Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Waktu (time) sangat penting bagi kehidupan kita. Allah SWT berfirman
Barangsiapa yang pandai menggunakan waktu dengan benar, ia akan beruntung.
Lalu apa yang disebut dengan waktu? Kata tersebut sering kita dengar, bahkan
sangat tidak asing lagi karena waktu tersebut selalu ada bersama-sama kita. Selama
kita hidup waktu tidak akan pernah lepas dari kita, karena waktu tersebutlah hidup kita.
Dalam perhitungannya, waktu dinyatakan dengan besaran detik (second).
Perputaran bumi pada porosnya (rotasi bumi) telah digunakan selama berabad-abad
sebagai standar waktu untuk menetapkan panjangnya hari. Namun ternyata, perhitungan
waktu berdasarkan rotasi bumi tidak sepenuhnya akurat. Hal ini terjadi karena rotasi
bumi perlahan-lahan melambat dan tidak teratur, tidak konstan sepanjang waktu.
Karena ketidakkonstanan perhitungan waktu berdasarkan rotasi bumi, maka para
peneliti mencari cara perhitungan waktu yang lain, yang lebih akurat. Karena ketepatan
waktu di bumi sangat penting untuk keperluan-keperluan ilmiah, maka akhirnya
dilahirkanlah macam-macam rumus untuk menghitung waktu di bumi berdasarkan
benda-benda langit yang ada di jagat raya, yang akan penulis sajikan dalam bentuk
makalah ini.
1.2. Rumusan dan Pembatasan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan dalam latar belakang di atas, penulis
merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apakah yang disebut dengan waktu ?
2. Bagaimana penetapan standar waktu ?
3. Apa saja macam-macam waktu ?
4. Bagaimana perhitungan waktu di bumi ?
5. Bagaimana penerapan satuan waktu ?
Agar pembahasan terarah dan tidak keluar dari tujuan, maka kami membatasi
masalah ini hanya dalam ruang lingkup perhitungan waktu di bumi saja.

1.3. Maksud dan Tujuan Penulisan

Adapun maksud dan tujuan yang hendak kami capai dalam penulisan makalah ini
adalah :
1. Memenuhi tugas perorangan yang diberikan oleh dosen mata kuliah

Kosmografi.
2. Untuk mengetahui tentang perhitungan waktu di bumi.
3. Memahami tentang waktu di planet bumi diantara planet-planet di jagat raya.

1.4. Manfaat Penulisan


Adapun manfaat yang didapat dari penulisan makalah ini antara lain :
1. Mengetahui tentang konsep pengertian waktu, serta aspek-aspek yang berkaitan

dengannya.
2. Mengetahui bagaimana perhitungan waktu di bumi.
3. Sebagai referensi atau sekedar untuk memperluas pengetahuan.

1.5. Metode Penulisan


Dalam penulisan makalah ini penulis menggunakan metode studi pustaka. Untuk
menambah sumber dan wawasan, penulis mencari beberapa buku, artikel, dan brosur,
juga mencari di internet yang berhubungan dengan tema makalah ini, yaitu perhitungan
waktu di bumi.
1.6. Sistematika Penulisan
Makalah ini disusun dengan sistematika penulisan sebagai berikut :
Bab I Pendahuluan, berisi latar belakang masalah, rumusan dan pembatasan
masalah, maksud dan tujuan penyusunan, manfaat penulisan, metode penulisan, dan
sistematika penulisan makalah.
Bab II Pembahasan, berisi materi yang membahas tentang perhitungan waktu di
bumi.
2

Bab III Penutup, berisi kesimpulan terakhir tentang materi yang dibahas pada Bab II

