Fungsi endokrin pankreas adalah memproduksi dan melepaskan hormon insulin, glukagon
dan somatostatin yaitu oleh pulau Langerhans.
a) Sekresi insulin
Insulin merupakan suatu hormon yang menurunkan glukosa darah (Price dan Wison, 1996 :
1109) dilepaskan pada suatu tingkat/kadar basal oleh sel-sel beta ) pulau Langerhans.
Rangsangan utama untuk pelepasan insulin di atas( kadar basal adalah peningkatan kadar
glukosa darah , hal ini merangsang sekresi insulin dari pankreas dengan cepat meningkat dan
kembali ke tingkat basal dalam 2-3 jam. Insulin adalah hormon utama pada stadium absorptif
pencernaan yang muncul segera setelah makan. Di antara waktu makan, kadar insulin rendah.
Insulin bekerja dengan cara berikatan dengan reseptor insulin yang terdapat di sebagian besar
sel tubuh untuk menyebabkan peningkatan transportasi glukosa (yang diperantarai oleh
pembawa) ke dalam sel. Setelah berada di dalam sel, glukosa dapat segera dipergunakan
untuk menghasilkan energi melalui siklus Krebs, atau dapat disimpan di dalam sel sebagai
glikogen, sewaktu glukosa dibawa masuk ke dalam sel, kadar glukosa darah menurun. Insulin
adalah hormon anabolik (pembangun) utama pada tubuh dan memiliki berbagai efek. Insulin
meningkatkan transportasi asam amino ke dalam sel, merangsang pembentukan protein serta
menghambat penguraian simpanan lemak, protein dan glikogen. Insulin juga menghambat
glukoneogenesis (pembentukan glukosa baru) oleh hati .
b) Sekresi glukagon
Glukagon )adalah suatu hormon protein yang dikeluarkan oleh sel-sel alpha ( pulau
Langerhans sebagai respon terhadap kadar glukosa darah yang rendah dan peningkatan asam
amino plasma. Glukagon adalah hormon stadium pascaabsorptif pencernaan, yang muncul
dalam masa puasa di antara waktu makan. Fungsi hormon ini terutama adalah katabolik
(penguraian). Glukagon merangsang penguraian lemak dan pelepasan asam-asam lemak
bebas ke dalam darah, untuk digunakan sebagai sumber energi selain glukosa.
c) Sekresi Somatostatin
Somatostatin ) pulau Langerhans. Hormon inidisekresikan oleh sel-sel delta ( mengotrol
metabolisme dengan menghambat sekresi insulin dan glukagon.
3. Patofisiologi
a. Diabetes Melitus Tipe I ( Diabetes Melitus Dependent Insulin/DMDI )
Diabetes melitus tipe I adalah penyakit hiperglikemi akibat ketiadaan absolut insulin,
biasanya dijumpai pada orang yang tidak gemuk dan berusia kurang dari 30 tahun . Diabetes
tipe I diperkirakan timbul akibat destruksi otoimun sel-sel beta pulau Langerhans yang
dicetuskan oleh lingkungan. Individu yang peka secara genetik tampaknya memberikan
respon dengan memproduksi antibodi terhadap sel-sel beta, yang akan mengakibatkan
berkurangnya sekresi insulin yang dirangsang oleh glukosa. Juga terdapat bukti adanya
peningkatan antibodi-antibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans yang ditujukan terhadap
komponen antigenik tertentu dari sel-sel beta. Mungkin juga bahwa para individu yang
mengidap diabetes tipe I memiliki kesamaan antigen antara sel-sel beta pankreas mereka
dengan virus atau obat tertentu, sehingga sistem imun gagal mengenali bahwa sel-sel
pankreas adalah diri atau self (Gambar 2.3) (Corwin, 1996 : 543 )
b. Diabetes Melitus Tipe II (Diabetes Melitus Non Dependent Insulin/DMNDI)
DM tipe II tampaknya berkaitan dengan kegemukkan. Selain itu, pengaruh genetik yang
menentukan kemungkinan seseorang mengidap penyakit ini, cukup kuat. Mungkin pula
bahwa individu yang menderita diabetes tipe II menghasilkan antibodi insulin yang berikatan
dengan reseptor insulin, menghambat akses insulin ke reseptor, tetapi tidak merangsang
aktivitas pembawa.
