Refrat IV
Refrat IV
PENDAHULUAN
Istilah iktiosis berasal dari bahasa Yunani ichthys, yang berarti ikan, karena kulit
penderita tampak seperti sisik-sisik ikan. Iktiosis merupakan kelainan keratinisasi di mana
kulit menjadi sangat kering dan berskuama. Pada sebagian besar kasus, penyakit ini adalah
herediter, tetapi kadang-kadang iktiosis bias merupakan fenomena yang didapat. Misalnya
yang berkaitan dengan limfoma. Ada beberapa tipe iktiosis, yang dibedakan berdasarkan
pewarisan penyakitnya.1,2
Iktiosis vulgaris atau dikenali juga sebagai iktiosis dominan autosomal merupakan
iktiosis paling banyak didapatkan dan sering sangat ringan. Pembentukan skuama biasanya
terjadi pada usia dini. Kulit pada badan dan bagian ekstensor dari ekstrimitas menjadi kering
dan rapuh, sedangkan bagian fleksor sering tidak mengalami kelainan. Iktiosis vulgaris
sering berkaitan dengan keadaan atopik.2,3
Iktiosis vulgaris, terdapat sekitar 95% dari semua kasus iktiosis. Hal ini disebabkan
oleh perubahan ekspresi profilaggrin menuju scaling dan deskuamasi. Terlihat derajat ini
dipertahankan untuk waktu yang lebih lama dan hanya berupa suatu kumpulan pergantian
kulit. Protein filaggrin penting dalam menjaga fungsi barier kulit yang efektif. Mutasi pada
gen profilaggrin (FLG) terdapat hingga 10% dari populasi, menyebabkan iktiosis vulgaris
dan mencetuskan faktor risiko utama untuk pengembangan dermatitis atopik. Pewarisan
autosomal dominan yakni diturunkan dari orang tua untuk sekitar separuh anak-anak mereka.
Meskipun bayi biasanya memiliki kulit normal, namun tanda dan gejala iktiosis vulgaris
biasanya menjadi jelas dalam tahun pertama kehidupan.1,4
PEMBAHASAN
EPIDEMIOLOGI
Iktiosis vulgaris adalah gangguan kornifikasi yang paling umum, dengan perkiraan
prevalensi setinggi 1 dalam setiap 250 individu. Ia diturunkankan secara autosomal
semidominant dengan manifestasi iktiosis ringan pada individu dengan mutasi heterozigot
filaggrin dan iktiosis berat pada mereka dengan mutasi pada kedua alel filaggrin.1,5,6
Amerika Serikat
Iktiosis vulgaris adalah penyakit keturunan yang umum di Amerika Serikat, dengan
prevalensi sekitar 1 kasus dari 300 orang. Karena gejala membaik dengan usia, prevalensi
sebenarnya mungkin lebih tinggi.4
Internasional
Iktiosis vulgaris ditemukan di seluruh dunia, dan prevalensi tergantung pada lokasi.
Satu studi di Berkshire, Inggris, mengamati frekuensi 1 kasus dalam 250 anak sekolah.5
Usia
Iktiosis vulgaris lebih banyak muncul pada anak dengan usia dini, dengan onset terjadi
antara bulan ketiga hingga dua belas kehidupan. Besarnya jumlah biasanya meningkat
sampai pubertas dan kemudian menurun dengan pertambahan usia.1,3
Cuaca
Iktiosis vulgaris lebih banyak ditemukan di kawasan dengan cuaca yang lembab. 5
Pasien dengan Iktiosis vulgaris cenderung bertambah parah pada musim dingin yang
lembab.1,7
Ras
Iktiosis vulgaris lebih banyak ditemukan pada populasi orang kaukasia.5
Jenis kelamin
Sama insiden pada pria dan wanita.5,7
ETIOPATOGENESIS
GAMBARAN KLINIS
permukaan ekstensor. Daerah pangkal paha dan area fleksor terhindar karena kelembapan
yang tinggi di daerah tersebut. Pada kaki bagian bawah, skuama biasanya lebih besar dengan
pusat yang lengket dan terpisah. Hiperkeratosis ringan pada telapak tangan mengarah ke
tanda-tanda kulit ditekankan adalah umum.8
Pada penyakit yang lebih parah, skuama meluas ke daerah-daerah besar seperti
trunkus, kulit kepala, dahi dan pipi dan mungkin berhubungan dengan pruritus. Selain itu,
keterlibatan palmoplantar akan lebih parah dan sering mengakibatkan alur-alur atau celah
menyakitkan pada tumit. Gejala klinis dan keparahan tergantung pada musim dan iklim,
dimana lebih meningkat selama musim panas dan dengan kelembapan yang tinggi dan
memburuk dalam lingkungan yang kering dingin. Meskipun iktiosis vulgaris adalah progresif
selama masa kanak-kanak, biasanya membaik seiring dengan bertambahnya usia.5,6
Iktiosis vulgaris sering dikaitkan dengan keratosis pilaris dan triad atopik yaitu athma,
demam, dan dermatitis atopik. Dermatitis atopik ini paling banyak ditemukan sebanyak 25%
sampai 50% pasien. Tetapi, hanya 4% dari mereka dengan dermatitis atopik juga memiliki
iktiosis vulgaris.6
DIAGNOSIS
Anamnesis
Walaupun kulit pada iktiosis vulgaris terlihat dan terasa normal saat lahir, ini beransuransur menjadi kasar dan kering pada anak usia dini.
Cenderung bersisik menjadi gejala yang paling menonjol yang terdapat pada
permukaan ekstensor ekstremitas dan tidak ada pada permukaan fleksor.
Area popok biasanya tidak terpengaruh.
Dahi dan pipi mungkin terkena lebih awal, tapi biasanya sisik kulit berkurang dengan
pertambahan usia.
Gejala perbaikan penting terjadi selama bulan-bulan musim panas.
Riwayat keluarga dengan iktiosis vulgaris mungkin sulit untuk dipastikan karena
berbagai derajat penetrasi dan peningkatan umum gejala dari waktu ke waktu.
Banyak pasien iktiosis vulgaris terhubung dengan manifestasi atopik (misalnya, asma,
ekzema, alergi serbuk bunga). Kondisi atopik dapat ditemukan dalam banyak anggota
keluarga, dengan atau tanpa gejala iktiosis vulgaris. Salah satu penelitian mencatat
manifestasi atopik dihampir separuh dari semua subjek, dengan 41% memiliki setidaknya
satu orang keluarga yang juga terpengaruh.3
Pemeriksaan Fisik
Gambaran klinis pada iktiosis vulgaris :
Pada kulit bayi yang baru lahir dapat tampak normal
Kulit secara bertahap menjadi kering, kasar dan bersisik, dengan sebagian besar tanda
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Dermatopatologi
Didapatkan penekanan hiperkeratosis, berkurang atau tidak adanya lapisan granular,
dan lapisan germinatif yang rata. Pada mikroskop elektron, kecil dan kurang terbentuknya
granula keratohyalin.4
DIAGNOSA BANDING
Ini biasanya dapat dibedakan dari jenis yang kurang umum pada iktiosis berdasarkan
pola pewarisan dan dari jenis dan distribusi skuama.5
1) Iktiosis fetalis
Iktiosis fetalis juga dikenal sebagai harlequin iktiosis (HI), adalah bentuk yang paling
berat dari iktiosis bawaan. Hal ini ditandai oleh penebalan yang mendalam dari lapisan
keratin kulit janin. Istilah harlequin berasal dari ekspresi wajah bayi yang baru lahir dan
bentuk segitiga dan berlian pada pola hyperkeratosis. Mulut bayi yang baru lahir ditarik
terbuka lebar, meniru senyum badut. Yang mendasari kelainan genetik iktiosis fetalis telah
diidentifikasi sebagai mutasi pada gen transporter lipid-ABCA12 pada kromosom 2. Adanya
mutasi homozigot pada individu yang terkena autosomal resesif mendukung pola warisan.
Immunohistocytochemical pemeriksaan kulit menunjukkan karakteristik kelainan dalam
struktur granula lamellar dan dalam ekspresi keratin epidermis. Penyakit ini terutama
terhadap kulit. Sistem lain secara signifikan terganggu oleh hyperkeratosis dan seiring cacat.
Neonatus sering lahir prematur. Ditandai eclabium dan sekunder ectropion hadir dengan
berkaitan erat dan kulitnya keras. Telinga mungkin saja tidak ada atau kurang berkembang.
