Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pasar adalah salah satu dari berbagai sistem, institusi, prosedur, hubungan sosial dan
infrastruktur dimana usaha menjual barang, jasa dan tenaga kerja untuk orang-orang dengan
imbalan uang. Barang dan jasa yang dijual menggunakan alat pembayaran yang sah seperti uang
fiat. Kegiatan ini merupakan bagian dari perekonomian. Ini adalah pengaturan yang
memungkinkan pembeli dan penjual untuk item pertukaran. Persaingan sangat penting dalam
pasar, dan memisahkan pasar dari perdagangan. Dua orang mungkin melakukan perdagangan,
tetapi dibutuhkan setidaknya tiga orang untuk memiliki pasar, sehingga ada persaingan pada
setidaknya satu dari dua belah pihak. Pasar bervariasi dalam ukuran, jangkauan, skala geografis,
lokasi jenis dan berbagai komunitas manusia, serta jenis barang dan jasa yang diperdagangkan.
Beberapa contoh termasuk pasar petani lokal yang diadakan di alun-alun kota atau tempat parkir,
pusat perbelanjaan dan pusat perbelanjaan, mata uang internasional dan pasar komoditas, hukum
menciptakan pasar seperti untuk izin polusi, dan pasar ilegal seperti pasar untuk obat-obatan
terlarang.

Dalam ilmu ekonomi mainstream, konsep pasar adalah setiap struktur yang memungkinkan
pembeli dan penjual untuk menukar jenis barang, jasa dan informasi. Pertukaran barang atau jasa
untuk uang adalah transaksi. Pasar peserta terdiri dari semua pembeli dan penjual yang baik yang
memengaruhi harga nya. Pengaruh ini merupakan studi utama ekonomi dan telah melahirkan
beberapa teori dan model tentang kekuatan pasar dasar penawaran dan permintaan. Ada dua
peran di pasar, pembeli dan penjual. Pasar memfasilitasi perdagangan dan memungkinkan
distribusi dan alokasi sumber daya dalam masyarakat. Pasar mengizinkan semua item yang
diperdagangkan untuk dievaluasi dan harga. Sebuah pasar muncul lebih atau kurang spontan atau
sengaja dibangun oleh interaksi manusia untuk memungkinkan pertukaran hak (kepemilikan)
jasa dan barang.

Secara historis, pasar berasal di pasar fisik yang sering akan berkembang menjadi - atau dari komunitas kecil, kota dan kota.
Pasar adalah pusat kegiatan ekonomi yang sejak zaman dulu sudah menjadi gaya hidup
manusia setelah peradaban manusia dimulai. Pasar adalah salah satu kegiatan yang lahir dari
pemikiran manusia untuk memenuhi kebutuhan kehidupan. Jika kita menoleh kebelakang,
sejarah tentang pasar yang telah mengalami banyak perubahan dari waktu ke waktu . dulunya
orang hanya mencari makanan untuk kebutuhan dirinya sendiri tanpa mau bertukar barang
dengan orang lain. Seiring dengan berjalannya waktu pasar telah bertranformasi menjadi sebuah
system yang modern danlebuh memudahkan manusia utnuk memenuhi kebutuhan aktivitasnya.
Di Indonesia pasar telah ada sejak para para pedagang mulai masuk ke Indonesia
tepatnya pada abad ke 7 ketika kerajaan sriwijaya mulai berdiri. Pada saat itu para pedagang dari
india dan china memasuki Indonesia mulai memperkenalkan pasar dengan system barter yaitu
dengan menukar barang dengan barang. Setelah itu mulailah dikenal sitem mata uang dengan
menetukan besaran yang dapat ditukar dengan barang yang dijual oleh pedagang.
Di Negara-negara berkembang termasuk di Indonesia masih didominasi oleh pasar
tradisional yang masih belum tersistem dengan baik. Ketika mendengar pasaar tradisional yang
ada dalam fikiran kita adalah kotor, bau, sesak dan tidak teratur. Namun di era globalisasi
dewasa ini banyak pasar yang telah bertransformasi menjadi pasar modern yang biasa kita sebut
dengan mall, plasa, dan square. Bahkan sekarang telah berkembang dan menjadi gaya hidup bagi
penduduk dunia yaitu siste belanja online walaupun masih jadi perdebatan dikalagan para pakar
yang banyak mengartikan bahwa jual beli online melalui internet tidak memenuhi syarat
terbentuknya pasar . Sesuai dengan pengertian pasar bahwa kegiatan bertemunya penjual dan
pembeli secara langsung dengan proses tawar menawar dan dalam senuah tempat yang sudah
ditentukan. Terlepas dari itu semua secara esensi pasar adalah proses terjadinya jual beli barang
atau jasa yang dilakukan dengan kesadaran penuh oleh kedua belah pihak.