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Waktu
Waktu, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997) adalah seluruh rangkaian
saat ketika proses, perbuatan atau keadaan berada atau berlangsung. Dalam hal ini,
skala waktu merupakan interval antara dua buah keadaan/kejadian, atau bisa merupakan
lama berlangsungnya suatu kejadian.
Tiap masyarakat memiliki pandangan yang relatif berbeda tentang waktu yang
mereka jalani. Sebagai contoh, masyarakat Barat memandang waktu sebagai sebuah
garis lurus (linier). Konsep garis lurus tentang waktu diikuti dengan terbentuknya
konsep tentang urutan kejadian. Dengan kata lain, sejarah manusia dilihat sebagai
sebuah proses perjalanan dalam sebuah garis waktu sejak zaman dulu, zaman sekarang,
dan zaman yang akan datang. Berbeda dengan masyarakat Barat, masyarakat Hindu
memandang waktu sebagai sebuah siklus yang berulang tanpa akhir.
Dalam dunia fisika, dimensi waktu dan dimensi ruang (panjang, luas, dan volume)
merupakan besaran pengukuran yang mendasar, selain juga berat masa dari suatu benda
(time, length, dan mass). Gabungan dari waktu, ruang dan berat masa ini dapat dipakai
untuk menceritakan dan menjelaskan misteri alam semesta secara kuantitatif
(berdasarkan hasil pengukuran).
2.2. Standar Waktu
Dalam fisika banyak kita kenal besaran-besaran, misalkan massa, kecepatan, gaya,
dan sebagainya. Besaran-besaran itu harus diukur dengan satuan-satuan yang sesuai.
Ada dua macam sistem satuan yang sering digunakan dalam besaran-besaran
fisika, yaitu sistem metrik dan sistem inggris. Tapi, dalam hal ini hanya sistem metrik

saja yang akan dibahas. Sistem metrik ini resmi digunakan di negara Prancis pada tahun
1866.
Dalam sistem metrik menggunakan besaran-besaran pokok dasar seperti panjang,
massa, dan waktu. Sistem metrik dibagi menjadi dua bagian.

sistem MKS (meter-kilogram-sekon)

sistem CGS (centimeter-gram-sekon)

Dalam sidangnya pada tahun 1969, Conference enerale des Poids et Measures
(CGPM) meresmikan suatu sistem satuan yang dikenal sebagai System Internationale
dUnited, disingkat SI.
Dalam SI terdapat tujuh buah besaran pokok berdimensi dan dua buah besaran
tambahan tak berdimensi. Salah satu besaran pokok tersebut adalah Waktu yang
dinyatakan dalam Detik (second).
2.3. Macam-Macam Waktu
Waktu bersifat relatif. Ada macam-macam waktu, diantaranya adalah hari, bulan,
dan tahun.
2.3.1. Macam-Macam Hari (Day)
Suatu saat, suatu obyek langit tepat dalam posisi transit atau berada di meridian
(saat posisinya tertinggi, atau ketika di atas horison posisinya tepat di utara
(azimuth = 0 derajat) atau selatan (azimuth = 180 derajat) atau di zenith (tepat di
atas kepala kita)). Keesokan harinya, obyek langit tersebut kembali tepat di atas
meridian. Lama waktu antara dua kali transit dinamakan dengan satu hari (day),
bergantung pada jenis obyek langit tersebut. Jika obyek itu adalah bintang tetap
(fixed star) maka disebut sidereal day. Jika obyek itu adalah matahari maka
disebut solar day. Jika obyek itu adalah matahari fiktif (yang lintasannya selalu
seragam) maka disebut mean solar day.
2.3.2. Macam-Macam Bulan (Month)
Lamanya satu bulan (month) secara astronomis bergantung pada gerakan bulan
(moon atau lunar). Bulan (moon) berotasi terhadap sumbunya. Gerakan bulan
(moon) mengitari bumi dapat ditinjau menurut kerangka acuan matahari, bintang
jauh atau vernal ekuinoks. Karena lintasan bulan mengitari bumi berbentuk elips,

