Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH HERNIA NUKLEUS

PULPOSUS
HERNIA NUKLEUS PULPOSUS
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah III
Disusun oleh : Kelompok 4
Anggota :
Muhamad Sahrul
Guntari
Bayu Fitra Ramadhan
Asep Nurjamaludin
Endang Suryatiningsih

211110004
211110006
211110016
211110022
211110025

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN (D-3)


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JEND. AHMAD YANI
JL. Terusan Jendral Sudirman-Cimahi 40533
Telp (022) 6631622-24, 6631624
2011 2012

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah
memberikan
rahmat
beserta
hidayah-Nya
sehingga
kami
dapat
menyelesaikan makalah ini yang berjudul Hernia Nukleus Pulposus.
Laporan ini disusun guna memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah III.
Tidak lupa kami ingin mengucapkan rasa terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan dan pembuatan

makalah ini. Semoga segala bantuan yang telah diberikan mendapat balasan
dari Allah SWT.
Kami menyadari makalah ini masih banyak kekurangan, baik dari segi
isi maupun sistematika. Oleh karena itu, kami sangat berterima kasih apabila
ada kritik dan saran untuk perbaikan dan kesalahan makalah ini.
Harapan kami, semoga makalah ini bermanfaat bagi siapapun yang
membacanya dalam upaya peningkatan wawasan wacana kesehatan.
Akhir kata kami hanya dapat mengucapkan terimakasih dan semoga
Allah selalu melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya kepada kita semua.
Cimahi, 14 Mei 2012

Tim Penyusun

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ....................................................................................................................i


Daftar isi .............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..........................................................................................................1
B. Tujuan Penulisan........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Medik...........................................................................................................2
B. Keperawatan........................................................................................................................5
C. Asuhan Keperawatan..............................................................................................................6

BAB III PENUTUP


Kesimpulan..........................................................................................................................8
Saran................................................................................................................................8
DAFTAR PUSTRAKA......................................................................................................9

ii

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Nyeri pungung bawah merupakan suatu keluhan yang dapat
mengganggu aktivitas sehari-hari bagi penderitanya. Salah satu penyebab
terjadinya nyeri pinggang bagian bawah adalah hernia nucleus pulsosus
(HNP), yang sebagian besar kasusnya terjadi pada segmen lumbal. Nyeri
punggung bawah merupakan salah satu penyakit yang sering di jumpai
masyarakat.
Nyeri penggung bawah dapat mengenai siapa saja, tanpa mengenal
jenis umur dan jenis kelami. Sekitar 60-80 % dari seluruh penduduk dunia
pernah mengalami paling tidak satu episode nyeri punggung bawah selama
hidupnya. Kelompok studi nyeri (pokdi nyeri) PORDOSSI (Persatuan dokter
spesialis saraf Indonesia) melakukan penelitian pada bulan mei 2002 di 14
rumah sakit pendidikan, dengan hasilmenunjukan bahwa kejadian nyeri
punggung bawah meliputi 18,37 % di sluruh kasus nyeri ditangani.
Nyeri pinggang bawah hanyalah merupakan suatu symptom gejala, maka
yang terpenting adalah mengetahui factor penyebabnya agar dapat
diberikan pengobatan yang tepat. Pada dasarnya timbulnya rasa sakit
tersebut karena tekanan susunan saraf tepi daerah pinggang. Jepitan pada
saraf ini dapat terjadi karena gangguan pada otot dan jaringan sekitarnya.
Maka dari itu, dibutuhkan asuhan keperawatan HNP yang sesuai sehingga
proses penyembuhan klien dengan HNP dapat maksimal.

B. Tujuan Penulisan

Tujuan Umum
Untuk mengethui tentang Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan
Gangguan Muskuloskletal (HNP).
Tujuan Khusus
Untuk mengetahui Jenis-jenis dari tumor kulit ganas dari definisi,
etiologi, klasifikasi, tanda & gejala, penatalaksanaan, dan pemeriksaan

penunjang
dari
HNP.
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien gangguan sistem
muskulokletal (HNP) dari tahap pengkajian hingga intervensi.
Manfaat
Bagi perawat
Menambah wawasan kesehatan dan agar lebih mengetahui tentang
Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Sistem Muskuloskletal
(HNP).
Bagi masyarakat
Memberikan Penjelasan, pengetahuan, dan penyuluhan tentang asuhan
keperawatan pada klien dengan Gangguan Sistem Muskuloskletal (HNP) dan
intervensi apa saja yang diberikan.

