ADI NUGROHO
Oleh
Adi Nugroho
0210460001-46
SKRIPSI
Judul Skripsi
Nama
: Adi Nugroho
NIM
: 0210460001-46
Jurusan
Disetujui oleh
Pembimbing Utama
Pembimbing Pendamping
Mengetahui,
Ketua Jurusan
Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya
LEMBAR PENGESAHAN
Mengesahkan,
MAJELIS PENGUJI
Penguji I
Penguji III
Tanggal Lulus :.
Penguji II
Penguji IV
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa segala pernyataan dalam skripsi ini merupakan
gagasan atau hasil penelitian saya sendiri, dengan bimbingan komisi pembimbing.
Skripsi ini tidak pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di
perguruan tinggi manapun dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan
rujukannya dalam daftar pustaka.
Adi Nugroho
Lembar Persembahan
RINGKASAN
Adi Nugroho (0210460001-46) Biologi Tungau Merah Eurytetranichus sp. (Acari:
Tetranichidae) pada Tanaman Jarak Pagar J( atropha curcas L). Dibawah bimbingan
Dr.Ir.Retno Dyah Puspitarini, MS dan Ir.Ludji Pantja Astuti, MS
Tanaman jarak merupakan salah satu tanaman yang mempunyai potensi sebagai
sumber bahan bakar, khususnya jarak pagar (Jatropha curcas L.). Selama ini tanaman
jarak hanya ditanam sebagai pagar dan tidak diusahakan secara khusus. Salah satu
kendala dalam budidaya tanaman jarak pagar adalah hama tungau. Ada beberapa tungau
fitofag menyerang jarak pagar yaitu Euritetranychus sp., Tetranychus sp. (Tetranychidae)
Polyphagotarsonemus sp. (Tarsonemidae), dan tungau karat Eriophyid (Eryophyidae).
Penelitian tentang biologi tungau Euritetranychus sp. masih jarang diteliti dan
penggunaan Ekstrak Biji Jarak Pagar (EBJP) sebagai pestisida nabati dalam mematikan
tungau Euritetranychus sp. belum dikembangkan secara luas. Oleh karena itu penelitian
dilakukan untuk mengetahui biologi tungau Euritetranychus sp. dan mengetahui
pengaruh daya racun dari EBJP terhadap biologi imago tungauEuritetranychus sp.
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Hama Jurusan Hama dan Penyakit
Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya, Malang, mulai bulan Juli 2006
sampai Februari 2007. Tungau Euritetranychus sp. diperoleh dari kebun tanaman jarak di
BALITTAS Karang Ploso. Percobaan dilakukan dalam cawan Petri yang di dalamnya di
tempatkan busa yang direndam air. Di atas busa kemudian diletakkan kapas. Selanjutnya
sepotong daun jarak diletakkan di atas kapas. Percobaan diawali dengan mempersiapkan
50 telur tungau yang diletakkan pada hari yang sama. Jika yang menetas lebih dari 20
telur, maka yang diamati biologinya sebanyak 20 larva dan larva diamati setiap 3 jam
sampai menjadi imago. LC50 EBJP pada imago tungau Euritetranychus sp. ditentukan
dengan analisis probit, menggunakan 6 konsentrasi EBJP yaitu 0 ml/l, 0.25 ml/l, 0.5 ml/l,
1 ml/l, 1.5 ml/l, dan 2 ml/l. Setiap konsentrasi diulang tiga kali. Studi perkembangan
imago tungau Euritetranychus sp. setelah perlakuan EBJP menggunakan metode celup
daun, yaitu daun jarak pagar seluas 16 cm2 yang dicelupkan dalam larutan EBJP selama 5
menit, kemudian dikeringanginkan selama 3 menit.Daun yang telah dikeringanginkan
diletakkan di atas kapas pada arena penelitian. Sebanyak 40 imago tungau
Euritetranychus sp. diletakkan di atas potongan daun jarak pagar itu. Setelah 3 jam,
imago tungau Euritetranychus sp. dipindah ke arena penelitian dan diberi pakan daun
jarak pagar yang tidak dicelup EBJP . Penghitungan jumlah imagoEuritetranychus sp.
