Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kekurangan Vitamin A (KVA) masih merupakan masalah yang tersebar di seluruh dunia
terutama negara berkembang dan dapat terjadi pada semua umur terutama pada masa
pertumbuhan (balita). Kekurangan vitamin A dapat menurunkan sistem kekebalan tubuh dan
menurunkan epitelisme sel-sel kulit. Kekurangan vitamin A dapat terjadi karena beberapa
sebab antara lain konsumsi makanan yang tidak cukup mengandung vitamin A atau
provitamin A untuk jangka waktu yang lama, bayi yang tidak diberikan ASI eksklusif, menu
tidak seimbang (kurang mengandung lemak, protein, zink atau zat gizi lainnya) yang
diperlukan untuk penyerapan vitamin A dan penggunaan vitamin A dalam tubuh, adanya
gangguan penyerapan vitamin A dan provitamin A seperti pada penyakit-penyakit antara lain
diare kronik, KEP dan lain-lain sehingga kebutuhan vitamin A meningkat, adanya kerusakan
hati yang menyebabkan gangguan pembentukan retinol binding protein (RBP) dan prealbumin yang penting untuk penyerapan vitamin.
1.2 Rumusan Masalah
a.
b.
c.
d.
e.

Apakah pengertian vitamin A?


Apa sajakah fungsi dari vitamin A?
Siapa sajakah yang bisa kekurangan vitamin A ?
Bagaimana akibat dari kekurangan vitamin A?
Bagaimana penanggulangan agar tidak kekurangan vitamin A?

1.3 Tujuan Penulisan


a.
b.
c.
d.
e.

Dapat mengetahui pengertian vitamin A


Dapat mengetahui fungsi dari vitamin A
Dapat mengetahui siapa saja yang bisa kekurangan vitamin A
Mengetahui apa saja akibat dari kekurangan vitamin A
Untuk mengetahui bagaimana penanggulangan jika kekurangan vitamin A

1.4 Metode
Dalam pembuatan makalah ini kami menggunakan metode kepustakaan dan metode
penelusuran.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Vitamin A adalah salah satu zat gizi dari golongan vitamin yang sangat diperlukan
oleh tubuh yang berguna untuk kesehatan mata (agar dapat melihat dengan baik) dan untuk
kesehatan tubuh (meningkatkan daya tahan tubuh untuk melawan penyakit misalnya campak,
diare dan penyakit infeksi lain). Vitamin A atau berdasarkan struktur kimianya dibagi menjadi
2 bentuk yaitu :
a. Retinol
Retinol dapat dimanfaatkan langsung oleh tubuh karena umumnya sumber retinol diperoleh
dari makanan hewani seperti,telur, hati, atau minyak ikan yang mudah dicerna dalam tubuh.
b. Betacarotene
Sering disebut pro-vitamin A baru dapat dirasakan setelah mengalami proses pengolahan
menjadi retinol. Sumber betacarotene berasal dari makanan nabati yang berwarna orange atau
hijau tua, seperti wortel, bayam, ubi, mangga, dan papaya.
Retinol atau Retinal atau juga Asam Retinoat, dikenal sebagai faktor pencegahan
xeropthalmia, berfungsi untuk pertumbuhan sel epitel dan pengatur kepekaan rangsang sinar
pada saraf mata, Jumlah yang dianjurkan berdasarkan Angka Kecukupan Gizi yang
dianjurkan (KGA-2004) per hari 400 ug retinol untuk anak-anak dan dewasa 500 ug
retinol.Tubuh menyimpan retinol dan betacarotene dalam hati dan mengambilnya jika tubuh
memerlukannya.
2.2 Fungsi Vitamin A
Selain berfungsi pada sistem penglihatan, diferensiasi sel, pertumbuhan dan
perkembangan, reproduksi, dan pencegahan kanker, Vitamin A juga berfungsi dalam sistem
kekebalan ( anti infeksi ). Walaupun mekanismenya belum diketahui pasti, Retinol
berpengaruh terhadap pertumbuhan dan deferensiasi limfosit B ( leukosit yang berperan
dalam proses kekebalan humoral ). Disamping itu, kekurangan vitamin A menurunkan respon
antibody yang bergantung pada sel-T (limfosit yang berperan pada kekebalan
sesular).Sebaliknya,
infeksi
dapat
memperburuk
kekurangan
vitamin
A.
Dalam kaitan vitamin A berperan sebagai fungsi kekebalan, ditemukan bahwa:
.
Bila vitamin A kurang, maka fungsi kekebalan tubuh menjadi menurun, sehingga
mudah terserang infeksi. Disamping itu lapisan sel yang menutupi trakea dan paru-paru
mengalami keratinisasi, tidak mengeluarkan lender sehingga mudah dimasuki
mikroorganisme penyebab infeksi saluran pernapasan. Bila terjadi pada permukaan usus
halus dapat terjadi diare. Perubahan pada permukaan saluran kemih dan kelamin dapat
menimbulkan infeksi pada ginjal dan kantong kemih. Pada anak-anak dapat menyebabkan
komplikasi
pada
campak
yang
dapat
mengakibatkan
kematian.
Hasil penelitian yang dilaksanakan Survei Pemantauan Status Gizi dan Kesehatan (Nutrition
& Health Surveillance System) selama 1998-2002 menunjukkan, sekitar 10 juta anak balita
yang berusia enam bulan hingga lima tahun-berarti setengah dari populasi anak balita-di
Indonesia berisiko menderita kekurangan vitamin A. Menurut penelitian yang dilakukan
Depkes bekerja sama dengan Helen KelIer International setiap tiga bulan sekali ini, makanan
mereka sehari-hari di bawah angka kecukupan vitamin A yang ditetapkan untuk anak balita,
yaitu
350-460
Retino
Ekivalen
per
hari.
Lebih lanjut dijelaskan, bahwa kekurangan vitamin A berkaitan dengan tingginya tingkat
kematian pada balita. Populasi anak yang mengalami kekurangan vitamin A, namun tidak
mendapat perawatan tingkat kematiannya 49 persen lebih tinggi daripada yang mendapat
sumplemen vitamin itu. Secara medis ada keterkaitan antara kekurangan vitamin A dan

