Anda di halaman 1dari 5

Konsep GNP (PDB), PDRB, GNP (PNB), NNP (PNN) , NNI, PI, dan DI

putra, Friday, February 3, 2012

Pada Kesempatan kali ini ekonomi kelas x .blogspot.com akan membahas mengenai Konsep
GNP (PDB), PDRB, GNP (PNB), NNP (PNN) , NNI, PI, dan DI . Materi ini saya ulas guna
untuk memudahkan kalian memahami Pendapatan Nasional
1. Produk Domestik Bruto (PDB)/Gross Domestic Product (GDP)

Sebelum kita dapat menghitung pendapatan nasional terlebih dahulu kita harus tahu apa yang
dimaksud dengan Produk Domestik Bruto (PDB)/Gross Domestic Product (GDP), karena PDB
merupakan salah satu instrumen penting untuk dapat menghitung pendapatan nasional. PDB
merupakan nilai dari akhir keseluruhan barang/jasa yang dihasilkan oleh semua unit ekonomi
dalam suatu negara, termasuk barang dan jasa yang dihasilkan warga negara lain yang tinggal di
negara tersebut.
Penghitungan nilai PDB dapat dilakukan atas dua macam dasar harga yaitu :
1. PDB atas dasar harga berlaku, merupakan PDB yang dihitung dengan dasar harga yang
berlaku pada tahun tersebut. PDB atas dasar harga berlaku berfungsi untuk melihat
dinamika/perkembangan struktur ekonomi yang riil pada tahun tersebut.
2. PDB atas dasar harga konstan, merupakan PDB yang dihitung dengan dasar harga yang
berlaku pada tahun tertentu. PDB atas dasar harga konstan berfungsi untuk melihat
pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun. Contohnya jika kita ingin mengetahui berapa
persen kenaikan PDB dari tahun 1998, 1999 dan tahun 2000, karena nilai/harga suatu
produk tiap tahun berubah-ubah maka kita harus mengubah nilai PDB tahun 1998 dan
1999 dengan dasar harga tahun 2000 sehingga akan terlihat dengan jelas besaran
kenaikan dari tiap tahunnya.

2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)


Pembangunan suatu daerah dapat berhasil dengan baik apabila didukung oleh suatu perencanaan
yang mantap sebagai dasar penentuan strategi, pengambilan keputusan dan evaluasi hasil-hasil

pembangunan yang telah dicapai. Dalam menyusun perencanaan pembangunan yang baik perlu
menggunakan data-data statistik yang memuat informasi tentang kondisi riil suatu daerah pada
saat tertentu sehingga kebijakan dan strategi yang telah atau akan diambil dapat dimonitor dan
dievaluasi hasil-hasilnya. Salah satu indikator ekonomi makro yang biasanya digunakan untuk
mengevaluasi hasil-hasil pembangunan di suatu daerah dalam lingkup kabupaten dan kota adalah
Produk Domestik Regional Bruto atau PDRB kabupaten/kota menurut lapangan usaha (Industrial
Origin).
Penghitungan PDRB diperoleh melalui tiga pendekatan :
A. Pendekatan Produksi
Dalam pendekatan ini PDRB adalah jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh
berbagai unit produksi di suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu (satu tahun). Unit produksi
dalam penyajiannya dikelompokkan dalam 9 sektor atau lapangan usaha yaitu:
1) Pertanian.
2) Pertambangan dan Penggalian.
3) Industri Pengolahan.
4) Listrik, Gas, dan Air Bersih.
5) Bangunan.
6) Perdagangan, Hotel, dan Restoran.
7) Pengangkutan dan Komunikasi.
8) Jasa Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan.
9) Jasa-jasa.
B. Pendekatan Pendapatan
Menurut pendekatan pendapatan, PDRB adalah penjumlahan semua komponen permintaan
terakhir, yaitu:
1) Pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta yang tidak mencari untung.
2) Konsumsi pemerintah.
3) Pembentukan modal tetap domestik bruto.
4) Perubahan stok.
5) Ekspor neto, dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Ekspor neto adalah ekspor
dikurangi impor.
C. Pendekatan Pengeluaran
Menurut pendekatan pengeluaran, PDRB merupakan jumlah balas jasa yang diterima oleh
faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu wilayah dalam jangka waktu
tertentu (biasanya satu tahun). Balas jasa faktor produksi yang dimaksud adalah upah dan gaji,
sewa tanah, bunga modal dan keuntungan. Semua hitungan tersebut sebelum dipotong pajak
penghasilan dan pajak langsung lainnya.
Dalam pengertian PDRB kecuali faktor pendapatan, termasuk pula komponen penyusutan dan
pajak tidak langsung neto. Jumlah semua komponen pendapatan ini menurut sektor disebut
sebagai nilai tambah bruto sektoral. Produk domestik bruto merupakan jumlah dari nilai tambah
bruto seluruh sektor (lapangan usaha).
Dari 3 pendekatan tersebut secara konsep jumlah pengeluaran tadi harus sama dengan jumlah
barang dan jasa akhir yang dihasilkan dan harus sama pula dengan jumlah pendapatan untuk