BAB II
PEMBAHASAN
A. KONSEP DASAR MEDIK
1. Pengertian
Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah menjebolnya nucleus pulposus ke dalam kanalis
vertebralis akibat degenerasi annulus fibrosus korpus vertebralis. HNP mempunyai banyak
sinonim antara lain Herniasi Diskus Intervertebralis, ruptured disc, slipped disc, prolapsus disc
dan sebagainya.
HNP sering menyebabkan nyeri punggung bawah (Low Back Pain). Nyeri punggung
bawah atau LBP adalah nyeri yang terbatas pada region lumbar, tetapi gejalanya lebih merata dan
tidak hanya terbatas pada satu radiks saraf, namun secara luas berasal dari diskus intervertebralis
lumbal.
Diskus Intervertebralis adalah lempengan kartilago yang membentuk sebuah bantalan
diantara tubuh vertebra. Material yang keras dan fibrosa ini digabungkan dalam satu kapsul.
Bantalan seperti bola dibagian tengah diskus disebut nukleus pulposus. HNP merupakan
rupturnya nukleus pulposus. (Brunner & Suddarth, 2002)
Hernia Nukleus Pulposus bisa ke korpus vertebra diatas atau bawahnya, bisa juga
langsung ke kanalis vertebralis. (Priguna Sidharta, 1990)
2. Etiologi
HNP terjadi karena proses degenratif diskus intervetebralis. Keadaan
patologis dari melemahnya annulus merupakan kondisi yang diperlukan untuk terjadinya
herniasi. Banyak kasus bersangkutan dengan trauma sepele yang timbul dari tekanan yang
berulang. Tetesan annulus atau titik lemah tidak ditemukan akibat dari tekanan normal yang
berulang dari aktivitas biasa atau dari aktivitas fisik yang berat.
3. Patofisiologi
Protrusi atau ruptur nukleus pulposus biasanya didahului dengan perubahan degeneratif
yang terjadi pada proses penuaan. Kehilangan protein polisakarida dalam diskus menurunkan
kandungan air nukleus pulposus. Perkembangan pecahan yang menyebar di anulus melemahkan
pertahanan pada herniasi nukleus. Setela trauma jatuh, kecelakaan, dan stress minor berulang

seperti
mengangkat)
kartilago
dapat
cedera.
Pada kebanyakan pasien, gejala trauma segera bersifat khas dan singkat, dan gejala ini
disebabkan oleh cedera pada diskus yang tidak terlihat selama beberapa bulan maupun tahun.
Kemudian pada degenerasi pada diskus, kapsulnya mendorong ke arah medula spinalis atau
mungkin ruptur dan memungkinkan nukleus pulposus terdorong terhadap sakus dural atau
terhadap saraf spinal saat muncul dari kolumna spinal.
Hernia nukleus pulposus ke kanalis vertebralis berarti bahwa nukleus pulposus menekan
pada radiks yang bersama-sama dengan arteria radikularis berada dalam bungkusan dura. Hal ini
terjadi kalau tempat herniasi di sisi lateral. Bilamana tempat herniasinya ditengah-tengah tidak
ada radiks yang terkena. Lagipula,oleh karena pada tingkat L2 dan terus kebawah sudah tidak
terdapat medula spinalis lagi, maka herniasi di garis tengah tidak akan menimbulkan kompresi
pada
kolumna
anterior.
Setelah terjadi hernia nukleus pulposus sisa duktus intervertebralis mengalami lisis sehingga dua
korpora vertebra bertumpang tindih tanpa ganjalan.

4. Manifestasi Klinis
Nyeri dapat terjadi pada bagian spinal manapun seperti servikal, torakal (jarang) atau
lumbal. Manifestasi klinis bergantung pada lokasi, kecepatan perkembangan (akut atau kronik)
dan pengaruh pada struktur disekitarnya. Penekanan terhadap radiks posterior yang masih utuh
dan berfungsi mengakibatkan timbulnya nyeri radikular. Jika penekanan sudah menimbulkan
pembengkakan radiks posterior, bahkan kerusakan structural yang lebih berat gejala yang timbul
ialah hipestesia atau anastesia radikular. Nyeri radikular yang bangkit akibat lesi iritatif diradiks
posterior tingkat cervical dinamakan brakialgia, karena nyerinya dirasakan sepanjang lengan.
Sedangkan nyeri radikular yang dirasakan sepanjan tungkai dinamakan iskialgia, karena
nyerinya menjalar sepanjang perjalanan. iskiadikus dan lanjutannya ke perifer.
Gejala klasik dari HNP lumbal adalah : nyeri punggung bawah yang diperberat dengan
posisi duduk dan nyeri menjalar hingga ekstremitas bawah. Nyeri radikuler atau sciatica,
biasanya digambarkan sebagai sensasi nyeri tumpul, rasa terbakar atau tajam, disertai dengan
sensasi tajam seperti tersengat listrik yang intermiten. Level diskus yang mungkin mengalami
herniasi dapat dievaluasi berdasarkan distribusi tanda dan gejala neurologis yang timbul.
Sindrom lesi yang terbatas pada masing masing radiks lumbalis :

L3 : Nyeri, kemungkinan parestesia atau hipalgesia pada dermatom L3, parestesia otot quadrisep
femoris, reflex tendon kuadrisep (reflex patella) menurun atau menghilang.

