S DENGAN
GANGGUAN ENDOKRIN : DIABETES MELLITUS
DI BANGSAL MELATI I RSUD Dr. MOEWARDI
SURAKARTA
Oleh :
1.
2.
3.
4.
5.
Wahyu Pradono
Wariyani Ningsih
Win Andriyani
Wiwik Yuliatin
Wiyani
(2005.930)
(2005.932)
(2005.933)
(2005.935)
(2005.936)
KONSEP DASAR
A. Pengertian
Diabetes mellitus adalah keadaan dimana tubuh tidak menghasilkan atau
memakai insulin sebagaimana mestinya. Insulin adalah hormon yang membawa
glukosa darah ke dlaam sel-sel dan menyimpannya sebagai glikogen
(Tambayong, Jan, 2000 : 157).
Pendapat darp Smeltzer, S.C dan Bare (2001 : 1220) Diabetes Mellitus
adalah gangguan metabolisme dengan karakteristik intoleransi glukoda atau
penyakit yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara persediaan insulin
dengan kebutuhan- klasifikasi diabetes yang utama adalah :
1. Diabetes Mellitus tipe I : DM tergantung insulin.
2. Diabetes Mellitus tipe II : DM tidak tergantung insulin.
3. Diabetes Mellitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom lainnya.
4. Diabetes Mellitus gestasional.
B. Etiologi
Menurut Smeltzer, S.C dan Bare (2001 : 1224) penyebab diabetes mellitus
dikelompokkan menjadi 2 :
1. DM tipe I disebabkan oleh
a. Faktor genetik
Penderita DM tidak mewarisi DM tipe itu sendiri tapi mewarisi
suatu kecenderungan genetik ke arah terjadinya diabetes ini ditemukan
pada penderita HLA (Human Leucocyto Antigen).
b. Faktor lingkungan
Karena destruksi sel beta, contoh : hasil penyelidikan yang
mengatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat memicu proses auto
imun yang menimbulkan destruksi sel beta.
2. DM tipe II
Disebabkan oleh usia (retensi insulin cenderung meningkat pada usia
di atas 65 tahun) obesitas, riwayat keluarga, kelompok etnik (di Amerika
Serikat, golongan hisponik serta penduduk asli Amerika tertentu memiliki
kemungkinan yang lebih besar untuk terjadinya DM)
Terjadinya DM tipe II dibandingkan dengan golongan non Amerika.
C. Manifestasi Klinik
Pendapat Smeltzer, S.C dan Bare (2000 : 1220) manifestasi klinik dari
Diabetes Mellitus antara lain :
1. Glukosuria
2. Poliuri
3. Polidipsi
4. Polifagi
1. Trias DM antara lain banyak minum, banyak kencing dan banyak makan.
2. Kadar glukosa darah pada > 120 mg/dl.
3. Kadar glukosa 2 jam sesudah makan > 200 mg/dl.
4. Glukosuria (adanya glukosa dalam urin)
5. Mudah lelalh, kesemutan, kulit terasa panas.
6. Rasa tebal di kulit, kram, mudah mengantuk.
7. Mata kabur, gigi mudah goyah, dan mudah lepas.
8. Kemampuan sexual menurun, impoten.
D. Anatomi Fisiologi
Pankreas panjangnya kira-kira lima belas sentimeter, mulai dari
duodenum sampai limpa, dan terdiri atas 3 bagian : kepala pankreas, badan
pankreas, ekor pankreas. Jaringan pankreas terdiri atas labula dari pada sel
sekretori yang tersusun mengitari saluran-saluran halus. Saluran-saluran ini mulai
dari persambungan saluran-saluran kecil dari labula yang terletak di dalam ekor
pankreas dan berjalan menlalui labula yang terletak di dalam ekor pankreas dan
berjalan melalui badannya dari kiri ke kanan. Saluran-saluran kecil itu menerima
saluran dari labula lain dan kemudian bersatu untuk membentuk saluran utama
yaitu ductus wirsungi.