kematian pada balita. Akibat kurangnya vitamin A, yang berfungsi sebagai katalis reaksi
biokimia dalam tubuh, akan berdampak pada berkurangnya fungsi sel epitel yang dalam
meningkatkan status kekebalan atau daya tahan tubuh.
Selain fungsi-fungsi diatas, vitamin A juga berfungsi menjaga integritas atau keutuhan sel
darah merah. Karena itu, kekurangan vitamin A juga memicu timbulnya penyakit anemia.
Jika kekurangan vitamin A, sel darah merah tak mampu bertahan lama sehingga umurnya
menjadi pendek dan mudah pecah. Karena kondisi ini, tubuh menjadi kekuranagn zat besi
atau darah merah.selain itu vitamin A juga berpengaruh terhadap sumsum tulang belakang
yang berfungsi sebai tempat memproduksi sel darah merah. Jika vitamin A kurang, maka
sumsum tulang belakang tak mampu memproduksi sel-sel darah merah, sehingga terjadilah
anemia.
2.3 Siapa Saja Yang Bisa Kekurangan Vitamin A
Kekurangan vitamin A banyak ditemukan di beberapa daerah seperti Asia Tenggara,
dimana padi yang digiling menjadi beras (yang mengandung sedikit vitamin A) merupakan
makanan pokok. Beberapa penyakit yang mempengaruhi kemampuan usus dalam menyerap
lemak dan vitamin yang larut dalam lemak,meningkatkan resiko terjadinya kekurangan
vitamin A.
Pembedahan pada usus atau pankreas juga akan memberikan efek yang sama.Gejala
pertama
dari
kekurangan
vitamin
A
biasanya
adalah
rabun
senja.
Kemudian akan timbul pengendapan berbusa (bintik Bitot) dalam bagian putih mata (sklera)
dan kornea bisa mengeras dan membentuk jaringan parut (xeroftalmia), yang bisa
menyebabkan kebutaan yang menetap.
Malnutrisi pada masa kanak-kanan (marasmus dan kwashiorkor), sering disertai
dengan xeroftalmia; bukan karena kurangnya vitamin A dalam makanan, tetapi juga karena
kekurangan kalori dan protein menghambat pengangkutan vitamin A. Kulit dan lapisan paruparu, usus dan saluran kemih bisa mengeras. Kekurangan vitamin A juga menyebabkan
peradangan kulit (dermatitis) dan meningkatkan kemungkinan terkena infeksi. Beberapa
penderita mengalami anemia. Pada kekurangan vitamin A, kadar vitamin A dalam darah
menurun sampai kurang dari 15 mikrogram/100 mL (kadar normal 20-50 mikrogram/100
mL).
Kekurangan vitamin A diobati dengan pemberian vitamin A tambahan sebanyak 20 kali dosis
harian yang dianjurkan selama 3 hari. Lalu diikuti dengan pemberian sebanyak 3 kali dosis
harian
yang
dianjurkan
selama
1
bulan.
Setelah itu diharapkan semua gejala sudah hilang. Penderita yang gejala-gejalanya tidak
hilang dalam 2 bulan setelah pengobatan, harus segera dievaluasi untuk mengetahui
kemungkinan adanya malnutrisi.

Kurang vitamin A (KVA) merupakan suatu kondisi dimana kadar vitamin A dalam
darah menurun.
Bila pada orang normal kadar vitamin A dalam darah adalah 30 ug/dl atau lebih
Kadar 20-30 ug/dl masih dapat diterima, meskipun pada tingkat yang dianggap rendah, yang
mempunyai risiko lebih besar untuk timbulnya gejala-gejala KVA
Kadar 10-20 ug/dl sudah termasuk kondisi hypovitaminosis
Kadar dibawah 10 ug/dl sudah dianggap avitaminosis.
Orang yang membatasi konsumsi mereka akan hati, produk-produk yang berasal dari
susu, dan sayur-sayuran yang mengandung beta-karoten, dapat mengalami kekurangan
vitamin A. Bayi yang berat badannya saat lahir sangat rendah (2,2 pounds atau 0,99 kg atau

kurang) memiliki resiko yang tinggi lahir dengan kekurangan vitamin A, dan suntikan
vitamin A diberikan kepada bayi-bayi ini telah dilaporkan dapat mengurangi resiko sakit
paru-paru.
Tanda-tanda awal kekurangan vitamin A :

Lemahnya penglihatan pada malam hari

Kulit kering

Meningkatnya risiko infeksi, dan metaplasia (kondisi pra-kanker)

Kekurangan vitamin A yang parah, yang dapat menyebabkan kebutaan, secara ekstrim
jarang terjadi di lingkungan barat

Kekurangan vitamin A yang parah yang jarang terjadi, biasanya terjadi karena
kondisi-kondisi yang bermacam-macam, yang menyebabkan mal-absorpsi.
Dilaporkan pula tingginya peristiwa kekurangan vitamin A pada orang yang terinfeksi
HIV.

Orang dengan hipotiroid memiliki kemampuan yang lemah untuk mengubah betakaroten menjadi vitamin A. Untuk alasan ini, beberapa dokter menyarankan untuk
mengonsumsi suplemen vitamin A, jika mereka tidak mengonsumsi vitamin A dalam jumlah
yang seharusnya pada pola makan mereka. Orang yang sudah sangat tua dengan diabetes
tipe-2 menunjukkan penurunan vitamin A pada darahnya yang secara signifikan karena faktor
usia, terlepas dari konsumsi vitamin A pada pola makannya.
2.4 Akibat dari Kekurangan Vitamin A
Tubuh memerlukan asupan vitamin yang cukup sebagai zat pengatur dan
memperlancar proses metabolisme dalam tubuh. Sebagai vitamin yang larut dalam lemak,
vitamin A membangun sel-sel kulit dan memperbaiki sel-sel tubuh, menjaga dan melindungi
mata, menjaga tubuh dari infeksi, serta menjaga pertumbuhan tulang dan gigi. Karena fungsi
tersebut, vitamin A sangat bagus dalam proses pertumbuhan dan perkembangan anak.
Vitamin A juga berperan dalam epitil, misalnya pada epitil saluran pencernaan dan
pernapasan serta kulit. Vitamin A berkaitan erat dengan kesehatan mata. Vitamin A membantu
dalam hal integritas atau ketahanan retina serta menyehatkan bola mata. Vitamin A fungsinya
tak secara langsung mengobati penderita minus, tapi bisa menghambat minus. Kekurangan
vitamin A menyebabkan mata tak dapat menyesuaikan diri terhadap perubahan cahaya yang
masuk dalam retina. Sebagai konsekuensi awal terjadilah rabun senja, yaitu mata sulit melihat
kala senja atau dapat juga terjadi saat memasuki ruangan gelap. Bila kekurangan vitamin A
berkelanjutan maka anak akan mengalami xerophtalmia yang mengakibatkan kebutaan.
Selain itu kekurangan vitamin A menyebabkan tubuh rentan terhadap infeksi bakteri dan
virus. Tanpa vitamin A, sistem pertahanan tubuh akan hilang.Ini memicu tubuh rentan
terserang penyakit.
Vitamin A bisa terserap dalam tubuh yang kondisinya baik. Anak usia balita sangat
rentan kekurangan vitamin A karena kondisi tubuhnya rentan terhadap penyakit, seperti diare
atau infeksi pencernaan. Untuk itu peran ibu sangat penting dalam menjaga ketahanan tubuh
bayi yakni dengan memberikan ASI eksklusif, agar mempunyai ketahanan tubuh yang
cukup.Kebutuhan vitamin A yang cukup dalam tubuh, dapat diketahui dengan cara