faktor-faktor produksinya. Selanjutnya produk domestik regional bruto yang telah diuraikan di
atas disebut sebagai Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Pasar, karena mencakup
komponen pajak tidak langsung neto.

3. Produk Nasional Bruto (PNB)/Gross National Product (GNP)


Produk Nasional Bruto (PNB)/Gross National Product (GNP) adalah jumlah barang dan jasa
yang dihasilkan oleh faktor-faktor produksi milik warga negara baik yang tinggal di dalam
negeri maupun di luar negeri, tetapi tidak termasuk warga negara asing yang tinggal di negara
tersebut, atau dengan kata lain PNB/GNP adalah jumlah Produk Domestik Bruto ditambah
dengan pendapatan neto dari luar negeri (penghasilan neto) adalah penghasilan dari warga negara
yang bekerja di luar negeri dikurangi penghasilan warga negara lain yang bekerja di dalam
negeri).
Hal ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
PNB = PDB + Pendapatan Neto dari luar negeri (Net Factor Income from Abrood)

di mana,
PNB = Produk Nasional Bruto/Gross National Product (GNP)
PDB = Produk Domestic Bruto/Gross Domestic Product (GDP)
Pendapatan Neto = Pendapatan dari warga negara yang tinggal di luar negeri dikurangi
pendapatan warga negara asing yang bekerja di dalam negeri
Contoh :
Hardi warga negara Indonesia, bekerja di Indonesia dengan pendapatan Rp2.000.000,00 Paul
warga negara asing tinggal dan bekerja di Indonesia, pendapatan Rp3.000.000,00 Ali warga
negara Indonesia tinggal dan bekerja di luar negeri dengan pendapatan Rp1.000.000,00.
Maka PDB (GDP) = pendapatan Hardi + pendapatan Paul = Rp2.000.000,00 + Rp3.000.000,00 =
Rp5.000.000,00.
Penghasilan Neto = pendapatan Ali pendapatan Paul = Rp1.000.000,00 Rp3.000.000,00 = Rp2.000.000,00,
dengan menerapkan rumus di atas dapat kita ketahui PNB adalah:
PNB (GNP) = PDB + Penghasilan Neto
= Rp5.000.000,00 + (- Rp2.000.000,00)
= Rp3.000.000,00
4. Produk Nasional Neto (PNN)/Net National Product (NNP)
Sering disebut pula Net National Product atas dasar harga pasar yaitu GNP dikurangi
depresiasi/penyusutan atas barang modal dalam proses produksi selama satu tahun.
Persamaan matematiknya:
NNP = GNP - Depresiasi

Contoh:
Pada tahun 2003 GNP Indonesia atas dasar harga berlaku 2.007.191,1 milliar rupiah dan
depresiasi/penyusutan sebesar 104.337,9 milliar maka:
NNP
= 2.007.191,1 104.337,9
= 1.902.853,2 milliar
5. Pendapatan Nasional Neto/Net National Income (NNI)
Juga sering disebut Net National Product (NNP) atas dasar biaya faktor produksi atau
Pendapatan Nasional Neto atau Net National Income (NNI) adalah NNP dikurangi pajak tidak
langsung yang dipungut pemerintah, atau jika kita menghitung dari GNP dapat kita rumuskan:
NNI = GNP - Depresiasi - Pajak tidak langsung
Contoh:
Pada tahun 2003 GNP Indonesia atas dasar harga berlaku 2.007.191,1 milliar rupiah, sedangkan
depresiasi/penyusutan sebesar 104.337,9 milliar dan pajak tidak langsung dikurangi subsidi
sebesar 85.272,2 milliar maka:
NNI
= 2.007.191,1 104.337,9 85.272,2
= 1.817.519 milliar
6. Pendapatan Perseorangan/Personal Income (PI)

Personal Income adalah pendapatan yang diterima oleh setiap lapisan masyarakat dalam satu
tahun. Pendapatan nasional tidak semuanya diterima oleh pemilik faktor produksi karena ada
sebagian pendapatan yang tidak dibagikan antara lain: laba yang ditahan, pajak perseorangan,
iuran jaminan sosial dan transfer payment/bantuan sosial (misalnya untuk masyarakat miskin,
penyandang cacat, veteran, dan lain-lain).
Rumusan untuk menghitung PI adalah:
PI = NNI - (Laba ditahan + pajak perseorangan + iuran jaminan sosial + transfer
payment)
7. Pendapatan Disposibel/Disposible Income (DI)
Disposible Income adalah Personal Income setelah dikurangi pajak langsung (misalnya pajak
bumi dan bangunan, pajak kendaraan bermotor dan sebagainya). Disposible income merupakan
pendapatan yang siap digunakan, baik untuk keperluan konsumsi maupun ditabung.

Rumusan untuk menghitung DI adalah:


DI = PI - Pajak Langsung
Tabungan (saving) yang disimpan di lembaga keuangan resmi (Bank) akan dapat menambah
pendapatan nasional karena, saving ini akan dimanfaatkan untuk investasi, lewat investasi inilah
pendapatan nasional dapat meningkat.
Jika penjelasan tentang pendapatan nasional kita buat urutan akan terlihat seperti di bawah ini:
GDP > GNP > NNP > NNI > PI > DI
Perbandingan mengenai indikator pendapatan nasional akan lebih jelas bila kita menerapkan
dalam angka:
1. GDP
Pendapatan Neto dari LN
2

GNP
Depresiasi/Penyusutan

3. NNP
Pajak tidak langsung
4. NNI
Laba ditahan Rp. 7.500
PPh Persh.
Rp. 2.500
Iuran Sosial Rp. 1.000 +
Rp. 11.000,00 -

Rp. 100.000,00
Rp. 10.000,00 Rp. 90.000,00
Rp. 5.000,00 Rp. 85.000,00
Rp. 3.000,00 Rp. 82.000,00

5. PI
Pajak Langsung

Rp. 71.000,00
Rp.
5.000,00 -

6. DI
Konsumsi
Tabungan (saving)

Rp. 66.000,00
Rp. 47.000,00 Rp. 19.000,00

Sumber :
Eko, Yuli. 2009. Ekonomi 1 : Untuk SMA dan MA Kelas X. Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan
Nasional : Jakarta.
Mulyati, sri Nur dan Mahfudz, Agus dan Permana, Leni. 2009. Ekonomi 1 : Untuk Sekolah Menengah
Atas/Madrasah Aliyah Kelas X. Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai