KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teoritik
1. Kajian tentang Pembelajaran Ekonomi di SMA
a. Hakekat Belajar dan Pembelajaran
Belajar merupakan suatu kegiatan yang tidak terpisahkan dari
kehidupan manusia. Setiap orang baik disadari maupun tidak selalu
melaksanakan
aktivitas
belajar.
Dengan
belajar
manusia
dapat
untuk
mencapai
tujuan
pendidikan
selain
belajar,
dalam
standar
kompetensi
mata
pelajaran
ekonomi
untuk
melakukan
aktivitas
yang
menggunakan
ekonomi
perlu
diikuti
dengan
praktik
belajar
tingkat
perkembangan
siswa
SMA itu
sendiri.
nilai
yang
menjadi
pedoman
bagi
10
untuk
dapat
menemukan
materi
yang
dipelajari
dan
11
pembelajaran
kontekstual
tersebut
secara
jelas
terhadap
pengetahuan
berbeda
dengan
pembelajaran
2) Pembelajaran
12
knowledge),
artinya
5) Melakukan
knowledge)
terhadap
strategi
asas
ini
disebut
juga
sebagai
komponen-komponen
13
bahwa
pengetahuan
berasal
dari
siswa
dan
harus
dihafal,
namun
merancang
pembelajaran
yang
14
15
gambaran
perkembangan
belajar
siswa
untuk
16
yaitu
lambang tertentu.
baik
media
yang
digunakan,
semakin
kecil
17
18
19
dan evaluasi. Selain itu, Abdul Masjid juga mengelompokkan bahan ajar
menjadi empat kelompok yaitu:
1) bahan ajar cetak antara lain handout, modul, lembar kerja siswa,
brosur, leaflet, wallchart, foto/gambar, model/ maket;
2) bahan ajar suara/audio antara lain seperti kaset, radio, piringan
hitam, dan compact disk audio;
3) bahan ajar dengan pandang (audio visual) seperti compact disk,
film; dan
4) bahan ajar interaktif (interaktif teaching material) seperti compact
disk interaktif.
b. Pembelajaran Konstruktivistik
Dalam mengembangkan bahan ajar seseorang perlu memiliki
wawasan dan pengetahuan yang baik tentang teori-teori belajar. Hal ini
dapat membantu penerapan prinsip-prinsip dan pendekatan-pendekatan
spesifik yang diperlukan untuk mendesain sebuah produk pembelajaran.
Dalam penelitian ini secara spesifik peneliti menggunakan pendekatan
teori belajar konstruktivistik untuk mengembangkan bahan ajar.
Asal kata konstruktivisme yaitu to construct yang berarti
membentuk. Pemikiran filsoft Giambattista Vico (Haris Mudjiman,
2007: 23) merupakan pemikiran yang paling awal tentang paradigma
konstruktivisme
yang
mengatakan
bahwa
manusia
hanya
akan
20
pengalaman
belajar
dapat
digunakan
agar
untuk
21
rasional
yang
mendasari
implementasi
pendekatan
sebagai
subjek
belajar
memiliki
latar
belakang
yang
22
itu menurut Yatim Riyanto (2009: 153) dan Benny Pribadi (2009: 163)
adalah sebagai berikut :
1) Mendukung dan menerima otonomi serta inisiatif siswa.
2) Menggunakan data mentah sebagai bahan yang interaktif dan nyata.
3) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan belajar
dalam konteks nyata.
4) Ketika memberi tugas, menggunakan istilah kognitif seperti
klasifikasi, analisis, meramalkan, menciptakan dll.
5) Menggunakan strategi pembelajaran yang meningkatkan aktivitas
siswa dalam pembelajaran.
6) Memilih metode dan media pembelajaran yang menarik.
7) Mencari tahu pengetahuan siswa mengenai konsep yang akan
dipelajari sebelum akhirnya menjelaskan konsep tersebut.