menganalisis makanan yang dikonsumsi sehari-hari dan melihat kondisi tubuh. Jika tubuh
anak sering terkena penyakit, seperti diare, busung lapar atau gangguan saluran pernapasan,
maka secara otomatis, asupan vitamin A-nya kurang

2.5 Penanggulangan Kekurangan Vitamin A


Melihat dampak yang dapat diakibatkan oleh kekurangan vitamin A seperti yang
dijelaskan di atas, maka masalah defisiensi vitamin A ini tidak boleh diremehkan karena
dapat menyebabkan kematian. Untuk mengatasi hal ini, ada beberapa langkah yang harus
terus dilakukan, antara lain :
a.
b.

c.

d.
e.

Memperbaiki pola makan masyarakat melalui penyuluhan-penyuluhan sehingga masyarakat


kita semakin gemar mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan.
Melakukan fortifikasi vitamin A terhadap beberapa bahan makanan yang banyak dikonsumsi
masyarakat dengan memperhatikan syarat-syarat fortifikasi, missal tidak menyebabkan
perubahan rasa pada bahan makanan tersebut atau tidak menyebabkan kenaikan harga yang
terlalu tinggi. Contoh bahan makanan yang dapat dilakukan fortifikasi adalah pada MSG atau
pada mie instant
Meningkatkan program pemberian suplemen vitamin A yang sudah berjalan pada kelompok
sasaran yaitu :
Bayi umur 6-12 bulan : diberikan kapsul vitamin A warna biru, dosis 100.000 UI setiap
bulan februari dan agustus.
Anak umur 1-5 tahun : diberikan kapsul vitamin A warna merah, dosis 200.00 UI setiap
bulan februari dan agustus
Ibu nifas : diberikan kapsul vitamin A dosis 200.000 UI, sehari setelah melahirkan dan
diberikan lagi 24 jam kemudian (masing-masing satu kapsul ).
Anak yang terserang campak : diberikan kapsul vitamin A dosis 200.000 UI.
Pemberian imunisasi pada anak harus terus dipantau supaya terhindar dari penyakit infeksi.
Mengkonsumsi makanan yang seimbang agar metabolisme vitamin A dalam tubuh dapat
berjalan secara normal.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Vitamin A adalah salah satu zat gizi dari golongan vitamin yang sangat diperlukan
oleh tubuh yang berguna untuk kesehatan mata (agar dapat melihat dengan baik) dan untuk
kesehatan tubuh (meningkatkan daya tahan tubuh untuk melawan penyakit misalnya campak,
diare dan penyakit infeksi lain). Kekurangan vitamin A (KVA) dapat mengakibatkan berbagai
macam penyakit seperti : rabun senja. Penanggulangan KVA ini adalah dengan memperbaiki
pola makan masyarakat, perbanyak mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan.
Kekurangan vitamin A banyak ditemukan di beberapa daerah seperti Asia Tenggara, dimana padi yang
digiling menjadi beras (yang mengandung sedikit vitamin A) merupakan makanan pokok. Beberapa penyakit
yang mempengaruhi kemampuan usus dalam menyerap lemak dan vitamin yang larut dalam
lemak,meningkatkan resiko terjadinya kekurangan vitamin A.

3.2 Saran
Bagi pembaca diharapkan agar dapat menerapkan pola hidup sehat sehingga terhindar
dari berbagai penyakit. Dan perbanyak makan wortel, tomat, dan sayur sayuran yang
mengandung vit A,supaya kita tidak kekurangan vitamin A.
Sebagai tenaga medis khususnya keperawatan juga berperan penting dalam
penanggulangan kekurangan vit A, dimana seorang perawat diharapkan dapat memberikan
informasi kepada masyarakat tentang pentingnya vit A.

DAFTAR PUSTAKA
Sediaoetama,Achmad Djaeni.2004. Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi.Jakarta : Dian
Rakyat.
http://www.cybertokoh.com/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&artid=975
http://organisasi.org/pengertian_dan_definisi_vitamin_fungsi_guna_sumber_akibat_kekurang
an_macam_dan_jenis_vitamin

Kurang Vitamin A (KVA)


Defisiensi vitamin A adalah penyakit yang disebabkan karena kurangnya pemasukan vitamin
A yang dapat diketahui dengan adanya rabun senja dan kerusakan pada kornea mata atau
lebih dikenal xeroptalmia (Tadesse, et al., 2005).
Sedangkan menurut Depkes RI (2003) Kurang Vitamin A (KVA) adalah kelainan sistemik
yang mempengaruhi jaringan epitel dari organ-organ seluruh tubuh, termasuk paru-paru,
usus, mata dan organ lain, gejala KVA terlihat langsung pada mata.

Defisiensi vitamin A ini merupakan penyebab utama rabun senja pada bayi serta

merupakan faktor yang paling berkontribusi terhadap angka kesakitan dan kematian akibat
penyakit infeksi (WHO, 2009). DVA ini dapat menyebabkan anak-anak menjadi buta setelah
1 tahun apabila tidak mendapatkan suplementasi vitamin A (Tadesse, et al., 2005).
Penyebab utama defisiensi vitamin A ini adalah kurang konsumsi vitamin A serta diperburuk
dengan tingginya angka infeksi, seperti diare dan campak (WHO, 2009). Infeksi akan
menghambat kemampuan tubuh untuk menyerap zat-zat gizi. Pada saat yang sama kondisi
infeksi akan mengikis habis simpanan vitamin A dalam tubuh (Nadmin, Ayu and Hartono,
2011).
Vitamin A (retinol) ini merupakan nutrisi esensial penting yang dibutuhkan dalam jumlah
kecil oleh manusia untuk fungsi pertumbuhan dan perkembangan, pemeliharaan integritas sel
epitel, fungsi kekebalan tubuh serta fungsi reproduksi (WHO, 2004).
Fungsi vitamin A bagi mata terutama pada proses penglihatan dimana vitaminA berperan
dalam membantu proses adaptasi dari tempat yang terang ketempat yang gelap. Fungsi
vitamin A terhadap kekebalan tubuh yaitu bahwa didalam suatu penelitian diketahui ada
hubungan yang signifikan antara status vitamin A dengan dengan ISPA, diare dan ISPA.
Vitamin A untuk fungsi pertumbuhan sangat dibutuhkan dalam proses pertumbuhan dan
perkembangan tulang dansel epitel yang membentuk email dalam pertumbuhan gigi.
Pertumbuhan menjadi terhambat serta bentuk tulang menjadi tidak normal apabila
kekurangan vitamin A. Selain itu fungsi vitamin A pada ibu hamil yaitu untuk kebutuhan
janin dan persiapan untuk menyusui (Almatsier, 2009).
Sumber utama vitamin A adalah berasal dari hewan (bentuk aktif vitamin A) sedangkan yang
berasal dari tumbuhan berupa karoten/provitamin A. Karotenoid dalam makanan akan diubah
menjadi vitamin A oleh tubuh sebanyak sekitar sepertiga dari semua makanan yang dimakan
(Almatsier, 2009). Kandungan vitamin A serta beta karoten yang masuk kedalam tubuh dapat
dipengaruhi oleh proses pengolahan makanan. Pemasakan yang berlebihan maupun
pengeringan mampu mengurangi kandungan karoten di dalam sayur-sayuran. Vitamin A
meskipun relatif stabil, dapat rusak bila mengalami proses oksidasisehingga dalam menilai
asupan antioksidan, perlu diperhatikan proses pengolahan makanan yang dilakukan (Mutia,
Hartini and Hakimi, 2010).
Adapun sumber vitamin A tersebut yaitu meliputi hati, kuning telur, susu (didalam lemaknya)
dan mentega, biasanya margarin diperkaya dengan vitamin A. Sedangkan sumber karoten
adalah sayuran berwarna hijau tua dan buah-buahan berwarna kuning jingga seperti daun
singkong, daun kacang, kangkung, bayam, kacang panjang, buncis, tomat, jagung kuning,
papaya, mangga, nangka masak dan jeruk.Kurang vitamin yang terjadi disebagian Negara
berkembang berhubungan dengan pada umumnya makanan sebagai sumber vitamin A relatif
mahal harganya (Almatsier, 2009).
Konsumsi vitamin A yang cukup, sangat penting untuk menyediakan vitamin A untuk
keperluan jaringan-jaringan badan sehingga menyebabkan kegiatan metabolisme dan fungsifungsi jaringan berjalan dengan normal, serta untuk mencegah terjadinya penyakit infeksi,
campak, diare, ISPA dan lain-lain (Nadimin, Zainuri and Ayu, 2011).

Kelainan pada sel-sel epitel termasuk sel-sel epitel pada selaput lendir mata akibat
kekurangan vitamin A terjadi karena adanya proses metaplasi sel-sel epitel, sehingga kelenjar
tidak memproduksi cairan yang dapat menyebabkan terjadinya kekeringan pada mata yang
disebut xerosis konjungtiva. Bila kondisi ini berlanjut akan terjadi yang disebut bercak Bitot
(Bitot Spot) (Depkes RI, 2003).
Saat ini gejala klinik rabun senja dan xeroptalmia pada anak-anak telah menurun dengan
adanya pelaksanaan berbagai program intervensi, namun jumlah anak yang memiliki gejala
sub-klinik masih sangat besar di dunia (Jiang, et al. 2008). Secara global sekitar 3 juta anak
menderita DVA sub klinik dan setengah dari mereka meninggal setelah satu tahun karena
kehilangan penglihatannya (Tadesse, et al., 2005).
DVA sub-klinik dapat meningkatkan kerentanan anak-anak terhadap infeksi, memperlambat
pertumbuhan fisik, dan mengurangi kemampuan kekebalan tubuh, dan meningkatkan
kesakitan dan kematian akibat beberapa penyakit infeksi (Neal, et al. 2003). Beberapa
penelitian epidemiologi telah mengidentifikasi adanya hubungan antara tingginya tingkat
kematian dengan DVA sub-klinik (Jiang, et al., 2008).
DVA sub klinik yaitu apabila seseorang memiliki konsentrasi vitamin A rendah atau apabila
konsentrasi serum retinolnya adalah kurang dari 20 g/dl atau <0.7 mol/l (United Nations
System, 2011).
Adapun xeroptalmia memiliki beberapa klasifikasi (Sommer 1995), yaitu:
1. XN (Buta Senja/Hemeralopia/Nyctalopia)
Biasa disebut dengan Rabun senja, Rabun ayam. Dimulai dari gangguan pada sel batang
retina, yang sulit beradaptasi diruang yang remang setelah terang, ini sangat jelas terlihat
ketika sore hari, dimana penglihatan menurun pada sore hari, anak-anak biasa masuk rumah
menabrak barang yang ada dihadapannya.
1. X1A (Xerosis Konjungtiva)
Bila buta senja terus terjadi dan konsumsi vitamin A sangat rendah bahkan tidak ada dalam
makanan sehari-hari, maka tahap selanjutnya akan terjadi bagian putih mata akan kering,
kusam, tak bersinar (Xerosis Konjungtiva-X1A). Keadaan ini bisa dilihat dengan jelas ketika
mencoba membuka sedikit mata anaknya dan melihat bagian putihnya akan terlihat dengan
jelas bagian putihnya kering, kusam dan tak bersinar serta sedikit kotor.
1. X1B (Xerosis Konjungtiva Disertai Bercak Bitot)
Setelah bagian putih mata kering,kusam dan tak bersinar, bila konsumsi vitamin A dari
makanan rendah dan tidak mendapatkan kapsul vitamin A rutin, selanjutnya akan terjadi
penimbunan sel epitelnya dan adanya timbunan keratin (Bercak Bitot, Bitots spot). Jika
ditemukan Bitots spot harus dirujuk segera ke dokter ahli mata.
1. X2 (Xerosis Kornea)
Keterlambatan penanganan saat ditemuka bercak bitot, maka akan merambat pada bagian
hitam mata yang terlihat kering, kusam dan tak bersinar. Dan ini merupakan tahapan pertama