Kepulauan langerhans pada pankreas membentuk organ endokrin yang
menyekresi insulin, yaitu sebuah hormon antidiabetika, yang diberikan dalam
pengobatan diabetes. Insulin adalah sebuah protein yang dapat turut dicernakan
oleh enzim-enzim pencerna protein. Insulin mengendalikan kadar glukosa dan
bila digunakan sebagai pengobaan dalam hal kekurangan, seperti pada diabetes,
ia memperbaiki kemampuan sel tubuh untuk mengabsorbsi dan menggunakan
glukoda dan lemak (Pearce, E., 1995 : 207 dan 237).
Insulin yang dihasilkan oleh kelenjar pankreas, kelenjar pankreas terletak
di lekukan usus dua belas jari, sangat penting untuk menjaga keseimbangan kadar
glukosa darah yaitu waktu puasa antara 60-120 mg/dl dan dalam dua jam sesudah
makan di bawah 140 mg/dl. Bila terjadi gangguan pada kerja insulin, baik secara
kuantitas maupun kualitas keseimbangan tersebut akan terganggu dan kadar
glukoda cenderung naik (Tjokroprawiro, 1998 : 1).
E. Patofisiologi
Defisiensi insulin terjadi sebagai akibat dari kerusakan sel beta
langerhans,
defisiensi
insulin
tersebut
akan
menyebabkan
peningkatan
Defisiensi insulin
Peningkatan kalori
Peningkatan pembentukan glikogen
Penurunan glukagon
Polifagia
Lemah
Hiperglikemia
Intoleransi
aktivitas
Cidera
Luka
tinggi
Resiko
infeksi
Perubahan
mikrovaskuler
retina
Gangguan
sensori
perseptual
Ketajaman
pandangan
menurun
Resiko injuri
kurang dari
Osmotik diuresis kebutuhan tubuh
Dehidrasi
Ginjal tidak
mengikat
kembali glukosa
yang difiltrasi
Gluksa mengikat
cairan
Cairan yang
berlebih
Poliuri
Perubahan
volume cairan
kurang dari
kebutuhan tubuh
Peningkatan
lipolisis
Peningkatan
oksidasi asam
lemak bebas
Pembentukan
keton
PH turun
Asidosis
metabolik
Tekanan parsial
O2 menurun
Hipotensi
Sumber :
- Price, S.A dan Wilson (1995 : 112)
- Long, B.C (1996 : 70)
- Smeltzer, S.C (2002 : 1223)
- Doenges (2000 : 729)
6
G. Komplikasi
Menurut Price, S.A dan Wilson, L.M (1995 : 1117) komplikasi diabetes
mellitus dapat dibagi menjadi 2 kategori yaitu :
1. Komplikasi metabolik akut
a. Komplikasi metabolik yang serius adalah ketoasidosis diabetes yang akan
mengakibatkan kerosis terjadi pada jangka pendek.
b. Peningkatan beban ion hidrogen dan asidosis metabolik.
c. Hipolikemi
2. Komplikasi metabolik kronik
a. Makro angiopati yang mengenai pembuluh darah besar seperti pada
jantung pada otak.
b. Mikro angiopati yang mengenai pembuluh darah kecil seperti retinopati
diabetik, nefropati diabetik.
c. Neuropati diabetik rentang infeksi seperti TBC, infeksi saluran kemih,
ulkus pada kaki.
H. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik pada DM menurut Donges dkk (2001 : 728)
antara lain :
1. Glukosa darah : meningkat 100-200 mg/dl atau lebih.
2. Aseton plasma (keton) : positif secara metabolik.
3. Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat
4. Osmolalitas serum : meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 mosm/lt
5. Elektrolit
a. Natrium : mungkin normal, meningkat atau menurun.
b. Kalium : normal
atau
peningkatan
semu
(perpindahan
seluler
I. Penatalaksanaan
Menurut Smeltzer, S.C dan Bare (2001 : 1226) ada 5 komponen dalam
penatalaksanaan DM yaitu :
1. Diit
2. Latihan jasmani
3. Pemantauan
4. Terapi (jika diperlukan)
5. Pendidikan
Berdasarkan Engram, B (1998 : 535) penatalaksanaan DM yaitu :
1. Untuk DM tipe I
Insulin (karena tidak ada insulin endogen yang dihasilkan).
