Anda di halaman 1dari 18

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU H POST SC HARI KE I ATAS INDIKASI

LETAK LINTANG
SEKSIO SESARIA

Pengertian

Adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan
dinding rahim. Ada 3 teknik sesaria, yaitu peritonialis, korporal (klasik) dan
ekstraperitonialis.

Indikasi Untuk Seksio Cesaria

Disproporsi janin dan panggul

21%

Gawa janin

14%

Plasenta previa

11%

Pernah seksio sesaria

11%

Kelainan letak

10%

Incoordinate uterin action

9%

Preeklamsi dan hipertensi

7%

Etiologi
1. Plasenta previa sentralis dan lateralis (posterior)
2. Panggul sempit

Holmel mengambil batas terendah untuk melahirkan vas naturalis ialah CV= 8
cm panggul dengan CV= 8 cm dapat dipastikan tidak dapat melahirkan janin
yang normal, harus diselesaikan dengan seiso sesaria. CV antara 8-10 cm dicoba
dengan partus percobaan baru setelah gagal dilakukan seksio sesaria sekunder.
3. Disporporsi sefalo pelvik : ketidakseimbangan antara ukuran kepala
4.

Ruptur uteri mengancam

5.

Partus lama

6.

Partus macet

7.

Distosia serviks

8.

pernah seksio sesaria

9.

Malpresentasi jenin :

Letak lintang

Letak bokong

Presentasi dahi dan muka

Presentasi rangkap

Gemeli

Jenis-jenis Operasi Seksio Sesaria

Seksio sesaria transpentoranialis

Seksio sesaria klasik (corporal)

Seksio sesaria ismika (profunda)

Komplikasi
Infeksi puerperalis (nifas)
Ringan : dengan kenaikan suhui beberapa hari saja.

Sedang : dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi, disertai dehidrasi dan
perut sedikit kembung.

Berat : dengan peritonitis, sepsis dan ileus paralitik, hal ini sering kita
jumpai pada partus terlambat, dimana sebelumnya setelah terjadi infeksi
intrapartal karena ketuban dimana sebelum telah terjadi infeksi intrapartal
karena ketuban yang telah pecah terlalu lama.
Penanganannya adalah dengan pemberian cairan, elektrolit dan antibiotika yang
adekuat dan tepat.
Perdarahan disebabkan karena :
a.

Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka

b.

Atonia uteri

c.

Perdarahan plasenta.

Diagnosis

Pada masa sekarang oleh karena kemajuan yang pesat dalam klinik anastesi,
penyediaan cairan dan darah, indikasi dan antibiotik. Angka ini sangat menurun,
berbeda pada masa dulu angka moalitas dan moralitas untuk ibu dan janin yang
tinggi.
Angka kematian ibu pada rumah sakit dengan fasilitas operasi yang baik dan
tenaga yang cekatan adalah kurang dari 2 per 1000. Menurut data dari negaranegara dengan pengawasan antenatal yang baik dan neonatal yang sempurna,
angka kematian perinatal sekitar 4-7%.

Nasehat Pada Post Operasi SC


Dianjurkan jangan hamil selama itu, dengan memakai kontrasepsi.

Kehamilan berikutnya hendaknya diawasi dengan antenatal yang baik.

Dianjurkan untuk bersalin di rumah sakit yang besar.

Apakah persalinan berikutnya harus dengan seksio sesarea tergantung


pada indikasi seksio sesarea dan keadaan kehamilan berikutnya.

Perawatan Post SC

Perawatan luka insisi

Tempat perawatan pasca bedah

Pemberian cairan

Diit

Penanganan nyeri

Mobilisasi

Katerisasi

Pemberian obat-obatan

Perawatan rutin (TTV).

LETAK LINTANG

1.

Pengertian

Suatu keadaan dimana janin melintang di dalam uterus dengan kepala


pada sisi yang satu sedangkan bokong berada pada sisi yang lain.
Sumbu panjang anak tegak lurus atau hampir tegak lurus pada sumbu
panjang itu.

2.

Etiologi

Sebab penting terjadinya letak lintang ialah multiparitas disertai dinding uterus
dan perut yang lembek. Pada kehamilan prematur, hidramnion dan kehamilan
kembar janin sering dijumpai dalam letak lintang. Keadaan-keadaan lain yang
dapat menghalangi turunnya kepala ke dalam rongga panggul seperti misalnya
panggul sempit dan tumor di daerah panggul dan plasenta previa dapat pula
mengakibatkan terjadinya letak lintang tersebut. Demikian pula kelainan bentuk
rahim seperti misalnya uterus arkuatus/ uterus subsebtus, juga merupakan
penyebab terjadinya letak lintang.

3.

Diagnosis

Adanya letak lintang sering sudah dapat diduga hanya dengan inspeksi. Uterus
tampak lebih melebar dan fundus uteri lebih rendah tidak sesuai dengan
kehamilannya. Pada palpasi fundus uteri kosong, kepala janin berada di samping
dan di atas simpisis juga kosong, kecuali jika bahu sudah turun ke dalam
panggul. Denyut jantung janin ditemukan di sekitar umbilikus.
Apabila bahu sudah masuk ke dalam panggul, pada pemeriksaan dalam dapat
diraba bahu dan tulang-tulang iga. Bila ketiak dapat diraba, arah menutupnya
menunjukkan letak dimana kepala janin berada. Kalau ketiak menutup ke kiri
kepala berada di sebelah kiri, sebaliknya jika ketiak menutup ke sebelah kanan,
kepala berada di sebela kanan. Punggung dapat ditentukan dengan terabanya
skapula dan ruas tulang belakang, sedangkan dada dengan terabanya
skapula. Kadang-kadang dapat diraba dengan tali pusat yang menumbung.

4.

Jalannya Persalinan

Ada kalanya anak yang pada permulaan persalinan dalam letak lintang,
berputar sendiri menjadi letak memanjang. Kejadian ini disebut versio spontanea
hanya mungkin terjadi kalau ketuban masih utuh. Anak yang menetap dalam
letak lintang pada umumnya tidak dapat lahir spontan. Hanya anak yang kecil/
anak yang sudah mengalami mencerasi dapat lahir secara spontan. Dalam kala I
dan II anak ditekan sedemikian rupa, hingga kepala anak mendekati permukaan
rongga panggul. Setelah ketuban pecah, bahu didorong ke dalam rongga
panggul dan lengan yang bersangkutan biasanya menumbunng. Akan tetapi
tidak lama kemudian kemajuan bagian depan terhenti. Rahim menambah
kekuatan kontraksi untuk mengatasi rintangan dan berangsur terjadilah
lingkaran retraksi yang patologis.
Kalau keadaan ini dibiarkan terjadilah ruptura uteri/ his menjadi lemah karena
otot rahim kecapaian dan timbullah infeksi intra uterin sampai terjadi timponia
uteri. Hanya kalau anak kecil/ setelah mengalami macerasi dapatlah persalinan
berlangsung spontan.
Dalam hal ini kepala tertekan ke dalam perut anak dan seterusnya anak lahir
dalam keadaan terlipat/ candaplicatio corpore.
Yang paling nampak dahulu dalam vulva adalah daerah dada di bawah bahu,
kepala dan thorax melalui rongga pada panggul bersamaan.
Cara lain yang memungkinkan kelahiran spontan dalam letak lintang ialah:
evulotio sportanea, walaupun jarang sekali terjadi.
Evolotio spontanea ada 2 variasi :
1)

Mekanisme dari Dauglas

2)

Mekanisme dari Denman

Karena his yang kuat maka bahu turun dan kepala tertahan pada pamus superior
ossis pubis hingga leher tegang. Akhirnya bahu di bawah arcus pubis. Pada saat
ini terjadi latero fleksi dari tulang belakang.
Pada modus Douglas lateroflexi terjadi ke bawah dan pada tulang pinggang
bagian atas maka setelah bahu lahir, lahirkan sisi thorak, perut, bokong dan
akhirnya kepala.
Pada modus Denman lateroflexi terjadi ke atas dan pada tulang pinggang bagian
bawah maka setelah bahu lahir, lahirlah bokong baru kemudian dada dan kepala.

