Anda di halaman 1dari 1

Dulu, ketika aku masih kecilatau masih dikampung halaman, aku sering sekali berk

elahi, adu mulut tentang hal-hal yang sebenar yang gak penting untuk diperdebatk
an alasannya karena merasa paling benar, egois. Walaupun terkadang perdebatan ya
ng panas dan dengan perasaan emosi itu berakhir dengan tawa. Aku juga tak tahu
kenapa terkadang perasaan emosi kita berdua berakhir dengan tawa, bahkan sampai
terbahak-bahak.
Adakalanya kita saling adu pukul, beramtem. Aku memukul badanmu kemudian
aku lari. Ya, jelas saja aku lari. Badanmu terlari besar untukku waktu itu. Sek
arang badan kita sudah hampir sama tingginya, dan mungkin aku tak akan lari sepe
rti dulu. Ada saat dimana kau terpancing, dan lari mengejarku. Sambil terus berl
ari, sesekali ku lihat kau dibelakangku hendak menangkap bajuku. Aku terus berla
ri sambil tertawa terbahak-bahak. Lari. Mutar-mutar di dalam rumah, keluar ke te
mpat maktua BKI, sampai ke tempat bou Basa-basa, ke belakang rumah, kebun coklat
, terkadang sampai sawah. Wak bono, wak cinok, wak bongkeng sampai heran liat ki
ta, uda besar kok masih sering kejar-kejaran.
Kalau kau berhasil menangkap aku, terkadang kau tidak membalasku. Aneh m
emang. Kau kejar aku, tapi kalau uda tertangkap aku gak kau apa-apai. Jadi ngapa
i kau kejar kalau gak kau untuk mukul aku. Waktu kecil aku gak ngerti. Setelah d
ewasa aku tahu, itu karena naluri sebagai abang. Melindung adiknya.
oh iya... Ada adengan yang begitu teringat di kepalaku. Kalau membayangk
annya aku selalu tertawa.
"Masih ingat kau bang?"
Yang ini loh. Sore hari kita main-main depan rumah, di pinggir pasar. Ma
in tunjang-tunjangan. hahaha. Jadi ceritanya waktu itu aku lari dari depan rumah
kak Repi bermaksud mau menerjang. Waktu uda dekat aku lompat mau nunjang kau. K
ayak adengan yang di TV. Sengaja atau nggak, tiba-tiba kau angkat kakimu mau nun
jang aku. Secara teori kakimu lebih panjang, jadi kalua kita saling menunjang da
lam waktu bersamaan, otomatis kakimu duluan yang kena ke badanku. Karena tadi aw
alnya aku lari, begitu kakimu kena badanku, aku tertunjang begitu kuat dan terca
mpak, terguling. Bukan kesakitan aku malah ketawak terbahak-bahak. Lucu aja. Kok
jadi aku yang kalah. Padahal aku yang lari untuk nunjang kau..
....
....
....
to be continued....

Anda mungkin juga menyukai