8) Mendorong siswa untuk bertanya baik dengan memberikan
pertanyaan yang terbuka yang mendalam dan juga mendorong siswa
untuk mengajukan pertanyaan satu dengan yang lainnya.
9) Mendorong siswa untuk melakukan kegiatan diskusi dengan
mengembangkan sistem belajar kelompok.
23
kondisi
daerahnya
masing-masing,
baik
kondisi
mengembangkan
kurikulum
KTSP,
sekolah
dapat
24
25
diselenggarakan
sesuai
dengan
kebutuhan
daerah
dengan
budaya,
historis
dan
potensi
daerah
lainnya
yang
26
27
pengertian
pembelajaran
konstruktivistik
dan
Badan
Penelitian
Pengembangan
Pendidikan
dan
28
yang
dihayati siswa secara berurutan, lembar kerja yang harus diisi oleh siswa,
dan program evaluasi yang akan dilaksanakan (Made Wena, 2009: 231).
Sugihartono. dkk, (2007: 65) juga mengemukakan pengertian
modul yaitu suatu unit yang lengkap yang berdiri sendiri dan terdiri atas
suatu rangkaian kegiatan belajar yang disusun secara sistematis untuk
membantu siswa mencapai sejumlah tujuan yang dirumuskan secara
khusus dan jelas.
Depdiknas (2008) mendefinisikan modul sebagai alat atau sarana
pembelajaran yang berisi materi, metode, batasan-batasan, dan cara
mengevaluasi yang dirancang secara sistematis dan menarik untuk
mencapai
kompetensi
yang
diharapkan
sesuai
dengan
tingkat
29
30
Pendidikan
Menengah
Kejuruan,
Direktorat
Jendral
modul
mampu
meningkatkan
motivasi
dan
efektivitas
1) Self Instructional
31
tujuan
pembelajaran
yang
jelas,
dan
dapat
contoh
dan
ilustrasi
yang
mendukung
kejelasan
soal-soal
latihan,
tugas,
dan
sejenisnya
yang
instrumen
penilaian,
yang
memungkinkan
siswa
32
Modul
dikatakan
self
contained
bila
seluruh
materi
33
34
E. Kompetensi
BAB II PEMBELAJARAN
A. Kegiatan belajar 1
1. Uraian Materi
2. Rangkuman
3. Tugas
4. Tes Formatif
5. Kunci Jawaban
6. Lembar kerja
B. Kegiatan belajar II, dst
BAB III EVALUASI
A. Tes Kognitif
B. Tes Psikomotorik
C. Tes Afektif
DAFTAR PUSTAKA
Dalam Depdiknas (2008) disampaikan pula komponen isi modul
yaitu terdiri atas bagian pembuka (judul, daftar isi, peta informasi, daftar
tujuan kompetensi, tes awal), bagian inti (tinjauan materi, hubungan
dengan materi lain, uraian materi, penugasan, rangkuman) dan bagian
akhir (glosarium, tes akhir, indeks).
e. Penulisan Modul
Modul merupakan media pembelajaran yang dapat berfungsi sama
dengan pengajar pada pembelajaran tatap muka. Oleh karena itu,
penulisan
modul
perlu
didasarkan
pada
prinsip-prinsip
belajar,
35
1) Siswa perlu diberikan secara jelas hasil belajar yang menjadi tujuan
pembelajaran sehingga mereka dapat menyiapkan harapan dan dapat
menimbang untuk diri sendiri apakah mereka telah mencapai tujuan
pembelajaran.
2) Siswa perlu diuji untuk dapat menentukan apakah mereka telah
mencapai tujuan pembelajaran.
3) Modul perlu diurutkan sedemikian rupa sehingga memudahkan
siswa untuk mempelajarinya. Urutan bahan ajar tersebut adalah dari
mudah ke sulit, dari yang diketahui ke yang tidak diketahui, dari
pengetahuan ke penerapan.