L4 : Nyeri, kemungkinan parestesia atau hipalgesia pada dermatom L4, parestesia otot kuadrisep
dan tibialis anterior dan tibialis anterior, reflex patella berkurang.

L5 : Nyeri, kemungkinan parestesia atau hipalgesia pada dermatom L5, parestesis dan
kemungkinan atrofi otot ekstensor halusis longus dan digitorium brevis, tidak ada reflex tibialis
posterior.

S1 : Nyeri, kemungkinan parestesia atau hipalgesia pada dermatom S1, paresis otot peronealis dan
triseps surae, hilangnya reflex triseps surae (reflex tendon Achilles).

5. Fakto resiko timbulnya HNP :


a) Faktor resiko yang tidak dapat diubah :

Umur

Jenis kelamin

Riwayat cedera punggung atau HNP sebelumnya


b)

Faktor resiko yang dapat diubah :


Pekerjaan dan aktivitas
Olah raga yang tidak teratur
Berat badan berlebihan
Batuk lama dan berulang

C. KEPERAWATAN
a) Penatalaksanaan
Pembedahan
Tujuan : Mengurangi tekanan pada radiks saraf untuk mengurangi nyeri dan mengubah defisit
neurologik.
Macam :
a. Disektomi : Mengangkat fragmen herniasi atau yang keluar dari diskus intervertebral
b. Laminektomi : Mengangkat lamina untuk memajankan elemen neural pada kanalis spinalis,
memungkinkan ahli bedah untuk menginspeksi kanalis spinalis, mengidentifikasi dan
mengangkat patologi dan menghilangkan kompresi medula dan radiks.
c. Laminotomi : Pembagian lamina vertebra.
d. Disektomi dengan peleburan.

Immobilisasi
Immobilisasi dengan mengeluarkan kolor servikal, traksi, atau brace.

Traksi
Traksi servikal yang disertai dengan penyanggah kepala yang dikaitkan pada katrol dan beban.
Meredakan Nyeri
Kompres lembab panas, analgesik, sedatif, relaksan otot, obat anti inflamasi dan jika perlu
kortikosteroid.
Terapi Konservatif
Tirah baring, berguna untuk mengurangi rasa nyeri mekanik dan tekanan intradiskal.
Medikamentosa :
o Analgetik dan NSAID
o Muscle relaxant
o Kortikosteroid oral
o Analgetik adjuvant
o Rehabilitasi medik:

Traksi pelvis

Termoterapi (terapi panas)

Transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS)

Korset lumbal

Latihan dan modifikasi gaya hidup dengan menurunkan berat badan yang berlebihan.
Conditioning exercise yang bertujuan untuk memperkuat otot otot punggung dimulai
sesudah dua minggu karena bila dimuali pada awal mungkin akan memperburuk keluhan
penderita.

D. ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian.

Anamnesa
Keluhan utama, riwayat perawatan sekarang, Riwayat kesehatan dahulu, Riwayat
kesehatan keluarga.

B. Pemeriksaan fisik.
Keadaan umum
Pada keadaan HNP umumnya tidak mengalami penurunan kesadaran. Adanya perubahan
pada tanda-tanda vital, contohnya bradikardi yang menyebabkan hipotensi yang berhubungan
dengan penurunan aktivitaskarena adanya paraperese.
C. Pemeriksaan diagnostik.
a. RO Spinal : Memperlihatkan perubahan degeneratif pada tulang belakang.
b. M R I : untuk melokalisasi protrusi diskus kecil sekalipun terutama untuk penyakit spinal
lumbal.
c. CT Scan dan Mielogram jika gejala klinis dan patologiknya tidak terlihat pada M R I.
d. Elektromiografi (EMG) : untuk melokalisasi radiks saraf spinal khusus yang terkena.
D.
1.
2.
3.
4.

Diagnosa Keperawatan.
Nyeri b.d Kompresi saraf, spasme otot
Gangguan mobilitas fisik b.d nyeri, spasme otot, terapi restriktif dan kerusakan neuromuskulus
Ansietas b.d tidak efektifnya koping individual
Kurang pengetahuan b.d kurangnya informasi mengenai kondisi, prognosis dan tindakan
pengobatan.