Keberadaan sektor informal di Negara kita tidak terlepas dari proses pembangunan yang
sedang dilaksanakan. Karena itu sektor informal telah menjadi pusat perhatian perencanaan
pembangunan, terutama di Negara sedang berkembang, dan dipandang sebagai salah satu

alternatif penting dalam memecahkan masalah ketenagakerjaan. Pertumbuhan penduduk yang


terbesar terjadi diperkotaan, dimana pertumbuhan ini bukan hanya diakibatkan oleh faktor
kelahiran tetapi juga karena faktor migrasi. Adanya faktor-faktor ini tidak diimbangi dengan
adanya lapangan pekerjaan yang cukup. Dengan tingginya angka migrasi penduduk dari desa ke
kota secara langsung maupun tidak langsung menimbulkan permasalahan yang besar di
perkotaan. Sebagian besar orang yang baru datang dari daerah asalnya belum tentu langsung
mendapatkan pekerjaan, berarti masih mengganggur. Salah satu menanggulangi adalah dengan
berusaha sendiri di sektor informal khususnya menjadi pedagang kaki lima. Selain faktor
imigrasi(urbanisasi) yang merupakan salah satu penyebab munculnya sektor informal, penyebab
lain yang menimbulkan adanya sektor informal adalah berkurangnya kesempatan kerja akibat
meningkatnya angkatan kerja, baik yang diakibatkan oleh penduduk yang berimigrasi maupun
penduduk asli yang ada didaerah tersebut. Secara otomatis penduduk yang setiap tahunnya
bertambah membutuhkan biaya untuk keperluan hidupnya. Ditambah lagi dengan fenomena
modernisasi pertanian yang membuat kesempatan kerja semakin kecil karena telah digantikan
oleh teknologi mesin yang canggih. Apalagi biaya hidup dikota sangat tinggi dan sangat jelas
bahwa salah satu alternatif untuk mendapatkan penghasilan adalah berusaha di sektor informal.
Kota Makassar sebagai salah satu kota metropolitan di Indonesia, dan menjadi pusat
perkembangan di wilayah Indonesia Timur menjadi salah satu magnet bagi masyarakat yang
ingin melakukan migrasi atau para pencari kerja yang umumnya minim akan pengetahuan dan
pengalaman kerja di sektor formal. Fenomena ini semakin memperparah masalah-masalah yang
ada di perkotaan. Akibatnya timbul masalah-masalah baru yang menjadi dampak dari fenomena
tersebut.dan semakin mengakar dan sulit untuk dikendalikan . dewasa ini sector informal yang
sebenarnya adalah solusi bagi penduduk untuk menyejahterakan kehidupan mereka justru
menjadi masalah bagi penataan ruang karena saat ini pedagang kaki lima masih ada yang belum
di berikan tempat khusus.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, maka peneliti akan merumuskan berbagai masalah dalam
sebuah rumusan sebagai berikut:
1. Apa pengaruh PEDAGANG KAKI LIMA yang ada di jalan AP. Pettarani terhadap
kegiatan yang ada di kota Makassar ?
2. Apa faktor yang menyebabkan sehingga banyak pkl yang berjualan di jalan AP.Pettarani?
3. Apa dampak signifikan pasar sukaria yang ada di sekitar jalan AP. Pettarani ?
4. Apa factor utama yang mempengaruhi pedagang yang berjualan hingga mengambil bahu
jalan?

C. Tujuan dan Kegunaan


Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apa pengaruh PKL di Jalan AP. Pettarani terhadap Kegiatan
Masyarakat Kota makassar
2. Untuk mengetahui faktor yang menyebabkan sehingga banyak pkl yang berjualan di jalan
AP.Pettarani .?
3. Untuk mengetahui Apa dampak signifikan pasar sukaria yang ada di sekitar jalan AP.
Pettarani ?
4. Untuk mengetahui Apa faktor utama yang mempengaruhi pedagang yang berjualan
hingga mengambil bahu jalan?