yang masih hidup dilakukan sehari setelah perlakuan. Dari imago yang masih hidup
tersebut diamati lama hidup, perilaku dan keperidian betinaEuritetranychus sp.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa stadia Euritetranychus sp. adalah telur,
larva, protonimfa, deutonimfa, dan imago. Telur tungauEuritetranychus sp. menetas 24
jam setelah telur diletakkan. Rerata stadia larva yaitu 57.40 jam, stadia nimfa 112.86 jam
dan siklus hidup tungau 9.09 hari. Telur yang dihasilkan betina setiap hari adalah 1-4
butir. Rerata jumlah telur Euritetranychus sp. yang dihasilkan seekor betina adalah 17,55
butir. Lama hidup jantan lebih lama daripada betina. LC50 EBJP pada imago tungau
adalah 1,10 ml/l. Akibat perlakuan EBJP tungau betina lebih cepat mati daripada jantan
dan jumlah telur yang dihasilkan betina menurun. Dari 25 telur yang diletakkan oleh
tungau betina yang diperlakukan EBJP yang menetas hanya 11 butir dan larva yang
muncul hanya dapat bertahan hidup antara 24-48 jam.
SUMMARY
Adi Nugroho (0210460001-46) Biology of Red Mite Eurytetranichus sp (Acari:
Tetranichidae) on Purging Nut Tree (Jatropha curcas L.). Supervised by
Dr.Ir.Retno Dyah Puspitarini, MS dan Ir.Ludji Pantja Astuti, MS
The castor potency as source of fuel, especially purging nut tree. During the
time, castor is only planted as fence. The one of problem in planting the purging
nut is mite fitofag. There are some pests of mites that attack the castor. They are
T etranychus sp., Euritetranychus sp. (Tetranychidae), Polyphagotarsonemus sp.
(Tarsonomidae), and rust mite Eriophyid (Euryphyidae). The research about
Euritetranychus sp. not yet examined for nowadays and purging nut extract (PNE)
as a botanical pesticide has not been developed too. The purposes of this research
were to know the biology of Euritetranychus sp. and the ability of PNE toxicity to
this mite biology.
The research was held in Pest Laboratory, Plant Protection Department
Agriculture Faculty, Brawijaya University, Malang, from July 2006 to February
2007. Euritetranychus sp. was obtained from the castor BALITTAS Karang
Ploso. The experiment used a Petridish and placed sponge that was soaked by
water inside of it, then put down a piece of cotton. This research used 50 eggs
mites that laid in same day. If there were more than 20 hatching eggs, the biology
observation used only 20 larvae. The larvae was observed every 3 hours until
adult. LC50 PNE Euritetranychus sp. analyzed by probit analysis. The research
used 0 ml/l, 0.25 ml/l, 0.5 ml/l, 1 ml/l, 1.5 ml/l, dan 2 ml/l of PNE concentration
for the adult mite with 3 repeated. The study of Euritetranychus sp. growth after
PNE treatment used leaf dipping method. That leaf for width 18 cm2 dipping in
PNE during 5 minutes and dried for 3 minutes. Then the leaf put on a piece of
cotton in arena. 40 adults Euritetranychus sp. put on leaf. After 3 hours
Euritetranychus sp. moved to arena with leaf castor without PNE. Calculating of
Euritetranychus sp. that lives after treatment was done one day after. From that
live mite observed their life cycle, behaviour and fecundity.
The results showed that stadia Euritetranychus sp. were egg, larvae,
protonimpha, deutonimpha, and adult. The eggs hatched in 24 hours after laying
eggs. The average of stadia larvae was 57.40 hour, nymph was 112.86 hours and
life cycle was 9.09 days. Female laid 1-4 eggs every day. The average egg of
female was 17.55 eggs. Longivity male is longer than female. LC50 PNE mite was
1.10 ml/l. The effect of PNE treatment was female dead more quick than male and
descends female fecundity. From 25 eggs laid by female that treatmented by PNE,
the eggs hatched only 11 and larvae only stayed for 24-48 hours.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Penyusunan
skripsi ini juga tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Pada kesempatan ini
penulis menyampaikan terima yang sebesar-besarnya, kepada Dr. Ir. Retno Dyah
Puspitarini, MS., dan Ir.Ludji Pantja Astuti, MS selaku dosen pembimbing. Kedua
orang tua atas cinta, dukungan dan doanya, serta semua pihak yang telah
membantu hingga selesainya skripsi penelitian ini.
Akhirnya penulis berharap agar hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi
banyak pihak, dan memberikan sumbangan pemikiran dalam perkembangan ilmu
pengetahuan.