Individu yang mengidap diabetes tipe II tetap menghasilkan insulin. Namun sering terjadi
kelambatan dalam ekskresi setelah makan dan berkurangnya jumlah insulin yang
dikeluarkan. Hal ini cenderung semakin parah seiring dengan pertambahan usia pasien. Selsel tubuh, terutama sel otot dan adiposa, memperlihatkan resistensi terhadap insulin yang
terdapat dalam darah.Pembawa glukosa tidak secara adekuat dirangsang dan kadar glukosa
darah meningkat. Hati kemudian melakukan glukoneogenesis, serta terjadi penguraian
simpanan trigliserida, protein, dan glikogen untuk menghasilkan sumber bahan bakar
alternatif. Hanya sel-sel otak dan sel darah merah yang terus menggunakan glukosa sebagai
sumber energi efektif. Karena masih terdapat insulin, maka individu dengan diabetes tipe II
jarang hanya mengandalkan asam-asam lemak untuk menghasilkan energi dan tidak rentan
terhadap ketosis.
c. Diabetes Gestasional
Diabetes gestasional terjadi pada wanita hamil yang sebelumnya tidak mengidap diabetes.
Sekitar 50 % wanita pengidap kelainan ini akan kembali ke stastu nondiabetes setelah
kehamilan berakhir. Penyebab diabetes gestasional dianggap berkaitan dengan peningkatan
kebutuhan energi dan kadar estrogen dan hormon pertumbuhan yang teru-menerus tinggi
selama kehamilan.
4. Gambaran Klinis Diabetes Melitus
Menurut Corwin (1996 : 546 547), terdapat 5 buah gambaran klinis dari DM, yaitu :
a. Polifagia (peningkatan rasa lapar) akibat keadaan pascaabsorptif yang kronik, katabolik
protein dan lemak, dan kelaparan relatif sel-sel. Sering terjadi penurunan berat badan.
b. Polidipsia (peningkatan rasa haus) akibat volume urin yang sangat besar dan keluarnya air
yang menyebabkan dehidrasi ekstrasel. Dehidrasi intrasel mengikuti dehidrasi ekstrasel.
Dehidrasi intrasel merangsang pengeluaran ADH dan menimbulkan rasa haus.
c. Poliuria (peningkatan pengeluaran urin), pada orang nondiabetes, semua glukosa yang
difiltrasi ke dalam urin akan diserap secara aktif kembali ke dalam darah. Pengangkutpengangkut glukosa di ginjal yang membawa glukosa keluar urin untuk masuk kembali ke
darah akan mengalami kejenuhan dan tidak dapat mengangkut glukosa lebih banyak. Karena
glukosa di dalam urin memiliki aktivitas osmotik, maka air akan tertahan di dalam filtrat dan
diekskresikan bersama glukosa dalam urin sehingga terjadi poliuria.
d. Rasa lelah dan kelemahan otot akibat katabolisme protein di dalam otot dan
ketidakmampuan sebagian besar sel untuk menggunakan glukosa sebagai energi.
e. Peningkatan angka infeksi akibat peningkatan konsentrasi glukosa di sekresi mukus,
gangguan fungsi imun, dan penurunan aliran darah pada penderita diabetes kronik.
5. Klasifikasi Etiologi Diabetes Melitus (American Diabetes Association 1997)
a. Diabetes tipe I
b. Diabetes tipe II
c. Diabetes tipe lain
1) Defek genetik fungsi sel beta
2) Defek genetik kerja insulin
3) Penyakit eksokrin pankreas
Pankreatitis, tumor/pankteatektomi, dan pankreatopati fibro kalulus
4) Endokrinopati
Akromegali, sindrom Cushing, feokromositoma, hipertiroidisme
5) Karena obat/zat kimia
6) Infeksi
Rubella kongenital
7) Sebab imunologi yang jarang
Antibodi anti insulin.
8) Sindrom genetik lain yang berkaitan dengan DM.