BAB II
PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum
1. Sektor Informal (PKL)
Istilah sektor informal biasanya digunakan untuk menunjukkan sejumlah kegiatan
ekonomi yang berskala kecil. Tetapi akan menyesatkan bila disebut dengan perusahaan
berskala kecil karena beberapa alasan berikut ini. Sektor informal dalam tulisan ini terutama
dianggap sebagai suatu manifestasi dari situasi pertumbuhan kesempatan kerja di negara
sedang berkembang; karena itu mereka yang memasuki kegiatan berskala kecil ini di kota,
terutama bertujuan untuk mencari kesempatan kerja dan pendapatan daripada memperoleh
keuntungan. Karena mereka yang terlibat dalam sektor ini pada umumnya miskin,
berpendidikan sangat rendah, tidak trampil, dan kebanyakan para migran, jelaslah bahwa
mereka bukanlah kapitalis yang mencari investasi yang menguntungkan dan juga bukan
pengusaha seperti yang dikenal pada umumnya. Cakrawala mereka nampaknya terbatas
pada pengadaan kesempatan kerja dan menghasilkan pendapatan yang langsung bagi dirinya
sendiri. Bagaimanapun juga, harus diakui bahwa banyak diantara mereka berusaha dan
bahkan berhasil mengatasi hambatan-hambatan yang ada dan secara perlahan-lahan masuk
ke dalam perusahaan berskala kecil dengan jumlah modal dan ketrampilan yang memadai,
dan semestinya dengan orientasi yang lebih besar kepada keuntungan.
Dengan kata lain, sektor informal di kota terutama harus dipandang sebagai unit-unit
berskala kecil yang terlibat dalam produksi dan distribusi barang-barang yang masih dalam
suatu proses evolusi, daripada dianggap sebagai kelompok perusahaan yang berskala kecil
dengan masukan-masukan (inputs) modal dan pengelolaan (managerial) yang besar. Dasar
pemikiran untuk mengadakan pembedaan yang demikian ini tidak perlu dipersoalkan lagi,
juga mengenai signifikansi operasional dan kebijakannya. Misalnya, asumsi umum tentang
program pengembangan perusahaan kecil pada umumnya tidak sahih (valid) bagi
pengembangan sektor informal; kebijakan-kebijakan untuk pengembangan sektor ini harus
melebihi program pengembangan perusahaan kecil dan mengidentifikasi serta memperbaiki
faktor-faktor yang menyangkut evolusinya, termasuk lingkungan sektor informal.

Konseptualisasi sektor informal tersebut di atas, walaupun bermanfaat, namun belum dapat
memecahkan masalah definisi. Masih dibutuhkan beberapa definisi untuk menentukan batas
sektor ini baik dari sudut pandangan operasional maupun penelitian. Barangkali skala
operasi adalah karakteristik terpenting yang muncul dari kerangka di atas dan dapat dipakai
sebagai suatu alat untuk memisahkan kegiatan ekonomi sektor informal dari semua kegiatan
ekonomi sektor-sektor lainnya. Meskipun skala operasi dapat diukur dengan berbagai
macam cara, antara lain meliputi besarnya modal, omzet, dan lain-lain, tetapi karena ciri-ciri
ini biasanya sangat erat hubungannya satu sama lain, maka alat ukur yang paling tepat untuk
mengukur skala operasi adalah jumlah orang yang terlibat dalam kegiatan tersebut. Melihat
ekonomi kota sebagai suatu kesatuan yang tak dapat dipisahkan dari unit-unit produksi dan
distribusi, maka untuk kepentingan tulisan ini, unit-unit yang memiliki 10 orang ke bawah
diklasifikasikan ke dalam sektor informal dalam segala bidang (meskipun ada kekecualian).
(Manning, 1991: 90-91)
Tulisan Keith Hart, seorang antropol inggris untuk pertama kalinya melontarkan
gagasannya mengenai sektor informal. Sejak munculnya konsep ini banyak penelitian dan
kebijakan mulai menyoroti masalah kesempatan kerja kelompok miskin di kota secara
khusus. Menurut Hart, kesempatan kerja di kota terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu formal
, informal sah, dan informal yang tidak sah. Selain itu, pembedaan sektor formal dan
informal dilihat dari ketentuan cara kerja, hubungan dengan perusahaan, curahan waktu,
serta status hukum kegiatan yang dilakukan. (Manning, 1991: 75)

2. Pasar
Pasar adalah salah satu dari berbagai sistem, institusi, prosedur, hubungan sosial dan
infrastruktur dimana usaha menjual barang, jasa dan tenaga kerja untuk orang-orang dengan
imbalan uang. Barang dan jasa yang dijual menggunakan alat pembayaran yang sah seperti
uang fiat. Kegiatan ini merupakan bagian dari perekonomian. Ini adalah pengaturan yang
memungkinkan pembeli dan penjual untuk item pertukaran. Persaingan sangat penting dalam
pasar, dan memisahkan pasar dari perdagangan. Dua orang mungkin melakukan
perdagangan, tetapi dibutuhkan setidaknya tiga orang untuk memiliki pasar, sehingga ada
persaingan pada setidaknya satu dari dua belah pihak. Pasar bervariasi dalam ukuran,
jangkauan, skala geografis, lokasi jenis dan berbagai komunitas manusia, serta jenis barang
dan jasa yang diperdagangkan. Beberapa contoh termasuk pasar petani lokal yang diadakan
di alun-alun kota atau tempat parkir, pusat perbelanjaan dan pusat perbelanjaan, mata uang
internasional dan pasar komoditas, hukum menciptakan pasar seperti untuk izin polusi, dan
pasar ilegal seperti pasar untuk obat-obatan terlarang.
Dalam ilmu ekonomi mainstream, konsep pasar adalah setiap struktur yang
memungkinkan pembeli dan penjual untuk menukar jenis barang, jasa dan informasi.
Pertukaran barang atau jasa untuk uang adalah transaksi. Pasar peserta terdiri dari semua
pembeli dan penjual yang baik yang memengaruhi harga nya. Pengaruh ini merupakan studi
utama ekonomi dan telah melahirkan beberapa teori dan model tentang kekuatan pasar dasar
penawaran dan permintaan. Ada dua peran di pasar, pembeli dan penjual. Pasar memfasilitasi
perdagangan dan memungkinkan distribusi dan alokasi sumber daya dalam masyarakat.
Pasar mengizinkan semua item yang diperdagangkan untuk dievaluasi dan harga. Sebuah
pasar muncul lebih atau kurang spontan atau sengaja dibangun oleh interaksi manusia untuk
memungkinkan pertukaran hak (kepemilikan) jasa dan barang.

1. Pasar Tradisional
Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta ditandai
dengan adanya transaksi penjual pembeli secara langsung dan biasanya ada proses tawarmenawar, bangunan biasanya terdiri dari kios-kios atau gerai, los dan dasaran terbuka yang
dibuka oleh penjual maupun suatu pengelola pasar. Kebanyakan menjual kebutuhan seharihari seperti bahan-bahan makanan berupa ikan, buah, sayur-sayuran, telur, daging, kain,

pakaian barang elektronik, jasa dan lain-lain. Selain itu, ada pula yang menjual kue-kue dan
barang-barang lainnya. Pasar seperti ini masih banyak ditemukan di Indonesia, dan umumnya
terletak dekat kawasan perumahan agar memudahkan pembeli untuk mencapai pasar.
Beberapa pasar tradisional yang "legendaris" antara lain adalah pasar Beringharjo di
Yogyakarta, pasar Klewer di Solo, pasar Johar di Semarang. Pasar tradisional di seluruh
Indonesia terus mencoba bertahan menghadapi serangan dari pasar modern.

2. Pasar Modern
Pasar modern tidak banyak berbeda dari pasar tradisional, namun pasar jenis ini penjual
dan pembeli tidak bertransakasi secara langsung melainkan pembeli melihat label harga yang
tercantum dalam barang (barcode), berada dalam bangunan dan pelayanannya dilakukan
secara mandiri (swalayan) atau dilayani oleh pramuniaga. Barang-barang yang dijual, selain
bahan makanan makanan seperti; buah, sayuran, daging; sebagian besar barang lainnya yang
dijual adalah barang yang dapat bertahan lama. Contoh dari pasar modern adalah hypermart,
pasar swalayan (supermarket), dan minimarket. Pasar dapat dikategorikan dalam beberapa
hal. Yaitu menurut jenisnya, jenis barang yang dijual, lokasi pasar, hari, luas jangkauan dan
wujud.

