Anda di halaman 1dari 46

1

BAB I
PENDAHULUHAN

A. Latar Belakang
Asma Adalah penyakit jalan napas obstruktif intermiten, Reversibel dimana
Trakea dan Bronki berespons dalam secara Hiperaktif terhadap Stimuli tertentu.
Asthma dimanisfestasikan dengan penyempitan jalan napas, yang mengakibatkan
Dispnea, Batuk, dan Mengi. Tingkat Penyempitan jalan nafas dapat berubah baik
secara spontan atau karena terapi. Asthma berbeda dari penyakit paru Obstruktif
dalam hal bahwa Asthma adalah proses Reversibel. Eksaserbasi akut dapat saja
terjadi, yang berlangsung dari beberapa menit sampai jam, diselingi oleh periode
bebas gejala. (Brunner dan Suddarth.2001)
Penyakit asma merupakan penyakit saluran napas yang ditandai oleh
peningkatan daya responsif percabangan trakeobronkial terhadap berbagai jenis
stimulus. penyakit asma mempunyai menifestasi fisiologis berbentuk penyempitan
yang meluas pada saluran udara pernapasan yang dapat sembuh spontan atau
sembuh dengan terapi dan secara klinis ditandai oleh serangan mendadak,
dispenea dan batuk.(Harrison,s,2000)
Penyakit asma awalnya merupakan penyakit genetik yang diturunkan dari
orang tua yang karier pada anaknya. Namun akhir- akhir ini genetik bukan
merupakan penyebab utama penyakit asma. namun polusi udara dan kurangnya
kebersihan lingkungan di kota-kota besar merupakan faktor dominan dalam
peningkatan serangan asma. Yuharman menambahkan bahwa orang yang

menderita penyakit asma 70% diantaranya adalah disebabkan karena prilaku


individu dan gaya hidup yang kurang bersih dann30% diantaranya adalah karena
faktor genetik ( Nitahealth,2006).
Ada pun gejala awal dari timbulnya penyakit asma adalah adanya gejala
sesak nafas, batuk dan suara mengi yang dikarenakan adanya penyempitan dan
sumbatan penbuluh darah yang mengalir oksigen keparu- paru dan rongga dada
yang membuat saluran udara menjadi terhambat. Namun ada juga gejala lain
yang bisa ditemukan pada penyakit asma antara lain nafas berbunyi, batuk kering,
rasa sakit didada dan pada penderita berat dapat ditemukan sesak nafas, jantung
berdebar- debar, berkeringat, susah tidur dan sulit untuk diajak berbicara.
Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), jumlah penderita
asma di dunia diperkirakan mencapai 300 juta orang dan diperkirakan meningkat
hingga 400 juta pada tahun 2025. Jumlah ini dapat saja lebih besar mengingat
asma merupakan penyakit yang underdiagnosed. Menurut Global Intiatif For
Asthma (GINA). Dan menurut laroran para ahli internasional pada hari peringatan
asma sedunia tanggal 04 Mei 2004 yang lalu diperkirakan penderita asma di
seluru dunia mencapai 400 juta orang, dengan pertambahan 180.000 setiap tahun
(GINA, 2006).
World Health Organization (WHO) memperkirakan, pada tahun 2020
penyakit tidak menular menyebabkan 73% kematian dan 60% kesakitan di dunia.
Asma Bronkial atau lebih popular disebut asma atau sesak napas, telah dikenal
luas masyarakat adalah penyakit saluran pernapasan kronik yang penting dan
merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius di berbagai Negara

diseluruh dunia. Penyakit ini bisa timbul pada semua usia paling banyak pada usia
anak (PDPI,2006). Data WHO pada tahun 2005 prevalensi asma di berbagai
Negara sangat bervariasi diperkirakan bahwa jumlah asma akan meningkat hingga
400 juta pada tahun 2025 (GINA,2006).
Hasil penelitian Study on Asthma and Alergies in Childhood
International pada tahun 2005 menunjukkan, di Indonesia prevalensi gejala
penyakit asma melonjak dari sebesar 4,2 persen menjadi 5,4 persen. Selama 20
tahun terakhir, penyakit ini cenderung meningkat dengan kasus kematian yang
diprediksi akan meningkat sebesar 20 persen hingga 10 tahun mendatang. WHO
memperkirakan di tahun 2005 terdapat 255 ribu penderita meninggal dunia karena
asma (GINA, 2006.). Dari berbagai penelitian yang dilakukan oleh Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) atau National Health Interview Survey dengan
menggunakan kuesioner ISAAC (International Study on Asthma and Allergy in
Children), mengemukakan bahwa, di Indonesia prevalensi gejala penyakit asma
melonjak dari sebesar 4,2 % menjadi 5,4 % (Setiawan, 2012)
Berdasarkan data RISKESDA tahun 2007 prevalensi penyakit asma di
Indonesia sebesar 3,5% dan prevalensi berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan
adalah 1,9%. Menurut Provinsi, prevalensi asma berkisar antara 1,5% di Provinsi
Lampung hingga 7,2% di Gorontalo. Terdapat 17 Provinsi dengan prevalensi asma
lebih tinggi dari angka nasional diantaranya Provinsi Aceh sebesar 4,9%, Provinsi
Jawa Barat sebesar 4,1%, Provinsi Sulawesi Tengah sebesar 6,5% (Badan
Litbangkes, 2008). Di Aceh prevalensi asma tertinggi adalah Aceh Barat 13,6%
dan terendah di Sabang dan Gayo Lues masing-masing 1,3% (Anonim, 2012).

Di Sumatra Barat jumlah penderita asma tercatat 3.6 % (Rikesdas,2011).


Dan berdasarkan data yang didapatkan 6 bulan terakhir di ruang IGD RSI SITI
RAHMAH Padang bahwa terdapat pasien dengan Asma Bronkial sebanyak 76
orang. Sehubungan dengan permasalahan diatas maka penulis tertarik untuk
melakukan studi kasus tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan Asma
Bronkial di ruang IGD RSI SITI RAHMAH Padang.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu memberikan asuhan keperawatan gawat darurat pada pasien
dengan Asma Bronkial
2. Tujuan Khusus
a) Mampu memahami konsep Asma Bronkial
b) Mampu memahami Pengkajian teoritis gawat darurat tentang Asma
Bronkial
c) Mampu melakukan pengkajian keperawatan gawat darurat pada pasien
dengan masalah asma Bronkial
d) Mampu melakukan tindakan keperawatan gawat darurat pasien dengan
masalah Asma bronkial
e) Mampu mengevaluasi hasil dari tindakan keperawatan gawat darurat
pada pasien dengan Asma Bronkial

C. Manfaat
1. Bagi Penulis
Menambah pengetahuan dan keterampilan dalam memberikan asuhan
keperawatan gawat darurat dengan Asma Bronkial
2. Bagi Institusi Pendidikan
Di harapkan makalah ini bermanfaat dalam pembuatan tugas, selanjutnya
serta melengkapi tugas akhir mahasiswa

3. Bagi Pasien dan keluarga


Diharapkan dengan memberikan asuhan keperawatan gawat darurat pada
pasien dengan asma bronkial dapat di tanggulangi secara cepat sehingga
dapat mengurangi dampak terburuk dari masalah Asma bronkial.

