Kes
Weblog dr. Suparyanto, M.Kes berisi tentang materi kuliah untuk mahasiswa STIKES program
studi S1 Keperawatan, D3 Keperawatan dan D3 Kebidanan. Materi hanya merupakan resume,
kewajiban bagi mahasiswa untuk membaca lebih lanjut pada referensi yang sesuai. Banyak
kekurangan dalam penulisan, untuk itu saran dan kritik untuk perbaikan penulisan sangat
diharapkan (klik komentar).
Dilarang meng-copy materi dari blog ini, tanpa mencantumkan nama penulis dan alamat web
(URL). Terima Kasih
Sedangkan perilaku dianggap bergangguan atau tidak sehat bila perilaku tersebut
sudah tidak lagi sesuai atau adaptif dengan situasi yang sedang dihadapi bahkan
membuat individu menjadi semakin mengkerut dan terhambat. Jadi sehat tidaknya
suatu perilaku atau apakah suatu perilaku bermasalah atau tidak tergantung dari
apakah perilaku tersebut merupakan respons yang tepat terhadap situasi tertentu atau
tidak dan apakah perilaku tersebut membawa individu menjadi semakin dimampukan
untuk mengaktualkan potensi atau tidak.
(Siswanto, 2007:170)
Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus ini maka perilaku dapat dibedakan
menjadi dua.
1) Perilaku tertutup (covert behavior)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (covert).
Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi,
pengetahuan atau kesadaran, dan sikap yang terjadi belum bisa diamati secara jelas
oleh orang lain.
2) Perilaku terbuka (overt behavior)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka.
Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek
(practice). Yang dengan mudah dapat dilihat oleh orang lain.
1)
2)
3)
4)
Seperti telah disebutkan di atas sebagian perilaku manusia adalah operant response.
Oleh sebab itu, untuk membentuk jenis respons atau perilaku perlu diciptakan adanya
suatu kondisi tertentu yang disebut operant conditioning. Ini menurut skinner adalah:
Melakukan identifikasi tentang hal-hal yang merupakan penguat atau reinforce berupa
hadiah-hadiah atau rewards bagi perilaku yang akan dibentuk.
Melakukan analisis untuk mengidentifikasi komponen-komponen kecil yang membentuk
perilaku yang dikehendaki.
Menggunakan secara urut komponen-komponen itu sebagai tujuan sementara,
mengidentifikasi reinforcer atau hadiah-hadiah untuk masing-masing komponen
tersebut.
Melakukan pembentukan perilaku dengan menggunakan urutan komponen yang telah
tersusun. (Notoatmodjo, 2007:135)
Bentuk perubahan perilaku menurut WHO yang disadur oleh Notoatmodjo (2007)
meliputi :
1) Perubahan Alamiah (Natural Change )
Sebagian perubahan itu disebabkan karena perubahan alamiah. Apabila dalam
masyarakat sekitar terjadi suatu perubahan lingkungan fisik atau sosial, budaya dan
ekonomi, maka anggota-anggota masyarakat didalamnya yang akan mengalami
perubahan.
2) Perubahan Rencana (Planned Change)
Perubahan perilaku ini terjadi karena memang direncanakan sendiri oleh subjek.
3) Kesediaan Untuk Berubah ( Readiness to Change )
d. Analisis (analysis). Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih didalam suatu struktur organisasi
dan masih ada kaitanya satu sama lain.
e. Sintesis (synthetic). Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan
atau menghubungakan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
f. Evaluasi (evaluation). Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu penilaian terhadap suatu materi atau objek.
2) Kompenen Afektif
a. Menerima (Receiving) menerima diartikan bahwa seorang (subjek) mau dan
memperhatikan stimulus yang diberikan.
b. Merespons (Responding). Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan
menyelesaikan.
c. Menghargai (Valuing) mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan
suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
d. Bertanggung jawab (Responsible) Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah
dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.
3) Komponen Konatif
a. Presepsi (Perception). Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan
tindakan yang akan diambil merupakan praktik tingkat pertama.
b. Respon terpimpin (Guided response) dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan
yang benar dan sesuai dengan contoh merupakan indicator praktik tingkat kedua.
c. Mekanisme (Mechanism) apabila seseorang telah melakukan dengan benar secara
otomatis atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan. Maka ia sudah mencapai
praktik tingkat ketiga.
d. Adopsi (Adoption) adaptasi merupakan suatu praktik atau tindakan yang sudah
berkembang dengan baik. (Efendy F, 2009:103)
4. Proses adopsi perilaku
Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh
pengetahuan akan lebih bertahan lama daripada perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan. Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum seseorang
mengadopsi perilaku yang baru (berperilaku yang baru), di dalam diri orang tersebut
terjadi proses berurutan, yakni sebagai berikut.
1) Awarness (Timbul kesadaran), Yakni orang tersebut menyadari (mengetahui) stimulus
terlebih dahulu
2) Interest (Ketertarikan), Yakni orang tersebut mulai tertarik dengan stimulus.
3) Evaluasi (penilaian), Mempertimbangkan baik tidaknya stimulus. Yakni sikap orang
sudah lebih baik lagi. tersebut.
4) Trial (Mulai mencoba), Yakni orang tersebut memutuskan untuk mulai mencoba perilaku
baru.
5) Adopsi (mengadopsi), Dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan
pengetahuan kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus. Pada tahapan ini perilaku
deteksi dini kanker payudara sudah menjadi bagian dari perilaku responden (Efendy F,
2009:101)
(online).
t2444p2.html
(online).
10. Juliastuti. 2009. Pengaruh karakteristik siswa dan sumber informasi terhadap
kecenderungan melakukan hubungan seksual pranikah pada siswa di SMA
NEGERI di Banda Aceh tahun 2008. (online) . http://www.pdf.kq5.org/
doc/potensi-seks-bebas-di kalangan-remaja. diakses 9 maret 2012
Metodologi
Penelitian
Ilmu
16. Pratiwi. 2004. Pendidikan seks untuk remaja. Tugu Publisher. Jakarta
17. Siswanto. 2007. Kesehatan Mental: Konsep, Cakupan dan Perkembanganya.
ANDI: Yogyakarta
18. Soetjiningsih. 2010. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahanya. Sagung
Seto: Jakarta
19. Sugiono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Alfabeta:
Bandung
20. Sarwono, W Sarlito. 2011. Psikologi Remaja. PT Rajagravindo Persada: Jakarta
21. Yusuf, syamsu. 2005. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. PT Remaja
Rosdakarya: Bandung
22. Zen. 2009. Definisi Seks. (online), http://www.dhammacitta.org/pustaka/Ebook
/Dharma-Prabha/Dharma-Prabha-48.Pdf, diakses 10 maret 2012.
23. 2011. Kecenderungan Perilaku Seks Bebas Remaja Perkotaan. (online)
http://ceria.bkkbn.go.id/ceria/penelitian /detail/182. diakses 9 maret 2012