Pasar Sukaria adalah merupakan salah satu pasar yang ada di kota Makassar. Walalupun
daerah pelayanan tidak cukup luas namun pasar ini cukup ramai setiap hari, baik oleh
pembeli yang berasal dari sekitar pasar, maupun pembeli yang sekedar singgah dan
berbelanja. Karena pasar ini terletak di jalan AP.pettarani yang merupakan jalur utama bagi
masyarakat, maka pasar ini tidak jarang menimbulkan beberapa masalah di waktu-waktu
tertentu. Misalnya pada jam pulang kantor . Pasar Sukaria tidak lah sebesar dan selengkap
pasar yang lain , namun mengapa pasar ini selalu terihat ramai dan padat pengunjung karena
letaknya yang begitu strategis , tepat di piggir jalan AP. Pettarani. Pada sub bab selanjutnya
kita akan membahas apa pengaruh dan dampak dari pasar sukaria terhadap aktivitas
masyarakat.

B. Urbanisasi Sebagai Salah Satu Faktor Timbulnya Sektor Informal di Perkotaan


Di negara yang sedang berkembang, urbanisasi merupakan problem yang cukup
kompleks untuk dipecahkan. Kota mempunyai daya tarik tertentu bagi orang desa, yaitu sebagai
pusat pembaharuan, pusat perkembangan ekonomi, pusat mode, pusat segala pendidikan, serta
pusat hiburan. Dari beberapa observasi yang telah dilakukan motif orang desa pindah ke kota ada
bermacam-macam, yaitu sebagai berikut
:
a) Melanjutkan pendidikan, karena di desa tidak tersedia atau mutunya kurang baik
dibandingkan dengan di kota.
b) Terpengaruh oleh informasi orang desa yang ada di kota bahwa kehidupan di kota lebih
mudah.
c) Tingkat upah lebih tinggi di kota.
d) Keamanan lebih terjamin di kota.
e) Adat atau agama lebih longgar di kota.
(Sukanto dan Karseno, 2001 : 111-112)
Proses urbanisasi di Indonesia disebabkan oleh faktor pendorong dan penarik. Faktorfaktor pendorong meliputi antara lain aspek-aspek ; perbandingan jumlah penduduk dengan luas
tanah di pedesaan yang pincang, kurangnya lapangan kerja di luar bidang pertanian dan
rendahnya pendapatan. Sedangkan faktor-faktor penarik mencakup antara lain aspek ; tarikan
kota berupa lapangan kerja, upah yang lebih tinggi, kelengkapan prasarana dan sarana yang bada
di kota, dan adanya selingan serta hiburan dalam kehidupan. (Radli Hendro Koetoer, 2001: 122)
Para migran yang mencari kerja dikota pada umumnya tidak memiliki keterampilan(skil)
dan pendidikannya relatif rendah sehingga mereka tidak mendapatkan pekerjaan yang layak
seperti yang diinginkan, sehingga alternatif yang dipilih dalam memenuhi kebutuhan hidupnya
sebagian dari mereka terjun ke sektor informal.

C. Dampak Sektor Informal (PKL) dan Adanya Pasar Sukaria Di Jalan AP.Pettarani

Jalan merupakan salah satu prasana yang penting dalam perkembangan perkotaan. Untuk
menghubungkan aktivitas manusia antar kawasan antar fungsi-fungsi pelayanan. Seiring
dengan berjalanannya waktu, penduduk berlomba-lomba membangun dan bermukim di
pinggir jalan dengan dalih bahwa akses dan kemudahan untuk dijangkau.
Di kota Makassar ,yang merupakan salah satu kota metropolitan di Indonesia. Sudah
mulai banyak terdapat PKL yang umumnya menggelar daganganya di pinggir jalan bahkan
ada yang sampai mengambil bahu jalan dan mengganggu aksesbilitas kendaraan yang tengah
melaju. Utamanya PKL yang ada di jalan AP.Pettrani, yang merupakan jalan Arteri Primer
dan jalan Nasional .
Sesuai dengan dengan UU No 38 Tentang Jalan pasal 8 ayat 2 yang menyatakan bahwa
jalan arteri adalah jalan yang berfungsi melayani angkutan utama dengan cirri perjalanan
jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi. Jika di tilik dari uu jalan tersebut maka di jalan AP.
Pettarani Harus bebas hambatan samping apalagi yang di sebabkan oleh PKL yang berjualan
disekitar jalan tersebut .
Beberapa dampak PKL Di jalan AP.Pettarani
-

Mengakibatkan timbulnya hambatan samping yang tidak jarang mengakibatkan


kemacetan

Merusak keindahan kota

Mengambil hak pejalan kaki, yang telah di atur

Mengotori sekitar kawasan, karena tidak adanya fasilitas TPS

Adapun beberapa dampak yang ditimbulkan oleh pasar sukaria yang ada ji AP.
Pettarani adalah sebagai berikut
-

