Anda di halaman 1dari 17

Pembedahan versus Terapi Fisik untuk Robekan Meniskus

atau Osteoartritis
Abstrak
Latar belakang
Apakah arthroscopic partial meniscectomy untuk pasien simtomatik dengan robekan
meniskus dan osteoartrits lutut menghasilkan fungsi yang lebih baik dibandingkan
terapi non operatif masih belum jelas.
Metode
Kami melakukan penelitian kontrol klinis multisenter, random, melibatkan pasien
simtomatik berumur 45 tahun atau lebih dengan robekan meniskus dan evidens
adanya osteoarthritis ringan atau moderat pada pencitraan. Kami secara random
mengikutkan 351 pasien ke pembedahan dan terapi fisik pos operatif atau ke regimen
terapi fisik terstandar (dengan opsi untuk berpindah ke pembedahan atas keinginan
pasien dan dokter bedah). Pasien dievaluasi pada bulan 6 dan 12. Outcome utama
adalah perbedaan antara grup dengan memperhatikan perubahan pada skor fungsi
fisik Western Ontario and McMaster Universities Osteoarthritis Index (WOMAC)
(range dari 0 hingga 100, dengan skor yang lebih tinggi mengindikasikan gejala yang
lebih berat ) 6 bulan setelah randomisasi.
Hasil
Pada analisis penatalaksanaan, perbaikan rata-rata pada skor WOMAC setelah 6
bulan adalah 20,9 poin (95% confidence interval [CI], 17.9 - 23.9) pada grup
pembedahan dan 18.5 (95% CI, 15.6 to 21.5) pada grup terapi fisik (perbedaan ratarata, 2.4 points; 95% CI, 1.8 - 6.5). Pada 6 bulan, 51 partisipan aktif dalam studi
yang menyetujui untuk terapi fisik saja (30%) telah menjalani pembeddahan, dan 9
pasien yang menyetujui pembedahan (6%) belum pernah melakukan pembedahan.
Hasil pada 12 bulan sama pada 6 bulan. Frekuensi adverse events tidak berbeda
secara signifikan pada kedua grup.
Kesimpulan
Pada analisis penatalalaksanaan, kami tidak menemukan perbedan signifikan antara
grup studi pada perbaikan fungsi 6 bulan setelah randomisasi. Namun, 30% dari

pasien yang menyetujui terapi fisik saja menjalani pembedahan dalam 6 bulan..
(didanai oleh National Institute of Arthritis and Musculoskeletal and Skin Diseases;
METEOR ClinicalTrials.gov number, NCT00597012.)
Osteoartitis simtomatik, dikonfirmasi dengan radiografi mengenai lebih dari 9
juta orang di US. Robekan meniskus juga memiliki prevalensi yang tinggi, dengan
evidens pencitraan dari robekan meniskus ditemukan pada 35% orang yang berumur
lebih 50 tahun; dua per tiga dari robekan ini adalah asimtomatik. Kerusakan meniskus
umumnya sering terjadi pada orang dengan osteoartits, dan seringkali ditangani
dengan pembedahan dengan arthroscopic partial meniscectomy. Prosedur ini, dimana
dokter bedah mengembalikan meniskus yang robek kembali pada rim yang stabil,
dilakukan pada range indikasi pada lebih dari 465,000 orang setiap tahunnya di US.
Prevalensi tinggi dari robekan meniskus pada pasien dengan osteoarthritis
lutut dan obervasi pada lesi ini yang sering asimtomatik merupakan tantangan bagi
klinisi untuk mampu mnentukan apakah simtomtik itu disebabkan oleh robekan,
osteoarthritis, atau keduanya. Klinisi yang mencurigai bahwa robekan tersebut
simtomatik mungkin merujuk pasien ke dokter bedah untuk artroscopic partial
meniscectomy.
Peran dari pembedahan artroskopik pada pasien dengan osteoarthritis telah
dipelajari dalam dua penelitian random kontrol selama dekade terakhir. Satu studi
membandingkan debridemen

arthroscopic dan pencucian dengan prosedur

pembedahan buatan, dan lainnya membandingkan debridement arthroscopic dengan


sebuah regimen nonoperatif. Tidak ada penelitian yang menunjukkan perbedaan
signifikan statistik atau klinis antara arthroskopik dan nonoperatif pada perbaikan
fungsi atau hilangnya nyeri dalam periode 24 bulan.
Penelitian ini menunjukkan bahwa penanganan arthroskopik tidaklah superior
dibandingkan intervensi lain dalam penatalaksanan ostepartritis lutut, tapi tidak fokus
pada manajemen robekan meniscus asimtomatik, yang sering merupakan indikasi
untuk arthroskopi lutut pada pasien dengan osteoarthritis lutut. Efikasi dari
arthroscopic partial meniscectomy pada pasien simtomatik dengan robekan meniskus
dan osteoarthritis telah dievaluasi, dalam ilmu kami, dalam sebuah penelitian random

kontrol yang merupakan studi single-center yang melibatkan 90 pasien. Studi ini
tidak menunjukkan perbedaan signifikan dalam perbaikan nyeri atau status fungsi
antara arthroscopic partial meniscectomy ditambah regimen terapi fisik dan hanya
terapi fisik saja. Frekuensi dan biaya dari arthroscopic partial meniscectomy memiliki
data yang sedikit, kami membuat design penelitian Meniscal Tear in Osteoarthritis
Research (METEOR) untuk menilai efikasi dari arthroscopic partial meniscectomy
jika dibandingkan dengan regimen terapi fisik terstandar untuk pasien simtomatik
dengan robekan meniskus dan konkomitan osteoarthritis ringan sampai moderat.
Metode
Design Studi dan Pengawasan
Penelitian kontrol random ini dilakukan pada tujuh pusat rujukan tersier I US.
Detail design penelitian dan pelaksanaan telah dipublikasikan. Studi disetujui oleh
Partners HealthCare Human Research Committee dan diawasi oleh data and safety
monitoring board oleh National Institute of Arthritis and Musculoskeletal and Skin
Diseases. Tidak ada sponsor komersial dalam penelitian ini. Author pertama dan
terakhir menjamin akurasi data yang dilaporkan dan kesesuaian studi dngan protokol;
protokol dan rancangan analisis statistik tersedia dengan lengkap di NEJM.org.
Pendaftaran dan Randomisasi
Kami mendaftarkan pasien simtomatik dengan usia 45 tahun atau lebih
dengan robekan meniskus juga dengan deteksi osteoartritis pada MRI. Karena temuan
osteoartitis dapat terlihat MRI sebelum perubahan konsisten dengan osteoartitis pada
radiografi dapat dideteksi, pasien dengan temuan normal pada radiografi dan defek
kartilago pada MRI layak diikutkan. Kami membutuhkan pasien dengan paling tidak
satu gejala yang konsisten dengan robekan meniskus yang berlangsung selama 1
bulan meskipun terdapat pengobatan, terapi fisik, atau pun keterbatasan aktivitas.
Kriteria inklusi dan eksklusi detail (meliputi gejala spesifik yang konsisten dengan
sebuah robekan meniskus) diberikan pada tabel 1 pada penjelasan tambahn, tersedia
di NEJM.org.

Koordinator penelitian setiap pusat mereview jadwal pasien rawat jalan untuk
mengidentifikasi pasien yang dapat berpartisipasi untuk studi ini. Dokter bedah
menilai kriteria dan mengkonsul pasien ke koordinator penelitian, yang
memperkenalkan penelitian menggunakan naskah standar. Dokter bedah dan
koordinator memberi tahu pasien secara random untuk diikutkan terapi fisik saja dan
mereka bisa berpindah ke arthroscopic partial meniscectomy seiring waktu jika
pasien dan dokter bedah berpikir secara klinis itu diindikasikan. Pasien yang
menginginkan berpartisipasi diberikan informed consent dan melengkapi kuisioner
dasar. Pasien kemudian secara random diatur dalam grup penanganan rasio 1:1
dengan menggunakan program yang aman pada website penelitian. Randomisasi
dilakukan dalam blok berbagai ukuran dalam setiap tempat studi, diklasifikasikan
berdasarkan sex dan derajat osteortritis berdasarkan radiografi (baik Kellgren
Lawrence grade 0 - 2 [tidak ada penyempitan celah sendi] atau KellgrenLawrence
grade

[penyempitan

celah

sendi

50%]).

Setelah

randomisasi,

pasien

diinformasikan tentang penatalaksanaan; dokter bedah diinformasikan seperti pada


pemesanan proses pembedahan. Penanganan pada umumya dijadwalkan dalam 2
sampai 4 minggu setelah randomisasi.
Intervensi
Tim investigator dokter bedah bertemu langsung dalam dua kesempatan dan
secara teratur melalui konferensi telpon selama pendaftaran, juga seperti tim terapi
fisik. Tim ini menentukan standar pembedahan dan intervensi terapi fisik yang
diimplementasikan di semua pusat studi.
Standarisasi dibuat lebih jauh dalam telpon konferensi dan pertemuan dengan
menggunakan contoh kasus. Semua dokter bedah adalah frellowship yang terlatih dan
telah melakukan paing sedikit

50 arthroscopic partial meniscectomies setiap

tahunnya. Kebanyakan dari terapis terserifikasi.


Arthroscopic Partial Meniscectomy
Protokol digunakan dokter bedah untuk melakukan arthroscopic partial
meniscectomy dengan mengembalikan meniskus yang rusak kembali ke rim yang

stabil. Dokter bedah menghilangkan fragmen kartilago dan tulang yang hilang, tapi
prosedur ini tidak melibatkan penetrasi tulang subkondral. Antibiotik preopratif
digunakan secara rutin. Pada pos operatif, pasien dibolehan membawa beban
semampu mereka. Bracing tidak digunakan. Pasien dikonsul ke terapis untuk terapi
fisik standar pos operatif dengan menggunakan protokol yang sama dengan grup
terapi fisik, dideskripsikan di bawah.
Terapi fisik
Protokol terapi fisik dibuat oleh tim terapis berpenggalaman. Protocol dibuat
berdasarkan literature yang mendukung efetifitas terapi fisik individual berbasis
lantai, dengan latihan di rumah yang progresif pada pasien dengan osteoarthritis.
Program terstrtuktur tiga tahap didesign untuk menangani inflamasi, range of motion,
kekuatan lengan konsentris dan eksentris, restriksi muscle-length, pengkondisian
aerobik (dengan menggnakan sepeda, mesin eliptik, atau treadmill), fungsi mobilitas,
dan proprioseptif dan kesimbangan. Detail dari program terapi fisik dijelaskan pada
Tabel 2 pada appendix. Kriteria untuk kemajuan dari stage I ke II dan dari stage II ke
III melibatkan derajat nyeri yang dilaporkan, kekuatan yang diobservasi, dan range of
motion lutut, efusi lutut, dan fungsi mobilitas. Pada setiap stage, direkomendasikan
bahwa pasien mengikuti sesi terapi sekali atau dua kali setiap pekannya dan
melakukan latihan di rumah. Pasien membaik bergantung dari langkah mereka; durasi
partisipasi bervariasi bergantung perbaikan langkah. Umumnya, program berlangsung
sekitar 6 pekan.
Pada baik grup arthroscopic-partial-meniscectomy dan terapi fisik, pasien
dibolehkan menerima acetaminophen dan antiinflamasi nonsteroid jika dibutuhknan.
Injeksi glukokotikoid intraartikular diperbolehkan sepanjang penelitian.
Outcome
Outcome utama adalah pebedaan antara grup studi dengan memperhatkan
perubahan pada skor skala fungsi fisik Western Ontario and McMaster Universities
Osteoarthritis Index (WOMAC) dari awal hingga 6 bulan setelah randomisasi. Skor
WOMAC dalam range 0 sampai 100, dengan skor lebih tinggi meengindikasikan

fungsi fisik yang lebih buruk. Rencana analisis statistik awal adalah outcome utama
dengan skor fungsi WOMAC pada bulan 6, dengan penyesuaian dengan skor awal.
Namuun, karena perubahan skor WOMAC adalah outcome standar dalam menilai
intervesi osteoarthritis lutut dan lebih mudah diinterpretasikan dibandingkan skor
mentah disesuaikan dengan nilai awal, kami merevisi outcome utama sebelum
menaganalisis data penelitian. Kami menspesifikasikan 6 bulan sebagai waktu untuk
menilai outcome utama karena respon klinis terhadap pengobatan tampak pada waktu
ini. Kami menambahkan 12 bulan sebagai penilaian untuk menentukan apakah
responnya stabil.
Outcome sekunder adalah skor nyeri pada Knee Injury and Osteoarthritis
Outcome Scale (KOOS), yang telah sering digunakan dalam studi yang melibatkan
pasien dengan robekan