5.

Diagnosa

Letak lintang merupakan letak yang tidak mungkin lahir spontan dan berbahaya
untuk ibu maupun anaknya. Biarpun lahi spontan anaknya lahir mati.
Bahaya yang terbesar ialah ruptura uteri yang spontan atau traumatis karena
persi dan ekstraksi. Selain dari itu sering terjadi infeksi, karena partus lama.

Sebab kematian bayi ialah prolapsus foeneculi dan asphyxia karena kontraksi
rahim terlalu kuat.
Juga tekanan leher yang kuat dpat menyebabkan kematian. Prognosa bayi
sangat tergantung pada saat pecahnya ketuban. Selama ketuban masih utuh
bahaya bayi anak dan ibu tidak seberapa, maka kita harus berusaha supaya
ketuban selama mungkin utuh.
Misalnya :
-

Melarang pasien mengejan

Tidak dibenarkan jalan-jalan

Tidak diberi obat his

Tauche harus hati-hati jangan sampai memecahkan ketuban.

Setelah ketuban pecah bahayanya bertambah karena :


-

Dapat terjadi letak lintang kasep kalau pembukaan sudah lengkap

Anak
berkurang

dapat

mengalami

aspixia

Tali pusat dapat menumbung

Bahaya infeksi bertambah.

6.

Penanganan

karena

peredaran

darah

plasenta

Dalam kehamilan diusahakan versi luar segera letak lintang didiagnosa. Sedapatdapatnya letak kepala tetapi kalau ini tidak mungkin diusahakan versi menjadi
letak sungsang.
Dalam persalinan masih dapat dicoba versi luar asal pembukaan lebih kecil dari
3-4 cm dan ketuban masih utuh. Kalau versi luar tidak berhasil maka dilakukan
SC, karena hasil versi luar dan ekstraksi kurang baik. Versi dan ekstraksi hanya
dilakukan pada anak ke-II gemeli yang dalam letak lintang.
Pada anak mati dengan letak lintang yang belum kasep dapat dilakukan antara
dekapitasi dan VE. Setelah pembukaan lengkap, jika letak lintang diberikan maka
bahu masuk ke dalam rongga panggul, his bertambah kuat untuk mengatasi
rintangan dan SBK menjadi tipis karena lingkaran retraksi naik, jadi terjadi
gambaran ancaman robekan rahim.
Pada pemeriksaan dalam kita tidak dapat lagi memasukkan tangan antara
bagian depan dan jalan lahir dan bahu tidak dapat digerakkan ke atas walaupun
di luar his atau dalam narkose yang dalam.
Keadaan ini diseubt letak lintang kasep. Jadi letak lintang kasep merupakan
keadaan ancaman robekan rahim.
Persalinan diselesaikan dengan dekapitasi dan karena pada letak lintang kasep
persalinan pada umumnya berlangsung lama baiknya diberikan antibiotika dan
infus glukosa.

Daftar Pustaka
1.
Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedoktran Universitas Padjajaran
Bandung. Obstetri Patologi. Elstar Offset, Bandung 1984.
2.
Sarwono
Jakarta 2005.

Prawirohardjo, Ilmu

Kebidanan, Yayasan

MANEJEMEN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN

Tanggal masuk
Jam

: 21 Januari 2008
: 07.30 WIB

Tanggal pengkajian

: 23 Januari 2008

Nomor Register

: 108841

Bina

Pustaka,

Diagnosa

I.

: G2P1001 UK 38-39 minggu dengan letak lintang

PENGKAJIAN

A. Data Subjektif
1.

IDENTITAS (BIODATA)

Nama pasien : Ny. H


Umur

: 37 tahun

Suku/bangsa : Jawa/Indonesia

Nama suami : Tn. M


Umur

Suku/bangsa : Jawa/Indonesia

Agama

: Islam

Agama

Pendidikan

: SD/MI

Pendidikan

Pekerjaan

: IRT

Pekerjaan

Penghasilan
Alamat

2.

:-

: 32 tahun

: Islam
: SD

Penghasilan

: Tani
: + Rp. 300.000,-

: Dungus Kunjang

KELUHAN UTAMA

Ibu mengatakan nyeri pada luka operasi sejak kemarin. Nyerinya terjadi pada
saat tidak berkatifitas

3.

RIWAYAT MENSTRUASI

Menarche

: 13 tahun

Flour albus

: tidak ada

Lama haid

: 6-7 hari

Jumlah

: tidak ada

Banyaknya

: 2-3x ganti pembalut

Siklus

: 28 hari

HPHT

: 19-05-2007

Teratur/tidak

: teratur

HPL/HTP

: 03-02-2008

Dismenorhoe

: ya kadang-kadang

4.

RIWAYAT KEHAMILAN SEKARANG

Umur kehamilan 38-39 minggu


ANC dimana : di Puskesmas

Warna/bau

: tidak ada

Imunisasi TT

: 3x (pada saat akan menikah dan saat hamil)

Keluhan selama hamil


hamil

5.
Ha
mil
ke-

RIWAYAT KEHAMILAN, PERSALINAN, NIFAS YANG LALU

Perkawi
nan

Hamil

6.

: Ibu mengatakan mual-muntah pada awal pertama

Tempat
persali
nan

Usia
kehami
lan

Jenis
persali
nan

Penolo
ng

keh
ml

Per
sl

Anak
Nif
as

J
K

B
B

Ke
t
P
B

Ini

RIWAYAT PERSALINAN SAAT INI

Anak lahir tgl/jam

: 22 Januari 2008/10.50 WIB

Jenis kelamin

: P/2900 gram/ 49 cm

AS

: 7-9

Cacat bawaan

: tidak ada

Jenis persalinan

: SC

Plasenta

: lengkap

Perineum

: tidak ada luka

Perdarahan kala III

: tidak terkaji

Perdarahan kala IV

: tidak terkaji

Perdarahan selama operasi

: tidak terkaji

Cairan infus

: RL 20 tts/mnt

Transfusi

: tidak ada

7.

Penyulit

POST PARTUM

Eliminasi

: BAK : urin tampung selama 7 jam terakhir 800 cc


BAB : selama post partum belum pernah BAB, ibu tidak merasa

ingin BAB
Personal hygiene : Mandi : selama post partum ibu belum pernah mandi, tetapi
diseko oleh keluarga
Ganti pakaian
sehari
8.

POLA AKTIFITAS SEHARI-HARI

: selama post partum ibu ganti pakaian 2x

Selama post partum : ibu mengerjakan pekerjaan rumah seperti memasak,


menyapu, mencucui pakaian
Setelah post partum : ibu berbaring terus, miring, menggerakkan kaki dan
tangan

9.

RIWAYAT KB

Alat kontrasepsi yang pernah digunakan : ibu belum pernah menggunakan alat
kontrasepsi apapun
Kontrasepsi yang diinginkan : ibu ingin menggunakan KB suntik

10. RIWAYAT PENYAKIT YANG DIDERITA


Ibu sedang tidak menderita penyakit apapun

11. RIWAYAT PENYAKIT YANG LALU


Ibu mengatakan pernah menderita penyakit batuk, flu dan panas

12. RIWAYAT PENYAKIT KETURUNAN


Ibu mengatakan bapaknya pernah menderita darah tinggi

13. PERILAKU KESEHATAN


Ibu mengatakan tidak minum jamu-jamuan, tidak minum alkohol dan tidak
merokok

14. RIWAYAT PSIKOSOSIAL


Ibu mengatakan hubungan dengan keluarga baik-baik saja. Ibu mengatakan
hubungan dengan lingkungan sekitar baik-baik saja, setiap 1 minggu sekali ibu
mengikuti pengajian.