Menimbulkan kemacetan dalam waktu-waktu tertentu

Merusak lingkungan dan keindahan kota

Mengambil hak pejalan kaki

Mengambil bahu jalan yang merupakan area bebas , apalagi untuk jalan arteri primer
seperti pettarani

Pasar sukaria berdiri sejak tahun 2001 dan menjadi salah satu pasar yang memenuhi
kebutuhan masyarakat. Akan tetap sesuai dengan perkembangan kota makassar . pasar ini sudah
mulai terlihat kumuh dan kotor , karena tidak adanya manajeman yang jelas dan proses
pengolaan pasar yang sesuai standar , padahal jika di tata dengan baik , pasar ini dapat menjadi
tolak ukur dan contoh untuk pasar lain. Terlebih lagi letaknya berada di tengah kota dan di
pnggir jalan Pettarani yang tak pernah sepi oleh pengguna jalan .
Dari beberapa hasil wawancara peneliti dengan beberapa pedagang di pasar tersebut ,
ditemukan bahwa pemerintah sudah pernah menegur para pedagang namun belum pernah ada
tindak lanjut misalnya relokasi ke tempagt yang lebih layak. Pedagang sebenarnya menginginkan
tempat yang lebih baik dan lebih teratur , namun pemerintah masih seolah tutup mata dan belum
mampu memenuhui paermintaan pedangang .

Gambar 1

Gambar 2
Visualisai Pedagang Kaki Lima Yang ada Di Jalan AP.Pettarani

Gambar 3

Gambar 4
Visualisai Pasar Sukaria Di jalan AP. Pattrani

PKL Dan TATA RUANG


Fenomena pertumbuhan suatu kota tentu diikuti dengan meningkatnya jumlah penduduk, akibat
proses migrasi atau urbanisasi (baca: urbanward migration) dari daerah hinterland. Fenomena
tersebut juga terjadi di Kota Makassar, di satu sisi merupakan permasalahan yang sangat
mendesak untuk ditangani dan di satu sisi merupakan suatu proses yang tidak dapat dibatasi
pertumbuhannya namun dapat dikendalikan.Upaya-upaya untuk menangani proses migrasi
daerah hinterland menuju daerah pusat kota dengan kebijaksanaan pembatasan pertumbuhan
penduduk menunjukkan tanda-tanda ketidakberhasilan.. Munculnya sektor informal (PKL)
tersebut merupakan implikasi adanya pertumbuhan dan perkembangan suatu kota.

BAB III
PENUTUP

Pada bab ini, penulis akan menarik beberapa kesimpulan berdasarkan hasil dan pembahasan pada
bab sebelumnya. Sebagai bahan masukan dari penyusun, maka akan dikemukakan beberapa
saran sehubungan dengan dampak yang ditimbulkan PKL terhadap Jalan AP. Pettarani dan Pasar
Sukaria terhadap kawasan sekitarnya.
1. Kesimpulan
-

Berdasarkan bahasan diatas maka dapat ditarik kesimpulan, sebagai berikut Sektor
informal merupakan obat manjur terhadap masalah pekerjaan di perkotaan namun
dari sisi yang lain PKL yang ada di jalan AP. Pettarani telah mengganggu dan
member hambatan terhadap kendaraan yang melintas di jalan tersebut, sehingga tidak
jarang terjadi kepadatan kendaraan pada waktu-waktu tertentu.

Pasar merupakan roda ekonomi dan tempat bagi masyarakat memenuhi kebutahan, di
tinjau dari segi daya guna pasar Sukaria sangat di butuhkan oleh masyakat namun
dari sisi tempat pasar ini sangat mengganggu karena terletak di jalan arteri primer
yaitu jalan AP. Pettarani.

2. Rekomendasi
-

Berikut ini akan diajukan saran untuk menjadi perhatian dalam penanganan masalah
PKL diperkotaan yaitu dengan cara pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk
merelokasi PKL ke tempat khusus dan memberi ruang bagi PKL untuk berjualan,
agar tidak mengganggu aktivitas masyarak lainnya. Karena sampai saat ini sudah ada
kebijakan namun belum ada tindak lanjut dari pemerintah mengenai hal ini .

Rekomendasi yang tempat untuk pasar sukaria adalah relosi lahan pasar atau paling
tidak penataan ulang lapak-lapak yang ada di pasar tersebut . agar tidak sampai
mengambil bahu jalan dan sampai mrusak keindahan kota .

Anda mungkin juga menyukai