E.

Intervensi
1. Nyeri b.d kompresi saraf, spasme otot

a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)

a)
b)
c)
d)
e)
f)
a)
b)
c)
d)
e)
a)
b)
c)
d)
e)
f)

Kaji keluhan nyeri, lokasi, lamanya serangan, faktor pencetus / yang memperberat. Tetapkan
skala 0 10.
Pertahankan tirah baring, posisi semi fowler dengan tulang spinal, pinggang dan lutut dalam
keadaan fleksi, posisi telentang.
Gunakan logroll (papan) selama melakukan perubahan posisi.
Bantu pemasangan brace / korset.
Batasi aktifitas selama fase akut sesuai dengan kebutuhan.
Ajarkan teknik relaksasi.
Kolaborasi : analgetik, traksi, fisioterapi.
2. Gangguan mobilitas fisik b.d nyeri, spasme otot, terapi restriktif dan kerusakan
neuromuskulus.
Berikan / bantu pasien untuk melakukan latihan rentang gerak pasif dan aktif.
Bantu pasien dalam melakukan aktivitas ambulasi progresif.
Berikan perawatan kulit dengan baik, masase titik yang tertekan setelah rehap perubahan posisi.
Periksa keadaan kulit dibawah brace dengan periode waktu tertentu.
Catat respon emosi / perilaku pada immobilisasi.
Demonstrasikan penggunaan alat penolong seperti tongkat.
Kolaborasi : analgetik
3. Ansietas b.d tidak efektifnya koping individual.
Kaji tingkat ansietas pasien.
Berikan informasi yang akurat.
Berikan kesempatan pasien untuk mengungkapkan masalah seperti kemungkinan paralisis,
pengaruh terhadap fungsi seksual, perubahan peran dan tanggung jawab.
Kaji adanya masalah sekunder yang mungkin merintangi keinginan untuk sembuh dan mungkin
menghalangi proses penyembuhannya.
Libatkan keluarga.
4. Kurang pengetahuan b.d kurangnya informasi mengenai kondisi, prognosis.
Jelaskan kembali proses penyakit dan prognosis dan pembatasan kegiatan.
Berikan informasi mengenai mekanika tubuh sendiri untuk berdiri, mengangkat dan
menggunakan sepatu penyokong.
Diskusikan mengenai pengobatan dan efek sampingnya.
Anjurkan untuk menggunakan papan / matras yang kuat, bantal kecil yang agak datar dibawah
leher, tidur miring dengan lutut difleksikan, hindari posisi telungkup.
Hindari pemakaian pemanas dalam waktu yang lama.
Berikan informasi mengenai tanda-tanda yang perlu diperhatikan seperti nyeri tusuk, kehilangan
sensasi / kemampuan untuk berjalan.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Diskus Intervertebralis adalah lempengan kartilago yang membentuk
sebuah bantalan diantara tubuh vertebra. Material yang keras dan fibrosa ini
digabungkan dalam satu kapsul. Bantalan seperti bola dibagian tengah
diskus disebut nukleus pulposus. HNP merupakan rupturnya nukleus
pulposus. (Brunner & Suddarth, 2002)
Hernia Nukleus Pulposus bisa ke korpus vertebra diatas atau
bawahnya, bisa juga langsung ke kanalis vertebralis. (Priguna Sidharta,
1990)
B.
1)

Saran

Mahasiswa
1.Gunakanlah waktu sebaik-baiknya untuk mencari ilmu untuk masa depan
yang cemerlang.
2.Gunakanlah makalah ini sebagai sumber ilmu untuk mempelajari tentang
asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem muskuloskletal
(HNP).
2) Akademik
1.Bimbinglah mahasiswa-mahasiswa keperawatan dalam membuat asuhan
keperawatan yang baik dan benar.

DAFTAR PUSTAKA
1. Smeltzer, Suzane C, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth edisi 8 Vol 3,
Jakarta : EGC, 2002
2.
Doengoes, ME, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 2, Jakarta : EGC, 2000.
3. Tucker,Susan Martin,Standar Perawatan Pasien edisi 5, Jakarta : EGC, 1998.
4. Long, Barbara C, Perawatan Medikal Bedah, Bandung : Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan
Keperawatan Pajajaran, 1996.
5. Priguna Sidharta, Sakit Neuromuskuloskeletal dalam Praktek, Jakarta : Dian Rakyat, 1996.
6. Chusid, IG, Neuroanatomi Korelatif dan Neurologi Fungsional, Yogyakarta : Gajahmada
University Press, 1993

Anda mungkin juga menyukai