Adi Nugroho
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN ............................................................................................ i
SUMMARY ............................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ............................................................................... iii
RIW A Y AT HIDUP ................................................................................... iv
DAFTAR ISI .............................................................................................. v
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. vi
DAFTAR TABEL ...................................................................................... vii
I.
PENDAHULUAN ............................................................................. 1
Latar Belakang .............................................................................................. 1
Rumusan Masalah ......................................................................................... 2
Tujuan Penelitian, Hipotesis dan Manfaat ..................................................... 3
II.
V.
DAFTAR GAMBAR
Teks
Nomor
Halaman
Lampiran
Nomor
1.
Halaman
Stadia Euritetranychus sp.............................................................. 30
DAFTAR TABEL
Teks
Nomor
Halaman
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Lampiran
Nomor
1.
Halaman
Jumlah Telur Tungau Euritetranychus sp. yang Diletakkan
Setiap Hari ............................................................................ 31
I. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanaman jarak merupakan salah satu tanaman yang mempunyai potensi
sebagai sumber bahan bakar, khususnya jarak pagar (Jatropha curcas L.). Selama
ini tanaman jarak hanya ditanam sebagai pagar dan tidak diusahakan secara
khusus. Secara agronomis, tanaman jarak pagar dapat tumbuh dengan baik pada
kondisi kering maupun pada lahan dengan kesuburan rendah. Tanaman jarak yang
ditanam di berbagai wilayah umumnya sedikit atau hampir tidak ada serangan
hama dan penyakit penting, hal ini diduga karena penanamannya tidak banyak
(Hariyadi, 2006).
Salah satu kendala dalam budidaya tanaman jarak pagar adalah hama
tungau. Ada 2 spesies hama tungau yang menyerang tanaman jarak pagar yaitu
T etranychus sp.(Tetranychidae)(Alamsyah, 2006) dan tungau karat (Eryophyidae)
(Mahmud, 2006). Dari pengamatan di lapang, terdapat spesies tungau selain
T etranychus sp., Polyphagotarsonemus sp.(Tarsonemidae) dan tungau karat yang
menyerang
jarak
pagar.
Tungau itu
kemudian
diidentifikasi
sebagai
(Alamsyah, 2006). Selain itu, tanaman ini mudah didapat, mudah dibudidayakan,
tahan terhadap serangan hama dan penyakit (Anonymous, 2006a). Dari beberapa
manfaat itulah berbagai penelitian mengenai tanaman jarak pagar dikembangkan,
termasuk penelitian tentang manfaat dan kandungan biji jarak pagar.
Pestisida nabati adalah pestisida yang bahan dasarnya berasal dari
tumbuhan, karena dibuat dari bahan alami maka jenis pestisida ini bersifat mudah
terurai di alam sehingga tidak mencemari lingkungan dan relatif aman bagi
manusia. Pestisida nabati bersifat hit and run, yaitu apabila diaplikasikan akan
mematikan hama pada waktu itu setelah hamanya mati maka residunya akan cepat
menghilang ke alam (Kardinan, 2000).
Penelitian mengenai aplikasi bagian tanaman jarak pagar terhadap serangga
belum dikembangkan secara luas, padahal potensinya begitu besar untuk
mengendalikan serangga hama (Alamsyah, 2006). Biji jarak pagar mengandung
curcin dan minyak purgatif (37%) yang sangat beracun. Pengujian daya racun
(Ekstrak Biji Jarak Pagar) EBJP telah dilakukan pada larva Spodoptera litura F.
(Lepidoptera : Noctuidae) dengan konsentrasi 15,0 x 105 ppm dapat mematikan
50% larva serangga tersebut dan terjadi penyusutan tubuh setelah 24 jam
diperlakukan dengan EBJP (Masruroh, 2006). Cara kerja curcin menyerupai kerja
enzim proteolitik, yaitu mengacaukan sintesis protein dengan merusak membran
plasma terlebih dahulu dan merangsang akumulasi amonia (Kingsbury, 1964).
Penelitian tentang biologi tungau Euritetranychus sp. belum diteliti dan
EBJP sebagai pestisida nabati dalam mematikan tungau belum dikembangkan
secara luas. Oleh karena itu penelitian dilakukan untuk mengetahui biologi tungau
dan mengetahui pengaruh daya racun dari EBJP terhadap biologi tungau
Euritetranychus sp.
Rumusan Masalah
Permasalahan dari penelitian ini adalah berapa lama tiap stadia tungau
Euritetranychus sp pada tanaman jarak pagar, bagaimana biologi tungau
Euritetranychus sp dari telur hingga imago, apakah EBJP mengakibatkan
kematian tungau Euritetranychus sp. dan pada tingkat konsentrasi berapa EBJP
efektif untuk mematikan tungau Euritetranychus sp.
T ujuan penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
a. Mengetahui biologi tungau Euritetranychus sp. pada tanaman jarak
pagar
b. Mengetahui pengaruh aplikasi EBJP terhadap tungau Euritetranychus
sp.
Hipotesis
Hipotesis yang dikemukakan pada penelitian ini adalah:
a. Biologi tungau Euritetranychus sp. hampir dengan spesies lainnya
yang termasuk pada famili Tetranychidae
b. Bahwa
EBJP
berpengaruh
buruk
terhadap
biologi
tungau
Euritetranychus sp.
Manfaat penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan informasi
mengenai beberapa aspek biologi tungau Euritetranychus sp. sebagai dasar guna
merumuskan teknologi pengendalian tungau dan dapat memberikan informasi
tentang daya racun EBJP pada tungau Euritetranychus sp. yang diharapkan
sebagai alternatif pengendalian tungau Euritetranychus sp. yang ramah
lingkungan serta dapat dijadikan dasar penelitian selanjutnya tentang EBJP .
Tetranychidae, Genus
Periode pascaoviposisi lebih lama dari periode praoviposisi, tetapi lebih pendek
dari periode oviposisi (Krantz, 1978).
Tungau P .citri menempati kedua permukaan daun jeruk tetapi populasi
P .citri lebih banyak terdapat pada permukaan atas daun daripada permukaan
bawah daun. Reproduksi tungau betina P .citri lebih baik pada daun muda daripada
di daun tua (Puspitarini, 2005). Banyak tungau tetranychid yang berada di
permukaan daun dan mencari makan dengan cara menyisipkan alat mulutnya di
sel parenkim tanaman inang, isi yang dapat membawa tubuh tungau tinggal di
dalam sel tersebut. Tipe serangan yang disebabkan tungau tetranychid adalah
adanya spot berwarna putih kekuningan di atas sisi daun sehingga menyebabkan
penipisan khlorofil dan serangannya tidak teratur. Serangan yang lebih hebat
menyebabkan daun mengalami kekeringan, daun berguguran, sampai kematian
pada tanaman (Zhi, 2003).
disebut
demikian
karena
dapat
urticae dan T. cinnabarinus menyerang tanaman dengan ciri bercak warna merah.
Jika serangan tungau T. urticae dan T. cinnabarinus berat maka ujung daun akan
melengkung dan meruncing. Daun menjadi kering, layu dan akhirnya tanaman
mati. Kerugian dari kerusakan ketele pohon mungkin sangat besar, khususnya di
Jawa Timur dan Jawa Tengah telah terjadi penggundulan area pertanaman
(Kalshoven, 1981).
Kerusakan akibat tungau dari famili Tetranychidae cukup besar, di
Amerika Serikat sekitar tahun 1951-1960 dilaporkan bahwa kerusakan yang
diakibatkan tungau merah pada tanaman perkebunan (strawberri sebesar 10 %,
kacang buncis 3 %, apel 7 %, jeruk 2,5 %, tanaman mint 7 % dan tanaman hips 6
%) lebih besar daripada serangan serangga lain semisal kumbang, ulat daun
ataupun serangga penghisap daun. Kehilangan karena tungau tetranychid dalam
10 tahun sebelumnya rupanya banyak berkurang sebesar 5 % dari penanaman di
dalam green house (Huffaker et al., 1969).
jarak pagar
tumbuhnya, menghendaki
mudah
lingkungan
beradaptasi
tumbuh
terhadap
yang
lingkungan
optimal
bagi
Batang
Batang jarak pagar mengandung b-sitosterol dan b-D-glukosida,
marmesin, propacin, curculathrine A dan B, diterpenoid jatropol, jatropholone A
Kandungan dan Cara kerja (Mode of Action) racun biji jarak pagar
Biji jarak pagar mengandung senyawa utama yang beracun yaitu curcin
dan minyak purgatif. Curcin yang biasa disebut phytotoksin atau toxalbumin,
ditemukan di dalam biji dan sebagian dalam buah dan sari buah. Curcin
mengandung molekul protein yang kompleks sehingga menjadi racun yang tinggi.
Phytotoksin mempunyai panas yang tidak stabil, dan dapat mengidentifikasi
reaksi kimia yang terjadi sebagai antibodi (Kingsbury, 1964). Molekul kimia yang
menyebabkan sebagai racun yang akut adalah Tetramethylpyrazine (TMPZ):CAS:
1124-11-4 MW:136, 22 Molekular formula: C8-14-12-N2. Cara kerja curcin pada
mamalia (tikus) mulai terlihat pada 12 jam setelah perlakuan, dengan gejala awal
berupa diare, muntah-muntah dan depresi. Pada 48 jam setelah perlakuan, curcin
dapat mengakibatkan kematian (Adam, 1974).
Biji jarak pagar juga mengandung minyak purgatif, kandungan minyak
purgatif terdapat pada bagian kulit biji adalah 25-30 %, sedangkan pada bagian
inti biji (kernel) kandungannya lebih tinggi yaitu 50-60 %. Oleh karena itu,
minyak purgatif sangat beracun dan dianjurkan tidak dikonsumsi. Minyak
purgatif, terkandung 40 % penghasil minyak tetapi kebanyakan pada jenis jarak
kepyar (Riccinus communis) (Jourbert et al., 1984).
Cara kerja curcin menyerupai kerja enzim proteolitik, yaitu mengacaukan
sintesa protein dengan merusak membran plasma terlebih dahulu kemudian
merangsang akumulasi amonia. Oleh karena itu apabila terjadi akumulasi suatu
senyawa atau hambatan maka sirkuit transmisi listrik akan terhambat (Kingsbury,
1964). Pengaruh langsung dengan adanya akumulasi ini terhadap mamalia adalah
adanya gangguan sistem syaraf pusat, sistem kardiovaskular, dandisertai dehidrasi
(Aplin, 1976).
Gejala awal pada larva S. Litura yang diberi Ekstrak Biji Jarak Pagar yaitu
gerak tubuh sangat aktif karena perilaku berhenti makan (stop feeding), muntahmuntah atau cenderung mengeluarkan cairan tubuh melalui oral, gerak tubuh pasif
setelah beberapa saat kemudian (diam), dan akhirnya mengalami kematian
(Masruroh, 2006).
Metode Penelitian
Perbanyakan T ungau
Tungau diperoleh dari kebun tanaman jarak di Balai Penelitian Tembakau
dan Tanaman Serat (BALITTAS) Karang Ploso. Untuk keperluan perbanyakan
massal, tungau dipindah ke tanaman jarak yang berumur 1-2 bulan dengan
menggunakan kuas halus. Sebelum dipindah ke tanaman jarak tersebut, setiap
daun pada tanaman jarak dibersihkan dari serangga atau tungau yang menempel
dengan kain basah. Tungau hasil perbanyakan kemudian digunakan untuk
keperluan penelitian.
Arena Penelitian
Percobaan dilakukan dalam cawan Petri yang di dalamnya di tempatkan
busa yang direndam air. Di atas busa kemudian diletakkan kapas. Kapas
diusahakan selalu terendam air agar tungau tidak dapat keluar dari arena
percobaan. Selanjutnya sepotong daun jarak berbentuk persegi panjang (p : 2 cm
dan l : 3 cm) diletakkan di atas kapas.
selama 3
yang telah
Daun jarak pagar sebagai pakan imago Euritetranychus sp. seluas 16 cm2
dicelupkan EBJP dengan konsentrasi 1.10 ml/l selama 5 menit, kemudian
diletakkan di arena penelitian. Potongan daun jarak pagar di keringanginkan
selama 3 menit. Setelah itu potongan daun jarak pagar diletakkan di arena
penelitian. Sebanyak 40 imago Euritetranychus sp. tidak dibedakan jenis kelamin
disiapkan sebelum diletakkan di atas potongan daun jarak pagar. Imago
Euritetranychus sp. diletakkan di atas potongan jarak pagar pada masing-masing
arena penelitian. Setelah 3 jam, imago tungau Euritetranychus sp. yang masih
hidup dipindah ke arena penelitian lainnya dengan daun jarak pagar yang tidak
dicelup EBJP . Penghitungan jumlah imagoEuritetranychus sp. yang masih hidup
dilakukan sehari setelah perlakuan. Jumlah imagoEuritetranychus sp. yang masih
hidup dibedakan jantan dan betina. Pengamatan meliputi lama hidup, perilaku
setelah perlakuan EBJP dan keperidian betina Euritetranychus sp. Pengamatan
dibandingkan dengan tungau Euritetranychus sp. pada penelitian biologi yang
telah dilakukan sebelumnya.
Analisis Data
Prosentase tungau Euritetranychus sp. akibat aplikasi EBJP dianalisis
dengan analisis probit. Apabila terdapat kematian pada kontrol tidak lebih dari 5
%, maka proporsi kematian dikoreksi menggunakan rumus Abbot (1925 dalam
Finney, 1971) yaitu:
P=
x- y
x100%
x
yang P adalah proporsi kematian terkoreksi (%), x adalah proporsi yang hidup
dalam kontrol (%), y adalah proporsi yang hidup dalam perlakuan (%).
1. Hasil
Biologi tungau Euritetranychus sp.
Stadia Euritetranychus sp. adalah telur, larva, protonimfa, deutonimfa, dan
imago.
Parameter kehidupan pradewasa tungau Euritetranychus sp. pada jarak
pagar disajikan pada Tabel 1.
Rerata (jam)
Lama stadia
Telur
24.00
Larva
57.40
Protokrisalis
26.25
Protonimfa
21.75
Deutokrisalis
18.94
Deutonimfa
26.12
Teliokrisalis
19.80
Perkembangan
Pradewasa
194.26
Rerata
1.10
0.80
14.65
16.55
Keperidian (butir/betina)
17.55
1 : 3.2
yang
x SE
Kisaran (hari)
Jantan
20.5 0.5
18-22
Betina
16.6 0.6
8-24
Pada
Tabel
menunjukkan
bahwa
lama
hidup
tungau betina
Euritetranychus sp. berada di bawah tulang daun dengan membentuk jaringjaring sutera di sekitar tubuhnya.
Tubuh imago jantan Euritetranychus sp. lebih ramping daripada betina
Euritetranychus sp. Seta tidak sejelas imago betina Euritetranychus sp. Bagian
posterior idiosoma ramping. Tungkai-tungkainya tampak lebih panjang dari
tubuhnya.
Pengaruh Ekstrak Biji Jarak Pagar (EBJP) terhadap biologi tungau merah
Euritetranychus sp.
Uji Pendahuluan
Uji pendahuluan dilakukan sebagai dasar untuk mendapatkan nilai LC
50
EBJP yang diujikan pada imago tungauEuritetranychus sp. dengan menggunakan
6 konsentrasi EBJP yaitu 0 ml/l, 0.25 ml/l, 0.5 ml/l, 1 ml/l, 1.5 ml/l, dan 2 ml/l.
Dari hasil uji ini diketahui bahwa hubungan antara tingkatan konsentrasi EBJP
berbanding lurus dengan jumlah kematian tungau Euritetranychus sp. seperti
disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Rerata Kematian Imago Tungau Euritetranychus sp. akibat Perlakuan
EBJP Pada Uji Pendahuluan
Kematian (%)
0,25
18,88
0,5
23,33
40,00
1,5
70,00
76,67
Peningkatan konsentrasi EBJP dari 0,25 ml/l menjadi 2 ml/l atau 8 kali
mengakibatkan peningkatan kematian tungau Euritetranychus sp. menjadi 4,2
kali. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat konsentrasi yang
Jumlah imago
Tanpa
EBJP
EBJP
Jenis kelamin
EBJP
Tanpa
EBJP
Jumlah telur
EBJP
Tanpa
EBJP
50
50
30
20
20
15
36
50
30
20
10
20
32
50
17
11
20
31
50
20
29
50
20
13
50
20
20
db
26.83a
4.17b
-9.32
0.0001
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris yang bersesuaian
menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji t 5%
Dari Tabel 6 terlihat bahwa rerata jumlah telur Euritetranychus sp. tanpa
perlakuan EBJP lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan EBJP . Jumlah telur
Euritetranychus sp. tanpa perlakuan EBJP enam kali lipat lebih tinggi bila
dibandingkan yang diperlakukan EBJP .
EBJP tidak hanya berpengaruh terhadap jumlah telur yang dihasilkan betina,
tetapi juga terhadap fertilitas telur. Dari 25 telur yang diletakkan tungau betina
yang diperlakukan EBJP yang menetas hanya 11 butir dan larva yang muncul
hanya dapat bertahan hidup antara 24-48 jam, sedangkan lama stadia larva tanpa
perlakuan EBJP adalah 57.40 jam (Tabel 1).
Dari analisis uji t (Tabel Lampiran 3) perlakuan EBJP berpengaruh nyata
terhadap jumlah imago betina Euritetranychus sp. Dari 20 imago betina (Tabel 5)
yang diperlakukan EBJP terjadi penurunan jumlah imago sampai hari ke-4. Pada
hari ke-5 imago Euritetranychus sp. tidak ada yang hidup. Sedangkan jumlah
imago tanpa perlakuan EBJP sampai hari ke-6 adalah tetap. Rerata jumlah imago
betina Euritetranychus sp. yang diperlakukan dan tidak diperlakukan EBJP
disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7. Rerata Imago Betina Euritetranychus sp. Pada Daun Jarak Pagar yang
Diperlakukan dan Tidak Diperlakukan EBJP
Rerata jumlah imago
betina Euritetranychus
sp. tanpa EBJP
db
20a
6.17b
-4.31
0.003
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris yang bersesuaian
menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji t 5%
2. Pembahasan
Tungau Euritetranychus sp. membutuhkan waktu 33 hari (sekitar 4-5
minggu) untuk menyelesaikan siklus hidupnya. Secara umum siklus hidup tungau
Kesimpulan
Saran
keefektifan
pestisida
di
dalam
pengendalian
tungau
DAFTAR PUSTAKA
Adam, S.E.I. 1974. Toxic Effects of Jatropha curcas in mice. Toxicology, 2(1):
67-76. Diunduh di http://www.inchem.org
Alamsyah, A.N.2006. Biodisel Jarak Pagar: Bahan Bakar Alternatif yang ramah
lingkungan. Agromedia Pustaka. Jakarta. hal 24-48
Anonymous, 2006a. Membuat Minyak Bio-Disel Dari Jarak Pagar. Diunduh di
http://www.batan.go.id/mediakita/current/mediakita.
Anonymous, 2006b. Wikipedia: Jarak Pohon. Diunduh dihttp://id.wikipedia.org
Aplin, T.E.H. 1976. Poisonous garden plants and other plants harmful to man in
Australia. Western Australia Department of Agriculture. Bulletin 3964.
Diunduh di http://www.intox.org
Brodjonegoro,T.P .,RekksowardjojoI.K.,SoerawidjajaT.H..2006. Jarak Pagar, Sang
Primadona . Diunduh di http:// www.pikiran-rakyat.com
Busvine, RJ. 1971. A Critical Review of The Techniques for Testing Insecticidies.
2nd ED. Commonwealth Bureaux. England. pp: 72-84
Finney, D.J. 1971. Probit Analysis. Cambridge University Press. Cambridge
London. pp 156-572
Hariyadi, 2005. Budidaya Tanaman Jarak (Jatropha curcas ) sebagai Sumber
Bahan Alternatif Biofuel. Diunduh di http://www.ristek.go.id
Huffaker C.B, Vrie M van de, McMurthy.1969. The ecology of Tetranychid mites
and their natural control. Ann Rev Entomol 14:125-174
Horiuchi T, H.Fujiki, M.Hirota, M.Suttajit, M.Suganuma, A.Yosshioka,
V .Wongchai, E.Hekker, T.Sugimura. 1987. Presence of tumors promoters
in the seed oil of Jatropha curcas L. from Thailand. Japanese Journal of
Cancer Research, 78(3):223-236. Diunduh di http://www.inchem.org
Joubert, P ..J. , Brown,J.J.M. , Hay dan P .D.B.Sebata.1984. Acute poisoning with
Jatropha curcas (Purging nut tree) in children. South African. Medical
Journal, 65 :729-730. Diunduh di http://www.inchem.org
Kalshoven, L.G.E. 1981. The pest of crops in Indonesia. Revised and translated
by F.A.van der Laan. PT Ikhtiar Baru-van Hoeve. Jakarta. pp: 28-39
Kardinan,A. 2000. Pestisida Nabati : Ramuan dan Aplikasi. Penebar Swadaya.
Depok. Jakarta. 80 hal
Kingsbury, J.M. 1964 Poisonus plants of the United States and Canada. Diunduh
di http://www.inchem.org
Krantz, G.W. 1978. A Manual of Acarology. 2nd Edition. Oregon State
University Bookstores, Corvallis.
Mahmud, Z.2006. Bubur California Untuk Pengendalian Tungau Pada Tanaman
jarak pagar. Diunduh di http:// www.batan.go.id/mediakita/current/
mediakita.
Masruroh, K. 2006. Uji Daya Racun Ekstrak Biji Jarak Pagar (Jatropha curcas
L.) pada ulat grayak Spodoptera Litura F. (Lepidoptera : Noctuidae).
Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Malang
Puspitarini, R.D. 2005. Biologi dan Ekologi Tungau Merah Jeruk Panonychus
citri (McGregor)(Acari:Tetranychidae). Disertasi. Institut Pertanian Bogor.
Bogor
Puspitarini, R.D. 2006. Identifikasi Tungau Pada Tanaman Jarak Pagar.
Kerjasama dengan Balai Penelitian Tanaman Serat. (Tidak dipublikasikan)
Sastroutomo, SS. 1992. Pestisida: Dasar-dasar dan Dampak Penggunaannya.
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. hal:27-44
Shu-tong,W.W.Xiao-Y an, Sun Ling dan C, Ke-Qiang. 2001. Screening of Chiness
Herbs for the Fungi Toxicity AgainST Phytopthora infestans.In Journal
ofAgriculture. University of Herbei. China. April 2001, 86 ; 155-156
Stirpe,F.A, B.Pession, E.Lorenzi, P .Strocchi, L.Montanaro, dan S.Sterpi. 1976.
Studies on the proteins from the Seeds of Crotontiglium and of Jatropha
curcas. Toxic Properties and Inhibition of Protein Synthesis in vitro.
Biochemistry Journal 156(1):1-6. Diunduh di http://www.inchem.org
Zhi, Q.Z. 2003. Mites of Greenhouse : Identification, biology, and control. CABI
Publishing, British Library, London, UK. pp: 47-56
Tabel Lampiran 1. Jumlah Telur Tungau Euritetranychus sp. yang diletakkan setiap hari
Ulangan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
1
3
4
3
4
2
0
1
1
1
2
2
4
1
1
1
1
1
0
3
1
Jumlah
36
Keterangan :
2
0
2
0
3
0
1
0
0
1
2
2
1
5
1
3
2
4
3
1
1
32
31
x: mati
29
13
20
14
10
15
14
11
17
32
14
1
2
3
15
3
1
2
16
0
2
1
17
1
2
0
18
19
20
21
22
23
3
3
2
1
1
1
2
4
2
2
1
1
1
2
1
0
0
0
3
0
1
0
1
20
16
24 Jumlah
2
1
1
0
0
0
1
1
1
0
x
x
0
0
0
0
0
0
1
0
2
2
0
1
2
1
0
0
1
0
0
1
1
0
0
1
0
0
24
29
21
21
15
24
20
21
21
14
12
12
16
8
22
19
13
10
15
14
11
351
x
x
x
x
Tabel Lampiran 2. Perhitungan Ekstrak Biji Jarak Pagar (EBJP) terhadap biologi tungauEuritetranychus sp.
Konsentrasi (ml/L)
0
0,25
0,5
1
1,5
2
Log konsentrasi
Jumlah tungau
0
0,097
0,176
0,301
0,397
0,477
120
120
120
120
120
120
% Kematian
0
18,33
23,33
40
70
76,67
Probit
0
4,096
4,271
4,746
5,524
6
Probit Harapan
0
4,998
5,277
5,717
6,057
6,336
Bawah
0
3,552
4,026
4,691
5,086
5,358
Atas
0
4,385
4,649
5,147
5,655
6,121
Tabel lampiran 3. Hasil Analisis Statistik Uji t Persentase Jumlah Telur Tungau
Euritetranychus sp.
EBJP
Mean
Variance
Observations
Pearson Correlation
Hypothesized Mean Difference
df
t Stat
P(T<=t) one-tail
t Critical one-tail
P(T<=t) two-tail
t Critical two-tail
Kontrol
4.167
35.767
6
0.722
0
5
-9.322
0.0001
2.015
0.00023
2.57
26.833
74.167
6
Tabel lampiran 4. Hasil Analisis Statistik Uji t Persentase Jenis kelamin Betina
Euritetranychus sp.
EBJP
Mean
Variance
Observations
Pearson Correlation
Hypothesized Mean Difference
df
t Stat
P(T<=t) one-tail
t Critical one-tail
P(T<=t) two-tail
t Critical two-tail
Kontrol
6.167
61.767
6
#N/A
0
5
-4.311
0.003
2.015
0.0076
2.57
20
0
6