Anda di halaman 1dari 22

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Lubang Hitam

Lubang hitam (black hole) adalah sebuah pemusatan massa yang cukup besar
sehingga menghasilkan gaya gravitasi yang sangat besar. Gaya gravitasi yang sangat
besar ini mencegah apa pun lolos darinya kecuali melalui perilaku terowongan
kuantum. Tak ada sesuatu, termasuk radiasi elektromagnetik yang dapat lolos dari
gravitasinya, bahkan cahaya hanya dapat masuk tetapi tidak dapat keluar atau
melewatinya, dari sini diperoleh kata hitam. Istilah lubang hitam telah tersebar luas,
meskipun tidak menunjuk ke sebuah lubang dalam arti biasa, tetapi merupakan sebuah
wilayah di angkasa di mana semua tidak dapat kembali. Secara teoritis, lubang hitam
dapat memiliki ukuran apa pun, dari mikroskopik sampai ke ukuran alam raya yang
dapat diamati.

Gambar 2.1. Kelengkungan ruang di sekitar lubang hitam

Universitas Sumatera Utara

Lubang hitam merupakan fenomena alam yang paling eksotis ditemui dalam
fisika saat ini. Sifat ruang-waktu dalam sebuah lubang hitam cukup membuat ilmu
lubang hitam tampak lebih seperti fiksi ilmiah. Bahkan lebih mengejutkan adalah
koneksi fisika lubang hitam dengan termodinamika. Secara klasik lubang hitam
menjadi bintang mati sempurna, yaitu harus memiliki nol mutlak sebagai temperatur
fisik. Tapi itu tidak begitu sejak Hawking telah menemukan penemuan yang
mengejutkan bahwa lubang hitam memancarkan termal sedangkan Bekenstein
menyarankan bahwa ada entropi terkait dengan lubang hitam, yaitu entropi lubang
hitam. Namun, lubang hitam memiliki entropi yang pertama muncul dari kesadaran
bahwa dalam horizon peristiwa luas permukaan cenderung luar biasa untuk meningkat
ketika mengalami transformasi apapun diperhatikan oleh Floyd dan Penrose dan
kemudian didukung oleh Christodoulou. Hawking adalah orang pertama yang
memberikan bukti umum bahwa luas permukaan dari lubang hitam tidak dapat
menurun dalam setiap proses dan selain itu ia menunjukkan bahwa ketika dua lubang
hitam menyatu, area lubang hitam yang dihasilkan tidak bisa lebih kecil daripada
jumlah daerah awal. Hal ini mengingatkan kita pada hukum kedua termodinamika
biasa yang menyatakan bahwa perubahan dari suatu sistem termodinamika tertutup
berlangsung di arah peningkatan entropi. Secara historis, fisikawan tidak yakin
tentang validitas termodinamika lubang hitam sebelum radiasi Hawking ditemukan.

Lubang hitam dengan segala karakteristiknya seperti yang telah dijelaskan di


atas merupakan hal yang tidak biasa ditemui dalam kerangka makroskopik kehidupan
manusia sehari-hari, sehingga pada awal mulanya teori yang berdasarkan observasi ini
tidak begitu menarik untuk dibahas. Akan tetapi, hal tersebut berubah setelah
berkembangnya ilmu fisika modern, khususnya perkembangan teori relativitas yang
membahas mengenai ruang dan waktu.

Kebanyakan orang berpikir tentang lubang hitam sebagai sebuah wilayah


dimana semua yang ada disekitarnya akan masuk ke dalam dan tidak akan kembali
lagi.Tapi hal tersebut tidak sepenuhnya benar. Sebuah lubang hitam adalah tempat di
mana terdapat gravitasi yang sangat kuat sehingga kecepatannya lebih cepat daripada
kecepatan cahaya.

Universitas Sumatera Utara

Pada relativitas umum, horizon peristiwa adalah perbatasan dalam ruangwaktu, suatu daerah disekitar lubang hitam, yang di dalamnya peristiwa-peristiwa
tidak dapat mempengaruhi pengamat yang berada di luar. Cahaya yang dipancarkan
dari dalam horizon peristiwa tidak akan pernah bisa mencapai pengamat , dan apapun
yang melewati horizon peristiwa dari sisi pengamat nampak diam ditempat, dengan
citranya menjadi lebih bergeser ke arah merah seiring berjalannya waktu. (Wospakrik,
H. J., 1987)

Lubang hitam dipahami sebagai suatu kawasan yang tidak memiliki


kemungkinan untuk berkomunikasi dengan kawasan di luarnya. Batas kawasan ini
dikenal sebagai horizon peristiwa. Lubang hitam adalah perwujudan dari singularitas.