4) Siswa perlu disediakan umpan balik sehingga mereka dapat
memantau proses belajar dan mendapatkan perbaikan bilamana
diperlukan.
5) Strategi penyampaian materi dalam modul dapat menarik perhatian
siswa untuk memahami informasi yang disajikan.
6) Siswa diarahkan untuk fokus pada hal-hal yang menjadi tujuan
pembelajaran pada modul.
7) Menghubungkan pengetahuan yang merupakan informasi baru bagi
siswa dengan pengetahuan yang telah dikuasai sebelumnya dengan
mengaktifkan struktur kognitif melalui pertanyaan-pertanyaan.
8) Informasi perlu dipenggal-penggal untuk memudahkan pemprosesan
dalam ingatan pengguna modul.
36
37
a) Menggunakan
format
kolom
(tunggal
atau
multi)
yang
38
rangsangan-rangsangan
berupa
gambar
atau
39
menganalisis
kebutuhan
dan
tujuan
pembelajaran
serta
40
tujuan tersebut (Benny Pribadi, 2009: 58). Pengertian menurut Briggs ini
termasuk
proses
pengembangan
paket
pembelajaran,
kegiatan
41
c)
d)
e)
f)
tahunan, silabus, RPP, atau lainnya. Bila ada, pelajari programprogram tersebut;
identifikasi dan analisis standar kompetensi yang akan
dipelajari, sehingga diperoleh materi pembelajaran yang perlu
dipelajari untuk menguasai standar kompetensi tersebut;
selanjutnya, susun dan organisasi satuan atau unit bahan belajar
yang dapat mewadahi materi-materi tersebut. Satuan atau unit
ajar ini diberi nama, dan dijadikan sebagai judul modul;
dari daftar satuan atau unit modul yang dibutuhkan tersebut,
identifikasi mana yang sudah ada dan yang belum ada/tersedia
di sekolah;
lakukan penyusunan modul berdasarkan prioritas kebutuhannya.
2) Desain Produk
Penyusunan draft modul merupakan proses penyusunan dan
pengorganisasian materi pembelajaran dari suatu kompetensi atau sub
kompetensi menjadi satu kesatuan yang sistematis. Penyusunan draft
modul bertujuan menyediakan draft suatu modul sesuai dengan
kompetensi atau sub kompetensi yang telah ditetapkan. Penulisan
draft modul dapat dilaksanakan dengan mengikuti langkah-langkah
sebagai berikut (Depdiknas, 2008):
a) tetapkan judul modul;
b) tetapkan tujuan akhir yaitu kemampuan yang harus dicapai
oleh siswa setelah selesai mempelajari satu modul;
c) tetapkan tujuan antara yaitu kemampuan spesifik yang
menunjang tujuan akhir;
d) tetapkan garis-garis besar atau outline modul;
e) kembangkan materi pada garis-garis besar;
f) periksa ulang draft yang telah dihasilkan.
Kegiatan penyusunan draft modul hendaknya menghasilkan draft
modul yang sekurang-kurangnya mencakup:
a. judul modul yang menggambarkan materi yang akan
dituangkan di dalam modul;
42
43
44
g. Pembelajaran Modul
Penggunaan modul dalam pembelajaran merupakan salah satu
upaya menerapkan konsep dan prinsip pembelajaran individual,
memberikan kepercayaan pada kemampuan individu untuk belajar secara
mandiri. Siswa bebas melaksanakan kegiatan belajar sesuai dengan
45
mendengarkan,
mengadakan
percobaan,
menyaksikan,
46
47
48
ini ditunjukkan dengan nilai P pada aspek kognitif sebesar 0,031, aspek
psikomotorik 0,028 dan afektif sebesar p=0,035.
Terkait dengan pengembangan modul, Penelitian juga dilakukan oleh
Fita Ika Agustina (2009). Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan
modul pengayaan kimia untuk SMA kelas XII dan menguji kelayakan modul
tersebut. Komponen modul yang terdiri dari petunjuk penggunaan modul,
lembar kegiatan siswa, lembar kerja siswa, kunci lembar evaluasi, dan
glosarium dinyatakan mempunyai kualitas baik berdasarkan penilaian
validator.