jarak bumi-bulan berubah setiap saat. Suatu saat mencapai jarak terdekat
(perigee), belasan hari kemudian mencapai jarak terjauh (apogee).
Selain itu, bidang orbit bulan mengitari bumi tidak sejajar dengan bidang orbit
bumi mengitari matahari (bidang ekliptika). Rata-rata kemiringan orbit bulan
terhadap bidang ekliptika adalah sekitar 5,13 derajat. Karena itu suatu saat bulan
tepat berada di bidang ekliptika dalam posisi (naik atau turun) dan belasan hari
kemudian kembali tepat di bidang ekliptika dalam posisi turun (atau naik). Titik
naik dan turun saat bulan tepat di bidang ekliptika masing-masing disebut
ascending node dan descending node.
Dari berbagai macam gerakan bulan (moon) di atas, dapat didefinisikan macammacam bulan (month), yaitu sebagai berikut :
1. Sinodic month, yaitu lama rata-rata satu kali bulan (moon) mengitari bumi
ditinjau dari matahari, yaitu selama 29 hari 12 jam 44 menit 2,8 detik.
Perhitungan ini dipakai sebagai acuan untuk kalender Islam.
2.

Sidereal month, yaitu lama rata-rata satu kali bulan (moon) mengitari bumi
ditinjau dari bintang jauh, yaitu selama 27 hari 7 jam 43 menit 11,5 detik.

3. Tropical month, yaitu lama rata-rata satu kali bulan (moon) mengitari bumi
ditinjau dari vernal ekuinoks, yaitu selama 27 hari 7 jam 43 menit 4,7 detik
4. Anomalistic month, yaitu lama rata-rata satu kali bulan (moon) mengitari
bumi dari perigee ke periee berikutnya, yaitu selama 27 hari 13 jam 18 menit
33,2 detik.
5. Draconic month, yaitu lama rata-rata satu kali bulan (moon) mengitari bumi
dari satu ascending node ke ascending node berikutnya, yaitu selama 27 hari 5
jam 5 menit 35,8 detik.
2.3.3. Macam-Macam Tahun (Year)
Suatu saat, matahari menempati posisi tertentu. Dilhat dari bumi, setiap saat posisi
matahari berubah. Keesokan harinyapun, matahari pada jam yang sama juga
berubah, meskipun perubahannya kecil sekali. Akhirnya, setelah 365 hari lebih,
matahari kembali ke posisi semula. Inilah definisi satu tahun, yang juga
bergantung pada kerangka acuan pengamat atau titik referensi.
Jika titik referensinya adalah bintang jauh, maka disebut satu tahun sideris
(sidereal year), yang lamanya adalah 365,2564 hari. Jika titik referensinya adalah
titik pertama Aries, maka disebut tahun tropis (tropical year), yang lamanya
5

365,2422 hari. Tahun tropis inilah yang dipakai sebagai patokan kalender
Gregorian. Karena jarak matahai-bumi berubah-ubah, suatu saat jarak keduanya
mencapai minimum, yang disebut jarak perihelion. Terhitung satu tahun
anomalistik (anomalistic year) jika yang dihitung adalah selang waktu antara satu
perihelion ke perihelion berikutnya, yang lamanya 365,2596 hari.

2.4. Perhitungan Waktu


Waktu (time) sangat penting bagi kehidupan kita. Dalam standar internasional,
satuan waktu adalah detik (second). 1 menit (minute) = 60 detik. 1 jam (hour) = 60
menit. Jam dalam desimal dapat dinyatakan dalam jam:menit:detik. Misalnya 3,125 jam
= 3 jam 7 menit 30 detik.
Dalam pengertian umum sehari-hari, 1 hari (day) = 24 jam. Namun, selain
perhitungan tersebut, masih ada juga perhitungan-perhitungan lain yang lebih rumit.
Diantaranya adalah sebagai berikut.
2.4.1. Universal Time dan Dynamical Time
Dasar dari pengukuran waktu adalah rotasi bumi terhadap sumbunya. Akibat rotasi
bumi, matahari nampak bergerak, terbit di timur dan terbenam di barat. Jenis waktu
yang terkait dengan gerakan matahari yang diamati di meridian Greenwich (bujur 0
derajat) adalah Universal Time (UT) atau Greenwich Civil Time, atau sering disebut
juga Greenwich Mean Time (GMT). Bagi yang tinggal di Jakarta atau misalnya,
waktu lokal di Jakarta (WIB) adalah GMT + 7 jam atau lebih tepat UT + 7 jam.
Penambahan waktu ini disebabkan oleh perbedaan letak lintang.
Namun perlu diketahui, rotasi bumi tidaklah konstan sepanjang waktu. Rotasi bumi
perlahan-lahan melambat dan tidak teratur. Karena itu, UT bukanlah waktu yang
seragam. Sementara itu astronom memerlukan waktu yang seragam untuk keperluan
perhitungan astronomis. Karena itu diperkenalkan sistem waktu yang seragam yaitu
Dynamical Time (TD). Selisih antara TD dengan UT adalah T, yang dirumuskan
sebagai T = TD UT (1,2)
Nilai T ini hanya bisa ditentukan lewat observasi. Observasi untuk menentukan T
sudah dilakukan orang sejak sekitar tahun 1620 M sampai saat ini. Tahun 1620, T
sekitar 124 detik. Tahun 1800 sekitar 14 detik. Tahun 2000 sekitar 64 detik. Tahun