Gambar 2.2. Diagram ruang-waktu

Diagram ruang-waktu yang menunjukkan suatu partikel yang dipercepat, P,


dan suatu peristiwa E yang ada di luar horizon peristiwa partikel tersebut. Kerucut
cahaya muka dari peristiwa tersebut tidak pernah berpotongan dengan garis dunia
partikel itu.

Universitas Sumatera Utara

Jika suatu partikel bergerak dengan kecepatan tetap dalam alam semesta tak
mengembang yang bebas dari medan gravitasi, peristiwa apapun yang terjadi dalam
alam semesta itu akhirnya akan teramati oleh partikel tersebut, karena kerucut cahaya
muka dari peristiwa-peristiwa ini berpotongan dengan garis dunia partikel itu. Di
pihak lain, jika partikel tersebut dipercepat, pada beberapa situasi kerucut cahaya dari
beberapa peristiwa tidak pernah memotong garis dunia partikel itu. Dalam keadaan
ini, horizon peristiwa ada pada kerangka acuan (yang dipercepat) dari partikel
tersebut, mewakili perbatasan yang diluarnya peristiwa-peristiwa tidak dapat diamati.

Contohnya, ini terjadi dengan partikel dipercepat secara seragam. Diagram


ruang-waktu situasi ini ditunjukkan pada gambar 2.2. Saat partikel itu mengalami
percepatan, ia mendekati, namun tidak pernah mencapai, kecepatan cahaya mengacu
pada kerangka acuan asalnya. Pada diagram ruang-waktu, jalurnya adalah hiperbola,
yang mendekati secara asimtot suatu garis 45 derajat (jalur dari berkas cahaya). Suatu
peristiwa yang tepian kerucut cahayanya merupakan asimtot ini atau lebih jauh dari
asimtot ini tidak akan pernah teramati oleh partikel yang dipercepat itu. Pada kerangka
acuan partikel itu, nampaknya merupakan perbatasan di baliknya dari mana tak satu
sinyalpun yang dapat lolos (sebuah horizon peristiwa). (Russel, B., 1960)

2.2 Persamaan Medan Einstein

Untuk setiap sistem fisis, setiap hukum yang menghubungkan besaran fisis
tidak akan bergantung kepada pemilihan sistem koordinat. Hal ini berarti, persamaan
gerak sistem akan memiliki bentuk yang tetap di dalam semua sistem koordinat.
Persamaan yang tidak berubah bentuknya terhadap transformasi koordinat dikatakan
memiliki sifat invarian terhadap transformasi tersebut. Sifat inilah yang menyebabkan
tensor banyak digunakan untuk menelaah suatu sistem fisis.

Lubang hitam pada awalnya hanya spekulasi sebagai hasil perhitungan oleh
Laplace di tahun 1795 ketika membahas secara klasik dengan kecepatan lebih besar
dari kecepatan cahaya, tetapi gagasannya tidak menarik banyak perhatian. Kemudian

Universitas Sumatera Utara

di tahun 1916 Karl Schwarzschild mampu menyelesaikan persamaan medan Einstein


dalam vakum untuk bermuatan sistem koordinat bola dan solusinya dikenal sebagai
solusi Schwarzschild, yang menunjukkan jenis lubang hitam paling sederhana yaitu
lubang hitam Schwarzschild yang hanya ditentukan oleh sebuah parameter tunggal,
yaitu massa M. Lubang hitam sebagian besar didasarkan pada teori umum relativitas
Einstein, yang merupakan teori gravitasi. Relativitas adalah teori geometri karena
studi matematika dari ruang-waktu, baik melengkung atau datar, adalah geometri.

Tensor adalah besaran yang merupakan perluasan dari vektor, seperti halnya
vektor merupakan perluasan dari besaran skalar. Tensor memiliki komponenkomponen seperti halnya vektor. Besaran vektor sangat penting di dalam fisika karena
dapat menyatakan objek dengan kaedah-kaedah yang tetap sama meskipun kerangka
acuan yang dipilih berubah-ubah. Perubahan kerangka acuan memang menyebabkan
nilai komponen tensor berubah pula, namun kaedah-kaedah yang berlaku bagi
komponen tensor tetap tidak berubah.