Lengan, kaki, dan jari-jari mengalami fleksi kontraktur dan mungkin hypoplastic. Barrier
kulit sangat terganggu, yang menyebabkan kehilangan air yang berlebihan, kelainan
elektrolit, temperatur dysregulation, dan peningkatan risiko infeksi yang mengancam jiwa.
Makan yang kurang dan gangguan penyerapan usus adalah umum terjadi.7
2) Dermatitis Atopik
Dermatitis atopik (DA) adalah penyakit kulit reaksi inflamasi yang didasari oleh faktor
herediter dan faktor lingkungan, bersifat kronik residif dengan gejala eritema, papula,
vesikel, kusta, skuama dan pruritus yang hebat. Bila residif biasanya disertai infeksi, atau
alergi, faktor psikologik, atau akibat bahan kimia atau iritan. Jadi pada DA selain ada faktor
herediter juga di pengaruhi oleh faktor lingkungan yang dapat meningkatkan prevalensi ini,
seperti bahan kimia industri, makanan olahan, atau benda asing lainnya. Ada dugaan bahwa
peningkatan ini juga disebabkan perbaikan prosedur diagnosis dan pengumpulan data.5
3) Iktiosis Lamelar
Sering disebut sebagai collodion bayi saat lahir bayi ditutupi oleh collodion mengental
seperti membran yang kemudian menumpuk. Skuama terjadi di seluruh tubuh, termasuk
kerutan dan lengkungan. Mungkin tejadi penurunan kelopak mata bawah (ectropion).
Mungkin berhubungan dengan mutasi gen 1 transglutaminase.6
4) Dermatitis Kontak Alergika
Dermatitis kontak adalah inflamasi pada kulit yang terjadi karena kulit telah terpapar
oleh bahan yang mengiritasi kulit atau menyebabkan reaksi alergi. Dermatitis kontak akan
menyebabkan ruam yang besar, gatal dan rasa terbakar dan hal ini akan bertahan sampai
berminggu-minggu. Gejala dermatitis kontak akan menghilang bila kulit sudah tidak terpapar
oleh bahan yang mengiritasi kulit tersebut. Dermatitis kontak alergi adalah reaksi kekebalan
tubuh yang terjadi pada seseorang yang terlalu sensitif terhadap bahan kimia tertentu. Pada
DKA, peradangan mungkin belum terjadi sampai 24 36 jam jam setelah kontak dengan
bahan kimia tersebut. Bentuk alergi berbeda dari satu orang ke orang lain. Alergen (bahan
yang menyebabkan alergi) yang biasa menjadi penyebab DKA adalah bahan kimia yang
mengandung nikel yang banyak terdapat di jam tangan, perhiasan logam, resleting dan objek
logam lainnya; neomisin pada antibiotik salep kulit; potassium dikromat, bahan kimia yang
sering terdapat pada sepatu kulit dan baju; latex pada sarung tangan dan pakaian karet.5
5) Iktiosis X-Linked
Terdapat sisik yang bersifat generalisata pada atau segera setelah lahir. Scaling yang
paling menonjol pada ekstremitas atas, leher, badan, dan pantat. Dapat menyebabkan
kekeruhan kornea. Behubungan dengan kekurangan dalam sulphatase steroid fibroblas dan
peningkatan kolesterol plasma sulfat. Hanya mempengaruhi laki-laki. Mungkin berhubungan
dengan penyakit testis.6
6) Dermatitis Kontak Iritan
Dermatitis kontak iritan dicetuskan dari paparan ke bahan yang toksin atau iritatif ke
kulit manusia, dan tidak disebabkan reaksi alergi. Pada anak-anak, bahan iritan yang paling
sering menyebabkan DKI adalah popok bayi. Hal ini akan menyebabkan keadaan yang
dinamakan diaper dermatitis, reaksi kulit di daerah yang terpapar popok bayi yang
disebabkan kontak terlalu lama dengan bahan kimia alami terdapat di air seni dan tinja.
