Siyasah Syar'iyah
Siyasah Syar'iyah
Fi Islahil Rai Wa
Raiyyah
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah
DEFINISI
fikih islam yang mencakup hubungan individu
dengan daulah (negara dan pemerintahan), atau
hubungan hakim dengan terdakwa, hubungan
kekuasaan dengan masyarakat yang dalam
terminologi modern disebut sistem
ketatanegaraan, sistem keuangan, sistem
pemerintahan dan sistem hubungan
internasional
Sesungguhnya Kami telah mengutus Rasulrasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang
nyata dan telah Kami turunkan bersama
mereka Al kitab dan neraca (keadilan) supaya
manusia dapat melaksanakan keadilan. dan
Kami ciptakan besi yang padanya terdapat
kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat
bagi manusia, (supaya mereka
mempergunakan besi itu) dan supaya Allah
mengetahui siapa yang menolong (agama)Nya
dan rasul-rasul-Nya Padahal Allah tidak
dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha kuat lagi
Maha Perkasa. (QS. Al Hadid (57): 25)
Memilih Pemimpin
Ibnu Taimiyyah menyatakan bahwa
masyarakat Muslim ketika itu menerima dua
metode, yaitu metode penunjukan dan metode
pemilihan
Ibnu Taymiyyah mencela ketentuan kualifikasi
imam yang berasal dari suku Quraisy.
Ya bapakku ambillah ia sebagai orang yang
bekerja (pada kita), karena Sesungguhnya
orang yang paling baik yang kamu ambil untuk
bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat
(mampu) lagi dapat dipercaya (amanah).
Kaidah Memilih
1. Memilih orangPemimpin
yang profesional dan sholeh.
2. Jika ada 2 orang yang memiliki kekuatan dan
kesholehan yang sama, maka dipilih yang paling
baik sesuai dengan kebutuhan yang ada.
3. Jika ada orang yang kuat tapi kurang sholeh dan
orang yang sholeh tapi lemah, maka yang dipilih
adalah orang yang kuat meskipun kurang sholeh.
4. Jika ada 2 orang yang kurang memilki kemapuan
dan integrtas maka yang dipilih adalah yang paling
sedkit madhorotnya.
Akan tetapi menurut Ibnu Thaimiyyah memilih
seseorang juga didasari atas kebutuhan pada saat
itu
Otoritas Imam
Imam atau kepala Negara Mungkin
saja berindak benar atau salah,
karena itu kita kaum muslim
mendukung jika Imam berbuat baik
sebaliknya.
Imam tidak memiliki sifat kekebalan
hukum, karena jabatan itu Beban
(Umar Bin Abdul aziz) bukan
penghormatan.
Kisah Ali dan seorang Nasrani
Bagaiamana Dengan
Negara Kita
Indonesia ?
UU NO.12 Tahun
2008
UU No.42 Tahun
2008