2009 sekitar 66 detik. Di luar rentang waktu itu, orang hanya bisa membuat
perkiraan atau ekstrapolasi. Perlu diketahui, ada pula rumus perkiraan T yang lain.
Sebelum tahun 948 M : T = 2715,6 + 573,36*T + 46,5*T*T (detik)
Antara tahun 948 -1600 M : T = 50,6 + 67,5*T + 22,5*T*T (detik)
Dalam rumus ini, T = (Tahun 2000) / 100
Contoh : Tahun 632 M. Maka T = (632 2000) / 1000 = -13,68.
T = 3574 detik.
2.4.2. Greenwich Sidereal Time
Satu sidereal day lebih pendek dari satu solar day. Satu solar day lebih lama
daripada satu sidereal day karena selama rentang waktu solar day tersebut, bumi
bergerak sepanjang orbitnya sejauh kira-kira satu derajat terhadap matahari. Karena
itu dibutuhkan waktu sedikit lebih lama bagi matahari untuk kembali ke posisi
semula, dibandingkan dengan bintang tetap.
1 hari = 24 jam. Waktu yang kita gunakan sehari-hari adalah solar time. 1 solar day
sama dengan 24 jam solar time. Sementara itu, satu sidereal day atau 24 jam
sidereal time sama dengan 23 jam 56 menit 4 detik solar time. Waktu untuk
menunjukkan sidereal time adalah Greenwich Sidereal Time (GST), sedangkan
waktu untuk solar time adalah UT. Antara GST dan UT terdapat hubungan. Cara
menentukan GST pada tanggal tertentu pukul 0 UT adalah sebagai berikut :
Carilah Julian Day (JD) tanggal tersebut untuk pukul 0 UT. Kemudian
menggunakan rumus T = (JD 2451545)/36525
Rata-rata (mean) Sidereal Time di Greenwich saat 0 UT atau Greenwich Sidereal
Time (GST) adalah :
GST = 6,6973745583 + 2400,0513369072*T + 0,0000258622*T*T
Satuan GST adalah jam. Adapun jika waktu dalam UT bukan 0 UT tetapi
sembarang, maka dihitung dulu GST yang bersesuaian dengan 0 UT, kemudian
hasilnya dikalikan dengan 1,00273790935. Perlu diketahui, 1,00273790935 sama
dengan satu solar day dibagi dengan satu sidereal day.
Nilai GST antara pukul 00:00:00 dan 23:59:59. Jika nilai GST lebih besar dari 24
jam, kurangi dengan 24 (atau kelipatannya), dan sebaliknya jika GST lebih kecil
dari nol, maka tambahkan dengan 24 (atau kelipatannya).
Contoh : Tentukan GST untuk tanggal 17 Austus 1945 M pukul 10:00:00 WIB.
Jawab : Pukul 10:00:00 WIB = 03:00:00 UT.
7

