Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Air limbah adalah air yang telah mengalami penurunan kualitas karena
pengaruh
manusia.
Air
limbah
perkotaan
biasanya
dialirkan
disaluran
air
kombinasi atau saluran sanitasi, dan diolah di fasilitas pengolahan air limbah atau septic
tank. Air limbah yang telah diolah dilepaskan ke badan air penerima melalui saluran
pengeluaran. Karena semua saluran air secara alami mengandung bakteri dan nutrisi,
hampir semua komponen sampah yang masuk akan mengalami reaksi biokimia seperti di
atas. Reaksi biokimia tersebut adalah yang diteliti di laboratorium sebagai kebutuhan
oksigen biologis (BOD). Berbagai bahan kimia juga mampu bereaksi akibat bahan
oksidator kuat dan reaksi kimia ini diukur di dalam laboratorium sebagai kebutuhan
oksigen kimiawi (COD). Baik uji BOD maupun COD adalah ukuran efek pengurangan
kadar oksigen akibat kontaminasi sampah. Keduanya diadopsi sebagai ukuran
efek polusi terhadap lingkungan, karena kadar oksigen yang berkurang meyebabkan
makhluk hidup yang biasa hidup di air, menjadi semakin sulit ditemukan. Oleh karena itu
akan dibahas tentang analisis kadar COD dalam air limbah.
1.2.
Rumusan Masalah
1.2.1. Apa yang dimaksud dengan air buangan atau air limbah?
1.2.2. Apa yang dimaksud COD?
1.2.3. Bagaimana analisis kadar COD air limbah?
1.3.
BAB II
Analisis COD (Chemical Oxygen Demand) dalam Air Limbah
2.1. Air Limbah atau Air Buangan
Air limbah adalah air yang telah mengalami penurunan kualitas karena pengaruh
manusia. Air limbah perkotaan biasanya dialirkan disaluran air kombinasi atau saluran
sanitasi, dan diolah di fasilitas pengolahan air limbah atau septic tank. Air limbah yang
telah diolah dilepaskan ke badan air penerima melalui saluran pengeluaran. Air limbah,
terutama
limbah
perkotaan,
dapat
tercampur
dengan
berbagai
kotoran
Limbah manusia, feses, tisu toilet, urin, atau cairan tubuh lainnya, disebut juga
dengan limbah hitam.
Air yang digunakan untuk mencuci, disebut juga dengan air kelabu
Air hujan yang jatuh di atas atap dan pekarangan dan tidak dikumpulkan
Air hujan yang mengalir di jalan raya, lahan parkir, dan infrastruktur lainnya yang
biasanya mengalir ke selokan atau saluran drainase lainnya
Kelebihan
cairan
yang
diproduksi
industri
(minuman,
minyak
Rekahan hidrolika
Setiap bahan yang mampu dioksidasi yang ada di saluran air atau air limbah
industri akan dioksidasi secara biokimia oleh bakteria, atau secara kimiawi. Akibatnya
adalah kadar oksigen di dalam air akan berkurang. Secara umum, reaksi biokimia oksidasi
adalah sebagai berikut
Bahan yang mampu dioksidasi + bakteri + nutrisi + O 2 CO2 + H2O + Bahan
anorganik teroksidasi seperti O3- atau SO4-Konsumsi oksigen oleh bahan kimia yang tereduksi seperti sulfida dan nitrit,
adalah sebagai berikut
S-- + 2 O2 SO4-NO2- + O2 NO3Karena semua saluran air secara alami mengandung bakteri dan nutrisi, hampir
semua komponen sampah yang masuk akan mengalami reaksi biokimia seperti di atas.
Reaksi biokimia tersebut adalah yang diteliti di laboratorium sebagai kebutuhan oksigen
biologis (BOD). Berbagai bahan kimia juga mampu bereaksi akibat bahan oksidator kuat
dan reaksi kimia ini diukur di dalam laboratorium sebagai kebutuhan oksigen
kimiawi (COD). Baik uji BOD maupun COD adalah ukuran efek pengurangan kadar
oksigen
akibat
kontaminasi
sampah.
Keduanya
diadopsi
sebagai
ukuran
efek polusi terhadap lingkungan, karena kadar oksigen yang berkurang meyebabkan
makhluk hidup yang biasa hidup di air, menjadi semakin sulit ditemukan.