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar
1. Pengertian
Asma adalah proses obstruksi reversibel yang ditandai dengan
peningkatan responsivitas dan inflamasi jalan nafas terutama jalan nafas
bagian bawah. (Donna L. Wong. 2003)
Asma adalah penyakit yang disebabkan oleh peningkatan respon dari
trachea dan bronkus terhadap bermacam-macam stimuli yang ditandai
dengan penyempitan bronkus atau bronkhiolus dan sekresi yang berlebihlebihan dari kelenjer-kelenjer dimukosa bronchus. (Asih, Niluh Gede
Yasmin.2004)
Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel
dimana trakea dan bronchi berspon dalam secara hiperaktif terhadap stimuli
tertentu (Smeltzer, 2002 )
Asma Bronkial adalah penyakit jalan nafas obstruksi intermitten,
reversibel dimana trakea dan bronki berespon dalam secara hiperaktif
terhadap stimuli tertentu yang dimanifestasikan dengan penyempitan jalan
nafas yang mengakibatkan dispnea, batuk, dan mengi. (Brunner and
Suddarth, 2002)
Penyakit asma adalah merupakan penyakit saluran napas yang ditandai
oleh peningkatan daya responsif percabangan trakeobronkial terhadap
berbagai jenis stimulus.(Harrison, 2000)
Asma Bronkial adalah penyakit jalan nafas obstruksi intermitten,
reversibel dimana trakea dan bronki berespon dalam secara hiperaktif

terhadap stimuli tertentu yang dimanifestasikan dengan penyempitan jalan


nafas yang mengakibatkan dispnea, batuk, dan mengi. (Brunner and
2.

Suddarth, 2001; 593)


Klasifikasi
Berdasarkan penyebabnya, asma bronkhial dapat diklasifikasikan
menjadi 3 tipe, yaitu :
1. Ekstrinsik (alergik)
Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh faktor-faktor
pencetus yang spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obatobatan (antibiotic dan aspirin) dan spora jamur. Asma ekstrinsik sering
dihubungkan dengan adanya suatu predisposisi genetik terhadap alergi.
Oleh karena itu jika ada faktor-faktor pencetus spesifik seperti
yang disebutkan di atas, maka akan terjadi serangan asma ekstrinsik.
2. Intrinsik (non alergik)
Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap
pencetus yang tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin
atau bisa juga disebabkan oleh adanya infeksi saluran pernafasan dan
emosi. Serangan asma ini menjadi lebih berat dan sering sejalan dengan
berlalunya waktu dan dapat berkembang menjadi bronkhitis kronik dan
emfisema. Beberapa pasien akan mengalami asma gabungan.
3. Asma gabungan
Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik

3.

dari bentuk alergik dan non-alergik.


Etiologi
Penyebab asma masih belum jelas idiopatik. Ada beberapa hal yang
merupakan faktor predisposisi dan presipitas timbulnya serangan asma
bronkhial.
a. Faktor predisposisi
1) Genetik
Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum
diketahui bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita

dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat juga


menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini, penderita
sangat mudah terkena penyakit asma bronkhial jika terpapar dengan
foktor pencetus. Selain itu hipersentifisitas saluran pernafasannya
juga bisa diturunkan.
b. Faktor presipitasi
1) Alergen
Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
a) Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan
ex: debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan
polusi
b) Ingestan, yang masuk melalui mulut
ex: makanan dan obat-obatan
c) Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit
ex: perhiasan, logam dan jam tangan
2) Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering
mempengaruhi asma. Atmosfir yang mendadak dingin merupakan
faktor pemicu terjadinya serangan asma. Kadang-kadang serangan
berhubungan dengan musim, seperti: musim hujan, musim kemarau,
musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah angin serbuk bunga
dan debu.
3) Stress
Stress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma,
selain itu juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada.
Disamping gejala asma yang timbul harus segera diobati penderita
asma yang mengalami stress/gangguanemosi perlu diberi nasehat
untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stressnya
belum diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati.
4) Lingkungan kerja

Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan


asma. Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang
yang bekerja di laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes,
polisi lalu lintas. Gejala ini membaik pada waktu libur atau cuti.
5) Olah raga/ aktifitas jasmani yang berat
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika
melakukan aktifitas jasmani atau aloh raga yang berat. Lari cepat
paling mudah menimbulkan serangan asma. Serangan asma karena
aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut.
4.

(Brunner dan Suddarth,2002)


Anatomi Fisiologi
Anatomi Pernafasan

Gambar sistim pernafasan


Saluran pernafasan ada 2 yaitu :
1. Saluran nafas atas
a.

Hidung

10

Terdiri dari 2 bagian yaitu :


1) Bagian eksternal : menonjol dari wajah dan disangga oleh tulang
hidung dan kartilago
2)

Bagian internal : hidung adalah rongga berlorong yang


dipisahkan menjadi rongga hidung kanan dan kiri oleh pembagi
vertikal yang sempit, yang disebut septum
Rongga hidung dilapisi dengan membran mukosa yang sangat

banyak mengandung vaskular yang disebut mukosa hidung


Permukaan mukosa hidung dilapisi oleh sel-sel goblet yang
mensekresi lendir secara terus menerus dan bergerak ke belakang ke
nasofaring oleh gerakan silia.
Fungsi hidung terdiri dari :
1) Bekerja sebagai saluran udara pernafasan
2) Sebagai penyaring udara pernafasn yang dilakukan oleh bulubulu hidung
3) Dapat menghangatkan udara pernfasan oleh mukosa
4) Membunuh kuman yang masauk bersama-sama udara oleh
leukosit yang terdapat dalam selaput lendir (mukosa) / hidung
5) Sebagai alat pencium yang terletak dipuncak hidung
b.

Faring
Merupakan persimpangan antara saluran pernafasan dan saluran
rongga makanan terdapat dibawah dasar tenggorok dibelakang
rongga hidung dan mulut sebelah depan ruas tulang leher. Faring
dilapisi oleh selaput lendir (mukosa) yang dibawahnya terdapat otot
faring, otot-otot faring ini penting untuk mekanisme menelan.

11

c.

Laring
Merupakan saluran udara dan bertindak sebagai pembentukan suara
terletak didepan bagian faring samapai ketinggian vertebra servikalis
dan masuk dalam trakea dibawahnya pangkal tenggorokan ini dapat
ditup dengan oleh sebuah empang tenggorokan yang disebut
epiglotis yang terdiri dari tulang-tulang yang berfungsi pada waktu
kita menelan makanan menutupi laring

d.

Trakea
Merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16 / 20 cincin
yang terdiri-dari tulang-tulang rawan yang berbentuk huruf C.
Sebeklah dalam diliputi oleh lendir yang berbulu getar yang disebut
sel bersilia, hanya bergerak kearah luar. Panjang trakea 9 11 cm
dari belakang terdiri dari jaringan ikat yang dilapisi otot polos. Selsel bersilia gunanya untuk mengeluarkan benda-benda asing yang
masuk bersama-sama dengan udara pernafasan. Yang memisahkan
trakea menjadi bronkus kiri dan kanan disebut kavernea

2. Saluran nafas bawah


a.

Bronckus
Merupakan lubang trakea setinggi vertebra thoracalis lima yaitu
setinggi bronkus kiri dan kanan. Bronkus dibentuk oleh cincin tulang
rawan dan lebih panjang sedangkan bronkus kanan lebih lebar dan
lebih pendek

12

a. Bronkiolus
Bronkus

segmental

bercabang-cabang

menjadi

bronkiolus

Bronkiolus mengadung kelenjar submukosa yang memproduksi


lendir yang membentuk selimut tidak terputus untuk melapisi bagian
dalam jalan napas
b. Bronkiolus terminalis
Bronkiolus membentuk percabangan menjadi bronkiolus terminalis
(yang tidak mempunyai kelenjar lendir dan silia)
c. Bronkiolus Respirator
Bronkiolus respiratori dianggap sebagai saluran transisional antara
jalan napas konduksi dan jalan udara pertukaran gas
d. Duktus Alveolar dan Duktus Alveolan
Bronkiolus respiratori kemudian mengarah ke dalam duktus alveolar
dan sakus alveolar. Dan kemudian menjadi alveoli
e. Alveoli
Merupakan tempat pertukaran O2 dan CO2.Terdapat sekitar 300 juta
yang jika bersatu membentuk satu lembar akan seluas 70 m2
Terdiri atas 3 tipe :
i.

Sel-sel alveolar tipe I : adalah sel epitel yang membentuk dinding


alveoli

13

ii.

Sel-sel alveolar tipe II : adalah sel yang aktif secara metabolik dan
mensekrei surfaktan (suatu fosfolipid yang melapisi permukaan
dalam dan mencegah alveolar agar tidak kolaps)

iii.

Sel-sel alveolar tipe III : adalah makrofag yang merupakan sel-sel


fagotosis dan bekerja sebagai mekanisme pertahanan

f. Paru
Merupakan organ yang elastis berbentuk kerucut.Terletak dalam
rongga dada atau toraks.Kedua paru dipisahkan oleh mediastinum
sentral yang berisi jantung dan beberapa pembuluh darah
besar.Setiap paru mempunyai apeks dan basis. Paru kanan lebih
besar dan terbagi menjadi 3 lobus oleh fisura interlobaris Paru kiri
lebih kecil dan terbagi menjadi 2 lobus,Lobos-lobus tersebut terbagi
lagi menjadi beberapa segmen sesuai dengan segmen bronkusnya
g. Pleura
Merupakan lapisan tipis yang mengandung kolagen dan jaringan
elastis
Terbagi mejadi 2 :
i.

Pleura parietalis yaitu yang melapisi rongga dada

ii.

Pleura viseralis yaitu yang menyelubingi setiap paru-paru

Diantara pleura terdapat rongga pleura yang berisi cairan tipis pleura
yang berfungsi untuk memudahkan kedua permukaan itu bergerak
selama pernapasan, dan juga untuk mencegah pemisahan toraks
dengan paru-paru.

14

Tekanan dalam rongga pleura lebih rendah dari tekanan atmosfir, hal
ini untuk mencegah kolap paru-paru.( Kartikawati Dewi,2011)

Fisiologi Pernafasan
Bernafas / pernafasan merupakan proses pertukaran udara diantara
individu dan lingkungannya dimana O2 yang dihirup (inspirasi) dan CO2
yang dibuang (ekspirasi).
Proses bernafas terdiri dari 3 bagian, yaitu :
a.

ventilasi
ventilasi yaitu masuk dan keluarnya udara atmosfir dari alveolus ke
paru-paru atau sebaliknya. Proses keluar masuknya udara paru-paru
tergantung pada perbedaan tekanan antara udara atmosfir dengan
alveoli. Pada inspirasi, dada mengembang, diafragma turun dan volume
paru

bertambah.

Sedangkan

ekspirasi

merupakangerakanpasif.

Faktor-faktor yang mempengaruhi ventilasi :

b.

Tekanan udara atmosfir

Jalan nafas yang bersih

Pengembangan paru yang adekuat


Difusi

yaitu pertukaran gas-gas (oksigen dan karbondioksida) antara alveolus


dan kapiler paru-paru.Proses keluar masuknya udara yaitu dari darah
yang bertekanan/ konsentrasi lebih besar ke darah dengan tekanan/
konsentrasi yang lebih rendah. Karena dinding alveoli sangat tipis dan

15

dikelilingi oleh jaringan pembuluh darah kapiler yang sangat rapat,


membran ini kadang disebut membran respirasi.
Perbedaan tekanan pada gas-gas yang terdapat pada masing-masing sisi
membran respirasi sangat mempengaruhi proses difusi. Secara normal
gradien tekanan oksigen antara alveoli dan darah yang memasuki
kapiler pulmonal sekitar 40 mmHg.
Faktor-faktor yang mempengaruhi difusi :

c.

Luas permukaan paru

Tebal membran respiras

Jumlah darah

Keadaan/jumlah kapiler darah

Afinitas Waktu adanya udara di alveoli


Transpor

yaitu pengangkutan oksigen melalui darah ke sel-sel jaringan tubuh dan


sebaliknya karbondioksida dari jaringan tubuh ke kapiler. Oksigen perlu
ditransportasikan dari paru-paru ke jaringan dan karbondioksida harus
ditransportasikan dari jaringan kembali ke paru-paru. Secara normal
97% oksigen akan berikatan dengan hemoglobin di dalam sel darah
merah dan dibawa ke jaringan sebagai oksihemoglobin. Sisanya 3%
ditransportasikan ke dalam cairan plasma dan sel-sel. Faktor-faktor
yang mempengaruhi laju transportasi:Curah jantung (cardiac Output/
CO), Jumlah sel darah merah, Hematokrit darah dan Latihan.
( Kartikawati Dewi,2011)

