2 Ramliipvol-14 PDF
2 Ramliipvol-14 PDF
ABSTRACT
771
PENDAHULUAN
Evaluasi lahan adalah upaya penilaian atau penafsiran
terhadap kinerja suatu lahan bila digunakan
untuk suatu
penggunaan.
Evaluasi lahan dimaksudkan pula untuk
menyajikan suatu dasar atau kerangka rasional dalam
pengambilan keputusan penggunaan lahan
yang tepat dan
didasarkan atas hubungannya antara persyaratan penggunaan
lahan dengan karakteristik lahan itu sendiri dan memberikan
perkiraan masukan yang diperlukan dan proyeksi luaran yang
diharapkan. Dalam konteks ini, evaluasi lahan mencakup dua
aspek utama yaitu sumber daya fisik seperti iklim dan tanah,
serta sumber daya ekonomi seperti ukuran usahatani, tingkat
manajemen,
ketersediaan
tenaga
kerja
dan
lainlain.
Selanjutnya aspek pertama dapat dianggap sebagai sifatsifat
yang stabil sementara yang kedua lebih bervariasi dan sangat
bergantung dari kebijaksanaan atau keputusankeputusan
politik.
Sasaran evaluasi lahan adalah untuk memilih jenis
penggunaan
lahan
yang
optimal
pada
setiap
satuan
lahan/wilayah dengan mempertimbangkan baik fisik maupun
ekonomi serta konservasi sumberdaya lingkungan untuk
penggunaan yang akan datang. Kegiatan pokok dalam evaluasi
lahan yang berkaitan dengan penggunaan lahan adalah
penetapan jenis/tipe penggunaan serta penentuan persyaratan
dari suatu tipe penggunaan lahan. Setelah tipe penggunaan
lahan ditetapkan selanjutnya diikuti oleh penentuan persyaratan
penggunaan lahan yang dimaksud. Tujuaan penelitian ini adalah
menilai kesesuaian lahan cengkeh berdasarkan distribusi spasial
karakteristik biofisik dan ekonomi pada skala 1:50.000.
METODOLOGI PENELITIAN
Evaluasi dengan Pendekatan Fuzzy Set
Penelitian evaluasi lahan dengan pendekatan Fuzzy Set telah
dilakukan di kecamatan Cina dan Mare, kab. Bone Sulawesi
Selatan. Metode ini dilakukan untuk me- refine metode faktor
pembatas dengan logika Boolean, dimana dalam logika Boolean
hanya ada dua pilihan dalam analisis yaitu 0 atau 1, sehingga
dalam konteks klasifikasi kesesuaian lahan, akan dijumpai batas
yang tegas antara satu kelas dan yang lainnya (Baja et al .,
2003). Penggunaan teori fuzzy set dilandasi oleh pemikiran
772
(1)
773
774
775
776
MM
350,0
300,0
250,0
200,0
150,0
100,0
50,0
0,0
Jan
Peb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agu
Sep
Okt
Nop
Des
BULAN
Curah Hujan
ET0
MM
600,0
500,0
400,0
300,0
200,0
100,0
0,0
Jan Peb Mar Apr Mei Jun
Jul
BULAN
Curah Hujan
ET0
ET50%
777
Grup
Subgrup
Puslittan (1983)
Entisols
Udorthents
Lithic Udorthents
Litosol Haplik
Inceptisols
Epiaquepts
Endoaquepts
Halaquepts
Sulfaquepts
Eutrudepts
Aeric Epiaquepts
Typic Endoaquepts
Typic Halaquepts
Typic Sulfaquepts
Typic Eutrudepts
Aquic Eutrudepts
Gleisol Eutrik
Gleisol Haplik
Gleisol Halik
Gleisol Sulfik
Kambisol Eutrik
Kambisol Gleiik
Dystrudepts
Lithic Dystrudepts
Typic Dystrudepts
Lithic Hapludolls
Typic Hapludolls
Typic Hapludults
Rhodic Hapludox
Kambisol Litik
Kambisol Haplik
Mollisol Litik
Mollisol Haplik
Podsolik Haplik
Oksisol Rodik
Mollisols
Hapludolls
Ultisols
Oxisols
Hapludults
Hapludox
778
4. Kesuburan Tanah
Dari hasil analisis tanah di laboratorium serta dilanjutkan
dengan penilaian kesuburan tanahnya berdasarkan petunjuk
FAO (1983), maka status kesuburan tanah secara alami yang
didasarkan pada sifat-sifat kimia untuk setiap contoh tanah,
seperti KTK-tanah, kadar C organik, kejenuhan basa, kadar P 2 O 5
potensial dan K 2 O potensial, status kesuburannya dapat dilihat
pada Tabel 3.
Kode
Profil
Satuan Tanah
Kedalaman
horison
Cm
C org
%
Status
Kesuburan
me/100g
Kej.
Basa
%
Inceptisols
1
11
21
22
21
24
23
4
24
23
12
13
14
16
25
26
LR
LR
LR
LR
LR
LR
LR
LR
LR
LR
LR
LR
LR
LR
LR
LR
26/1
45/1
23/1
50/1
57/1
3/1
20/1
7/1
25/1
21/1
5/1
8/1
10/1
31/1
27/1
59/1
6
9
LR 48/1
LR 47/1
13
19
22
LR 6/1
LR 32/1
LR 34/1
16
LR 30/I
Aeric Epiaquepts
Aeric Epiaquepts
Aeric Epiaquepts
Aeric Epiaquepts
Aeric Epiaquepts
Aeric Epiaquepts
Aeric Epiaquepts
Typic Endoaquepts
Typic Eutrudepts
Aquic Eutrudepts
Typic Dystrudepts
Typic Dystrudepts
Typic Dystrudepts
Typic Dystrudepts
Typic Dystrudepts
Typic Dystrudepts
Mollisols
Lithic Hapludolls
Lithic Hapludolls
Ultisols
Typic Hapludults
Typic Hapludults
Typic Hapludults
Oxisols
Rhodic Hapludox
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
1,5
2.7
0.9
2.2
1.8
1.4
1.4
6.1
1,0
2.1
1.2
1.2
1.9
3.6
1.7
2.3
9
142
4
87
52
74
52
42
7
54
34
3
53
14
12
97
2
4
2
3
3
4
2
395
2
1
2
5
12
5
2
3
25.5
32.4
33.6
37.2
28.7
47.0
28.1
55.1
38.5
42.7
31.5
38.6
42.9
10.4
13.0
30.2
70
>100
78
71
96
94
77
76
89
82
64
72
73
19
82
>100
Rendah
Tinggi
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Tinggi
Sedang
Tinggi
Sedang
Sedang
Sedang
Rendah
Rendah
Tinggi
0 - 30
0 - 30
4.5
4.0
348
37
54
5
52.0
48.2
>100
98
Tinggi
Tinggi
0 - 30
0 - 30
0 - 30
0.9
2.0
1.7
5
50
7
1
5
6
3.8
11.8
8.8
85
8
27
S. Rendah
S. Rendah
Rendah
0 - 30
0,97
42
9,1
S. Rendah
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
779
780
781
b. Analisis Ekonomi
Dari survei ekonomi yang telah dilakukan, maka diperoleh
informasi input maupun ouput dari komoditi cengkeh yang
diteliti (Lampiran 1). Proses analisis ekonomi dari komoditi ini
menggunakan program Automated Land Evaluation System
(ALES) yang dipadukan dengan SIG. Sistem kerja yang
digunakan
didasarkan pada satuan lahan dengan tingkat
kesesuaian biofisik lahan sangat sesuai (S 1 , nilai MF paling
tinggi ), untuk satuan lahan dengan kelas kesesuaian yang lebih
rendah nilai ekonominya tetap mengacu pada nilai MF masingmasing (Tabel 4).
Analisis ekonomi yang dilakukan untuk system usaha tani
cengkeh selama 30 tahun, menunjukan bahwa nilai NPV yang
diperoleh adalah sebesar Rp. 127.623.129,- untuk kelas lahan
sangat sesuai (Tabel 4 dan 5, dan 6).
Hal ini menunjukan
bahwa jumlah net benefit dari usahatani cengkeh sampai
dengan umur 30 tahun bila dihitung berdasarkan dengan nilai
saat ini, maka usaha tersebut memperoleh keuntungan sebesar
Rp. 127.623.129,- dengan net BCR sebesar 6,62. Sedangkan
keuntungan internal dari nilai investasi yang ditanam pada
usahatani ini yakni sebesar 66,48 %, keadaannya dicapai pada
tingkat pemupukan seperti pada Tabel 6.
782
Luas
Kes. Lahan
(FAO)
Nilai MF
NPV
Ha
0.30
1.607
4.01
0.30
964
2.40
0.30
101
0.25
0.10
876
2.18
0.10
1.088
2.71
S3
0.46
58.706.639
2.477
6.10
S3
0.45
57.430.637
560
1.40
0.16
28
0.07
0.14
1363
3.40
10
0.14
311
0.78
11
0.30
463
1.15
12
S1
1.0
127.623.129
541
1.35
13
S1
1.0
127.623.129
497
1.24
14
S1
1.0
127.623.129
4.098
10.22
15
S3
0.41
52.325.482
3.790
9.45
16
S3
0.42
53.610.714
2.077
5.18
17
0.21
99
0.25
18
S2
0.61
77.850.108
702
1.75
19
S3
0.41
52.325.482
2.543
6.34
20
S3
0.45
57.430.637
433
1.08
21
0.30
4.905
12.24
22
S3
0.50
63.811.560
1.912
4.77
12.95
23
0.30
5.189
24
S2
0.80
102.098.503
1.829
4.56
25
S2
0.80
102.098.503
230
0.57
26
S1
1.0
127.623.129
1.443
3.60
783
Indikator
Nilai/Level
Dep
30
Investasi (Rp/ha)
86.300.000
127.623.129,54
IRR (%)
66,48
BCR (i=12%)
6,62
784
Input/ha
Macam/jenis
Bibit
Cengkeh
Urea
SP-36
KCl
Buruh
(pria)
Satuan ukuran
batang
kg
kg
kg
hok
Satuan Harga
(Rp)
Input
dan
Output
Tahun
Ke-
Output/
ha
Buruh Cengke
(wanita)
h
hok
25,000
kg
8,200 16,000
200
170
170
170
50
170
170
170
20
170
170
170
20
170
170
170
75
1,200
170
170
170
75
1,200
170
170
170
75
1,550
170
170
170
75
1,750
170
170
170
75
1,580
170
170
170
75
1,600
10
170
170
170
75
2,750
11
170
170
170
90
10
1,700
12
170
170
170
90
10
1,700
13
170
170
170
90
10
1,700
14
170
170
170
90
10
1,700
15
170
170
170
90
10
1,700
16
170
170
170
90
10
1,850
17
170
170
170
90
10
1,850
18
170
170
170
90
10
1,850
19
170
170
170
90
10
1,850
20
170
170
170
90
10
1,850
21
170
170
170
90
10
1,850
22
170
170
170
90
10
1,850
23
170
170
170
90
10
1,850
24
170
170
170
90
10
1,850
25
170
170
170
90
10
1,850
26
170
170
170
90
10
1,850
27
170
170
170
90
10
1,850
28
170
170
170
90
10
1,850
29
170
170
170
90
10
1,850
30
170
170
170
90
10
1,850
785
786
DAFTAR PUSTAKA
Baja, S. 2000. Land Resource Assesment: Lecture Notes . School
of Geosciences, The University of Sydney, Sydney.
Baja, S., Chapman, D.M. and Dragovich, D. 2001a. A Conceptual
model for assessing agricultural land suitability at a
catchment level using a continous approach in GIS. Pages
828-841, in: Proceeding of the Geospatial Information and
Agriculture Conference , 17-19 July 2001, Sydney. NSW
Departement of Agriculture, Sydney.
Baja, S., Chapman, D.M. and Dragovich, D. 2002a. A Conceptual
model for defining and assessing land management units
using a fuzzy modeling approach in GIS environment.
Environmental Management , 29:647-661
Baja, S., Chapman, D.M. and Dragovich, D. 2002b. Land use and
soil erosion in land suitability assessment: a new approach
from quantitative and spatial perspectives applied to the
Sidney Region, Australia. Environment and Planning B,
29:3-20
Baja, S., Chapman, D.M. and Dragovich, D. 2002c. Using GIS
and Remote Sensing for assessing and mapping the
present status of land use and land qualities in the lower
Hawkesbury-Nepean
Catchment,
Australia.
Geocarto
International 17:15-24.
Burrough, P.A. and McDonnel, R. A. 1998. Principal of
Geographical Information Systems. Oxford University Press
Inc., New York.
Davidson, D.A., Theocharopoulos, S.P. and Bloksma, R.J. 1994.
A Land Evaluation Project in Greece using GIS and based
on Boloean and fuzzy set methodologies. International
Journal of Geographic Information Systems , 8:369-384.
FAO. 1983. Guidelines: Land Evaluation for Rainfed Agriculture.
FAO Soils Bulletin No 52, Rome.
787
788