meniskus. Dan skor skala aktivitas fisik dari Medical

Outcomes Study 36-Item Short-Form Health Survey (SF-36). Skor pada kedua skala
berada dalam range 0-100, dengan skor KOOS lebih tinggi menunjukkan nyeri berat
dan skor SF-36 lebih tinggi mengindikasikan aktivitas fisik lebih baik. Kami juga
mepertimbangkan sebuah outcome biner yang didefenisikan sebagai perbaikan dalam
skor fungsi fisik WOMAC paling sedikit 8 poin (sebuah perbedaan relevan secara
klinis dispesifikasikan) tanpa perubahan ke grup studi lain
Penilaian
Kuisioner diberikan saat awal dan 3, 6 , dan 12 bulan setelah randomisasi.
Outcome utama dinilai pada bulan 6 dengan penilaian bulan 3 dan bulan 12
digunakan untuk mancatat alur dan stabilitas penanganan terhadap respon
pengobatan. Koordinator menghubungi partisipan melalui telepon setiap pekan
selama 3 bulan setelah randomisasi dan setiap tiga bulan mengetahui efek samping
dan kepatuhan dengan terapi fisik. Dokter bedah, pasien dan staf peneliti
memperhatikan pengobatan.
Radiograf dari lutut yang menanggung beban dinilai setiap lokasi studi oleh
dokter bedah yang berpatisipasi pada grade KellgrenLawrence dan dinilai secara
pusat (juga pada basis KellgrenLawrence) oleh radiologis muskuloskeletal.

Konkordansi antara pembacaan ini adalah 71,8%. Pembacaaan dilakukan pada klinik
digunakan untuk menilai eligibilitas dan strata randomisasi, sedangkan pembacaan
pusat digunakan dalam analisis. Analisis dilakukan dengan pembacaan pada klinik
tidak berbeda secara materi dari yang dilakukan dengan pembacaan sentral.
Analisis statistik
Analisis primer diimplementaikan dengan sebuah analisis kovariat dengan
perubahan pada fungsi skor WOMAC dari awal hingga 6 bulan sebagai variabel
dependen, pengobatan sebagai interest variable indeenden, dan lokasi studi sebagai
kovariat. Kovariat lain, seperti umur, sex dan derajat

KellgrenLawrence awal,

seimbang antara grup dan untuk itu tidak dimasukkan dalam analisis. Analisis utama
menggunakan pendekatan modified intention-to-treat pada pasien yang tidak keluar
dari studi dievaluasi pada grup yang dimana mereka diikutkan secara random. Kami
melakukan tiga analisis sekunder: sebuah analisis analog intention-to-treat dari
kovarian dengan penggunaan baik skor nyeri KOOS atau skor aktivitas fisik SF-36
sebagai variabel independen dan sebuah regresi logistik, dengan penyesuaian dengan
tempat studi, yang mengunakan outcome biner yang dijelaskan di atas. Kami
menspesifikkan satu analisis subgroup berdasarkan grade radiografi awal (Kellgren
Lawrence grade 0 - 2 vs. KellgrenLawrence grade 3). Analisis tambahan dengan
penyesuaian terhadap ketidakpastian karena data yang hilang yang dijelaskan di
tambahan.
Kami menggunakan studi untuk mendeteksi 10 poin perbedaan pada skor
fungsi fisik WOMAC antara grup arthroscopic-partial-meniscectomy dan grup terapi
fisik. Ini perbedaan yang kami temukan pada observasi data, dan dekat dengan
perbedaan penting klinis minimal pada skor fungsi fisikk WOMAC pada pasien
dengan osteosrtritis. Pada awalnya laju error tipe I 5% dan power 80%, potensial
untuk kehilangan follow up dan berpindah dari grup yang diikutkan ke grup lainnya
sebelum penilaian outcome primer, kami mengatur ukuran sampel 340 pasien.
HASIL
Karakteristik populasi studi

Dari Juni 2008 hingga agustus 2011, total 14,430 pasien di skrining pada tujuh
pusat studi, dimana 1330 (9.2%) layak. Dari pasien ini, 351 (26.4%) didaftarkan
secara random pada grup pengobatan (Gambar 1). Kedua grup sama dalam hal umur,
sex, ras dan etnis, derajat radiografi KellgrenLawrence, dan skor fungsi fisik
WOMAC awal.
14.430 pasien dinilai untuk kelayakan
14.079 tidak menjalani randomisassi
1.092 tidak memenuhi kriteria inklusi
3690 telah menjalani pembedahan
2691 tidak memiliki MRI
2198 memiliki gangguan patello femoral
1816 memiliki derajat 4 Kellgren-Lawrence
1613 memiliki alasan lain
195 layak, tapi menolak berprtisipasi
283 memilihi APM
166 memilih PT
335 memiliki alassan lain