2. Untuk DM tipe II
Modifikasi diit, latihan dan agen hipoglikemia.
Menurut Long B.C (1996 : 81) pencegahan DM yaitu :
1. Pencegahan primer
a. Menghindari obesitas (jika perlu)
b. Pengurangan BB dengan supervisi medik merupakan fokus utama dalam
pencegahan DM tidak tergantung insulin.
2. Pencegahan sekunder yaitu dengan deteksi DM.
J. Fokus Pengkajian
Fokus pengkajian pada penyakit DM menurut Doenges, dkk (2000 : 726)
1. Aktifitas dan istirahat
2. Sirkulasi
3. Integritas ego
4. Eliminasi
5. Makanan atau cairan
6. Neurosensori
7. Nyeri atau kenyamanan
8. Pernafasan
9. Keamanan
10. Sexualitas
11. Penyuluhan
10
11
menunjukkan
perbaikan
kemampuan
untuk
12
A. Pengkajian
Tanggal pengkajian : 21 Mei 2008
Jam pengkajian
: 08.00 Wib
1. Identitas
a. Identitas pasien
1) Nama
: Ny. S
: 61 tahun
4) Jenis kelamin
: Perempuan
5) Alamat
6) Suku
: Jawa
7) Agama
: Islam
8) Bangsa
: Indonesia
9) Pendidikan
: -
10) Pekerjaan
: Ny. S
2) Umur
: 40 tahun
3) Jenis kelamin
: Perempuan
13
4) Suku/bangsa
: Jawa/ Indonesia
5) Agama
: Islam
6) Pendidikan
: SMA
7) Pekerjaan
8) Alamat
14
d. Genogram
Keterangan :
:
Laki-laki
Perempuan
Meninggal
Menikah
Garis keturunan
Pasien
15
b. Pola nutrisi
Sebelum sakit : Pasien makan 3 x/hari, porsi makan cukup, nasi, lauk
dan sayur.
Selama sakit
c. Pola eliminasi
Sebelum sakit : Pasien mengatakan BAB 1 x/hari, konsistensi padat,
BAK 6-7 x/hari.
Selama sakit
16
2) Self ideal
: Pasien
mengatakan
ingin
cepat
sembuh
dan
4) Identity
: Pasien
menyadari
bahwa
dia
adalah
seorang
perempuan
h. Pola peran dan hubungan
Pasien mengatakan sebagai seorang ibu dari 8 anak dan nenek dari
12 cucu, hubungan dengan keluarga tampak harmonis.
i. Pola reproduksi dan sexual
Pasien mempunyai 8 anak dengan suaminya, pasien menikah 1
kali dan sudah masa menopause.
j. Pola koping terhadap stres
Pasien mengatakan setiap ada masalah dibicarakan dengan
keluarga.
k. Pola nilai dan keyakinan
Pasien mengatakan beragama Islam, dan rajin beribadah 5 kali
sehari, tapi saat ini pasien hanya mampu berdoa.
6. Pemeriksaan fisik
Pada tanggal 20 Mei 2008
a. Keadaan umum
: Lemah
Evektor
: 4
17
Motorik
: 6
Verbal
: 5
c. Tanda-tanda vital
d. Kepala
: TD : 180/90 mmHg
N
: 80 x/menit
: 36,9C
Rr
: 20 x/menit
BB : 50 kg
TB : 153 cm
e. Mata
pasien
masih
cukup
tajam
dalam
penglihatan.