16

5. Patofisiologi
Proses perjalanan penyakit asma dipengaruhi oleh faktor ekstrinsik,
instrinsik dan gabungan antara ekstrinsik dengan intrinsik. Faktor tersebut
dapat meningkatkan terjadinya kontraksi otot-otot polos, meningkatnya
sekret abnormal mukus pada bronkiolus dan adanya kontraksi pada trakea
serta meningkatnya produksi

mukus jalan nafas, sehingga terjadi

penyempitan pada jalan nafas dan penumpukan udara diterminal oleh


berbagai macam sebab maka akan menimbulkan gangguan seperti
gangguan ventilasi (hipoventilas), gangguan difusi.
Pada stadium permulaan mukosa pucat,terdapat edema dan sekret
bertambah. Lumen bronkus menyempit akibat spasme. Terlihat kongesti
pembuluh darah, infiltrasi sel eosinofil dalam sekret didalam lumen
saluran nafas. Jika serangan terjadi dan lama atau menahun akan terlihat
deskuamasi (mengelupas) epitel, penebalan membran hialin. Sehingga
terjadi penyempitan jalan nafas dan hiperaktif dengan respon terhadap
bahan iritasi dan stimulasi lain.
Dengan adanya bahan iritasi dan alergen otot-otot bronkus menjadi
spasme dan zat antigen tubuh muncul (Ig. E) dengan adanya alergi. Ig. E
pada reseptor sel mast yang menyebabkan pengeluaran histamin dan zat
mediator lainnya. Mediator tersebut akan memberikan gejala asma.

17

Klien yang mengalami asma mudah untuk inhalasi dan sukar dalam
ekshalasi karena edema pada jalan nafas. Dan ini menyebabkan
hiperinflasi pada alveoli dan perubahan pertukaran gas. Jalan nafas
menjadi obstruksi yang kemudian tidak adekuat ventilasi dan saturasi
oksigen, sehingga terjadi penurunan PO2 (hipoksia). Selama serangan
asma CO2 tertahan dengan meningkatnya resistensi jalan nafas selam
ekspirasi, dan menyebabkan asidosis respiratori dan hipercapnea.
Kemudian sistem pernafasn akan mengadakan kompensasi dengan
meningkatkan

pernafasan

(tachypnea).

Kompensasi

tersebut

menimbulkan hiperventilasi dapat menurunkan kadar CO2 dalam darah


(Brunner dan suddar,2002)

18

WOC ASMA BRONKIAL

Intrinsik

Ekstrinsik

Gabungan

Respon radang

Inflamasi saluran nafas

Kerusakan epitel

Mekanisme neurologist

Otot polos
Saluran nafas

Bronkokonstriksi

Respon para simpatis

Hipertrofi otot

Hiperaktivitas saluran nafas

Spasme otot bronkus

Sumbatan mucus

Edema

/sekresi

Inflamasi
dinding bronkus

Alveolus tertutup mucus Obstruksi saluran nafas

Ventilasi menurun

Hipoksemia

Retensi CO2

Penyempitan saluran nafas

Udara tersumbat

Mual,muntah

Batuk/sesak

19

Dlm waktu lama

Hiperventilasi Hiperkapnia

Volume residu

Anorexia Mk:bersihan

Meningkat

Asidosis menurun Pembuangan

Asidosis

Dispnea

CO2 meningkat respiratori

jln nafas

Mk: gangguan nutrisi


kurang dari kebutuhan

Penggunaan
Hiperkapnia

PCO2 menurun

Tubuh

otot bantu nafas


Mk:Pola nafas tidak

efektif
Gagal nafas

Alkalosis respirasi

Kelemahan

Mk: Kerusakan pertukaran

Mk:Intoleransi aktivitas

gas

6. Manifestasi Klinis
a. Whezing
1) Dyspnea dengan lama ekspirasi : penggunaan otot0otot asesori
pernafasan, cuping hidung
2) Batuk kering

: karena sekret kental dan lumen jalan nafas

sempit.
b. Sianosis
c. Gelisah
d. Nyeri abdomen terhadap aktifitas, makan, bermain, berjalan, bahkan
berbicara
e. Kecemasan

20

f. Serangan terjadi secara tiba-tiba


g. Sesak nafas
h. Nyeri pada dada
i. Anoreksia
j. Pernafasan : cuping hidung, nafas cepat dan dalam
(www.google.com)
7. Komplikasi
Adapun Komplikasi penyakit Asthma Bronchial yang mungkin timbul
adalah :
1) Atelektasis : pengkerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat
penyumbatan saluran udara atau akibat pernafasan yang sangat
dangkal
2) Pneumothoraks : terdapatnya udara pada rongga pleura yang
menyebabkan kolapsnya paru.
3) Gagal nafas : ketidak mampuan sistem untuk mempertahankan
oksigenasi darah normal (PaO2) eliminasi karbon dioksida
4) Bronkhitis atau radang paru-paru : Kondisi di mana lapisan bagian
dalam dari saluran pernapasan di paru-paru yang kecil (bronchiolis)
mengalami bengkak.
5) Emfisema : penyakit saluran pernafasan yang berdiri sesak nafas
terus menerus yang menghebat pada waktu pengeluaran tenaga dan
sering kali dengan perasaan letih atau baha latinnya paru-paru basah
6) Hipoksemia : tubuh kekurangan oksigen (Arief Mansjoer.1999)
8. Penatalaksanaan
1. Pencegahan :
a. Menghindari penyebab asma
b. Banyak makanan yang bergizi

21

c. Istirahat yang cukup


d. Hindari stress
e. Periksa kesehatan secara teratur
f. Obat-obatan
(www.google.com)
2. Pengobatan :
a.

Bronchodilator
Adrenalin, epetrin, terbutallin, fenotiron

b.

Anti kolinergin
Iptropiem bromit (atrovont)

c.

Kortikosteroid
Pretrison, hidrokortison, orodexon

d.

Mukolitin
BPH, OBH, bisolvon, mucapoel, dan banyak minumair putih

9. Pemeriksaan Dignostik
1. Pemeriksaan radiologi
Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada
waktu serangan menunjukan gambaran hiperinflasi pada paru-paru
yakni radiolusen yang bertambah dan pelebaran rongga intercostalis,
serta diafragma yang menurun.
Akan tetapi bila terdapat komplikasi, maka kelainan yang
didapat adalah sebagai berikut:
1) Bila disertai dengan bronkitis, maka bercak-bercak di hilus
akan bertambah
2) Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran
radiolusen akan semakin bertambah.

22

3) Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrate


pada paru
4) Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal.
5) Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneumotoraks, dan
pneumoperikardium, maka dapat dilihat bentuk gambaran
radiolusen pada paru-paru.
2. Pemeriksaan tes kulit
Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang
dapat menimbulkan reaksi yang positif pada asma.
3. Elektrokardiografi
Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan
dapat dibagi menjadi 3 bagian, dan disesuaikan dengan gambaran
yang terjadi pada empisema paru yaitu :
1) Perubahan aksis jantung, yakni pada umumnya terjadi right axis
deviasi dan clock wise rotation
2) Terdapatnya tanda-tanda hipertropi

otot

jantung,

yakni

terdapatnya RBB ( Right bundle branch block).


3) Tanda-tanda hopoksemia, yakni terdapatnya sinus tachycardia,
SVES, dan VES atau terjadinya depresi segmen ST negative.
4. Scanning paru
Dengan scanning paru melalui inhalasi dapat dipelajari bahwa
redistribusi udara selama serangan asma tidak menyeluruh pada
paru-paru.
5. Spirometri
Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas reversible, cara
yang paling cepat dan sederhana diagnosis asma adalah melihat
respon pengobatan dengan bronkodilator. Pemeriksaan spirometer
dilakukan sebelum dan sesudah pamberian bronkodilator aerosol
(inhaler atau nebulizer) golongan adrenergik.

23

Peningkatan FEV1 atau FVC sebanyak lebih dari 20%


menunjukkan diagnosis asma. Tidak adanya respon aerosol
bronkodilator lebih dari 20%. Pemeriksaan spirometri tidak saja
penting untuk menegakkan diagnosis tetapi juga penting untuk
menilai berat obstruksi dan efek pengobatan. Benyak penderita tanpa
keluhan tetapi pemeriksaan spirometrinya menunjukkan obstruksi.
6. Sinar X (Ronsen thorak)
Terlihat adanya hiperinflasi paru-paru difragma mendatar.
7. Tes fungsi paru
Ditemukan dyspnea, volume residu meningkat, dan adanya obstruksi
atau retriksi dijalan nafas
8. GDA
1) PO2 menurun
2) PCO2 meningkat
3) PH menurun
4) Eosinofil meningkat
9. Sputum (labotratorium)
Menentukan adanya infeksi biasanya pada asma tanpa disertai
infeksi.
B. Asuhan Keperawatan Teoritis
1. Identitas Pasien
Meliputi : Nama,Umur,No MR, Jenis Kelamin, Pekerjaan, Alamat,
Agama, Status Perkawinan, Pendidikan
2. Pengkajian Primer
a. Airway
Pada pasien dengan asma bronkial Jalan nafas tidak paten, ada terjadi
sumbatan pada jalan nafas karena ada sekret.

24

b. Breathing
Pada pasien dengan asma bronkial

pernafasan terganggu, gangguan

pola nafas dan penggunaan otot bantu pernafasan, retrasi iga,


penggunaan cuping hidung serta ada bunyi nafas tambahan seperti
wheezing.
c. Circulation
Pada pasien dengan asma bronkial tekanan darah tidak meningkat,
frekuensi nadi tidak meningkat, akral teraba hangat, pengisian
kapiler/CRT kurang dari 3 detik.
d. Disability
Pada pasien dengan asma bronkial tidak akan terjadi penurunan
kesadaran.
3. Diagnosa keperawatan
1.

Bersihan
jalan nafas tidak efektif b/d peningkatan produksi sekret/sputum yang
ditandai dengan bunyi nafas whezing
Tujuan : bersihan jalan nafas kembali efektif
Intervensi :
a.

Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas,whezing


R/ : Sebagai sumber data adanya perubahan sebelum dan sesudah
perawatan diberikan

b.

Berikan

posisi yang aman untuk klien misalanya posisi semi

fowler
R/: Mengembangkan ekspansi paru
c.

Bantu / ajarkan klien untuk latihan nafas dalam dan batuk efektif

25

R/ : Membantu membersihkan mukus dari paru dan nafas dalam


memperbaiki oksigenasi
d.

Lakukan fisioterapi
R/ : membantu pengeluaran sekresi, meningkatkan ekspansi paru

e.

Berikan air hangat


R/ : mengencerkan sekret yang ada dijalan nafas

f.

Kolaborasi

Lakukan suction jika perlu


R/ : membantu mengeluarkan sekret yang tidak dapat dikeluarkan
oleh klien.

Berikan bronchodilator sesuai indikasi


R/ : Otot pernafasan menjadi relaks dan steroid mengurangi
inflamasi

2. Pola nafas tidak efektif b. d penurunan ekspansi paru- paru yang


ditandai dengan sesak nafas
Tujuan: Pertukaran gas efektie dan adekuat
Intervensi
a.

Tinggikan kepala tempat tidur, pasien untuk memilih posisi


yang mudah untuk bernafas, dorong nafas dalam perlahan /
nafas bibir sesuai kebutuhan / toleransi individu.
R/ : pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan posisi
duduk. Timggi dan latihan nafas untuk menurunkan kolaps

b.

jalan nafas
Berikan oksigen yang ssi idikasi
R/ : dapat memperbaiki/ mencegah memburuknya hipoksia

26

c.

Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan, catat penggunaan


otot

aksesori,

nafas

bibir,

ketidakmampuan

bicara/

berbincang
R/ : berguna dalam evaluasi derajat distres pernafasan dan/
atau kronisnya proses penyakit
d.

e.

Awasi tanda vital terutama pernafasan tekanan darah


R/ : takikardi dan perubahan tekanan darah dapat
menunjukkan efek hipoksemia sistemik pada fungsi jantung
Auskultasi bunyi nafas, catat area penurunan aliran udara
dan / bunyi tambahan.
R/ : bunyi nafas mungkin redup karena penurunan aliran
udara

f.

atau

area

konsolidasi.

Adanya

mengi

mengindikasikan spasme bronkus/ tertahan nya sekret


Kolaborasi dalam pemberian obat
R/ : dengan pemberian obat dapat membantu mengurangi

sesak nafas.
4. Pengkajian Sekunder
A. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat kesehatan dahulu
Pada pasien asma bronkial mempunyai riwayat penyakit asma
bronkial dan mempunyai riwayat alergi terhadap perubahan cuaca,
makanan, obat obatan, debu dan bulu binatang.
2. Riwayat kesehatan sekarang
pada klien asma bronkial akan terjadi sesak nafas, pernafasan cepat
dan pendek, bunyi nafas wheezing, pernafasan cuping hidung,
batuk-batuk, adanya sekret / sputum, kelemahan/ keletihan, tidak
ada nafsu makan, mual dan muntah, dada terasa tertekan, sesak
setelah melakukan

aktivitas/

ketidak mampuan

melakukan

aktivitas, sesak nafas karena reaksi alergi / sensitif terhadap zat.


3. Riwayat kesehatan keluarga

27

Ada anggota kleuarga pasien yang mengalami penyakit asma


bronkial seperti pasien
B. Pemeriksaan fisik
a. Kepala : kulit kepala bersih, tidak ada lesi dan pembengkakan di
kepala
b. Mata : simetris kiri dan kanan, konjungtiva anemis, sklera tidak
ikterik, palpebra tidak oedema, pupil isokor.
c. Hidung : Simetris kiri dan kanan, ada sekret, pernafasan cuping
hidung.
d. Telinga : simetris kiri dan kanan, ada sekret,tidak ada perdarahan,
pendengaran baik.
e. Leher : tidak ada pembesaran kelejar tyroid dan kelenjer getah
bening
f. Thorax :
I : Simetris kiri dan kanan, pada asma bronkial menetap/berat ada
penggunanaan aksesoris otot pernafasan
P : Fremitus Kiri dan Kanan
P : Sonor
A: Vesikuler pada asma bronkial menetap/berat ada bunyi nafas
tambahan seperti krekel/mengi
g. Jantung :
I : Ictus cordis tidak terlihat
P : Ictus cordis teraba di Ric V
P : batas jantung normal
A : reguler
h. Abdomen
I : perut tidak membuncit
P: Hepar tidak teraba, massa tidak ada
P : tympany
A : Bising usus ada
i. Ektermitas
Tidak ada udem pada ektremitas atas dan bawah, CRT cepat
j. integumen
Turgor kulit baik, tidak ada pitting udema
C. Diagnosa Keperawatan
1. Kurang pengetahuan kurang informasi ;salah mengerti tentang
informasi yang ditandai dengan pertanyaan tentang informasi

28

Tujuan : Pengetahuan meningkat


Intervensi:
a. Jelaskan pengertian asma bronkial pada pasien
R/ : supaya klien mengerti dengan penyakit asma bronkial
b. Jelaskan penyebab asma bronkial pada pasien
R/ : supaya klien mengerti penyebab dari asma bronkial
c. Jelaskan tanda dan gejala asma bronkial pada klien
R/ : supaya klien mengerti tanda dan gejala asma bronkial
d. Jelaskan komplikasi asma bronkial pada klien
R/ : supaya klien mengerti tentang kompliasi yang akan terjadi
jika asma tidak di obati
e. Jelaskan penatalaksanaan asma bronkial pada klien
R/ : supaya klien mengerti tentang bagai
penatalaksanaan asma bronkial

mana

cara

29

BAB III
LAPORAN KASUS

Nama mahasiswa : Yenti


NIM : 10122121

No MR : 08.75.72
Dx medis : Asma Bronkial

Nama Pasien : Ny. A


Umur : 41 tahun
1. PENGKAJIAN PRIMER
Airway

: Jalan nafas tidak paten karena adanya sekret.

Breathing : pasien sesak nafas dengan RR 35 x/i, pola nafas cepat dan
dangkal, bunyi nafas whezing, menggunakan otot bantu
pernafasan, retrasi iga, cuping hidung dan saturasi 95%
Circulation : Nadi teraba dengan frekuensi 90 x/i, irama teratur, kekuatan
kuat, akral teraba hangat pada ektremitas atas dan bawah,CRT 3
detik pada ektremitas atas dan bawah, tanda sianosis tidak ada
dan TD : 120/80 mmHg.
Disability : Kesadaran klien CMC dengan GCS 15 dan pupil isokor
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d penumpukan sekret yang ditandai
dengan bunyi nafas whezing
2. Pola nafas tidak efektif b.d penurunan ekspansi paru- paru yang ditandai
dengan sesak nafas
3. TINDAKAN KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d penumpukan sekret
a. Mengatur posisi pasien dengan semi powler

30

b. Memberikan pasien minum dengan air hangat


c. Melakukan claping back
d. Memberikan oksigen 3 liter
e. Mengajarkan klien batuk efektif
f. Mengobservasi ttv (pernafasan yang abnormal)
g. Mengobservasi tanda- tanda sianosis
h. Kolaborasi dalam pemberian obat volmikot
2. Pola nafas tidak efektif b.d hiperventilasi
Tindakan keperawatan:
a.
Mengatur posisi klien dengan semi powler
b.
Memberikan klien oksigen 3 liter
c.
Menganjurkan klien teknik nafas dalam
d.
Mengobservasi pernafasan yang abnormal
e. Memperhatikan pergerakan dinding dada dan penggonaan otot bantu
pernafasan
f.
Kolaborasi dengan dalam pemberian obat venntolin
4. EVALUASI HASIL TINDAKAN
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d penumpukan sekret yang ditandai
dengan bunyi nafas whezing
S : - Klien mengatakan setelah dilakukan klaping back jalan pernafasan
terasa lapang
O : - batuk klien tampak berkurang
A: - masalah teratasi sebagian
P : - Rencana dihentikan, klien pulang
2. Pola nafas tidak efektif b.d penurunan ekspansi paru- paru yang ditandai
dengan sesak nafas
S: klien mengatakan setelah diberikan obat nebulizer nafasnya terasa
lapang
O: klien tampak tidak sesak lagi
- Frekuensi pernafasan 24
- Tidak menggunakan otot bantu pernafasan lagi
A: masalah teratasi sebagian
P: intervensi dihentikan klien pulang
5. PENGKAJIAN SEKUNDER
A. Riwayat kesehatan
1. Riwayat kesehatan dahulu

31

Dari hasil pengkajian diketahui bahwa klien sebelumnya belum pernah


dirawat di RS, klien juga mengatakan ia mempunyai riwayat penyakit
asma 5 tahun yang lalu
2. Riwayat kesehatan sekarang
Klien masuk IGD RSI SITI RAHMAH Padang pada tanggal 26 juni
2013 dengan keluhan sesak nafas sejak 2 jam sebelum masuk rumah
sakit, batuk berdahak. saat dilakukan pengakajian,klien mengatakan
batuknya berdahak, sesak nafas ,dan klien juga mengatakan cemas
dengan penyakit yang dialaminya.
3. Riwayat kesehatan keluarga
Klien megatakan ada anggota keluarga klien yang mengalami sakit
seperti klien yaitu ibu kandungnya
4. Pemeriksaan fisik
a. Kepala : kulit kepala bersih, lesi tidak ada, rambut hitam, tidak ada
pembengkakan pada kepala
b. Mata : simetris kiri dan kanan, konjungtiva tidak anemis, sklera
tidak ikterik
Mulut : mukosa bibir tampak kering, pucat
Hidung : simetris kiri dan kanan, perdarahan tidak ada, sekret ada.
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
Thorax
I : simetris kiri dan kanan
P : Fremitus kiri dan kanan
P : sonor
A : vesikuler, whezzing (+)
g. Jantung
I : Ictus cordis tidak terlihat
P : ictus teraba pada ric V
P : Batas jantung normal
A : reguler
h. Abdomen
I : Perut tidak membuncit
P : hepar tidak teraba, nyeri tekan pada perut (-)
P : tympani
A : Bising usus ada
c.
d.
e.
f.