Tanggal 17 Agustus 1945 M pukul 0 UT = JD 2431684,5


T = (2431684,5 2451545)/36525 = -0,543750855578
GST untuk 0 UT = pukul -1298,33258567 = pukul 21,66741433 = pukul
21:40:2,6916
Jadi GST untuk pukul 3 UT = pukul 21,66741433 + 1,00273790935*3 =
pukul 24,675628058 = pukul 0, 675628058 = pukul 00:40:32,2160
Kita dapat pula menentukan GST dari UT.
Contoh : Tentukan UT untuk GST 17 Agustus 1945 pukul 00:40:32,2610 atau pukul
0,675628058.
Jawab : 17 Agustus 1945 = JD 2431684,5
T = -0,5453750855578
GST untuk pukul ) UT = pukul 21,66741433
GST pada soal di atas dikurangi GST untuk 0 UT, yaitu 0,675628058
21,66741433 = -20,991786272 = pukul 3.,008213728.
Hasil ini dibagi dengan 1,00273790935, diperoleh angka 3.
Jadi GST 17 Agustus 1945 pukul 0:40:32,2160 sama dengan 3 UT.
Sebagai catatan, rumus di atas hanya memberikan nilai rata-rata (mean) GST.
Adapun nilai GST sesungguhnya (true GST) diperoleh dengan menambahkan
koreksi akibat notasi longitude dan kemiringan bidang ekuator terhadap bidang
ekliptika. Koreksi ini cukup kecil, tidak lebih dari satu detik.
Pemahaman terhadap sidereal time sangat penting, karena Greenwich Sidereal Time
akan digunakan untuk menentukan hour angle dalam koordinat ekuator yang
selanjutnya digunakan untuk menentukan azimuth dan altitude obyek langit
(matahari, bulan, dan lain-lain), menentukan waktu terbit (rising), terbenam
(setting), dan transit obyek langit, koreksi koordinat dari geosentrik ke toposentrik,
dan lain-lain.
2.4.3. Local Sidereal Time
Jenis perhitungan waktu lainnya adalah Local Sidereal Time (LST), yang dapat
diperoleh dari GST. LST suatu tempat bergantung pada bujur (longitude) tempat
tersebut.
LST BT (bujur timur) = GST + BT / 15
8

LST BB (bujur barat ) = GST BB / 15


Contoh : Tentukan LST di Jakarta (106,85 derajat BT) saat 17 Agustus 1945 pukul
10:00 WIB.
Jawab : Dari soal sebelumnya, diketahui bahwa 17 Agustus 1945 pukul 10:00 WIB
bersesuaian dengan GST pukul 00:40:32,2610 atau pukul 0,675628058.
Jadi, LST = 0,675628058 + 106,85 / 15 = pukul 7,7989613913 = pukul
07:47:56,261.
2.5. Penerapan Satuan Waktu
Ada dua segi dalam pengukuran waktu, yaitu untuk kepentingan sipil dan ilmu
pengetahuan. Waktu hari sangat dibutuhkan supaya kejadian-kejadian dapat disusun
secara berurutan. Pada kebanyakan pekerjaan ilmiah dibutuhkan lamanya selang waktu
(time interval) suatu kejadian berlangsung.
Kita dapat menggunakan sembarang kejadian berulang untuk mengukur waktu.
Pengukuran berlangsung dengan menghitung pengulangannya. Dari sekian banyak
kejadian yang berulang-ulang di alam, perputaran bumi pada porosnya telah digunakan
selama berabad-abad sebagai standar waktu untuk menetapkan panjangnya hari.
Sebagai standar waktu sipil sampai sekarang masih dipakai definisi satu detik rata-rata
1/86400 hari (menggunakan perhitungan berdasarkan rotasi bumi).
Dalam sejarah, perhitungan waktu berdasarkan poros bumi telah digunakan oleh
bangsa Babilonia di tepi perairan Babilonia ratusan tahun yang lalu. Di tanah subur
yang diairi sungai Tigris dan Eufrat, sebuah peradaban tumbuh dan melakukan
pencatatan gerakan langit selama ribuan tahun. Bangsa Babilonia memiliki sistem
bilangan berdasarkan satuan 60 yang memudahkan perhitungan dengan bilanganbilangan besar. Warisan sistem mereka yang masih ada hingga kini yaitu 60 detik untuk
menunjukkan satu menit, dan 360 derajat untuk menunjukkan lingkaran.
Satu hari matahari rata-rata dari satu tahun ke tahun tidak sama. Telah dilakukan
pencatatan pada tahun 1960 yang menunjukkan perubahan laju rotasi bumi. Ternyata
kecepatan putaran bumi pada musim panas besar, sedangkan pada musim dingin kecil
(di belahan bumi utara) dan menurun secara pasti dari tahun ke tahun. Maka dari itu,
standar waktu matahari tidak berlaku bagi keperluan penelitian ilmu pengetahuan.
Waktu universal harus diukur berdasarkan pengamatan astronomis yang dilakukan
selama beberapa minggu. Karena itu, dibutuhkan jam bumi yang baik, ditera oleh
pengamatan astronomis. Jam kristal kwarsa yang didasarkan atas getaran berkala terus
9

menerus dari kristal dapat dipakai sebagai standar waktu sekunder yang baik. Yang
terbaik diantaranya dapat mencatat waktu selama setahun dengan penyimpangan
maksimum 0,02 detik.
Salah satu penggunaan waktu standar adalah untuk mengukur frekuensi. Dalam
daerah frekuensi radio, perbandingan dengan jam kwarsa dapat dibuat secara elektronik
dengan ketelitian sekurang-kurangnya 10 pangkat 10, dan ketelitian sebaik itu memang
seringkali dibutuhkan.
BAB III
KESIMPULAN
Dari pembahasan pada bab II, dapat disimpulkan bahwa ada banyak cara untuk
mengukur waktu di bumi. Pengukuran waktu berdasarkan rotasi bumi adalah standar
waktu yang sudah sangat umum dan digunakan oleh hampir seluruh penduduk bumi.
Meskipun begitu, pengukuran tersebut tidak begitu akurat karena dalam perputarannya,
bumi perlahan-lahan mengalami pelambatan dari tahun ke tahun.
Karena ketidakakuratan perhitungan waktu matahari (berdasarkan rotasi bumi),
maka para peneliti merumuskan perhitungan-perhitungan lain yang lebih akurat dengan
memperhitungkan banyak hal, salah satunya objek langit. Perhitungan tersebut
diantaranya Universal Time, Dynamical Time, Greenwich Sidereal Time (GST), dan
Local Sidereal Time (LST).
Dengan memperhatikan banyak hal, seperti objek langit, kita juga bisa
menentukan macam-macam hari, bulan (month), dan tahun.
Selain perhitungan-perhitungan, peneliti-peneliti di seluruh dunia juga membuat
jam-jam yang perhitungannya sangat baik. Jam tersebut juga dibuat berdasarkan
perhitungan-perhitungan yang sudah mereka rumuskan, yang berguna untuk
kepentingan-kepentingan ilmiah.

10

DAFTAR PUSTAKA
M. Nur, Djakaria, Drs. H. M.Si., Drs. Ahmad Yani, M.Si., 2003. Pengantar Kosmografi
Untuk Geografi. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia.
Kamajaya, Drs., Ir. Suardhana Linggih. 1987. Penuntun Pelajaran Fisika untuk SMA.
Bandung : Ganeca.
www.wikipedia.com/waktu
www.eramuslim.com/macam-macamwaktu
www.primadonal.blog.com

11

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

ii

BAB I : PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah

1.2. Rumusan dan Pembatasan Masalah

1.3. Maksud dan Tujuan Penulisan

1.4. Manfaat Penulisan

1.5. Metode Penulisan

1.6. Sistematika Penulisan

BAB II : PEMBAHASAN
2.1. Waktu

2.2. Standar Waktu

2.3. Macam-Macam Waktu

2.3.1. Macam-Macam Hari (day)

2.3.2. Macam-Macam Bulan (month)

2.3.3. Macam-Macam Tahun (year)

2.4. Perhitungan Waktu

2.4.1. Universal Time dan Dynamical Time (UT dan TD)

2.4.2. Greenwich Sidereal Time (GST)

2.4.3. Local Sidereal Time (LST)

2.5. Standar Penetapan Waktu

BAB III : KESIMPULAN

11

DAFTAR PUSTAKA

12

ii
12

13

Anda mungkin juga menyukai