Teori relativitas umum yang dicetuskan Albert Einstein berbicara tentang


interaksi gravitasi. Relativitas umum yang dibangun berdasarkan persamaan medan
Einstein mengambil sudut pandang yang berbeda dengan gravitasi Newton. Menurut
teori relativitas umum, gravitasi bukanlah efek dari tarikan benda bermassa seperti
anggapan Newton melainkan efek dari kelengkungan ruang waktu berdimensi 4.
Kelengkungan ini ditentukan oleh distribusi materi dan energi. Relativitas umum
dinyatakan dalam bentuk tensor. Setiap jenis ruang-waktu diberikan dengan waktu
yang tepat dan interval ruang yang dijelaskan oleh elemen baris atau metrik yang
merupakan interval invarian. (Bergmann, P. B, 1960)
Ditinjau dua buah titik x dan x + dx di dalam ruang sembarang
berdimensi N. Kuadrat jarak antara kedua titik tersebut dinyatakan oleh
ds 2 = g dx dx

(2.1)

dengan , = 1, 2, ..., N dan

Universitas Sumatera Utara

g11 g N 1
g = det g =

g N 1 g NN

(2.2)

ds 2 disebut kuadrat elemen jarak dan g adalah tensor metrik kovarian.


Persamaan (2.1) dapat diubah bentuknya menjadi:
ds 2 =

1
[
(g + g ) + (g g )]dx dx
2

(2.3)

dengan mengambil

(g

g )dx dx = 0

(2.4)

maka
g = g

(2.5)

sehingga g efektif merupakan suatu tensor simetri.


Vektor dalam ruang waktu memiliki panjang (kuadrat) A 2 = g A A . Berdasarkan
nilai dari panjang vektor (kuadrat) ini, vektor dibagi tiga jenis:
1. Vektor timelike untuk A 2 > 0 .
2. Vektor spacelike A 2 < 0 .
3. Vektor null atau lightlike A 2 = 0

Turunan dari vektor kontravarian dan vektor kovarian dinyatakan dengan:


A = A + A

(2.6)

A = A
A

(2.7)

Dengan
merupakan simbol christoffel yang berhubungan dengan transformasi

basis dari satu koordinat ke koordinat lainnya.

Universitas Sumatera Utara

Simbol christoffel dinyatakan dengan:

= { , } =

1 g g g
+

g (
)
x
x
x
2

(2.8)

Kelengkungan ruang waktu 4 dimensi dicirikan oleh tensor Riemann-Christoffel.


Hubungan antara tensor Riemann dengan simbol Christoffel adalah:

R
=

+

(2.9)

Ruang minkowski merupakan ruang datar yang memiliki tensor Riemann-Christoffel.


Dari tensor Riemann-Christoffel kemudian dapat didefenisikan tensor Ricci dengan
kontraksi dua indeks dari tensor Riemann-Christoffel
R = R

(2.10)

Dari tensor Ricci kemudian didefenisikan Ricci skalar:


R = g R

(2.11)

Tensor Ricci dan Ricci skalar dapat digunakan untuk mendefenisikan tensor Einstein:
G = R

1
g R
2

(2.12)

Jika tetapan kosmologi ingin diikutsertakan, persamaan tensor Einstein menjadi


G = R

1
g R g
2

(2.13)

Adapun rapat massa yang menimbulkan potensial medan gravitasi diperluas menjadi
tensor energi-momentum T dengan rapat massa energi termasuk salah satu
komponen didalamnya dan dapat dilakukan perluasan bahwa kelengkungan ruangwaktu sebanding pula dengan tensor energi-momentum yang dirumuskan sebagai
R

1
g R = k T
2

(2.14)

Universitas Sumatera Utara

dengan k =

8G
sehingga persamaan gravitasi Einstein menjadi:
c4

1
8G
g R = 4 T
2
c

(2.15)

Persamaan medan Einstein menghubungkan kelengkungan ruang waktu dan distribusi


massa-energi. Persamaan ini berbentuk:
R

dengan :

1
8G
g R g = 4 T
2
c

(2.16)

R, , G = merupakan besaran yang bukan tensor karena tidak memiliki


indeks
R , g , T = tensor kovarian rank 2

adalah konstanta kosmologi. Konstanta kosmologi dapat bernilai positif dan negatif
yang mendekati nol. Jika konstanta kosmologi bernilai negatif mendekati nol maka
gravitasi akan bersifat menarik secara kuat dan seluruh alam semesta luasnya bisa
menjadi beberapa kaki, sedngkan jika konstanta kosmologi bernilai positif mendekati
nol maka gravitasi akan bersifat menolak dan segala sesuatu akan beterbangan
menjauh dari kita begitu cepatnya sehingga cahayanya tidak pernah akan mencapai
kita. Nilai konstanta kosmologi sangat berkaitan dengan model kosmologi alam
semesta.

2.3 Solusi Schwarzschild

Titik dalam ruang waktu 4 dimensi (sering disebut sebagai peristiwa) dicirikan
oleh koordinat yang terdiri dari 1 koordinat waktu dan 3 koordinat ruang. Sebagai
contoh ruang Minskowski dicirikan oleh koordinat x a = ( x 0 , x1 , x 2 , x 3 ) = (t , r , , ) .
Metrik ruang-waktu datar dalam wakilan koordinat bola diberikan oleh

ds 2 = c 2 dt 2 + dr 2 + r 2 d 2 + sin 2 d 2

(2.17)

Universitas Sumatera Utara

Mengikuti penulisan Weinberg (1972), nilai c sama dengan 1 sehingga metrik diatas
menjadi

ds 2 = dt 2 + dr 2 + r 2 d 2 + sin 2 d 2

(2.18)

Selanjutnya akan ditinjau metrik untuk medan gravitasi isotropik statik. Tensor metrik
untuk medan tersebut, yang dalam hal ini komponen g11 dan g 22 hanya merupakan
fungsi radial r. Bentuk metriknya menjadi

ds 2 = B(r ) dt 2 + A(r ) dr 2 + r 2 d 2 + sin 2 d 2

(2.19)

dimana metrik di atas akan kembali ke metrik Minkowski jika sumber medan gravitasi
diabaikan. Dari metrik di atas, komponen tensor metrik kovarian menjadi:

g11 = B(r ) , g 22 = A(r ) , g 33 = r 2 , g 44 = r 2 sin 2

(2.20)

Selanjutnya syarat batas untuk A dan B adalah bahwa untuk r , bentuk metrik
isotropik statik tersebut harus kembali ke bentuk metrik Minkowski dalam koordinat
bola. Dengan syarat batas ini hubungan antara A(r ) dan B(r ) dapat dituliskan secara
lebih eksplisit dalam bentuk

A(r ) =

1
B(r )

(2.21)

Untuk jarak yang cukup jauh dari pusat massa m yang terletak di pusat koordinat O,
komponen g11 = B harus bernilai mendekati (1 + 2U ) dengan U adalah potensial
Newtonian benda bermassa M pada jarak r yang bernilai U =

GM
. Jadi nilai
r

tetapan integrasi di atas adalah 2 G M , sehingga

2G M
B(r ) = 1

(2.22)

dan
2G M
A(r ) = 1

(2.23)

Universitas Sumatera Utara

Akhirnya bentuk metrik isotropik statik untuk ruang-waktu 4 dimensi berkoordinat


bola adalah:
1

2G M 2 2G M
2
2
2
2
2
ds = 1
dr + r d + sin d (2.24)
dt + 1
r
r

Bentuk metrik ini pertama kali diturunkan oleh K. Schwarzschild pada tahun 1916.
Karena itu, metrik ini sering disebut metrik Schwarzschild. Bentuk metrik tersebut
masih mengisi nilai c=1. Apabila nilai c diisikan, bentuk metrik Schwarzschild
menjadi:
1

2G M
2G M
ds = 1 2 c 2 dt 2 + 1 2 dr 2 + r 2 d 2 + sin 2 d 2 (2.25)
c r
c r

Dengan m =

GM
maka metrik di atas menjadi:
c2
1

2m 2 2 2m
2
2
2
2
2
ds 2 = 1
dr + r d + sin d
c dt + 1
r
r

(2.26)

Dari persamaan (2.27) tampak bahwa metrik tersebut tidak valid untuk
r = 2m =

2G M
c2

(2.27)

dengan: ds = Jarak terdekat antara peristiwa yang terjadi pada ruang Minkowski.
r = Radius Schwarzschild

G = Tetapan gravitasi (6.673 x 10 11 Newton m 2 s 2 )


c = Kecepatan cahaya 3 x 10 8 m s

M = Massa Benda

Jari-jari Schwarzschild tersebut membentuk horizon peristiwa yang memisahkan dua


daerah:
I.

2m < r <

II. 0 < r < 2m

Universitas Sumatera Utara

Wilayah I disebut wilayah lubang hitam sedangkan titik r = 0 disebut titik


singularitas intrinsik.

Beberapa karakteristik penting dari solusi Schwarzschild adalah:


1. Partikel yang bergerak menuju titik singularitas akan merasakan tarikan
gravitasi yang sangat kuat.
2. Partikel (termasuk cahaya) tidak ada yang mampu keluar dari wilayah I (batas
horizon peristiwa). Partikel/cahaya yang bergerak radial keluar tidak akan
pernah menembus horizon peristiwa.
3. Cahaya atau sinyal yang dipancarkan dari dekat horizon peristiwa (wilayah II)
akan mengalami pergeseran ketika diterima oleh pengamat yang jauh.
(Anugraha, R, 2005)

Dari persamaan (2.27) didapat geometri dari suatu vakum bola simetris, yaitu
vakum ruang-waktu diluar bola lubang hitam adalah geometri Schwarzschild yang
digambarkan dalam bentuk metrik Schwarzschild
1

2m 2 2m
2
2
2
ds 2 = 1
dr + r d
dt + 1
r
r

(2.28)

dengan d 2 = d 2 + sin 2 d 2 . Metrik Schwarzschild merupakan sebuah medan


gravitasi yang memiliki singularitas di permukaan r = 2m . Permukaan lubang hitam
merupakan horizon peristiwa yang pada kenyataannya tidak bisa dilihat di luarnya.
Hanya diwilayah dan di luar wilayah permukaan lubang hitam dimana r 2m adalah
observasional relevan. Metrik Schwarzschild memerlukan asimtotik datar untuk r
yang besar yaitu
1

2m 2 2m
2
2
2
ds 1
dr + r d
dt + 1
r
r

(2.29)

dan selain itu Persamaan (2.29) dapat menunjukkan bahwa gravitasi Newton hanya
membatasi kasus relativitas umum.

Universitas Sumatera Utara

Penggambaran radius Schwarzschild dalam lubang hitam dapat dilihat pada gambar
dibawah ini :

Gambar 2.3. Lubang hitam Schwarzschild bermassa M beradius rs.

Sejauh ini, lubang hitam Schwarzschild hanya bergantung pada massa. Lubang
hitam yang sederhana ini astronomis yaitu jatuhnya sebuah bintang berputar tidak
bermuatan dengan simetri bola . Keruntuhan gravitasi dari bintang tidak bulat dengan
muatan total tidak nol menghasilkan lubang hitam yang agak berbeda yang dapat
ditandai oleh m massa, momentum sudut intrinsik atau spin J dan muatan listrik Q.
Hal ini ditemukan bahwa struktur dari sebuah lubang hitam ditentukan secara unik
dengan hanya tiga parameter, yaitu m, J dan Q setelah berada dalam keadaan akhir.
Lubang hitam dalam keadaan akhir hanya dengan m dan Q, memiliki medan gravitasi
yang diberikan oleh metrik Reissner-Nordstrom dengan bentuk:

2m Q2
ds = 1
+ 2
r
r

2 2m Q2
dt + 1
+ 2
r
r

dr 2 + r 2 d 2

(2.30)

dimana masing-masing m dan Q adalah massa total dan muatan yang diukur oleh
pengamat. Untuk muatan lubang hitam berputar, (yaitu lubang hitam yang hanya
ditandai oleh m dan J) geometri yang diberikan oleh metrik Kerr (biasanya diwakili

Universitas Sumatera Utara

dalam koordinat Boyer-Lindquist) menggunakan a = J

. Pentingnya nilai ekstrim

suatu kasus dengan menganggap bahwa


a
=0
m

Tidak ada spin, maka dikurangi dengan kasus Schwarzchild.

a
=1
m

Lubang hitam Kerr ekstrim tercapai.

Gambar 2.4: Lubang hitam Schwarzschild di koordinat Kruskal-Szekeres tidak


memiliki "koordinat singularitas" maka merupakan ruang-waktu
nyata dimana r = 0 adalah singularitas yang garis tebal putusputus dalam gambar.

Metrik Kerr mengambil bentuk:


ds =
2

a 2 sin 2

(r
+

2
2

+ a2

dt 2a
2

2 m r sin 2

a 2 sin 2

dtd

sin 2 d 2 +

(2.31)

dr 2 + 2 d 2

Dimana
= r 2 2m r + a2

(2.32)

2 = r 2 + a 2 cos 2

(2.33)

Inilah horizon peristiwa (diasumsi bahwa a 2 < m 2 )

r = m m 2 a 2

(2.34)

Universitas Sumatera Utara

Solusi metrik Kerr atau solusi Kerr bersifat stasioner dan simetrik aksial, dan telah
mempunyai permukaan ganda, yaitu permukaan luar dan dalam. Di antara horizon
peristiwa dan batasan statis terletak Ergosphere yang di dalam tidak stasioner.

Untuk muatan lubang hitam berputar (disebut Kerr-Newman lubang hitam),


geometri diperoleh dari metrik Kerr-Newman dalam bentuk yang sama dengan
Persamaan. (2.32) tetapi dengan
= r 2 2m r + a2 + Q2

(2.35)

Horizon peristiwa dari lubang hitam Kerr-Newman adalah


r = m m 2 Q 2 a 2

Untuk

a2 < m2 + Q2 .