Indikator lainnya yang juga digunakan yang merupakan indikator yang terihat
sebagai hasil reaksi maupun kondisi awal air limbah seperti temperatur, pH, kadar garam,
kadar logam berat, kadar bahan padat terlarut, tingkat kejernihan air, bau. (Wikipedia,
2014).
2.2. COD (Chemical Oxygen Demand)
Chemical oxygen Demand (COD) merupakan jumlah oksigen yang dibutuhkan
untuk mengoksidasi zat- zat organik yang ada dalam sampel air atau banyaknya oksigen
yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat- zat organik menjadi CO 2 dan H2O (Boyd, 1990).
Hal ini karena bahan organik yang ada sengaja diurai secara kimia dengan menggunakan
oksidator kuat kalium bikromat pada kondisi asam dan panas dengan katalisator perak
sulfat (Boyd, 1990; Metcalf & Eddy, 1991) sehingga segala macam bahan organik, baik
yang mudah urai maupun yang kompleks dan sulit urai, akan teroksidasi. Tes COD
digunakan untuk menghitung kadar bahan organik yang dapat dioksidasi dengan cara
menggunakan bahan kimia oksidator kuat dalam media asam.
Beberapa bahan organik tertentu yang terdapat pada air limbah, kebal terhadap
degradasi biologis dan ada beberapa diantaranya yang beracun meskipun pada konsentrasi
yang rendah. Bahan yang tidak dapat didegradasi secara biologis tersebut akan didegradasi
secara kimiawi melalui proses oksidasi, jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk
mengoksidasi tersebut dikenal dengan Chemical Oxygen Demand. Kadar COD dalam air
limbah berkurang seiring dengan berkurangnya konsentrasi bahan organik yang terdapat
dalam air limbah, konsentrasi bahan organik yang rendah tidak selalu dapat direduksi
dengan metode pengolahan yang konvensional.
Angka COD merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat organik yang
secara alamiah dapat dioksidasi dan mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut dalam
air. Maka konsentrasi COD dalam air harus memenuhi standar baku mutu yang telah
ditetapkan agar tidak mencemari lingkungan.
Uji COD yaitu suatu uji yang menentukan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh
bahan-bahan organik yang terdapat didalam air. Pengukuran COD didasarkan pada
kenyataan hampir semua bahan organik dapat dioksidasi menjadi karbondioksida dan air
dengan bantuan oksidator kuat yaitu kalium dikromat (K 2Cr2O7) dalam suasan asam.
Dengan menggunakan dikromat sebagai oksidator, diperkirakan sekitar 95 % - 100 %
bahan organik dapat dioksidasi.
Air yang telah tercemar limbah organik sebelum reaksi berwarna kuning dan
setelah reaksi oksidasi berubah menjadi warna hijau. Jumlah oksigen yang diperlukan
untuk reaksi oksidasi terhadap limbah organic seimbang dengan jumlah kalium dikromat
yang digunakan pada reaksi oksidasi.
Pada analisa COD dari suatu air limbah menghasilkan nilai COD selalu lebih
tinggi dari nilai BOD. Perbedaan antara kedua nilai disebabkan banyak faktor antara lain:
a. Bahan kimia yang tahan terhadap oksidasi biokimia tetapi tidak tahan terhadap
b.
mikroba. Adanya bahan toksik dalam limbah yang akan mengganggu uji BOD tetapi
c.
d.
e.
dalam laboratorium
Hasil COD tidak tergantung pada aklimasi bakteri sedangkan tes BOD sangat
dipengaruhi aklimasi seeding bakteri. Aklimasi adalah perubahan adaptif yang terjadi
pada bakteri dalam kondisi yang terkendali.
(BMD, 2014)
Kelebihan oksidator tersebut dititrasi kembali untuk mengetahui volume oksidator yang
sesungguhnya terpakai dengan FAS (Ferro Alumunium Sulfat).
Kemudian digunakan indikator Ferroin, titik akhir titrasi adalah saat warna
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
3.1.1
Air limbah adalah air yang telah mengalami penurunan kualitas karena pengaruh
manusia.
Air
limbah
perkotaan
biasanya
dialirkan
disaluran
air
kombinasi atau saluran sanitasi, dan diolah di fasilitas pengolahan air limbah
atau septic tank. Air limbah yang telah diolah dilepaskan ke badan air penerima
melalui saluran pengeluaran. Air limbah, terutama limbah perkotaan, dapat
tercampur dengan berbagai kotoran seperti feses maupun urin.
3.1.2
3.1.3