Penelitian Ika Susanti (2010) yang berjudul Pemanfaatan Potensi
Budaya Lokal Untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Ekonomi Di SMK
1 Pedan Klaten juga cukup relevan dengan variabel penelitian ini. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran ekonomi berbasis budaya lokal
sebagai sumber belajar dapat meningkatkan kualitas pembelajaran ekonomi di
SMK N 1 Klaten. Kualitas pembelajaran salah satunya dilihat dari adanya
peningkatan hasil belajar siswa sebesar 72,3%.
Penelitian Sumaryati (2009) dengan judul Penerapan Pembelajaran
Kontekstual (Konstruktivistime, Questioning dan Learning Community) Untuk
meningkatkan Kualitas Pembelajaran Ekonomi Kelas X SMA N 1 Depok.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran melalui
pendekatan kontekstual. Kualitas pembelajaran ditinjau dari siswa mengalami
peningkatan khususnya peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran
49
50
Pembelajaran yang berkualitas seperti yang diamanatkan UndangUndang dan kurikulum KTSP tersebut ternyata dalam prakteknya masih jauh
dari harapan. Pembelajaran cenderung masih dilaksanakan dengan metode
ceramah (teacher centered), aktifitas siswa dalam pembelajaran kurang,
kegiatan menghafal konsep masih dominan, text book oriented, dan lebih
mengutamakan hasil. Hal ini menunjukan bahwa strategi pembelajaran yang
digunakan masih strategi tradisional.
Selain strategi pembelajaran, kualitas pembelajaran tentunya juga
dipengaruhi oleh bahan ajar yang digunakan. Bahan ajar termasuk komponen
penting yang membantu siswa mencapai kompetensi yang diharapkan. Namun
realita yang ada di lapangan, sebagian besar bahan ajar yang digunakan guru
hanya berupa buku teks. Jarang sekali guru yang merancang bahan ajar sendiri
untuk digunakan dalam pembelajaran di kelas. Buku teks biasanya dirancang
untuk misi penyampaian pengetahuan atau fakta belaka. Kaidah-kaidah
psikologi pembelajaran dan teori-teori belajar tidak diaplikasikan dalam
penyusunan buku teks. Contoh-contoh yang disampaikan dalam buku teks
tidak bersumber dari lingkungan sekitar siswa.
Fenomena tersebut mengakibatkan proses pembelajaran kurang optimal.
Siswa akan merasa kesulitan dalam memahami materi yang diajarkan, contohcontoh yang tidak bersumber dari lingkungan sekitar akan membuat materi
terkesan abstrak dan tidak bermakna, siswa kurang termotivasi untuk belajar
secara mandiri. Bahan ajar berupa buku teks biasanya tidak disertai dengan
langkah-langkah pembelajaran yang harus ditempuh guru sehingga membuat
51
guru kurang kreatif, pembelajaran pun kurang terencana dengan baik dan
akhirnya guru hanya mengandalkan metode ceramah yang tentunya tidak
menyenangkan bagi murid.
Upaya untuk mengatasi permasalahan pembelajaran di atas dapat
dilakukan dengan mengubah strategi pembelajaran yang digunakan. Salah satu
strategi yang relevan dengan kurikulum KTSP adalah strategi pembelajaran
kontekstual yaitu strategi belajar yang membantu guru mengkaitkan antara
materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong
siswa
membangun
pengetahuan
yang
dimilikinya
sehingga
mampu
strategi
pembelajaran
kontekstual
bisa
benar-benar
di
52
Masalah
Kenyataan
Validasi
dan Uji coba
Valid/Layak
Gambar
1. Paradigma Penelitian
D. Pertanyaan
Penelitian
53
54