Lubang

(2.36)

hitam Kerr-Newman ekstrim diperoleh bila

a2 = m2 + Q2 .

Gambar 2.5: Sebuah sketsa kasar dari lubang hitam Kerr yang dikelilingi oleh sebuah
ergosphere. Ergosphere adalah wilayah di dalam yang tidak stasioner.
Momentum sudut lubang hitam Kerr dilambangkan oleh J.
(Schutz, B,F., 2001)

Universitas Sumatera Utara

2.4 Orbit-orbit dalam ruang-waktu Schwarzschild

Untuk menemukan pergerakan orbit-orbit dan cahaya pada ruang-waktu


Schwarzschild maka dicari persamaan geodesiknya. Hal pertama yang dilakukan
dengan memulai dari persamaan Lagrangian.

1
dx dx
L = g

c
d d

12

(2.37)

dengan menganggap bahwa orbit-orbit tersebut tetap dalam bidang ekuatorial yaitu

, maka Lagrangian menjadi


1

2
2 G M dt 2 1 2 G M 1 dr 2
2
2 d
L = 1 2 2 1 2 + r
c
c r d
c r d
d

(2.38)

Dengan mengingat L = dengan = 1 untuk orbit timelike (waktu) dan = 0


untuk orbit nol (null orbit), sehingga
2
2 G M dt 2 1 2 G M 1 dr 2

2 d
= 1 2 2 1 2 + r
c
c r d
c r d
d

(2.39)

dari persamaan
1

dt 2 G M
= 1 2 k
d
c r

d
h
= 2
d r

(2.40)

substitusi persamaan (2.42) kedalam persamaan (2.41)


1 2 2 2 2G M
r + r 1 2
2
c r

2
1
G M
= c2 k 2 2

r
2

(2.41)

persamaan (2.41) adalah persamaan energi Newtonian dengan modifikasi untuk

dengan menggunakan r =

dr
1
dan ambil U = didapat
d
r

Universitas Sumatera Utara

dU
2G M 2G M 2
c2 2
2
+ U 1

U
U = 2 k 2
2
2
c
h
h

(2.42)

dengan mendifferensialkan persamaan (2.42), maka didapat


2G M 2 3 G M 2
d 2U
+
=
+
U
U
d 2
h2
c2

(2.43)

untuk orbit timelike (waktu) [ = 1] merupakan persamaan Newton


2G M 2
d 2U
+U =
d 2
h2

(2.44)

yang terpisah dari persamaan (2.43). Dimana persamaan (2.44) menjelaskan orbit dari
sebuah bintang. (Wald, R. M, 1998)

2.5 Termodinamika Lubang Hitam

Lubang hitam memiliki sifat-sifat termodinamika yang dapat dicirikan dengan


pendekatan klasik maupun kuantum. Sifat-sifat termodinamika lubang hitam
ditentukan oleh karakteristik horizon peristiwa. Secara klasik diketahui bahwa
besaran-besaran tertentu pada lubang hitam memiliki analogi yang sangat erat dengan
hukum-hukum dasar termodinamika sesuai dengan tabel di bawah ini

Sistem termodinamika

Lubang hitam

Temperatur, T

Gravitasi permukaan, k

Energi, E

Massa lubang hitam, M

Entropi, S

Daerah horizon peristiwa, A

Tabel 2.1: Analogi antara parameter termodinamika dan parameter lubang hitam

Universitas Sumatera Utara

Mengacu pada hukum nol termodinamika berbunyi : temperatur T konstan


pada benda yang berada pada keseimbangan termal . Analoginya adalah hukum nol
horizon peristiwa pada lubang hitam yang berbunyi : k bernilai konstan pada
horizon peristiwa Lubang Hitam stasioner . k merupakan gravitasi permukaan yang
nilainya merupakan besar percepatan yang dialami sebuah benda pada horizon
peristiwa yang diukur dari daerah asimtotik.

Hukum pertama termodinamika berbentuk:


dE = TdS + (Suku Kerja)

(2.45)

sedangkan hukum pertama pada lubang hitam berbentuk:


dM =

1
kdA + H dJ + dQ
8

(2.46)

dengan :
M

= massa lubang hitam

2
= luas area horizon peristiwa = 4r ; r adalah jari-jari Schwarzschild

= kecepatan sudut lubang hitam

= momentum sudut lubang hitam

= potensial elektrostatik

= Muatan Listrik

Hukum ke dua termodinamika berbunyi : Dalam setiap proses total entropi selalu
meningkat .

S 0

(2.47)

sedangkan hukum ke dua pada horizon peristiwa berbunyi : Dalam setiap proses luas
area horizon peristiwa selalu meningkat .

A 0

(2.48)

Universitas Sumatera Utara

Hukum

Sistem Termodinamika

Lubang hitam

Hukum ke nol

T konstan dalam keseimbangan

k konstan selama berada dalam

termal

horizon peristiwa lubang hitam

Hukum pertama

dE = Tds pdV

Hukum ke dua

S 0

A 0

Hukum ke tiga

T=0 tidak bisa tercapai

k=0 tidak bisa tercapai

dM =

1
kdA + H dJ + dQ
8

Tabel 2.2: Analogi antara hukum-hukum termodinamika dan hukum-hukum mekanika


lubang hitam.
Dengan

memasukkan

prinsip-prinsip

mekanika

kuantum,

Hawking

menemukan bahwa kemiripan sifat-sifat Lubang Hitam dengan hukum termodinamika


bukan sekedar analogi. Lubang Hitam memang memiliki sifat-sifat termodinamika
seperti benda lainnya. (Wald, R.M, 2001)

Secara ringkas sifat-sifat termodinamika pada Lubang Hitam yang didapat dari prinsip
mekanika kuantum dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Berdasarkan teorema no hair, Lubang Hitam yang terbentuk dari keruntuhan
gravitasi akan mencapai keadaan kuasistasioner dengan cepat yang dicirikan
oleh ketiga parameter : M (massa), J (momentum sudut), Q (muatan listrik).
2. Fisika klasik tidak membatasi kemungkinan-kemungkinan nilai dan kombinasi
dari ketiga besaran tersebut. Oleh karena itu terdapat tak hingga banyaknya
keadaan yang mungkin dari Lubang Hitam.
3. Keadaan partikel pada mekanika kuantum digambarkan dengan fungsi
gelombang. Fungsi gelombang Lubang Hitam yang memiliki batas horizon
peristiwa yang merupakan gelombang berdiri (seperti fungsi gelombang pada
potensial sumur tak hingga).
4. Fungsi keadaan gelombang berdiri yang dibatasi horizon peristiwa jumlahnya
berhingga sehingga keadaan Lubang Hitam dapat dicirikan dengan kombinasi
berbagai fungsi gelombang berdiri.

Universitas Sumatera Utara

5. Hal tersebut berkaitan dengan entropi yang secara klasik dinyatakan dengan:
dS =

dQ
T

(2.49)

sedangkan temperatur pada Lubang Hitam adalah


T=

k
2

(2.50)

Termodinamika menyatakan bahwa benda yang memiliki temperatur diatas nol


absolute akan memancarkan radiasi termal yang intensitasnya berbanding lurus
dengan temperatur pangkat 4 :

I = T 4

(2.51)

Sehingga Lubang Hitam yang memiliki temperatur tidak nol tentu juga
memancarkan radiasi termal keluar dari horizon peristiwa meski hal ini bertentangan
dengan perhitungan fisika klasik. Lubang Hitam memancarkan radiasi termal melalui
mekanisme produksi pasangan maya (virtual pair production).

Produksi pasangan maya berdasarkan asas ketidakpastian Heissenberg antara


ketidakpastian energi dan ketidakpastian waktu :
Et

(2.52)

Dalam selang waktu t yang sangat kecil, asas kekekalan energi terlanggar
dengan munculnya energi sebesar E secara tiba-tiba. Sebagai contoh, salah satu
elektron pada jumlah tak hingga, lautan elektron Dirac berenergi negatif secara
spontan melompat ke keadaan energi positif meninggalkan lubang yang ditafsirkan
sebagai positron kemudian dengan cepat kembali ke lautan elektron Dirac berenergi
negatif (positron kembali menghilang). Pasangan elektron-positron ini muncul selama
kurang lebih 10-35 sekon. Pasangan partikel-anti partikel lain pun dapat terbentuk
seperti halnya pasangan elektron-positron.

Universitas Sumatera Utara

Di dalam Lubang Hitam terdapat partikel berenergi negatif terhadap pengamat


luar. Ketika terjadi produksi pasangan maya di dekat horizon peristiwa, partikel yang
memiliki energi positif akan terpancar keluar sedangkan yang berenergi negatif akan
jatuh ke Lubang Hitam. Peristiwa pemancaran partikel dari Lubang Hitam ini sering
disebut radiasi Hawking. Termodinamika Lubang Hitam pertama kali ditemukan oleh
Hawking. (Greiner, W, 1995)

2.6 Supersimetri dan Supergravitasi

2.6.1 Supersimetri

Pada intinya supersimetri adalah simetri antara fermion dan boson.


Pembahasan supersimetri dalam tugas akhir ini dibatasi pada supersimetri dimensi
empat

(D = 4 ) .

Kehadiran supersimetri menimbulkan konsekuensi akan adanya

partikel Superpartner untuk setiap partikel yang kita kenal sekarang, sebagai contoh,
electron (fermion) memiliki partner partikel seelektron (boson) dan foton (boson)
memiliki partner partikel fotino (fermion). Supersimetri digerakkan oleh generator
grup Supercharge Q :
Q fermion = boson

(2.53)

Q boson = fermion

(2.54)

Q merupakan spinor mayor. Supersimetri merupakan simetri yang lebih luas


dari simetri Poincare. Dengan kata lain aljabar supersimetri adalah perluasan dari
aljabar grup Poincare. Generator dari grup Poincare terdiri dari generator momentum
P , generator rotasi J dan generator Lorentz boosts K . Dengan mendefenisikan
L i (x x ) maka generator grup Poincare dapat dituliskan :

Ji =

1
ijk L jk
2

K i = L0i

(2.55)
(2.56)

Universitas Sumatera Utara

Jika kita sebut generator-generator dalam grup Poincare sebagai generator


genap dan generator supersimetri sebagai generator ganjil maka aljabar supersimetri
terlihat memiliki struktur perluasan aljabar Z 2 :

[genap, genap] = genap


{ganjil , ganjil} = genap
[genap, ganjil ] = ganjil

(2.57)

Generator supersimetri bersama-sama dengan generator grup Poincare


membentuk aljabar supersimetri sebagai berikut :

J , J = i( J

[P , J ] = i(
[P , P ] = 0

J + J J )

P P )

{Q , Q }= 0 = {Q , Q }

{Q
{Q

}
, Q } = 2
P

, Q = 2 P

(2.58)

[Q , P ] = 0
[J , Q ] = i( ) Q

[J

] ( )Q

, Q = i

Generator

dapat

diperluas

sehingga

memiliki

indeks

tambahan

QN

dengan N = 1,2,3,... . i adalah bilangan imajiner dengan nilai i = 1 . Aljabar


supersimetri diatas adalah aljabar untuk supersimetri dengan besar jumlah
supersimetri sama dengan 1 ( N = 1 ).

Mencari repesentasi tak tereduksi dari supersimetri berarti juga mencari


sekumpulan/spektrum partikel (state partikel) yang tergabung dalam multiplet dan

Universitas Sumatera Utara

memenuhi supersimetri. Ada dua jenis representasi tak tereduksi yaitu representasi
bermassa dan representasi tak bermassa. Pada representasi bermassa yang
didefenisikan sebagai M 2 P a Pa bernilai nol sedangkan pada representasi bermassa

M 2 0 . Spektrum partikel dapat ditemukan dengan mengoperasikan generator Q


pada state vakum

. Sebagai contoh, untuk representasi tak bermassa pada

N = 1 , D = 4 diperoleh spektrum partikel 2 0 dan 1 2 atau 1 2 dan 1 .


Dengan kata lain spectrum partikelnya terdiri dari satu spinor mayor dan dua scalar riil
atau satu vektor tak bermassa dan satu spinor mayor. (Roman, L.J, 1992)

2.6.2 Supergravitasi

Lagrangian supersimetri diatas dapat diperluas dengan menyertakan simetri


Gauge yang merupakan perluasan Lagrangian elektrodinamik. Selain itu, lagrangian
supersimetri juga dapat diperluas dengan memberikan konstrain bahwa transformasi
supersimetri berlaku lokal (bergantung posisi pada ruang waktu). Perluasan
transformasi supersimetri membawa konsekuensi penting dan menarik, yakni
masuknya medan berspin 2 yang merupakan perwujudan dari gravitasi. Dengan
masuknya medan ini supersimetri menjadi supergravitasi. Contohnya adalah pada
N = 2 supergravitasi yang memiliki Lagrangian
1

mnp
i
1
1
1
mn
L = R + m Dn + F mn F + (F + F )
p
4
2
4
8

mn
1
3 2
g m g
n
2
2

[ ]
pq

(2.59)

Meskipun keberadaan supersimetri di alam semesta belum terbukti secara


eksperimen, namun supersimetri menyimpan potensi besar untuk dikembangkan lebih
lanjut dalam rangka memecahkan beberapa misteri terkait fisika partikel dan
kosmologi. (Gunara, B.E, 1960)

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai