Anda di halaman 1dari 9

ANALISA INTENSITAS CURAH HUJAN MAKSIMUM TERHADAP KEMAMPUAN

DRAINASE PERKOTAAN
(Studi Kasus Drainase Jalan Sisingamangaraja Kota Sibolga)
Avril hilda lubis1, Ir.Terunajaya, MS.c2
1

Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara, Jl.Perpustakaan No.1 Kampus USU Medan
Email: loebs_amper@rocketmail.com
2
Staf Pengajar Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara, Jl.Perpustakaan No.1 Kampus USU Medan
Email: irteruna@yahoo.com

ABSTRAK
Masalah genangan air yang melanda perkotaan menunjukkan bahwa volume air yang masuk ke dalam saluran air
melebihi kapasitas normal dari drainase dan ada faktor lain yang menyebabkan berkurangnya kapasitas dari saluran
air itu sendiri. Salah satu hal yang menyebabkan kenaikan debit aliran air permukaan adalah intensitas curah
hujanPerhitungan debit menggunakan metoda rasional menggunakan 3 faktor utama yaitu intensitas curah hujan
maksimum, luas daerah, dan koefisien pengaliran. Intensitas maksimum dari data data curah hujan harian dihitung
dengan menggunakan metoda Mononobe. untuk memperkirakan besarnya hujan rencana digunakan menggunakan
Metode Distribusi Log Person III, yang bertujuan untuk mendapatkan harga debit banjir puncak dengan periode
ulang (Q5). Hasil penelitian dan perhitungan diketahui bahwa besaran debit drainase eksisting (Q) daerah sekitar
Jalan Sisingamangaraja lebih kecil dari pada besaran debit banjir puncak (Qp). Dengan demikian dapat di tarik
kesimpulan bahwa sistem drainase eksisting yang ada tidak dapat menampung debit banjir puncak, maka dimensi
saluran yang ada sekarang perlu dikaji ulang lagi, terlebih untuk perbaikan dimasa yang akan datang. Dengan
demikian, debit aliran saluran drainase eksisting (Q) daerah Sisingamangraja Jalan 1.048 m/det, sedangkan besaran
aliran banjir puncak (Qp) daerah Jalan Sisingamangraja 1.935 m/det untuk mengatasi masalah genangan air/banjir
di sekitar Jalan Sisingamangaraja, melalui beberapa upaya dalam mengatasinya yaitu: (1). Melakukan normalisasi
saluran dengan membentuk kemiringan saluran dan perbaikan pada tanggul saluran utama (2). Memperbesar
dimensi saluran yang ada dan peninggian dari lebar 1.4m menjadi lebar 2.0m (3). Membangun kolam resapan di
perkotaan, aliran hujan ditampung dalam kolam resapan, untuk mengurangi laju run-off dan pemeliharaan saluran
untuk menghindari pendangkalan.
KATA KUNCI : Intensitas, Debit, Mononobe, Rasional

ABSTRACT
Problems of water pond which occured over the urban indicate that the water volume which come into drainage
exceed the normal capacities from drainage and there are other factors causing to decrease the capacities of
drainage. One of matter causing increase charge the surface current is precipitation intensity. Calculation of
discharge with the rational method use 3 primary factors, they are maximum rainfall intensity, wide of area, and run
off coefficient. Maximum intensity from daily precipitation data calculated by using Mononobe method, used plan
method Log Pearson Type III Distribution, that aims to get the price of peak flood discharge with a certain return
period (Q5)The results and calculations is known that the amount of existing drainage discharge (Q), the area around
Sisingamangarja Edge magnitude smaller than the flood peak discharge (Qp). Thus it can be deduced that the
existing drainage system is unable to accommodate peak flood discharge. Thus, surface current drainage exceed
existing(Q) the area around Sisingamangaraja 1.048 m/second,where as smaller than the flood peak discharge (Qp)
the area around Sisingamangaraja to overcome the problem of stagnant water/floods in the vicinity of around
Sisingamangaraja, through some effort in to overcome that: (1). Normalize the channel by forming the slope of the
channel and levee repairs in the main channel (2). Enlarging the existing dimensions of the channel width and the
exaltation of 4m to 7m wide (3). Building a pond in the urban catchment, the flow of rain in the catchment pond, to
reduce the rate of run-off and well flow into the groundwater system.
KEYWORDS: Intensity, Discharge, Mononobe, Rational