15. KEPERCAYAAN/ADAT ISTIADAT


Ibu mengatakan pada saat hami mengadakan selamatan 7 bulanan

B. Data Objektif
1.

Pemeriksaan Umum

a.

Keadaan umum

: baik

b.

Kesadaran

: composmentis

c.

Tekanan darah

: 130/90 mmHg

d.

Suhu tubuh

: 365 oC

e.

Denyut nadi

: 80 x/menit

f.

Pernapasan

g.

BB sekarang

2.

Pemeriksaan Khusus

a.

Inspeksi

: 24 x/menit
: tidak dikaji

1)
Kepala
: warna rambut hitam, tidak ada benjolan, tidak ada
ketombe, tidak rontok
2)
Mata
: simetris, tidak oedema pada kelopak mata, konjungtiva
tidak anemis, sklera tidak ikterus
3)
Mulut dan gigi : bibir lembab, tidak ada luka pada sudut bibir, lidah
merah muda, tidak pecah-pecah, gusi tidak epulis, gigi putih, tidak ada karang
gigi, tidak ada aksesoris gigi
4)
Telinga
infeksi

: simetris, tidak ada serumen kanan dan kiri, tidak ada

5)

Leher

: tidak ada pembesaran kelenjar thyroid dan vena jugularis

6)

Axilla

: tidak ada pembesaran kelenjar limfe

7)
Dada
: pembesaran payudara, simetris, pengeluaran kolostrom,
tidak ada benjolan, hiperpigmentasi areola, puting susu menonjol
8)
Abdomen
: TFU 1 jari diatas pusat, kontraksi uterus baik, linea alba,
tidak ada benjolan, ada bekas luka operasi
9)
Ekstremitas
: Tangan simetris, turgor baik, akral hangat, jumlah jari
lengkap, warna kuku merah muda, terpasang infus pada tangan kiri, kaki
simetris, turgor baik, akral hangat, tidak ada varises, tidak oedema, jumlah jari
lengkap, warna kuku merah muda
10) Genetalia
: tidak ada lochea, perineum utuh, tidak oedema, tidak
ada luka jahitan, tidak ada varises, terpasang kateter

b.

Palpasi

Abdomen :

tidak ada benjolan, TFU 1 jari diatas pusat, ada luka bekas operasi

Payudara :

tidak ada benjolan, papila menonjol, pengeluaran kolostrom

c.

Inspekulo

Vagina

Servik

tidak dikaji

C. Pemeriksaan Laboratorium
Tidak dilakukan/tidak dikaji

D. Pemeriksaan Penunjang Lain


Tidak dilakukan/tidak dikaji

II.

DATA DASAR/ IDENTIFIKASI MASALAH

Tanggal

Data Dasar

23 Jan 2008

DS

: Ibu mengatakan nyeri pada Dx: Ibu Post SC


luka opersi sejak kemarin, hari ke-I
nyerinya terjadi pada saat
tidak beraktifitas.

DO

: Ku

13.10 WIB

Dx/Mslh/Keb.

: baik

Kesadara
n

: composmentis

TTV : TD

: 130/90 mmHg

: 80 x/menit

: 365 oC

RR

: 25 x/menit

Payudara : simetris
Pembesaran : ya
Areola hiperpigmentasi
Puting susu menonjol
Pengeluaran kolostrum

Abdomen
Ada luka SC tertutup kasa
TFU 1 jari di atas pusat
Kontraksi baik
Kandung kemih kosong

Genetalia
Perineum
utuh,
tidak
oedema, tidak ada varises,
tidak ada luka jahitan
Lochea : tidak ada
Terpasang kateter, produksi
urine terakhir selama 7 jam
800 cc

Tangan
Terpasang
tts/mnt

infus

RL

20

III. INTERVENSI/ PERENCANAAN


Tgl/Jam

Dx/Mslh/Ke
b.

Intervensi

Rasional

23
08

Jan Dx: Ibu Post Tujuan :


SC hari ke-I
- Untuk
mengetahui
keadaan umum ibu.
13.10
WIB
- Agar
masa
nifas
berjalan
dengan
normal.
- Agar
luka
bekas
operasi tetap kering
dan
tidak
terjadi
infeksi.

Kriteria :
Ku : baik
Kesadaran
composmentis

TTV:

TD : 110/70
120/80 mmHg

N : 60-80 x/menit
S : 365 375oC
RR : 16-20 x/mnt
Abdomen
- Luka SC tetap kering
- TFU 1 jari di bawah
pusat
- Kontraksi baik
- Kandung
kosong

Intervensi :

kemih

1.

Melakukan
pemantauan
setiap 8 jam.

1
TTV .

Dengan
peman-tauan
TTV
dapat
diketahui
kondisi ibu.

2.

Melakukan
2
pemantauan
TFU, .
UC dan kandung
kemih.

Dengan
peman-tauan
TFU, UC, dan
kandung
kemih
dapat
menge-tahui
kondisi
ibu
agar
tidak
terjadi
komplikasi.

3.

Memberi tahu ibu 3


tentang
gizi .
seimbang pada ibu
nifas.

Dengan
gizi
yang seimbang
dapat
mempercepat
pe-mulihan
kondisi ibu.

4.

Jelaskan pada ibu 4


mengenai personal .
higiene.

Dengan
personal
hygiene dapat
mencegah
terjadi-nya
infeksi.

5.

Kolaborasi
dokter.

Dengan kolaborasi
dapat
menga-tasi
kegawat
daruratan.

dengan 5
.

IV. IMPLEMENTASI/ PELAKSANAAN


Tgl/Jam

Dx/Mslh/Keb.

23-1-2008

Dx: Ibu Post SC 1


hari ke-I
.

13.10 WIB

Pelaksanaan
Melakukan pemantauan TTV
TD : 130/90 mmHg
N : 80 x/menit
S : 365 oC
RR : 24 x/menit
2
.

Melakukan pemantauan TFU, UC


dan kandung kemih.
- TFU 1 jari di bawah pusat
- Kontraksi baik
- Kandung kemih kosong
Urine produksi selama 7 jam
800 cc

3
.

Memberi tahu ibu untuk makan


makanan yang bergizi dan tidak
boleh
tarak
terhadap
suatu
makanan.

4
.

Memberi tahu ibu untuk ganti


pakaian 2x sehari dan mandi/
diseka 2 x sehari.

5
.

Kolaborasi dengan dokter untuk


pemberian terapi :
-

Amoxillin
grm

Vit. C
grm

1 IV

V.

Ranidhine
ampul

Antrain
ampul

EVALUASI

Tanggal : 21 Januari 2008


S

Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan

Ibu mengatakan nyeri pada luka bekas operasi.

Ku : baik
Kesadaran : composmentis
TTV:

TD

: 130/90 mmHg

: 80 x/menit

: 365 oC

RR

: 24 x/menit

Payudara

: Simetris

Puting susu

: Menonjol

Pengeluaran

: Ada pengeluaran kolostrum

Areola

: Ada hiperpigmentasi

Abdomen

: TFU : 1 jari di atas pusat


Kandung kemih : kosong
Ada luka bekas S

Anogenital

: Lochera rubra
Terpasang kateter produksi urine 800 cc

Terpasang infus RL 20 tts/menit

Ibu Post SC hari ke I atas indikasi letak lintang

Lanjutkan intervensi

Observasi luka pada Post SC

Lanjutkan teraphy:
Amoxillin

Vit. C

3 x 1 grm

3 x 1 grm

Ranidhine

3 x 1 ampul

Antrain

3 x 1 ampul

IV

Anda mungkin juga menyukai