terjadi kebutaan.Gejala Buta senja (XN), Xerosis Konjungtiva (X1A), hingga Xerosis Kornea
(X2), jika tanpa penyakit penyerta, masih dapat disembuhkan dengan pemberian kapsul
vitamin A.
1. X3A (Keratomalasia Atau Ulserasi Kornea Kurang Dari 1/3 Permukaan Kornea)
Pada tahapan ini ditandai dengan sebagian hitam mata melunak seperti bubur. Dan
selanjutnya seluruh bagian hitam mata melunak seperti bubur (ulserasi Kornea -X3B), pada
tahap ini akan sangat sulit untuk terhindar dari kebutaan.
1. X3B (Keratomalasia Atau Ulserasi Sama Atau Lebih Dari 1/3 Permukaan Kornea)
2. XS (Jaringan Parut Kornea/Sikatriks/Scar)
Bola mata mengecil dan mengempis (Xeroptalmia Scar- XS) dan terjadilah kebutaan yang
permanen.
1. XF (Fundus Xeroftalmia, Dengan Gambaran Seperti Cendol)
XN, XIA, XIB, X2 biasanya dapat sembuh kembali normal dengan pengobatan yang baik.
Pada stadium X2 merupakan keadaan gawat darurat yang harus segera diobati karena dalam
beberapa hari bisa berubah menjadi X3.X3A dan X3B bila diobati dapat sembuh tetapi
dengan meninggalkan cacat yangbahkan dapat menyebabkan kebutaan total bila lesi
(kelainan) pada kornea cukupluas sehingga menutupi seluruh kornea (Optic Zone Cornea)
(Depkes RI, 2003).
Ada 3 cara mengintervensi masyarakat untuk mengurangi masalah KVA pada populasi
berisiko yaitu meningkatkan kemudahan dan pemasokan vitamin A (suplementasi vitamin A),
peningkatan konsumsi makanan yang banyak mengandung vitamin A (Fortifikasi), dan
mengontrol KVA pada daerah-daerah risiko tinggi (WHO, 2009).
Di Indonesia, dalam rangka menurunkan angka prevalensi kekurangan vitamin A, pemerintah
memberikan suplementasi kapsul vitamin A setahun dua kali pada bulan Februari dan
Agustus, sejak anak berusia enam bulan. Kapsul merah (dosis 100.000 IU) diberikan untuk
bayi umur 6-11 bulan dan kapsul biru (dosis 200.000 IU) untuk anak umur 12-59 bulan.
Persentase anak umur 6-59 bulan/balita yang menerima kapsul vitamin A selama enam bulan
terakhir sebesar 69,8%. Persentase tersebut bervariasi antar provinsi dengan persentase
terendah di Papua Barat (49,3%) dan tertinggi di DI Yogyakarta (91,1%).Adapun persentase
pemberian kapsul vitamin A menurut kelompok umur cukup bervariasi. Persentase tertinggi
pada kelompok umur 12-23 bulan (74,8%). Ada kecenderungan semakin tinggi kelompok
umur semakin rendah cakupan yang menerima vitamin A, khususnya pada anak balita 48-59
bulan. Persentase anak umur 6-59 bulan yang menerima kapsul vitamin A di perkotaan
(74,0%) lebih tinggi daripada di perdesaan (65,3%). Sedangkan menurut jenis kelamin anak
tidak tampak adanya perbedaan cakupan vitamin A. Persentase menurut tingkat pendidikan
kepala keluarga dan status ekonomi, terlihat adanya kecenderungan semakin tinggi tingkat
pendidikan kepala keluarga dan status ekonomi, semakin tinggi pula cakupan pemberian
kapsul vitamin A (Kemenkes RI, 2010).

Namun berdasarkan data Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2011, cakupan suplementasi
vitamin A pada balita di Indonesia tahun 2011 yaitu sekitar 83.5% (Kemenkes RI, 2012).

Anda mungkin juga menyukai