32

i. Ektremitas
Tidak ada udem pada ekstremitas atas dan bawah, CRT ektremitas
atas dan bawah 3 detik
j. Integumen
turgor kulit baik, pitting udem tidak ada
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Tidak ada
7. Pengobatan
Ventolin dan volmikot
8. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kurang pengetahuan b.d kurang informasi ; salah mengerti tengtang
informasi yang ditandai dengan pertanyaan tentang informasi
Tujuan : Pengetahuan meningkat
Intervensi:
a. Melaskan pengertian asma bronkial pada pasien
b. Melaskan penyebab asma bronkial pada pasien
c. Melaskan tanda dan gejala asma bronkial pada klien
d. Melaskan komplikasi asma bronkial pada klien
e. Melaskan penatalaksanaan asma bronkial pada klien
BAB IV
PEMBAHASAN

Dalam memberikan asuhan keperawatan gawat darurat penulis


melakukan langkah- langkah proses keperawatan meliputi pengkajian,
menegakkan diagnosa keperawatan, pelaksanakan tindakan keperawatan dan
evaluasi keperawatan, maka pada BAB ini penulis akan membahas mengenai
kesenjangan antara teori dengan kenyataan yang di temukan dalam perawatan
kasus Asuhan Keperawatan Pada Ny A Dengan Asma Bronkial di instalasi
Gawat Darurat Rumah Sakit Siti Rahmah Padang Tahun 2013 dapat di
uraikan sebagai berikut :
A. Pengkajian

33

Prinsip yang harus diperhatikan dalam melakukan pengkajian pada


klien denganAsma Bronkial adalah melakukan pengkajian

sistematis

sehingga memudahkan dalam mendapatkan data, menegakkan diagnosa dan


melakukan tindakan keperawatan. Dalam

pengkajian asuhan keperawatan

gawat darurat meliputi pengkajian primer dan sekunder. Untuk pengkajian


primer meliputi airway, breathing, circulation dan disability

sedangkan

sekunder meliputi pengkajian secara umum termasuk riwayat kesehatan.


Selama penulis memberikan asuhan keperawatan pada kasus asma
bronkial didapatkan pengkajian primer: Airway : Jalan nafastidak paten, ada
sekret, tidak ada perdarahan dijalan nafas, Breathing : RR 35 x/i, irama tidak
teratur, ada bunyi nafas tambahan seperti wezing, menggunakan otot bantu
pernafasan, adanya retraksi dada, saturasi 90%, Circulation : Frekuensi nadi
90 x/i, TD : 120/90 mmHg, akral atas dan bawah teraba hangat, CRT tangan
dan kaki kurang 3 detik. Disability : Kesadaran klien CMC dengan GCS 15,
sedangkan untuk pengkajian sekunder penulis dapatkan data riwayat
kesehatan dahulu klien sebelumnya belum pernah dirawat di RS, klien juga
mengatakan ia mempunyai riwayat penyakit asma 5 tahun yang lalu. pada
saat melakukan pemeriksaan fisik didapatkan TD : 120/90, saturasi : 90%,
N : 90 x/i, S : 37C, P: 35x/i
Hal ini sejalan dengan pengkajian menurut teori asma bronkial dimana
Airway Pada pasien asma bronkial Jalan nafas tidak paten, ada sekret, adanya
sumbatan pada jalan nafas dan tidak ada perdarahan dijalan nafas. Pada
pengkajian breathing untuk pasien dengan asma bronkial

pernafasan

terganggu, gangguan pola nafas dan penggunaan otot bantu pernafasan serta

34

ada suara bunyi nafas tambahan seperti wheezing. Circulation Pada pasien
dengan asma bronkial tekanan darah tidak meningkat, frekuensi nadi tidak
meningkat, akral teraba hangat, pengisian kapiler/CRT kurang dari 3 detik.
Disability Pada pasien

asma bronkial tidak ada terjadinya penurunan

kesadaran.
B. Diagnosa Keperawatan
Menurut Doenges, (1999), diagnosa yang mungkin muncul dari cidera
kepala ada 5diagnosa keperawatan, dari pengkajian ditemukan 2 diagnosa
keperawatan yang diangkat berdasarkan data objektif dari pengkajian airway,
breating, circulatin pada pasien dengan alasan: Pengkajian yang dilakukan
hanya pada saat pasien masuk ke IGD dan pengkajian dilakukan dengan lebih
memfokuskan pada permasalahan gawat darurat yang ditemukan oleh penulis
berdasarkan data objektif yang didapatkan oleh penulis berdasarkan
pengkajian primer. Setelah melakukan pengkajian penulis merumuskan
diagnosa keperawatan, dari data pengkajian tersebut penulis mengangkat dua
diagnosa keperawatan yaitubersihan jalan nafas tidak efektifb.d penunpukan
sekret dan pola nafas tidak efektif b.d penurunan ekspansi paru- paru.
C. Rencana Intervensi dan Rasional
Pada rencana tindakan keperawatan, penulis merumuskan rencana
tindakan keperawatan sesuai dengan kondisi pasien yang datang ke IGD dan
perencanaan yang mungkin untuk dilakukan implementasi dan evaluasi
keperawatan.
Menurut teori rencana tindakan yang akan dilakukan pada diagnosa
bersihan jalan nafas tidak efektif b.d penumpukan sekret. Tindakan yang

35

dilakukan antara lain : memberikanminum dengan air hangat, memberikan


oksigen sebanyak 3 liter, melakukan klaping back mengajarkan klien batuk
efektif, mengobservasi pernafasan yang abnormal, mengobservasi tanda- tanda
sianosis dan berkolaborasi dalam pemberian obat sesuai indikasi.
Sedangkan pada diagnosa keperawatan pola nafas tidak efektif b.d
penurunan

ekspansi

paru-

paru.

Tindakan

yang

diberikan

antara

lain:memberikan posisi setengah duduk, memberikan oksigen senbanyak 3


liter, mengarjarkan klien teknik nafas dalam, memperhatikan pergerakan
dinding dada dan penggunaan otot bantu pernafasan, mengobserpasi
pernafasan yang abnormal dan berkolaborasi dam pemberian obat sesuai
indikasi.
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi yang dapat dilakukan pada kasus ini lebih berfokus pada
tindakan emergensi dengan harapan memberikan pertolongan pertama pada
klien dari kecatatan atau kematian,

sesuai dengan teori tersebut penulis

melakukan tindakan keperawatan yang sesuai dengan keadaan atau kondisi


pasien pada saat pertama kali masuk ke IGD
Pada tindakan diagnosa yang pertama penulis melakukan tindakan
keperawatan yaitu memberikan minum dengan air hangat, memberikan
oksigen sebanyak 3 liter, melakukan klaping back mengajarkan klien batuk
efektif, mengobservasi pernafasan yang abnormal, mengobservasi tandatanda sianosis dan berkolaborasi dalam pemberian obat sesuai indikasi.
Untuk diagnosa yang kedua penulis melakukan tindakan
memberikan posisi setengah duduk, memberikan oksigen senbanyak 3 liter,
mengarjarkan klien teknik nafas dalam, memperhatikan pergerakan dinding

36

dada dan penggunaan otot bantu pernafasan, mengobserpasi pernafasan yang


abnormal dan berkolaborasi dam pemberian obat sesuai indikasi.
E. Evaluasi Keperawatan
Setelah melakukan tindakan keperawatan penulis melakukan evaluasi
atas kedua diagnosa sekaligus pada saat hari dimana penulis berdinas maka
didapatkan data Klien mengatakan setelah dilakuak klaping back jalan nafas
rerasa lapang, batuk klien tampak berkurang. Klien juga mengatakan setelah
diberikan obat nebulizer nafasnya terasa lapang, klientampak tidak sesak lagi,
prekuensi nafas 24 kali permenit, tidak menggunakan otot bantu pernafasan
dan retrasi iga tidak ada. masalah teratasi klien pulang.
Hal ini sesuai dengan teori dimana evaluasi yang dilakukan hanya
evaluasi tindakan pada saat itu juga mengingat sifat keperawatan gawat
darurat pada pasien adalah memberikan pertolongan pertama pada kasus
emergensi.

37

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ada beberapa kesimpulan yang temukan dalam melaksanakan asuhan
keperawatan gawat darurat dengan asma bronkial pada yaitu:
1. Perlu melakukan pengkajian secara tepat pada pasien asma bronkial
2. Perlu melakukan penegakan diagnosa secara tepat pada pasien dengan
asma bronkial
3. Perlu melakukan intervensi yang tepat pada pasien dengan asma bronkial
4. Perlu melakukan implementasi yang tepat pada pasien dengan asma
bronkial
5. Perlu melakukan evaluasi dari tindakan yang telah diberikan

B.
Saran
1. Bagi Perawat
a. Diharapkan kepada petugas kesehatan dapat memberikan tindakan
keperawatan pada pasien dengan asma bronkial untuk mencegah kecatatan
dan kematian

38

LEMBAR KONSULTASI
42
Nama

: Yenti S,Kep

Nim

: 10122121

Pembimbing : NS. Jufrika Gusni, S.Kep


Judul

: Asuhan Keperawatan Gawat Darurat pada Klien dengan


Asma Bronkial di RSI siti rahmah

No

Hari/Tanggal

Materi
Konsultasi

Hasil Konsultasi

Tanda
Tangan

39

40

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdullillah saya ucapkan kehadiran Allah SWT, yang telah


memberikan

rahmat,

hidayah

serta

karunia-Nya

sehingga

saya

dapat

menyelesaikan askep yang berjudul asuhan keperawatan gawat darurat pada ny.
A dengan asma bronkial Di RSI Siti Rahmah Padang tahun 2013.Shalawat
beriring salam saya mohonkan kepada Allah SWT semoga disampaikan kepada
Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan contoh dan suri tauladan bagi
manusia untuk keselamatan di dunia dan di akhirat.
Askep ini diajukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat dalam
menyelesaikan pendidikan program PROFESI NERS STIKes Mercubaktijaya
Padang.
Dalam penyelesaian askep ini saya banyak mendapatkan masukkan,
bantuan, dukungan, bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Untuk itu dengan
segala kerendahan hati dan penuh penghargaan saya mengucapkan terimakasih
yang tak terhingga kepada:
1. Bapak Jufrika Gusni S.Kep selaku pembimbing KIN yang telah bersedia
meluangkan waktu dan memberi arahan serta masukan untuk saya sehingga
saya dapat menyelesaikan askep ini.
2. Ibu Etri Yanti, S.Kp, M. Biomed, selaku Ketua Prodi S1 Keperawatan STIKes
MERCUBAKTIJAYA Padang

41

3. Bapak H. Muslim, SKM selaku Yayasan STIKes MERCUBAKTIJAYA


Padang
4. Ibu Hj. Elmiyasna K,SKp.MM selaku Ketua STIKes MERCUBAKTIJAYA
Padang
5. Bapak dan Ibuk dosen yang telah banyak memberikan ilmu yang sangat
bermanfaat kepada saya.
6. Teman-Teman seperjuangan angkatan 2010 yang telah memberikan dukungan
dan masukan serta kebersamaan yang telah kita jalani dan lewati bersama
selama ini.
Saya menyadari askep ini masih sangat jauh dari kesempurnaan,
karena keterbatasan ilmu, kemampuan dan pengalaman yang saya miliki.
Untuk itu saya mengharapkan kritikan dan saran yang membangun demi
kesempurnaan askep ini. Semoga askep ini dapat diterima dan bermanfaat
bagi kita semua.

42

Padang, Juli 2013

Penulis

ASUHAN KEPARAWATAN GAWAT DARURAT PADA NY. A


DENGAN ASMA BRONKIAL DI RUMAH SAKIT
ISLAM SITI RAHMAH PADANG

43

TAHUN 2013

Karya Ilmiah Ners

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan


Studi Profesi Ners Keperawatan

Oleh:
YENTI

44

NIM : 10122121

PRAKTEK PROFESI NERS KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG


2013

DAFTAR PUSTAKA

45

Doenges, M. E., Moorhouse, M. F. & Geissler, A. C. (2000) Rencana Asuhan


Keperawatan, Jakarta : EGC.

Brunner & Suddart (2002) Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah, Jakarta :


AGC.

Alsagaff, Hood. (2002). Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya : Airlangga


University Press.
Asih, Niluh Gede Yasmin. (2004). Keperawatan Medikal Bedah Klien Dengan
Gangguan Sistem Pernpasan. Jakarta : EGC.
Danusantoso, H. (2002). Buku saku Ilmu penyakit paru. Jakarta : Hipokrates.
Doengos, Marilynn E. (2001). Rencana asuhan keperawatan. Jakarta : EGC.
Mansjoer, A. (2001). Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. Jkarta : Media
Aesculapius.
Pearce, Evelyn. (2000). Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta :
Gramedia.
http://nursingbegin.com/asuhan-keperawatan-pada-klien-asma/.
http://4.bp.blogspot.com/_yQyCw1w_gDs/TANGeAiUN_I/AAAAAAAAAJO/Er
mKwzG8JVC/sI600/asma 1.jpg
http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/04/04/asuhan-keperawatan-astma.

46

Anda mungkin juga menyukai