Selain itu dapat pula DKI terjadi di sekitar mulut karena kulit terpapar dengan makanan bayi
ataupun air liur. Pada orang dewasa, DKI terjadi seringkali karena paparan sabun dan
deterjen.6
7) Impetigo
Impetigo adalah penyakit kulit menular yang disebabkan bakteri dan biasanya
menyerang anak-anak. Walaupun sebagian besar disebabkan oleh bakteri yang masuk melalui
luka, namun impetigo dapat terjadi pada kulit yang sehat. Impetigo merupakan infeksi kulit
yang mudah sekali menyebar, baik dalam keluarga, tempat penitipan atau sekolah. Impetigo
menyebar melalui kontak langsung dengan lesi (daerah kulit yang terinfeksi). Impetigo
disebabkan oleh bakteri staphylococcusdanstreptococcus. Bakteri ini hidup normal di kulit
manusia tanpa menimbulkan penyakit. Impetigo terjadi bila bakteri ini masuk melalui luka di
kulit atau gigitan serangga dan berkembang biak. Impetigo terdiri dari dua jenis, yaitu
impetigo krustosa (tanpa gelembung cairan, dengan krusta/keropeng/koreng) dan impetigo
bulosa (dengan gelembung berisi cairan). Impetigo krustosa hanya terdapat pada anak- anak,
paling sering muncul di muka, yaitu di sekitar hidung dan mulut. Impetigo bulosa terdapat
pada anak dan dewasa, paling sering muncul di ketiak, dada, dan punggung.6
8) Drug Eruptions
Drug eruption dapat meniru berbagai dermatosis. Morfologinya berupa miliaria and
meliputi bentuk morbilliform (paling sering terlihat), urticaria, papuloskuamosa, pustul, dan
bula. Obat-obatan juga dapat menyebabkan pruritus dan dysesthesia tanpa letusan yang jelas.
Obat yang dikenal untuk menyebabkan reaksi kulit termasuk agen antimikroba, non- steroid
anti-inflammatory drugs (NSAID), sitokin, agen kemoterapi, Antikonvulsan, dan agen
psikotropika. Penting untuk mengevaluasi gambaran klinis tertentu yang mungkin
menunjukkan ke tingkat yang parah, yang berpotensi mengancam jiwa akibat reaksi obat,
seperti sindrom hipersensitivitas. Gambarannya tersebut meliputi erosi selaput lendir, lepuh,
tanda Nikolsky (epidermis sloughs dengan tekanan lateral menunjukkan letusan serius yang
mungkin merupakan keadaan darurat medis), eritema konfluent, angioedema, lidah bengkak,
palpable purpura, nekrosis kulit, limfadenopati, demam tinggi, dyspnea atau hipotensi.5
PENATALAKSANAAN
Perawatan
Iktiosis vulgaris adalah gangguan kronis yang dapat meningkat dengan usia, tapi sering
memerlukan terapi terus menerus. Pendekatan utama pada pengobatan dari dua kondisi baik
mencakup hidrasi kulit dan penerapan sebuah salep untuk mencegah penguapan. Hidrasi
mempromosikan deskuamasi dengan meningkatkan aktivitas enzim hidrolitik dan kerentanan
terhadap kekuatan mekanik. Kelenturan dari stratum korneum juga ditingkatkan.
Retinoid topikal sangat membantu bagi beberapa pasien.
Alpha-hydroxy acids (misalnya, laktat, glikolat, atau asam piruvat) yang efektif untuk
melembabkan kulit. Obat ini bekerja dengan menyebabkan disagregasi dari korneosit
di tingkat bawah pada pembentukan lapisan stratum korneum yang baru. Asam laktat
tersedia sebagai laktat 12% amonium lotion, atau bisa dicampur pada resep dalam
konsentrasi 5-10% dalam wadah yang cocok. Penggunaan sehari dua kali telah
menunjukkan lebih hasil yang lebih baik pada krim petrolatum untuk pengendalian
iktiosis vulgaris.
Penghapusan sisik pada kulit dapat dibantu oleh keratolitik (misalnya, asam salisilat),
DAFTAR PUSTAKA
2. Robin G, Brown TB, Ichthyiosis Vulgaris. Lecture Notes on Dermatology. 8th Ed,
Oxford: Blackwel Science Ltd; 2002. p 120-121
3.
William DJ, Timothy GB, Dirk ME, Ichthyiosis Vulgaris. Andrew's Diseases Of The
Skin Clinical Dermatology, 10th Ed, Philadelphia: W.B. Saunders Company; 2006. p 551