1. PENDAHULUAN
Rencana pengembangan Kota Sibolga sebagai kota megapolitan, tentu berdampak pada tata air wilayah kota. Di lain
pihak wilayah Kota Sibolga semakin lama penduduknya meningkat dengan pesat, hal ini dikarenakan dengan
bertambahnya jumlah penduduk Kota Sibolga berdasarkan perhitungan Badan Pusat Stasistik adalah 87.260 Jiwa
(BPS, Kota Sibolga), tersebut mempengaruhi kinerja tata kota, dalam hal ini tata saluran air. Secara sistematis
semakin bertambahnya kepadatan penduduk, volume air yang melewati saluran air juga meningkat karena adanya
daerah resapan air berkurang. Namun hal tersebut hanya merupakan salah satu dari banyak hal yang menyebabkan
jalan raya terkena genangan air pada waktu hujan datang.
Kota Sibolga terletak diteluk Tapian Nauli membentang secara geografis wilayah Kota Sibolga, berada pada garis
01o 44 lintang utara dan 98o 47 bujur timur yang membujur sepanjang pinggiran pantai arah selatan ke utara
ditepi pantai barat pulau sumatera bagian utara. Kota Sibolga merupakan kota pantai yang berbatasan dengan daerah
perbukitan. Kondisi bentang alam Kota Sibolga yang sedemikian rupa mengakibatkan Kota Sibolga terbagi menjadi
2 kategori yang ekstrim daerah dengan kimiringan lahan landai dan daerah terjal.
Sempitnya lahan Kota Sibolga mengakibatkan terjadinya desakan permukiman penduduk kearah laut yakni dengan
cara menimbun. Kondisi yang sedemikian rupa mengakibatkan kemiringan bentuk aliran air dari pada drainasedrainase eksisting menjadi lebih kecil dan kapasitasnya menjadi berkurang, oleh karena itu pada suatu saluran
drainase debit banjir dapat ditinjau dengan analisa hidrologi yang merupakan metode perhitungan debit banjir
rencana berdasarkan curah hujan.
Hal yang paling mempengaruhi perencanaan drainase antara lain adalah besarnya intensitas curah hujan di daerah
pengaliran dan bagaimana tataguna lahan di daerah pengaliran tersebut. Jika diketahui intensitas curah hujan besar
dan daerah resapannya kecil, maka dimensi drainase direncanakan lebih besar dan demikian juga sebaliknya.

1.1 Dasar Teori


Air hujan yang jatuh di suatu daerah harus dapat segera dibuang. Untuk keperluan itu harus dibuatkan saluransaluran guna menampung air hujan yang mengalir di permukaan tanah dan mengalirkannya ke dalam saluran
pembuangan.Saluran pembuangan ini mengalirkan air tadi lebih lanjut ke sungai atau tempat pembuangan air
lainnya.
Besarnya saluran-saluran penampung dan saluran pembuangan harus cukup untuk mengalirkan debit air berasal dari
daerah alirannya masing-masing. Demikian juga bangunan-bangunan yang harus dibuat pada saluran itu, seperti
gorong-gorong, jembatan, dan lain sebagainya harus cukup besar untuk mengalirkan debit saluran.
Untuk suatu daerah yang penting, misalnya daerah perkantoran, daerah industri di dalam kota, lapangan terbang,
umumnya dikehendaki pembuangan air hujan secepat-cepatnya agar jangan ada gengangan air yang berarti di daerah
itu. Untuk memenuhi tujuan itu, saluran-saluran harus dibuat cukup besar sesuai dengan banjir rencana.
Berhubungan dengan itu, ukuran saluran dan bangunan-bangunan menjadi besar dan mahal, tetapi sering hal ini
merupakan suatu keharusan. Sering keadaan tanah di daerah perkotaan tidak memungkinkan untuk membuat
saluran-saluran besar. Sehubungan dengan itu, kita terpaksa membuat ukuran saluran (beserta bangunanbangunannya) lebih kecil daripada ukuran menurut hujan rencana. Dalam hal ini, kalau terdapat curah hujan yang
menyamai atau melebihi hujan rencana, saluran-saluran akan meluap dan air bah menggenangi halaman-halaman di
daerah rendah disekitarnya.

1.1.1 Analisis Frekuensi Curah Hujan


Sistem hidrologi kadang-kadang dipengaruhi oleh peristiwa-peristiwa yang luas biasa (ekstrim), seperti hujan lebat,
banjir dan kekeringan. Besaran peristiwa ekstrim berbanding terbalik dengan frekuensi kejadiannya, peristiwa yang
luar biasa ekstrim kejadiannya sangat langka. Tujuan dari analisis frekuensi data hidrologi adalah berkaitan dengan
besaran peristiwa-peristiwa ekstrim yang berkaitan dengan frekuensi kejadiannya melalui penerapan distribusi
kemungkinan.Data hidrologi yang dianalisis tidak tergantung (independent) dan terdistribusi secara acak dan
bersifat statisstik.
Parameter penting dalam Log Pearson Type III yaitu harga rata-rata, simpangan baku dan koefisien kemencengan.
Jika koefisien kemencengan sama dengan nol maka distribusi kembali ke distribusi Log Normal
Log = log + .
dengan K = variabel standar (standardized variable) yang besarnya tergantung koefisien kemencengan G,
s = standar deviasi.

(1)

1.1.2 Waktu Konsentrasi


Waktu konsentrasi adalah waktu yang diperlukan untuk mengalirkan air dari titik yang paling jauh pada daerah
aliran ke titik control yang ditentukan di bagian hilir suatu saluran.
Pada prinsipnya waktu konsentrasi dapat dibagi menjadi
1. Inlet time (to), yaitu waktu yang diperlukan oleh air untuk mengalir di atas permukaan tanah menuju saluran
drainase.
2. Conduit time (td), yaitu waktu yang diperlukan oleh air untuk mengalir di sepanjang saluran sampai titik control
yang ditentukan di bagian hilir.

Waktu konsentrasi dapat dihitung dengan rumus berikut ini:


tc = to + td

(2)

dengan tc= waktu konsentrasi (jam), to


= inlet time, waktu yang diperlukan air hujan mengalir di permukaan
tanah dari titik terjauh ke saluran terdekat (jam), td = conduit time, waktu yang diperlukan air hujan untuk
mengalir di dalam saluran sampai ke tempat pengukuran (jam).

1.1.3 Analisa Intensitas Hujan


Intensitas curah hujan didefinisikan sebagai ketinggian curah hujan yang terjadi pada kurun waktu dimana air hujan
berkonsentrasi.Analisa intensitas curah hujan ini dapat diproses berdasarkan data curah hujan yang telah terjadi pada
tahun-tahun sebelumnya. Perhitungan besarnya intensitas curah hujan dapat dipergunakan beberapa rumus empiris
dalam hidrologi.
Rumus Mononobe dipakai apabila data hujan jangka pendek tidak tersedia, yang ada hanya data hujan harian.
I=

R 24
24

24 2/3

(3)

dengan I = intensitas curah hujan (mm/jam), t = lamanya curah hujan (jam), R24
dalam 24 jam (mm)

= curah hujan maksimum

1.1.4 Limpasan (runoff)


Koefisien pengaliran (runoff coefficient) adalah perbandingan antara jumlah air hujan yang mengalir atau melimpas
di atas permukaan tanah (surface run-off) dengan jumlah air hujan yang jatuh dari atmosfir (hujan total yang terjadi).

1.1.5 Debit Rencana


Debit rencana adalah debit maksimum yang akan dialirkan oleh saluran drainase untuk mencegah terjadinya
genangan. Untuk drainase perkotaan dan jalan raya, sebagai debit rencana ditetapkan debit banjir maksimum periode
ulang 5 tahun.
Pemikiran secara rasional ini dapat dinyatakan secara aljabar dengan:
Q = 0,278 C. I. A

(4)

Q =0,278 C.Cs.I.A

(5)

Rumus Modifikasi :

Dengan A = luas daerah pengaliran, I = intensitas hujan, Cs = Koefisien Penampungan, C = angka pengaliran.

1.1.6 Dimensi Saluran


Dimensi saluran harus mampu mengalirkan debit rencana atau dengan kata lain debit yang dialirkan oleh saluran
(Qs) sama atau lebih besar dari debit debit rencana (Qp). Hubungan ini ditunjukkan sebagai berikut:
Qs Qp

(6)

Debit suatu penampang saluran (Qs) dapat diperoleh dengan menggunakan rumus seperti di bawah ini:
Qs = As. v
dengan As = luas penampang, V = kecepatan aliran (m/det), Qs = debit saluran drainase (m3/det),
Qp = debit puncak/ rencana (m3/det)

(7)

Kecepatan rata-rata aliran di dalam saluran dapat dihitung dengan menggunakan Rumus Manning sebagai berikut:
1
v = R2/3 I1/2
(8)
n

R=
P
dengan v = kecepatan aliran m/det), n = koefisien kekasaran manning, R
= jari-jari hidrolis (m),
S = kemiringan dasar saluran, A = luas penampang, P
= keliling basah saluran (m)

(9)

Tabel 1. Nilai Koefisien Manning


Tipe Saluran
Koefisien manning (n)
a. Baja
0.011 0.014
b.Baja permukaan
0.021 0.030
gelombang
c. Semen
0.010 0.013
d. Beton
0.011 0.015
e. Pasangan batu
0.017 0.030
f. Kayu
0.010 0.014
g. Bata
0.011 0.015
h. Aspal
0.013

2. METODOLOGI
Dalam penelitian, data merupakan hal yang memiliki peranan penting sebagai alat penelitian hipotesis pembuktian
untuk mencapai tujuan penelitian.Data yang dibutuhkan pada dasarnya dibagi dalam dua kelompok yaitu data
primer dan data sekunder. Data primer ini diperoleh dengan cara melakukan pengamatan/ pengukuran langsung di
lapangan. Sedangkan data sekunder diperloleh dari instansi-instansi terkait atau badan-badan tertentu.

2.1 Analisis Data


Data yang telah dikumpulkan kemudian diolah dalam suatu perhitungan untuk memperoleh hasil penelitian yang
selanjutnya akan diambil kesimpulan dari tujuan penulisan ini. Adapun cara analisis penelitian ini adalah:
1. Menganalisa curah hujan yaitu dengan mengambil data curah hujan maksimum tiap tahun.
2. Menganalisa frekuensi dan probabilitas curah hujan dengan menggunakan empat jenis distribusi yang digunakan
dalam bidang hidrologi yaitu Distribusi Normal, Distribusi Log Normal, Distribusi Log Person III, dan
Distribusi Gumbel.
3. Menguji hasil distribusi sampel data yang dipilih dengan uji kecocokan Chi-Kuadrat dan Smirnovv-Kolmogorov
dengan tujuan persamaan distribusi frekuensi sampel data yang dipilih dapat diterima atau tidak.
4. Menghitung waktu konsentrasi, waktu yang diperlukan untuk mengalirkan air dari titik yang paling jauh pada
daerah aliran ke titik kontrol yang ditentukan di bagian hilir suatu saluran.
5. Melakukan perhitungan intensitas hujan dengan metode mononobe. Ini dikarenakan data jangka pendek tidak
tersedia, yang ada hanya data hujan harian maksimum.
6. Menghitung luas daerah genangan air/banjir.
7. Menghitung nilai C (runoff coefficient). Besaran ini dipengaruhi oleh tata guna lahan, kemiringan lahan, jenis
dan kondisi tanah.
8. Menghitung debit rencana, yaitu penjumlahan antara debit air hujan dengan debit air kotor.
9. Menghitung debit saluran eksisting drainase.
10. Menganalisa apakah kapasitas saluran drainase tersebut cukup menampung debit rencana atau tidak. Jika tidak,
perlu direncanakan saluran drainase yang baru.
11. Memberikan kesimpulan dan saran.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1 Analisa Frekuensi Curah Hujan
Dalam penelitian ini, data curah hujan yang digunakan adalah data curah hujan stasiun Pinang sori Kota Sibolga,
yang diperoleh dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika selama 15 tahun terakhir.

Gambar 1. Grafik Curah Hujan Harian Maksimum

3.2 Analisa Curah hujan Rencana


Parameter Statistik Curah Hujan adalah sebagai berikut:
Standard deviasi (Sx)
= 0,158
Koefisien Kemencengan (Cs)
= 0,088
Log XT = Log X + KT S Log X
Tabel 2. Curah Hujan Periode Ulang
T

Xrt

(Tahun)
2
5
10
25
50
100

(log)
2,01
2,01
2,01
2,01
2,01
2,01

No
1
2
3
4
5
6

S
0,158
0,158
0,158
0,158
0,158
0,158

k
Pearson III
-0,0001
0,842
1,282
1,751
2,054
2,327

Xt
(Log)
2,010
2,143
2,213
2,287
2,335
2,378

(mm)
102
139
163
193
216
238

3.4 Analisa Intensitas Hujan


Sebelum mencari Intensitas hujan rancangan harus diketahui terlebih dahulu waktu konsentrasi (tc) yang dibutuhkan
air hujan yang jatuh dari titik terjauh ke titik kontrol).
Perhitungan waktu Konsentrasi dan intensitas curah hujan daerah Jalan Sisingamangaraja dan sekitarnya dihitung
dengan persamaan rumus :
Waktu konsentrasi
to = 10
Diperkirakan Untuk Kota besar

L
t d 0,0195

0 , 77

826

t d 0,0195
0.001
td = 49.103

0 , 77

Maka :tc = to + td
tc = 10 +49.103
tc = 59.103
Koefisien Penampungan (Cs)

CS

2t c
2t c t d

CS

2 x59.103
(2 x59.103) 49.103

Cs 0.706
Perhitungan Intensitas Curah Hujan
Dengan menggunakan Rumus Mononobe dapat dicari Intensitas Curah Hujan

R24 24

24 T

2/3

Besar Hujan Rencana untuk kala ulang (T) 5 tahun


(Q 5 ) = 139 mm

R 24
I 24
24 T

2/3

2/3

139 24
I5

24 0.895
I 5 47.651mm / jam
3.5 Analisa Debit Rencana
Untuk Jalan Sisingamangaraja
Debit air hujan:
Diketahui: C = 0,50,Cs = 0.706 I=39.677 mm/jam, A = 0.65 Km2
Qp = 0,278 x 0,50 x 0.706 x 47.651x0.65 = 2.829 m3/det

3.6 Analisa Debit Saluran

Gambar 2. Penamapang Drainase Ekisting Jalan Sisingamangaraja

Dari penampang saluran di atas dapat diketahui bahwa :


B = 1,40m
b = 1.00m
h = 0.80m
Slope = 0,001 Asumsi.
m = 0,25
Luas penampang basah saluran (A) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan rumus :
A =(b +mh)h
A =[1.0+0.25 x0.80 m)x 0.80 m
= 0.960m2
Keliling basah saluran (P)
P = b+2h 1 + 2
P = 0.80+2x1.0m 1 + 0.252
P =2.649m
Jari jari hidrolis (R)

A
P
0.960m 2
R
0.362m
2.649m

kecepatan aliran rata-rata dalam saluran (V) dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
2

1
1
Q A.V .R 3 .S
n
2
Q

2
1
1.000
0.362 3 0.001 2
0.015

Q = 1.078 m/detik

Debit saluran eksisting (Q)

Q A.V

= 0.960 m2 x 1.078 m/detik


= 1.034 m3/ detik

3.7 Analisa Kapasitas Saluran Drainase Rencana

Gambar 3. Penampang saluran rencana daerah Jalan Sisingamangaraja


Diketahui :
(Q 5) = 2.829 m3/det
n = 0,015
S = 0,001 Asumsi
m = 0.25

Maka dimensi yang didapat adalah :


Luas penampang basah saluran (A) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan rumus
A =(b +mh)h
A =[1.6+0.25 x1.2.m)x1.2 m
=2.280 m2
Keliling basah saluran (P)
P = b+2h 1 + 2
P = 1.6+2x.1.2.m 1 + 0.252
P =4.062 m
Jari jari Hidrolois (R)

A
P

2.280m 2
R
0.561m
4.062m
kecepatan aliran rata-rata dalam saluran (V) dapat dihitung dengan menggunakan
2

1
1
Q A.V .R 3 .S
n
2
2
1
1.000
0.561 3 0.0010 2
Q
0.015
=1.437 m/detik
Maka perhitungan debit saluran eksisting rencana (Q) Daerah sekitar Jalan Sisingamangaraja dapat dihitung dengan
Q=A.V
= 2.280 m x 1.437 m/det
= 3.276 m/detik
Dari perhitungan di atas maka didapat bahwa debit aliran saluran drainase eksisting (Q) daerah sekitar Jalan
Sisingamangaraja adalah 1.034 m/detik, sedangkan besaran aliran banjir puncak (Qp) daerah sekitar Jalan
Sisingamangaraja adalah 2.829 m/detik, sehingga dapat diperkirakan bahwa besaran aliran banjir tidak dapat
ditampung oleh kapasitas saluran drainase eksisting yang ada.

4. Kesimpulan
Berdasarkan kajian pada Bab-Bab sebelumnya dapat diambil kesimpulan bahwa penyebab banjir pada daerah
sekitar Jalan Sisingamangaraja antara lain, adalah :
1. Debit Banjir Rencana (Q5 ) lima tahunan penulis jadikan acuan sebagai debit pembanding untuk mengetahuhi
fungsi saluran
2. Berdasarkan perhitungan di dapat debit aliran saluran drainase eksisting (Q) daerah Sisingamangraja Jalan
1.034 m/det, sedangkan besaran aliran banjir puncak (Qp) daerah Jalan Sisingamangraja 2.829 m/det. Dengan
demikian bahwa sistem drainase eksisting yang ada tidak dapat menampung debit banjir puncak.
3. Perlu dilakukan sistem jaringan drainase yang baru agar dapat menangulangi banjir di daerah Jalan
Sisingamangaraja. Berdasarkan perhitungan yang didapat bahwa dengan mengubah dimensi saluran drainase
rencana dengan mengacu pada dimensi saluran eksisting Menghasilkan besaran debit rencana sebesar 3.276
m/det, sedangkan besaran aliran puncak (Qp) daerah Sisingamangraja Jalan adalah 2.829 m/det, sehingga
dapat dikatakan bahwa dengan memperbesar dimensi saluran drainase rencana maka genangan air/banjir di
Jalan Sisingamangraja dapat diatasi.
4. penampang saluran eksisting daerah Jalan Sisingamangaraja lebar 1.4m, mengacu pada dimensi saluran
eksisting maka dimensi saluran rencana menjadi 2.2m.

5. Saran
Upaya mengatasi permasalahan genangan air/banjir pada daerah sekitar Jalan Sisingamangraja dapat
dilakukan yaitu:
1. Debit aliran saluran drainase eksisting (Q) harus lebih besar dari debit puncak banjir agar bisa menampung
besaran aliran banjir puncak (Qp) pada saluran drainase Jalan Sisingamangraja
2. Normalisasi/pembesaran saluran sampai ke muara, agar saluran drainase yang ada lancar
3. Pemeliharaan saluran untuk menghindari pendangkalan yang diakibatkan oleh sampah dan limbah dari kawasan
perdagangan, kantor, dan pergudangan serta pengangkatan sedimen secara berkala.
4. Drainase yang ada saat ini kurang lebar dan dalam sehingga terjadi pelimpasan kekanan dan kiri lahan, jadi
perlu peninggian dan pelebaran pada drainase utama Jalan Sisingamangaraja.

DAFTAR PUSTAKA
Artika, Yudha, 2008, Tugas Akhir Studi Intensitas Curah Hujan Maksimum Terhadap Kemampuan Drainase
Perkotaan, Fakultas Ilmu Dan Teknologi Kebumian, Institut Teknologi Bandung.
Chow, VT, E.V, Nensi Rosalina, 1989, Hidrolika Saluran Terbuka, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Harahap, Marlina Sari, 2010, Studi Identifikasi Dan Analisa Sistem Drainase Untuk Penanggulangan Banjir Pada
Kecamatan Medan Johor Dan Kecamatan Medan Polonia, Departemen Teknik Sipil Usu, Medan.
Kamiana, I Made, 2011, Teknik Perhitungan Debit Rencana Bangunan Air, Graha Ilmu, Yogyakarta.
Kota, Pemerintah, 2006, Penanggulangan Banjir Dan Rencana Pembutan Desain Drainase Kota Sibolga, Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah, Kota Sibolga.
Loebis, Joesron, 1992, Banjir Rencana Untuk Bangunan Air, Penerbit Departemen Pekerjaan Umum.
Suripin, 2003, Sistem Drainase Kota Yang Berkelanjutan, Penerbit andi,Yogyakarta.
Subarkah, Iman, 1980, Hidrologi Untuk Perencanaan Bangunan Air, Penerbit Idea Dharma, Bandung.
Soemarto, C.D, 1995, Hidrologi Teknik, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Sosrodarsono, Suyono, 1980, Hidrologi Untuk Pengairan, PT.Pradnya Paramita, Jakarta.
Siregar, Erika, 2007, Analisa Pola Jaringan Dan Dimensi Saluran Drainase Terhadap Pengendalian Banjir
Dikecamatan Medan Selayang, Departemen Teknik Sipil Usu, Medan.
Triatmodjo, Bambang, 1998, Hidrologi Terapan, Beta Offset Yogyakarta.
Wesli, Ir, 2008, Drainase Perkotaan, Graha Ilmu, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai