk memahami agama Islam, karena konsep manusia sebagai khalifah (wakil
Tuhan) di bumi, misalnya, merupakan simbol akan pentingnya posisi manusia
dalam

Islam. Ini menunjukkan betapa pentingnya manusia sebagai pelaku

peradaban.

maka mempelajari segala sesuatu yang bersangkutan dengan manusia, terlebih

dalam konteks memahami kitab Allah menjadi sebuah kebutuhan yang tidak terelakkan.
Inilah yang dalam bahasa Syeikh Muhammad Abu Syahbah- al-Quran disebut
sebagai pintu ilmu-ilmu modern sebagai perangkat mengikuti kemajuan zaman12.

11 Ibid, hal.41.
10

Dalam pandangan ilmu sosial, pertanyaan keabsahan suatu agama tidak


pada argumentasi-argumentasi teologisnya, melainkan terletak pada
dapat berperan dalam kehidupan sosial manusia. Di sini agama

terletak

bagaimana agama

diposisikan dalam

kerangka sosial empiris, sebagaimana realitas sosial lainnya, sebab dalam kaitannya dengan
kehidupan manusia, tentu hal-hal yang empirislah, walaupun

hal yang ghaib juga

menjadi hal penting, yang menjadi perhatian kajian sosial.


Jika agama diperuntukkan untuk kepentingan manusia, maka sesungguhnya
persoalan-persoalan manusia adalah juga merupakan persoalan agama. Dalam Islam
manusia digambarkan sebagai khalifah Allah di muka bumi. Secara antropologis
ungkapan ini berarti bahwa sesungguhnya realitas manusia menjadi bagian realitas
ketuhanan. Di sini terlihat betapa kajian tentang manusia, yang itu menjadi pusat
perhatian antropologi, menjadi sangat penting.

13

Relevansi pedekatan antropologi dicontohkan al-Quran sendiri dalam kasus


pelarangan meminum khamr yang turun dalam tiga tahapan: pertama, tahapan
balance informasi. Kedua, tahapan peringatan. Ketiga, tahapan final
pengharamannya. Struktur perintah termasuk redaksi dan pola penyampaiannya
sangat memperhatikan kondisi sosial masyarakat saat itu.
Demikian halnya dalam konteks penyampaian isi al-Quran dan penafsirannya
pada skup yang sangat mikro dan lokal yang diperhatikan adalah konteks metode
penafsirannya dan bukan pada pengubahan substansinya. Bila tidak problem budaya
akan semakin menjadi tema polemik yang menarik antar komunitas yang berbeda.
2.

Pendekatan Rasional
Menafsirkan Quran dengan menggunakan pendekatan rasio tidaklah harus

berarti para pelakunya meninggalkan riwayat-riwayat yang bersumber dari Quran dan
hadis Nabi atau menggunakan rasio secara mutlak. Karena dalam kenyataannya para
penafsir rayi juga bertolak dari pemahamannya terhadap nilai-nilai sunnah Nabi,
hanya mereka tidak terlalu mengikat diri dengan keharusan untuk merujuk kepada
riwayat yang ada. Dengan demikian, pendekatan rayi berbanding dengan pendekatan
12 Abdul Jalal, Urgensi Maudhuiy Pada Masa Kini, Kalam Mulia, Jakarta,1990,
hal.145.
13 Ibid, hal.145.
11

riwayat lebih leluasa dalam mengekspresikan dan mengungkapkan pandanganpandangan penafsirnya tanpa mengikat diri secara penuh dengan riwayat seperti yang
terlihat pada pendekatan tafsir riwayat. Atau dengan kata lain para penafsir bi al-rayi
lebih otonom dan karenanya lebih banyak menghasilkan kreasi tafsir bila
dibandingkan dengan pendekatan tafsir yang sepenuhnya mengandalkan riwayat.
Melalui pendekatan rayi ini selanjutnya berkembang berbagai metode analisis
lainnya seperti, tafsir al-falsafi, tafsir al-fiqh, tafsir al-ilm dsb. Banyaknya ragam dan
corak yang dihasilkan dari rahim tafsir rayi

membuat semakin maraknya

bermunculan kitab-kitab tafsir. Hal ini tidak saja memberikan banyak perbendaharaan
dan pengetahuan yang semakin luas kepada masyarakat muslim, tetapi sekaligus
sebagai bukti dari tingginya khazanah peradaban muslim dalam bidang pengetahuan
intrepretasi.14
Terlepas dari pro kontra penerimaan tafsir corak rayi, dalam konteks era kemajuan
ilmu pengetahuan dan multikulturalisme dewasa ini, tafsir dengan pendekatan
dipandang lebih mampu mengakomodir gaya dan gejolak zaman

ketimbang

rayi
model-model

tafsir yang bersifat normativ tekstualis. Dalam konteks

kekinian, metode rayi secara

operasional dapat dikategorikan sebagai cara pandang

penafsiran yang menggunakan

pendekatan ilmu-ilmu sosial modern misalnya;

sejarah, linguistik modern (hermeneutik),

fenomenologi, antropologi maupun sosiologi.


Berbagai pendekatan yang dikemukakan di atas dipandang signifikan dalam
era multikultur dewasa ini, karena dengan menoropong Quran dari sudut pandang,
fenomenologis, sosiologis maupun antropologis akan menghasilkan penafsiran yang
lebih akomodatif dan sejuk, karena menerobos ruang dan masa.
Upaya menafsirkan Quran dengan menggunakan pendekatan logika keilmuan
sosial yang berkembang pada abad modern, di tengah kontroversi ulama tentang
kebolehannya, adalah suatu yang tidak dapat dihindarkan. Apalagi mengingat konteks
peradaban yang kini sedang dihadapi oleh manusia bukan lagi suatu peradaban
komunal yang relatif terbatas dan tertutup atau seperti yang dihadapi pada masa awal
penyebaran Islam. Peradaban kini merupakan peradaban global dan mondial dimana
suasana cross culture / culture contact telah menjadi suatu keniscayaan yang mesti
dihadapi. Dalam konteks tersebut tampaknya reintrepretasi dan reconstruksi atas

14 Op.Cit. M.Quraish Shihab. hal 82.


12

ajaran-ajaran suci penting untuk dilakukan agar tetap menjadi aktual di lingkungan
peradaban modern.
Dan dalam kerangka tersebut dapat ditemukan keterpautan logis dan rasional
atas pentingnya penggunaan ilmu-ilmu sosial modern dalam mengintrepretasi nilainilai Islam (baca ; ayat-yat Quran). Penulis meyakini sepenuhnya bahwa, pendekatan
rasional dalam menafsirkan Quran, dengan jalan menggunakan bantuan ilmu-ilmu
sosial modern seperti sosiologi, antropologi, hermeneutik akan sangat membantu
untuk mengangkat kepermukaan dan menghidupkan wajah ajaran Islam di era
multikultur dewasa ini yang mengandaikan pentingnya toleransi dan saling
memahami di antara warga bumi yang plural (beragam). Oleh karena itu, sudah bukan
saatnya kini untuk larut dalam pro kontra kebolehan menafsirkan Quran dengan rasio.
Bagaimanapun sebagai sebuah pendekatan, metode rayi di samping merupakan
kekayaan juga memiliki daya guna sebagaimana metode-metode lainnya.15

15 Ali Muhammad Ash Shabunny, Studi Ilmu Al-Quran, Pustaka Setia, Bandung, 1991.
hal. 87.
13

BAB III
KESIMPULAN
Dalam ilmu tafsir Al-Quran dikenal 4 macam metode penafsiran, yaitu :
metode tafsir tahlili, ijmali, muqarin dan metode tafsir tematik. Metode tafsir Ijmali
yang menjadi kajian dalam makalah ini dimaksudkan sebagai cara sistematis untuk
menjelaskan atau menerangkan makna-makna Al-Quran baik dari aspek hukumnya
dan hikmahnya dengan pembahasan yang bersifat umum ( global ), tanpa uraian yang
panjang lebar dan tidak secara rinci sehingga mudah dipahami oleh semua orang
mulai dari orang yang berpengetahuan rendah sampai orang-orang yang
berpengetahuan tinggi.
Dalam sejarah penafsiran Al-Quran, metode tafsir Ijmali ini memperoleh
keabsahan dari tafsir yang telah dicontohkan oleh Rasul Saw sendiri ketika beliau
menerangkan ayat-ayat Al-Quran dengan penjelasan-penjelasan yang singkat, padat,
dan tidak panjang lebar. Demikian juga penafsiran para sahabat tidak jauh berbeda
dengan cara penafsiran Rasul Saw. Metode semacam itu dilakukan oleh Rasul Saw
dan sahabat supaya pesan-pesan ajaran Islam yang tertuang dalam Al-Quran dapat
mudah dipahami dan tentunya untuk menghindari pemahaman-pemahaman yang
keliru terhadap ayat-ayat Al-Quran.
Semua jenis, metode dan corak tafsir Al-Quran memiliki kelebihan dan
kekurangan. Saya ambil satu contoh metode tafsir Ijmali yang juga memiliki
kelebihan dan kekurangan. Adapun kelebihannya antara lain :
a.

Jelas dan Mudah di pahami.

b.

Bebas dari penafsiran Israiliyat.

c.

Akrab dengan bahasa Alquran

Sedangkan kekurangannya antara lain :


a.

Menjadikan petunjuk Al-Quran bersifat parsial.

b.

Terlalu dangkal dan berwawasan sempit.

14

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Jalal, Urgensi Maudhuiy Pada Masa Kini, Jakarta : Kalam Mulia, 1990
Al-Farmawy, Al-Bidayah Fi al-tafsir al-Maudhuiy, Kairo : Al-Hadararah al-Arabiyah,
1997.
Ali Muhammad Ash Shabunny, Studi Ilmu Al-Quran, Bandung : Pustaka Setia, 1991.
Anton Baker, Metode-Metode Filsafat, Jakarta : Ghalia Indonesia, 1984.
Baidan Nashruddin, Metodologi Penafsiran Al-Quran, Yogyakarta : Pustaka Pelajar,
1998.
Departemen Agama, Al-Quran dan Terjemahannya.
M.Quraish Shihab, Membumikan Al-Quran, Bandung : Mizan, 1992.
Said Agil Husin Al-Munawar, Al-Quran (Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki),
Jakarta : Ciputat Press, 2002.
Suryadilaga,et.al, Metodologi Ilmu Tafsir, Yogyakarta : Teras, 2010.

15

Anda mungkin juga menyukai

  • Distribusi - 1
    Distribusi - 1
    Dokumen21 halaman
    Distribusi - 1
    Muhammad Alif Hafizhuddin
    Belum ada peringkat
  • Isim Dhamir
    Isim Dhamir
    Dokumen2 halaman
    Isim Dhamir
    Muhammad Alif Hafizhuddin
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen2 halaman
    Daftar Pustaka
    Muhammad Alif Hafizhuddin
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen26 halaman
    Bab 1
    Muhammad Alif Hafizhuddin
    Belum ada peringkat
  • Smadav
    Smadav
    Dokumen2 halaman
    Smadav
    Muhammad Alif Hafizhuddin
    Belum ada peringkat