f. Hidung
g. Telinga
h. Mulut
i. Wajah
: Pucat
j. Leher
k. Dada
Paru :
: Sonor
18
Jantung :
Abdomen :
: Pekak
: BJ I II reguler
: Peristaltik
: Tympani
l. Ektremitas
Atas
Bawah
m. Genitalia urinaria
n. Kulit
7. Pemeriksaan penunjang
a. Hasil laboratorium pada tanggal 20 Mei 2008 pukul 08.30 WIB
Pemeriksaan
Kimia darah
Hasil
Normal
SGOT
73 U/L*
SGPT
71 U/L*
< 31 u/L
GDS
302,1 mg/dl *
70-115 mg/dl
19
Pemeriksaan
Analisa Urine
Hasil
Normal
Warna
Kuning
Kuning
Kekeruhan
Keruh*
Jernih
Reduksi
Tertentu*
Bilirubin
Keton
Urinalisa
BJ
< = 1005
pH
6,5
Protein
Urobilinogen
3,2 E.v/dl
Nitrit
Sedimen
Leukosit
10-15 plp
Eritrosit
25. 30 plp
Epitel squamos
5-7 plp
Silinder
Amorf fosfat
Sel rage/jamur
Bakteri
Kristal
(-)
Captopril 2,5 gr 3 x 1
Amiodipine 10 mg 1x 1 (siang)
He pro 3 x 1
20
c. Injeksi
-
Cefriaxon 2 gr/hari
Actropid 10 10 4 unit
d. Pemeriksaan tambahan
Pemeriksaan gula darah sewaktu
B. Data Fokus
1. Data subyektif :
a. Pasien mengatakan badannya lemes.
b. Pasien mengatakan nafsu makan menurun.
c. Pasien mengatakan pusing, nggliyer
2. Data obyektif :
a. Keadaan umum lemah
b. Warna kulit pucat, teraba dingin
c. TD
d. BB : 50 kg
e. Terpasang infus RL 20 tpm pada tangan kanan
f. Terpasang O2 2 lt/menit
g. Terpasang DC hari -2
h. Mukosa bibir kering
21
C. Analisa Data
No
1.
Tgl/jam
21/5/08
09.00
Data Fokus
DS : - Pasien mengatakan
Etiologi
Input yang
Problem
Perubahan
tidak adekuat
nutrisi
dan ketidak
kurang dari
nafsu makan
cukupan
kebutuhan
menurun
insulin
tubuh
lemas
- Pasien mengatakan
- Pasien mengatakan
pusing, nggliyer.
DO: - GDS 302,1 mg/dl
- Mukosa bibir
kering
- Makan habis
22
No
Tgl/jam
10.00
Data Fokus
porsi RS
DS : - Pasien mengatakan
lemas
- Pasien mengatakan
pusing
DO: - TD : 180/90
Etiologi
Problem
Penurunan
Resiko tinggi
aliran darah
terhadap
sekunder
perfusi
akibat
jaringan
vasokonstriksi
mmHg, S : 36,9 C
pembentukan
N : 80 x/menit
tromboembolik
Rr : 20 x/menit
- Kapileri reffil 32
detik
- Terpasang O2, 2
lt/menit, kulit
pucat, teraba dingin
- SGOT : 73 u/l
3.
11.30
- SGPT : 71 u/l
DS : - Pasien mengatakan
lemas
DO: - ADL dibantu oleh
keluarga dan
perawat
- Terpasang O2 nasal
2 lt./menit
- Terpasang DC
23
Kelemahan
Gangguan
fisik
pemenuhan
ADL
No
Tgl/jam
Data Fokus
- Pasien lemah
Etiologi
Problem
D. Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
pemasukan yang tidak adekuat dan ketidakcukupan insulin.
2. Gangguan pemenuhan ADL berhubungan dengan kelemahan fisik
3. Resiko tinggi terhadap perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan aliran
darah sekunder akibat vasokonstriksi, pembentukan tromboli.
E. Intervensi
1. Dx. I
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawtan selama 3 x 24 jam
kebutuhan nutrisi pasien dapat terpenuhi dengan baik.
Kriteria hasil :
a. Pasien dapat menghabiskan porsi diit yang diberikan.
b. Pasien dapat menunjukkan BB dalam batas normal.
c. GDS menunjukkan angka normal 70-115 mg/dl
d. Mukosa bibir lembab
Intervensi :
a. Berikan makanan sesuai diet DM.
b. Identifikasi makanan yang disukai pasien.
c. Observasi GDS sesuai kolaborasi dokter dengan finger stick
24
3. Dx. III
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam tidak
terjadi gangguan jaringan perifer.
Kriteria hasil :
25
F. Implementasi
No.