351 menjalani randomisasi


174 menjalani APM

177 menjaani terapi fisik

13 tidak menyelsaikan studi dalam 6 8


bulan
tidak meyelesaikan studi dalam 6 bulan
1 mninggal
1 meninggal
3 menjalani TKR
1 menjalani TKR
7 menolak
4 menolak
2 tidak layak
2 tidak terfollow up
161 dievaluasi dalam 6 bulan
169 dievaluasi dalam follow up 6 bulan
9 tidak menjalani APM
51 berpindah dan menjalani APM

18 tidak menyelesaikan studi dalam 13


12bulan
tidak menyelesaikan studi dalam 12 bulan
1 meninggal
1 meninggal
5 enjalani TKR
3 menjalani TKR
9 menolak
7 menolak
2 tidak layak
2 hilang dalam follow up
1 hilang dalam follow up
164 dievaluasi dalam 12 bulan
156 dievaluasi dalam 12 bulan
56 berpindah dan menjalani APM
9 tidak menjalani APM

Tabel 1. Karakteristik pasien di awal

Outcome
Pada analisis intention-to-treat yang disesuaikan untuk lokasi studi, perbaikan
rata-rata pada skor fungsi fisik WOMAC dari awal hingga 6 bulan adalah 20,9 poin
pada grup yang secara random diikutkan ke arthroscopic partial meniscectomy,

dibandingkan dengan 18.5 poin pada grup terapi fisik (perbedaan antara grup, 2.4
poin; 95% confidence interval [CI], 1.8 to 6.5) (Table 2 dan Gambar. 2A). Hasil dari
analisis (seperti yang telah dispesifikkan) pada skor fungsi fisik WOMAC 6 bulan,
disesuaikan dengan skor awal, tidak menunjukkan kepentingan klinis atau perbedaan
signifikan secara statistik antar grup (perbedaan, 3.4 points; 95% CI,0.04 to 6.8).
Pada analisis intention-to-treat skor nyeri KOOS, rata-rata penurunan (perbaikan) dari
awal hingga 6 bulan adalah 24.2 poin pada pasien yang diikutkan di arthroscopic
partial meniscectomy versus 21.3 point pada mereka yang diikutkan pada terapi fisik
saja (perbedaan antar kedua grup, 2.9 points; 95% CI, 1.2 - 7.0) (Table 2 dan
Gambar. 2B). Pada analisis intention-to-treat hasil 12 bulan disesuaikan dengan lokasi
studi, kedua grup memiliki prubahan yang sama dari awal pada fungsi fisik WOMAC
dan skor nyeri KOOS (Tabel 2).
Di antara 330 partisipan aktif dalam studi ini, pada 6 bulan follow up, 51
pasien yang diikutkan terapi fisik saja (30,2%), telah menjalani arthroscopic partial
meniscectomy, sedangkan 9 pasien yang diikutkan ke pembedahan (5,6%) tidak
menjalani prosedur. Sebuah tambahan 8 paisen aktif dalam studi (4,7%) diikutkan
pada grup terapi fisik berpindah ke arthroscopic partial meniscectomy antara bulan 6
dan 12. Pada bulan 6, 67.1% dari partisipan yang diikutkan pada arthroscopic partial
meniscectomy memiliki perbaikan paling tidak 8 poin pada skor fungsi fisik
WPMAC dan tidak berpindah k pengobatan lain seperti dengan 43,88% dari pasien
yang diikutkan grup terapi fisik (P=0,001). Pasien pada grup terapi fisik yang
berpindah dan menjalani arthroscopic partial meniscectomy selama 6 bulan pertama
memiliki skor fungsi fisik WOMAC pada 12 bulan yang sama dengan pasien yang
diikutkan di arthroscopicpartial-meniscectomy (Gambar. 2C). Proporsi dari pasien
yang berpindah dari terapi fisik ke arthroscopic partial meniscectomy berkisar 0.0 59.5% pada pusat data. Pada pasien yang diikutkan untuk menerima terapi fisik saja
yang berpindah ke pmbedahan tidak memiliki perbaikan substansial pada status
fungsi selama periode randomisasi hingga waktu berpindah (Gambar. 2C).

Pada grup terapi fisik, pasien yang dijadwalkan unuk kunjungan terapi fisik
rata-rata 9,3 kunjungan, mengunjungi rata=rata 8,4 kujungan (90,6%). Pada grup
arthroscopic-partial-meniscectomy group, pasien dijadwalkan untuk rata-rata 7.4
kunjungan dan mengunjungi 6.9 (92.9%). Pada grup terapi fisik, 21 pasien (12.4%)
menerima injeksi glukokortikoid intraartikular, 9 pasien (5.6%) pada grup
arthroscopic-partialmeniscectomy.
Pebedaan antar grup pada perbaikn fungsi dari awal hingga 6 bulan tidak
berbeda secara signifikan berdasarkan derajat KellgrenLawrence dari radiografi (P =
0.13 untuk interaksi) (Table 3 pada tambahan).
Gambar 2. Skor fungsi fisik WOMAC dan skala nyeri KOOS selama periode
follow up 12 bulan. Panel A menunjukkanskor fungsi fisik WOMAC dan pandel B
menunjukkan skor pada skala nyeri KOOS; skor pada keduanya memiliki range 0100, dengan skor yang lebih tinggi mengindikasikan gejala yang lebih parah. Bar
mengindiksikan interval coincidence 95%. Panel C menunjukkan fngsi fisik
WOMAC pada grup APM dan pada grup PT berdasarkan status berpindah. Asterisk
meningindikasikan bahwa 9 pasien diikutkan APM tidak menjalani pembedahan.

Tabel 2. Outcome primer dan sekunder

Efek samping
Tidak ada perbedaan signifkan antar grup pada frekuensi secara keseluruhan
dari efek samping spesifik. Selama follow up 12 bulan, efek samping serius terjadi
pada 3 partisipan yang diikutkan pada arthroscopic partial meniscectomy dan 2
partisipan yang diikutkan pada terapi fisik saja (termasuk satu kematian dalam setiap
grup); efek samping diklasifikasikan dari ringan atau moderat terjadi pada 15
partisipan pada arthroscopicpartial- meniscectomy dan 13 partisipan pada grup terapi
fisik (Tabel 3). Total knee replacement (bukan sebagai efek samping tapi sebagai
indikasi untuk berhenti dari studi) dilakukan pada 5 partisipan yang diikutkan pada
grup arthroscopic partial meniscectomy dan 3 partisipan diikutkan pada grup terapi
fisik saja (Gambar 1).
Tabel 3. Efek samping pada 12 bulan pada pasien yang diikutkan dalam pengobatan
Kejadian

Arthroscopic

meniscectomy (N=174)

(N=177)

1
1
0
0
1
3

0
0
1
1
0
2

3
0
1
1

0
1
0
1

punggung, 2

Efek samping serius


Kardiovaskular
Embol paru (fatal)
Infark miokard akut
Kematian mendadak
Stroke
Hypoxemia
Total
Efek samping tidak serius
Musculoskeletal
Nyeri karena jatuh atau trauma
lain
Tendonitis
Bursitis lutut
Rutur kista Baker
Nyeri lutut
Nyeri
pada

partial Physical

pinggang atau kaki


Kardiovaskular
Deep vein thrombosis
Syncope

2
1

0
0

therapy

Atrial fibrilasi
Kulit
Lain
Total

0
2
1
15

1
1
1
13

HASIL
Pada penelitian kontrol random 7 pusat ini, meliputi 45 pasien simtomatik
berumur 45 tahun atau lebih dengan sebuah robekan meniskus dan evidens pencitraan
oteoartritis dari ringan sampai moderat, tidak ada perbedaan signifikan antara
perbaikan pada fungsi fisik dan nyeri setelah 5 bulan dan 12 bulan antara pasien yang
menjalani arthroscopic partial meniscectomy dengan terapi fisik pos operatif dan
pasien yang diikutkan pada regimen terapi fisik standar saja. Hasil ini diperoleh
dengan 30% berpindah ke arthroscopic partial meniscectomy pada 6 bulan.
Pada 12 bulan, antara 169 partisipan (tiak semua yang memberikan data pada
evaluasi 1 tahun), laju berpindah ke pembedahan adalah 35%. Pada penelitian kontrol
random

pusat

tunggal

sebelumnya

membandingkan

arthroscopic

partial

meniscectomy dengan terapi fisik standar pada pasien simtomastik dengan robekan
meniscus dan osteoatritis lutut, kedua grup memiliki fungsi fisik yang sama, bertahan
hingga followup 5 tahun. Dalam pengetahuan kami, ini adalah penelitian klinik
random multisenter besar pertama yang menguji efikasi arthroscopic partial
meniscectomy yang dibandingkan dengan regimen standar terapi fisik.
Penelitian kontrol random pembedahan memberikan perubahan metodologi,
termasuk berpindah dari grup satu ke grup linnya. Untuk mnghitung perpindahan,
kami mendefenisikan sebah outcome tambahan dimana pasien yang dianggap
memiliki respon pengobatan yang sukses jika mereka memiliki perbaikan paling tidak
pada skala fungsi fisik WOMAC (sebuah perbedaan klinis penting) dan mereka tidak
berpindah dari pengobatan mereka. Total 67% pasien diikutkan pada arthroscopic
partial meniscectomy memenuhi kriteria ini, jika dibandingkan dengan pasien yang
diterapi fisik saja. Kami mengakui pemberian pengobatan tidak blind, dan karena
perpindahan tidak dapat terjadi pada grup arthroscopic-partial-meniscectomy ketika
pembedahan telah dilakukan, analisis sekunder ini rentan mengalami bias.

Beberapa batasan dari studi memerlukan diskusi. Pertama, karena kami


mendaftarkan hanya 26% pasien yang layak, temuan kami harus secara hati-hatti
digeneralkan pada komunitas. Alasan paling sering bahwa pasien menolak
pendaftaran adalah preferensi kuat untuk satu pengobatan atau yang lainnya. Karena
preferensi pasien mungkin dihubungkan dengan outcome pengobatan, penelitian kami
mungkin retan terhadap bias seleksi. Dokter bedah yang berpartisipasi mungkin tidak
merujuk pasien yang layak karena tidak nyaman mengikutkan secara random pasien
ini pada pengobatan; bentuk pendaftaran selektif ini juga dapat menciptkaan bias.
Kedua, karena penelitian dilakukan pada pusat rujukan akademis, temuan harus
secara hati-hati di generalkan pada komunitas. Ketiga, kami tidak menilai loyalitas
terapis dan dokter bedah terhadap protokol intervensi standar. Akhirnya, studi kami
tidak blind, karena grup investigasi tidak berpikir sebuah perbandingan palsu grup
layak.
Kekurangan ini tidak menahan, hasil dari penelitian kami dapat membantu
manajemen pada pasien dengan gejala robekan meniskus, dan evidens pencitraan
osteoarthritis. Temuan kami menunjukkan bahwa baik arthroscopic partial
meniscectomy dan terapi fisikdengan kesempatan mempertimbangkan arthroscopic
partial meniscectomy jika perbaikan substansial tidak tercapai- tampaknya
menghasilkan perbaikan pada status fungsi dan nyeri lutut selama periode 6 sampai
12 bulan. Perbaikan status fungsi dan nyeri pada 6 bulan tidak berbeda secara
signifikan antara pasien yang diikutkan arthroscopic partial meniscectomy dan yang
diikutkn pada terapi fisik saja dan 70% dari pasien pada grup terapi fisik tidak
menjalani pembedahan, data ini memberikan jaminan pertimbangan strategi awal non
operatif. Tidak jelas apakah pasien yang menjalani partial meniscectomy memiliki
resiko untuk mengalami progress dari osteoatritis dibandingkan pasien yang
menjalani nonoperatif. Penilaian longitudinal dari studi pencitraan pada penelitian
kami direncanakan untuk menjawab pertanyaan ini.
Sebagai kesimpulan, pasien simtomatik dengan sebuah robekan meniskus dan
evidens pencitraan osteoarthritis ringan sampai moderat secara random diikutkan

arthroscopic partial meniscectomy dengan terapi fisik pos operatif memiliki


perbaikan fungsi status dan nyeri pada 6 bulan yang tidak berbeda signifikan dengan
perbaikan pada pasien yang secara random diikutkan pada regimen terapi fisik
standar saja. Namun, 30% dari pasien yang diikutkan pada grup terapi fisik berpindah
ke pembedahan dalam 6 bulan petama. Temuan ini dapat membantu penentuan
keputusan pengobatan pada pasien dan dokter.

\\

Anda mungkin juga menyukai