I,III
Tgl/ jam
21/5/08 08.00
-
Implementasi
Melakukan
Respon
DS : Pasien mau
pengkajian pasien
menyebutkan nama,
Mengkaji TTV
09.00
Mengambil sampel
darah guna
09.45
diambil darahnya
pemeriksaan GDS
Membagikan ekstra
siang dengan die
DMTKTP 1500 kal
II,I
09.45
porsi RS
Menambahkan aqua DS : Pasien mengatakan
dest steril pada
oksigen
DO : O2 terpasang 2 lt/menit
26
Paraf
Implementasi
Monitor balance
cairan
Respon
DS : DO : Terpasang infus RL 20
tpm, urin 2/3 jam : 470 cc
I, III
11.00
Melakukan
tindakan injeksi
DO : Ceftriaxone masuk 2 gr
11.30
Membagikan
DS : Pasien mengatakan
12.00
Memberikan obat
Amlodipine 10 mg
III
14.30
Captopril 25 mg
- Mengobservasi
capilary refill
-
Mengambil sampel
darah untuk
pemeriksaan SGOT,
SGPT
-
Mengambil sampel
urin pemeriksaan
II
15.00
ureum kreatinin
- Mengkaji
DS : Pasien mengatakan
kemampuan pasien
dalam ADL
ADL
Motivasi pasien
untuk latihan duduk
Ajarkan pasien
untuk duduk
27
Paraf
No.
Tgl/ jam
Implementasi
bersandar di tempat
Respon
dibantu keluarga
tidur
-
Membantu dalam
pemenuhan
kebutuhan personal
II
16.05
hygiene pasien
Monitor TTV pasien DS : DO : TD : 170/90 mmHg
N : 80 x/menit
S : 37,5C
16.40
17.30
Rr : 20 x/menit
Mengganti infus RL DO : Infus terpasang RL 20
20 tpm
Menyajikan makan
sore dengan diet
tpm
DS : Pasien mengatakan
Mengambil sampel
darah guna
pemeriksaan GDS
09.00
rutin
- Injeksi : Ceptriasone DO : Ceftriaxone masuk 2 gr
10.00
2 gr
Membagikan extra
siang
12.00
28
Paraf
No.
Tgl/ jam
I, III
12.00
Implementasi
-
Memberikan obat
Respon
porsi
DO : Obat masuk lewat oral
oral
Hp Pro
Amlodipine 10 mg
III
II
15.00
16.00
Captopril 25 mg
Mengobservasi
DS : -
capilary refill
Membantu dalam
persiapan mandi
pasien
III
16.40
Infus RL 20 tpm
DS : Pasien mengatakan
DO : Pasien tampak lebih
nyaman
Monitor TTV pasien DO : TD : 150/60 mmHg
N : 84 x/menit
S : 36,8C
Rr : 22 x/menit
17.30
Menyajikan makan
sore dengan diet
DO : Actrapit masuk 10 ui
23/5/08
Memberikan 10 ui
Monitor KU pasien
07.00
Mengukur TTV
DO : TD : 140/90 mmHg
pasien
I
DS : Pasien mengatakan
08.00
N : 80 x/menit
Memberikan actrapit
10 ui
- Mengantarkan
Rr : 20 x/menit
S : 36C
DS : Pasien mengatakan
09.00
kal
Mengambil sampel
29
DO : - Actrapit masuk
Paraf
No.
Tgl/ jam
Implementasi
darah guna
Respon
- Makan pagi habis 1
pemeriksaan GDS
I
12.00
Paraf
porsi
- Hasil GDS 282 kal
DS : Pasien mengatakan
Membagikan extra
siang dengan diet
porsi
G. Evaluasi
No. Dx
I
Tanggal/jam
23-05-2008
13.00
S : Pasien
Evaluasi
mengatakan
Ttd
sudah
ada
II
13.10
30
No. Dx
Tanggal/jam
Evaluasi
Ttd
tidak terjadi
P : Intervensi dilanjutkan
- Berikan O2 2 lt/menit
13.30
- Observasi TTV
S : Pasien mengatakan sudah bisa beraktivitas
sendiri, tapi kadang masih dibantu
O : Pasien bisa makan sendiri, aktivitas
mandi masih dibantu oleh keluarga.
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
- Bantu pasien dalam aktivitas
- Anjurkan pasien untuk beraktivitas
sesuai toleransi
DAFTAR PUSTAKA
31